Kondisi Fisik dan Kualitas Permukiman Kawasan Pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli | Widyastuti | Geotadulako 6028 20101 1 PB

(1)

KAWASAN PESISIR KECAMATAN BAOLAN

KABUPATEN TOLITOLI

ANNISA PRASTI & WIDYASTUTI

Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FKIP Universitas Tadulako Palu

Alamat E-mail :annisa_prasti@yahoo.com&widy_ty@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi fisik permukiman dan kualitas lingkungan permukiman penduduk di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli serta merumuskan strategi pemecahan masalah permukiman menuju permukiman dan lingkungan sehat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir sebagai populasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli didominasi oleh rumah panggung dan tergolong kategori nonpermanen. Berdasarkan analisis SWOT perlu dilakukan pengembangan kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli yang harus sejalan dengan kebijakan pemerintah Kabupaten Tolitoli terkait pembangunan kawasan permukiman, meningkatkan prasarana dan sarana permukiman sebagai upaya peningkatan kualitas permukiman, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna mewujudkan rencana dan strategi pembangunan permukiman dengan berbagai sosialisasi dan pelatihan, merumuskan kebijakan yang mengatur pembangunan kawasan pesisir seperti pengembangan sistem perumahan dengan memperhatikan perkembangan fisik kawasan pesisir dan melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan masyarakat, meminimalisir perilaku masyarakat yang memberi dampak negatif terhadap kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman.


(2)

I. Pendahuluan

Berdasarkan hasil observasi awal, kawasan permukiman pada wilayah penelitian merupakan suatu wilayah yang terletak pada kawasan pesisir pantai, hal ini dilihat dengan perkembangan permukimannya yang mengikuti daerah pesisir pantai pada wilayah Kota Tolitoli. Wilayah penelitian ini dibagi atas empat kelurahan yaitu: Kelurahan Panasakan, Kelurahan Baru, Kelurahan Nalu dan Kelurahan Sidoarjo. Jumlah Kepala Keluarga (KK) dari keseluruhan wilayah penelitian berjumlah 9.938 KK.

Identifikasi kawasan pesisir dilakukan dengan cara mendeliniase mengikuti jaringan jalan dan masih dipengaruhi pasang surut air rawa maupun air laut. Daerah yang termasuk kawasan pesisir yaitu Kelurahan Panasakan meliputi RW I (RT I); RW II (RT I dan RT II); RW IX (RT I dan RT II); RW XII (RT I); Kelurahan Baru meliputi RW I (RT I, RT III dan RT V); RW V (RT II); RW VIII (RT I dan RT II); Kelurahan Nalu meliputi RW I (RT I, RT II dan RT III); RW II (RT IV); RW IV (RT II); Kelurahan Sidoarjo RW I (RT I dan RT II); RW II (RT III dan RT IV); RW III (RT V dan RT VI); RW IV (RT VII dan RT VIII); RW VI (RT XI) dan RW VII (RT XIV), sehingga kawasan pesisir pantai Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli meliputi wilayah 4 Kelurahan, 57 RW, dan 113 RT.

Kawasan penelitian ini merupakan bagian dari wilayah perkotaan pada Kota Tolitoli, yang mana wilayah tersebut turut serta dalam perkembangan dan kemajuan Kota Tolitoli itu sendiri. Salah satu ciri fisik bangunan pada wilayah tersebut adalah struktur rumah yang berbentuk panggung serta memiliki akses jalan lingkungan yang menggunakan jalan struktur kayu. Setelah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun kawasan permukiman pesisir pantai pada Kecamatan Baolan yang semula di dominasi oleh hutan bakau, pada saat ini sebagian wilayah sudah mengalami penimbunan dengan tanah, sehingga pada wilayah tersebut sebagian rumah warga ada yang sudah mengalami perubahan fisik dari bentuk panggung ke rumah berpondasi dan jalan-jalan yang semula berbentuk jalan papan menjadi aspal.

Kondisi permukiman masyarakat pesisir kecamatan Baolan kurang teratur sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan. Hal


(3)

ini disebabkan oleh: (1) tidak berfungsinya drainase secara optimal sehingga sering terjadi genangan air pada musim hujan; (2) adanya faktor kondisi fisik rumah yang berstruktur kayu dan semi permanen; (3) belum terdapat sarana Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK) dan persampahan yang memadai pada wilayah permukiman tersebut, sehingga banyak masyarakat setempat menggunakan pantai dan bagian bawah rumah untuk buang hajat/buang tinja (BAB) dan sampah perumahan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis tertarik untuk mengkaji karateristik permukiman kawasan pesisir Kecamatan Baolan untuk menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi. Guna memudahkan dalam menemukan informasi yang lebih akurat penulis akan melakukan penelitian dengan judul Kondisi Fisik dan Kualitas Permukiman Kawasan Pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli .

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisa kondisi fisik permukiman penduduk kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli, 2) menganalisa kualitas lingkungan permukiman, 3) merumuskan strategi pemecahan masalah permukiman penduduk kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli menuju permukiman dan lingkungan sehat. Kegunaan dan manfaat penelitian ini dalam aspek keilmuan geografi dapat memberikan sumbangsih pengetahuan pendidikan permukiman pada tingkat Sekolah Menengah Atas pada materi wilayah dan perwilayahan dan pada tingkat perguruan tinggi khususnya Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Tadulako pada mata kuliah Perencanaan Pengembangan Wilayah, bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan yang menyangkut masalah permukiman kawasan pesisir.

II. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei, Menurut S. Margono dalam Zuriah, N (2006) survei adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan dalam suatu daerah tertentu.

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli tepatnya di Kelurahan Sidoarjo dan


(4)

Kelurahan Panasakan. Penelitian ini direncanakan berlangsung dari bulan November 2013- Desember 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bertempat tinggal/berdomisili di wilayah RW I (RT I); RW II (RT I dan RT II); RW IX (RT I dan RT II); RW XII (RT I); Kelurahan Baru meliputi RW I (RT I, RT III dan RT V); RW V (RT II); RW VIII (RT I dan RT II); Kelurahan Nalu meliputi RW I (RT I, RT II dan RT III); RW II (RT IV); RW IV (RT II); Kelurahan Sidoarjo RW I (RT I dan RT II); RW II (RT III dan RT IV); RW III (RT V dan RT VI; RW IV (RT VII dan RT VIII); RW VI (RT XI) dan RW VII (RT XIV) dengan jumlah keseluruhan 2603 KK. Pengambilan sampel dalam penelitian ini melalui dua tahap, pertama pemilihan sampel wilayah berdasarkan aspek kepadatan penduduk, jumlah bangunan tidak permanen, jumlah penduduk yang bermata pencaharian nelayan, prasarana dan sarana serta frekuensi terjadi bencana maka Kelurahan Sidoarjo dan Kelurahan Panasakan (1524 KK) yang menjadi sampel wilayah, tahap kedua dengan menggunakan metode sampling acak sederhana (Simple Random Sampling), dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang keseluruhan berjumlah 94 orang.

Sumber data dalam penelitian ini adalah kantor Kecamatan Baolan, kantor Kelurahan Panasakan, Kelurahan Baru, Kelurahan Nalu dan Kelurahan Sidoarjo, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tolitoli, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sulawesi Tengah, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tolitoli.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, kuisioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1. Analisis deskriptif Kondisi fisik dan kualitas Permukiman Kondisi fisik permukiman yang ditinjau dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa variabel yaitu luas tanah pekarangan, luas bangunan/rumah, jenis bahan lantai rumah, jenis bahan atap rumah, keberadaan jendela rumah, pencahayaan dalam rumah, keberadaan drainase pembuangan limbah air tanah dan air hujan.

Kondisi bangunan menyangkut penggunaan bahan lantai, dinding dan atap serta masalah struktur pondasi merupakan


(5)

persyaratan keamanan bangunan yang harus memenuhi standar (Departemen Pekerjaan Umum, Dinas Cipta Karya). Selain itu persyaratan kesehatan juga harus diperhatikan yaitu salah satunya mengenai masalah pecahayaan dan penghawaan alami. Namun perlu diperhatikan menyangkut pengaturan aliran udara.

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar yang jelas batas-batasnya. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa sebagian besar rumah tinggal penduduk di bagian pesisir kecamatan Baolan mempunyai luas pekarangan <40 m2(45,75%), RT XIV RW VII Sidoarjo merupakan kawasan penelitian yang mempunyai luas pekarangan sempit yaitu sebanyak 8,51%. Luas pekarangan >161 hanya 1,06% terdapat di RT I RW I Kelurahan Sidoarjo. Luas bangunan/rumah diketahui mayoritas rumah tangga pesisir Kecamatan Baolan menempati bangunan rumah dengan luas 50-99 m2 (52,13%), kemudian rumah tangga yang menempati bangunan dengan luas >150 sekitar 3,19% yaitu di RT I RW I, RT I RW II, RT I RW XII. Pada umumnya rumah tangga di pesisir Kecamatan Baolan di rumah dengan menggunakan dinding papan berkualitas baik dan tembok. Persentase rumahtangga yang menempati rumah dengan dinding papan merupakan yang terbanyak yaitu mencapai 42,54%, dan sekitar 11,70% rumahtangga yang menggunakan dinding papan tidak rapat atau berkualitas jelek. Faktor berikutnya yang menentukan kondisi rumah adalah jenis bahan lantai. Dalam hal ini jenis lantai dibedakan menjadi lima bagian yaitu tanah, papan, plester, ubin/tegel biasa dan keramik/teraso/marmer. Hasil perhitungan menunjukkan sekitar 44,66% rumahtangga mempunyai lantai rumah berbahan papan, ubin/tegel 17,06% dan jenis lantai berbahan keramik/teraso/marmer 17,06%. Hal ini menunjukkan sebagian bangunan rumah di lokasi penelitian telah bersifat permanen. Jenis atap yang digunakan merupakan salah satu gambaran kondisi dan kualitas rumah. Rumahtangga di pesisir kecamatan Baolan yang menempati bangunan rumah beratap seng adalah yang terbanyak, jumlahnya mencapai 79,75% dan kombinasi plastik/seng/asbes (8,51%), dapat disimpulkan bahwa sudah sebagian besar rumahtanggga di pesisir kecamatan Baolan menempati rumah dengan kondisi atap yang baik yaitu seng, genting. Keberadaan jendela rumah diperlukan pada sebuah komponen rumah. Jendela merupakan sarana yang memegang peran penting pada proses pertukaran udara sekaligus


(6)

unruk mengoptimalkan sistem pencahayaan dalam rumah. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas rumah tinggal di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli (46,82%) mempunyai jendela rumah berupa jendela tidak permanen, sedangkan jendela permanen kecil sekitar 12,76%. Pencahayaan dalam rumah menjadi salah satu element yang memegang peran cukup penting dalam rumah tinggal. Pencahayaan dalam rumah tidak hanya berperan sebagai penerang dalam kegelapan, namun lebih dari itu, pencahayaan dalam rumah mampu menciptakan atmosfer yang nyaman. Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa lebih dari setengah jumlah rumah tinggal penduduk pesisir di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli (58,49%) mempunyai kondisi pencahayaan dalam rumah cukup/jelas. Rumah tinggal penduduk yang mempunyai kondisi pencahayaan dalam rumah kurang/tidak jelas hanya sekitar 2,13% yaitu di RT VI RW III Kelurahan Sidoarjo. Pembangunan drainase diperuntukkan sebagai tempat penampungan air hujan dan sisa pembuangan limbah rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penduduk pesisir di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli (47,84%) belum mempunyai saluran/drainase, sedangkan kondisi saluran/drainase dari tanah hanya sekitar 5,32%.

Kondisi fisik permukiman penduduk kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dinilai berdasarkan penilaian variable-variabel fisik. Hasil penjumlahan selanjutnya diklasifikasikan berdasakan tiga kelas yaitu Kelas Rendah, Sedang dan Tinggi. Hasil penelitian terkait kondisi fisik permukiman disajikan pada Tabel 5.30.

Tabel 5.30 Kondisi Fisik Permukiman Penduduk Kawasan Pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli

Kondisi Fisik

Permukiman Range

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tinggi >28,34 20 21,28

Sedang 21,67-28,34 32 34,04

Rendah <21,67 42 44,68

Jumlah 94 100,00

Hasil pengolahan data primer 2014

Berdasarkan Tabel 5.16 diketahui secara umum kondisi fisik permukiman penduduk kawasan pesisir Kecamatan Baolan


(7)

Kabupaten Tolitoli masih rendah (44,68%), kondisi fisik permukiman yang termasuk kelas sedang-tinggi sebanyak 55,32%. Mayoritasnya kondisi fisik dengan kelas rendah dipengaruhi oleh adanya bangunan rumah yang tidak teratur.

Kualitas permukiman mempunyai persamaan variabel dengan kondisi fisik permukiman yaitu jenis bahan tembok rumah, jenis bahan lantai rumah, jenis bahan atap rumah, keberadaan jendela rumah, keberadaan saluran/drainase pembuangan limbah air tanah dan air hujan. Hasil penelitian dari variabel kualitas permukiman lainnya, Penataan dan kebersihan dalam rumah menunjukkan pengetahuan dan kesadaran hidup sehat penduduk dalam kehidupan sehari-hari. Semakin baik penataan dan kebersihan dalam rumah tinggal, maka akan semakin rendah resiko penyakit yang ditimbulkan akibat lingkungan yang buruk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penataan dan kebersihan dalam rumah penduduk pesisir di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli cukup tertata dan cukup bersih (44,67%), sedangkan kondisi yang semrawut dan sangat kotor hanya 2,13%. kondisi penataan dan kebersihan halaman rumah penduduk pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli 35,08% cukup tertata dan cukup bersih, kondisi sangat tertata dan sangat bersih hanya 3,19%. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penataan dan kebersihan halaman rumah masih perlu penanganan dari pihak pemerintah maupun masyrakat setempat. kondisi keberadaan genangan air di sekitar rumah penduduk pesisir di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli sebagian besar masih terdapat genangan air dari limbah rumah tangga (30,85%), kondisi yang bebas dari genangan dan aliran air hanya 4,25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengelolaan sampah tumah tangga penduduk pesisir di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli masih membuang sampah di sembarang tempat/di pantai (44,61%), dan 12,78% sampah dibuang disalah satu sudut pekarangan tanpa dikelola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (41,50%) hanya di luar rumah/pekarangan terdapat sedikit-banyak lalat, sedangkan dalam rumah dan pekarangan tidak terdapat lalat/bebas lalat hanya 6,37%. Hasil penelitian menunjukkan 40,44% dalam rumah/pekarangan ada banyak perlindungan tikus, sedangkan dalam rumah/pekarangan tidak ada tempat perlindungan tikus hanya 1,06% yaitu di RT II RW I kelurahan Sidoarjo. Estetika lingkungan rumah merupakan salah


(8)

satu faktor dalam menentukan kualitas permukiman. Semakin terjaga kondisi permukiman, lingkungan permukiman bebas dari bau maka kualitas estetika lingkungan rumah itu sangat baik, hasil penelitian menunjukkan kualitas estetika lingkungan rumah sebagian besar masih tergolong cukup (30,88%), dan sekitar 3,20% kondisi alamiah sangat baik.

Kualitas Permukiman penduduk kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dinilai berdasatkan penilaian indeks dari variable-variabel kualitas permukiman. Hasil penjumlahan diklasifikasikan menjadi tiga (3) kelas yaitu Kelas Rendah, Sedang dan Tinggi. Hasil penelitian terkait kualitas permukiman disajikan pada Tabel 5.29

Tabel 5.29 kualitas Permukiman Penduduk Kawasan Pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli

Kualitas

Permukiman Range Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tinggi >41 25 26,60

Sedang 29-41 35 37,23

Rendah <29 34 36,17

Jumlah 94 100,00

Hasil pengolahan data primer 2014

Tabel 5.29 menunjukkan bahwa 37,23% kualitas permukiman di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli temasuk kelas sedang. 36,17% kualitas permukiman masih rendah, hal ini dipengaruhi oleh sistem drainase, sanitasi, dan pengelolaan sampah yang masih kurang memadai. Pasang surut air laut juga menjadi salah satu penyebab kualitas permukiman masih rendah, karena sampah yang terbawa pada saat pasang akan mencemari lingkungan permukiman, apabila pemerintah dan masyarakat kurang memperhatikan dan menjaga kebersihan kualitas permukiman maka akan terjadi penurunan kualitas lingkungan permukiman.

3.2. Identifikasi Masalah di Lokasi Penelitian

Identifikasi masalah pada permukiman penduduk di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli, 1) Masih terdapat bangunan/rumah yang tidak layak huni di RT VI RW III, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo; RT I RW I, RT II RW II RT I RW IX Kelurahan Panasakan; 2) Kondisi lingkungan yang tidak tertata dimana terdapat


(9)

bangunan yang tidak teratur 44,68% (RT I RW I, RT VI RW III, RT VII RW IV, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo; RT I RW I, RT II RW II, RT I RW IX, RT I RW XII Kelurahan Panasakan; 3) Kualitas lingkungan permukiman yang kurang sehat sekitar 36,17% (RT VI RW III, RT VII RW IV, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo; RT I RW, RT II RW II, RT I RW IX, RT II RW IX Kelurahan Panasakan; 4) Penyediaan prasarana jaringan drainase yang tidak terawat dan tidak mencakup seluruh tempat, pengelolaan sampah dan sanitasi yang belum memadai; 5) Masih rendahnya pemahaman dan kepedulian masyarakat kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli terkait kriteria rumah layak huni serta rumah dan lingkungan sehat. 3.3. Analisis Swot

Perumusan kebijakan yang realistis berdasarkan kondisi yang dihadapi dapat dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu alat yang dapat dipakai untuk analisis kualitatif, yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah/organisasi dalam mengelola daerah/organisasi. Analisis didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan/potensi (Strengths) dan peluang/kesempatan (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan/kendala (Weaknesses) dan tantangan/ancaman (Threats).

Melalui analisis tersebut maka dapat dirumuskan arah dan strategi kebijakan serta rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman dengan hasil optimal dan dengan faktor risiko yang paling aman/kecil. Dengan menggunakan analisis SWOT, maka dapat dilihat potensi, peluang, kelemahan dan ancaman. Hasil analisis SWOT terhadap kondisi fisik permukiman dan kualitas lingkungan permukiman kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli sebagaimana tersebut pada Tabel 5.30.

Tabel 5.30 Rincian Identifikasi Faktor-faktor SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threaths)

Strength

(Kekuatan/Potensi)

Weakness

(Kelemahan/Kendala) S1: Wilayah pesisir permukiman W1: Pasang surut air laut


(10)

yang strategis sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk

bermukim di wilayah itu.

menjadi salah satu penyebab tercemarnya lingkungan

permukiman.

S2: Tersedianya RTRW Kab.Tolitoli

W2: Penegakan hukum masih lemah, Rencana Tata Ruang dan Permukiman tidak terealisasikan secara tegas

S3: Tersedianya Sarana untuk menunjang permukiman

W3: Belum memadainya Prasarana permukiman.

S4: Terbukanya peluang

peningkatan Sumberdaya manusia

W4: Masih kurang optimalnya sosialisasi pada masyarakat tentang kondisi fisik dan kualitas permukiman yang baik dan sehat.

Opportunity (Peluang/Kesempatan)

Threath

(Ancaman/Tantangan) O1: Perkembangan fisik kawasan

pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

T1: Pertumbuhan fisik kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli membutuhkan

perencanaan dan pengelolaan yang serius. O2: Tingginya minat masyarakat

terhadap hunian layak yang terjangkau oleh Masyarakat

T2: Rendahnya kemampuan membayar masyarakat akan perumahan yang layak.


(11)

Berpenghasilan Rendah

T3: Masih rendahnya realisasi para pengembang untuk membangun prasarana permukiman yang memadai.

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor SWOT tersebut, selanjutnya dilakukan pembobotan dan skoring untuk mendapatkan rumusan strategi kebijakan yang dipilih dengan ketentuan niali bobot dan skor adalah:

a. Bobot penilaian = 1-100 b. Skor penilaian = 1-3

Tahap perhitungan faktor-faktor SWOT, sebagaimana tersebut pada Tabel 5.31.

Tabel 5.31 Perhitungan faktor-faktor SWOT

Strength

(potensi) Bobot (B) Skor (S) B×S

S1 35 3 105

S2 18 3 54

S3 25 2 50

S4 22 3 66

Jumlah 100 275

Weakness

(Kelemahan) Bobot (B) Skor (S) B×S

W1 15 3 45

W2 20 3 60

W3 45 2 90

W4 20 2 40

Jumlah 100 235

Opportunity

(Peluang) Bobot (B) Skor (S) B×S

O1 45 2 90

O2 55 3 165


(12)

Threat

(Tantangan) Bobot (B) Skor (S) B×S

T1 25 3 75

T2 30 2 60

T3 45 2 90

Jumlah 100 225

Total S Total W = 275 235 = 40, maka S lebihurgendari W Total O Total T = 255 225 = 30, maka O lebihurgendari T

Berdasarkan hasil analisa penilaian faktor-faktor SWOT

tersebut, dapat diketahui strategi yang sebaiknya digunakan adalah S + O (menggunakan kekuatan/potensi untuk mamanfaatkan peluang/kesempatan).

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan masyarakat. Perumahan dan permukiman tidak dapat dilihat sebagai sarana kehidupan semata-mata, tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukimnya manusia. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam pembangunan dan pemilikan, setiap pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah sesuai dengan peratuaran perundang-undangan yang berlaku.

3.4. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang telah teridentifikasi. Dari hasil penelitian lapangan strategi pemecahan masalah kondisi fisik dan kualitas permukiman pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli yaitu 1) Pengembangan sistem perumahan dengan memperhatikan perkembangan fisik kawasan pesisir (S1-O1); 2) Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan masyarakat, meminimalisir perilaku masyarakat yang memberi dampak negatif terhadap kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman (S4-W4); 3) Peningkatan prasarana yang belum memadai, seperti sistem drainase dan sanitasi pada RT V RW III, RT VI RW III, RT VIII RW IV, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo dan RT I RW I, RT II RW II, RT I RW IX, RT I RW XII Kelurahan Panasakan (T3-W3); 4) Penyediaan bak-bak sampah untuk mengurangi pencemaran


(13)

lingkungan, seperti pada RT IV RW III, RT VII RW IV, RT VIII RW IV, RT XI RW VI, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo. RT I RW II, RT II RW II, RT I RW IX, RT II RW IX Kelurahan Panasakan. (T3-W3). IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kondisi fisik permukiman di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli didominasi oleh tipe rumah panggung, dengan luas pekarangan pada umumya < 40 m2 dan luas rumah berkisar dari 50 m2-99 m2; Kondisi fisik rumah penduduk sebagian besar termasuk kategori nonpermanen, yang tercermin dari jenis bahan dinding yang berbahan papan/kayu berkualitas sedang (42,54%), lantai rumah berbahan papan (44,66%) dengan jenis atap seng/asbes (79,75%); Fasilitas dan sarana sudah mencukupi kebutuhan sebuah permukiman, akan tetapi kondisi prasarana lingkungan masih tergolong kurang. Sistem sanitasi dan drainase pada lokasi penelitian masih buruk, sehingga berpengaruh terhadap kualitas permukiman, kondisi tersebut diperparah oleh kesadaran penduduk setempat akan pentingnya pengelolaan sampah secara umum yang masih rendah (tercermin dari banyaknya sampah di sekitar rumah tinggal penduduk); Pengembangan sistem perumahan dengan memperhatikan perkembangan fisik kawasan pesisir, melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan masyarakat, meminimalisir perilaku masyarakat yang member dampak negatif terhadap kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman.

DAFTAR RUJUKAN

Ramadhan, Achmad, dkk. (2014). Panduan Penyusunan Tugas Akhir FKIP Untad. Palu.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.


(1)

satu faktor dalam menentukan kualitas permukiman. Semakin terjaga kondisi permukiman, lingkungan permukiman bebas dari bau maka kualitas estetika lingkungan rumah itu sangat baik, hasil penelitian menunjukkan kualitas estetika lingkungan rumah sebagian besar masih tergolong cukup (30,88%), dan sekitar 3,20% kondisi alamiah sangat baik.

Kualitas Permukiman penduduk kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dinilai berdasatkan penilaian indeks dari variable-variabel kualitas permukiman. Hasil penjumlahan diklasifikasikan menjadi tiga (3) kelas yaitu Kelas Rendah, Sedang dan Tinggi. Hasil penelitian terkait kualitas permukiman disajikan pada Tabel 5.29

Tabel 5.29 kualitas Permukiman Penduduk Kawasan Pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli

Kualitas

Permukiman Range Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tinggi >41 25 26,60

Sedang 29-41 35 37,23

Rendah <29 34 36,17

Jumlah 94 100,00

Hasil pengolahan data primer 2014

Tabel 5.29 menunjukkan bahwa 37,23% kualitas permukiman di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli temasuk kelas sedang. 36,17% kualitas permukiman masih rendah, hal ini dipengaruhi oleh sistem drainase, sanitasi, dan pengelolaan sampah yang masih kurang memadai. Pasang surut air laut juga menjadi salah satu penyebab kualitas permukiman masih rendah, karena sampah yang terbawa pada saat pasang akan mencemari lingkungan permukiman, apabila pemerintah dan masyarakat kurang memperhatikan dan menjaga kebersihan kualitas permukiman maka akan terjadi penurunan kualitas lingkungan permukiman.

3.2. Identifikasi Masalah di Lokasi Penelitian

Identifikasi masalah pada permukiman penduduk di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli, 1) Masih terdapat bangunan/rumah yang tidak layak huni di RT VI RW III, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo; RT I RW I, RT II RW II RT I RW IX Kelurahan Panasakan; 2) Kondisi lingkungan yang tidak tertata dimana terdapat


(2)

bangunan yang tidak teratur 44,68% (RT I RW I, RT VI RW III, RT VII RW IV, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo; RT I RW I, RT II RW II, RT I RW IX, RT I RW XII Kelurahan Panasakan; 3) Kualitas lingkungan permukiman yang kurang sehat sekitar 36,17% (RT VI RW III, RT VII RW IV, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo; RT I RW, RT II RW II, RT I RW IX, RT II RW IX Kelurahan Panasakan; 4) Penyediaan prasarana jaringan drainase yang tidak terawat dan tidak mencakup seluruh tempat, pengelolaan sampah dan sanitasi yang belum memadai; 5) Masih rendahnya pemahaman dan kepedulian masyarakat kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli terkait kriteria rumah layak huni serta rumah dan lingkungan sehat. 3.3. Analisis Swot

Perumusan kebijakan yang realistis berdasarkan kondisi yang dihadapi dapat dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu alat yang dapat dipakai untuk analisis kualitatif, yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah/organisasi dalam mengelola daerah/organisasi. Analisis didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan/potensi (Strengths) dan peluang/kesempatan (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan/kendala (Weaknesses) dan tantangan/ancaman (Threats).

Melalui analisis tersebut maka dapat dirumuskan arah dan strategi kebijakan serta rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman dengan hasil optimal dan dengan faktor risiko yang paling aman/kecil. Dengan menggunakan analisis SWOT, maka dapat dilihat potensi, peluang, kelemahan dan ancaman. Hasil analisis SWOT terhadap kondisi fisik permukiman dan kualitas lingkungan permukiman kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli sebagaimana tersebut pada Tabel 5.30.

Tabel 5.30 Rincian Identifikasi Faktor-faktor SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threaths)

Strength (Kekuatan/Potensi)

Weakness (Kelemahan/Kendala) S1: Wilayah pesisir permukiman W1: Pasang surut air laut


(3)

yang strategis sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk

bermukim di wilayah itu.

menjadi salah satu penyebab tercemarnya lingkungan

permukiman.

S2: Tersedianya RTRW Kab.Tolitoli

W2: Penegakan hukum masih lemah, Rencana Tata Ruang dan Permukiman tidak terealisasikan secara tegas

S3: Tersedianya Sarana untuk menunjang permukiman

W3: Belum memadainya Prasarana permukiman.

S4: Terbukanya peluang

peningkatan Sumberdaya manusia

W4: Masih kurang optimalnya sosialisasi pada masyarakat tentang kondisi fisik dan kualitas permukiman yang baik dan sehat.

Opportunity (Peluang/Kesempatan)

Threath

(Ancaman/Tantangan) O1: Perkembangan fisik kawasan

pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

T1: Pertumbuhan fisik kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli membutuhkan

perencanaan dan pengelolaan yang serius. O2: Tingginya minat masyarakat

terhadap hunian layak yang terjangkau oleh Masyarakat

T2: Rendahnya kemampuan membayar masyarakat akan perumahan yang layak.


(4)

Berpenghasilan Rendah

T3: Masih rendahnya realisasi para pengembang untuk membangun prasarana permukiman yang memadai.

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor SWOT tersebut, selanjutnya dilakukan pembobotan dan skoring untuk mendapatkan rumusan strategi kebijakan yang dipilih dengan ketentuan niali bobot dan skor adalah:

a. Bobot penilaian = 1-100 b. Skor penilaian = 1-3

Tahap perhitungan faktor-faktor SWOT, sebagaimana tersebut pada Tabel 5.31.

Tabel 5.31 Perhitungan faktor-faktor SWOT Strength

(potensi) Bobot (B) Skor (S) B×S

S1 35 3 105

S2 18 3 54

S3 25 2 50

S4 22 3 66

Jumlah 100 275

Weakness

(Kelemahan) Bobot (B) Skor (S) B×S

W1 15 3 45

W2 20 3 60

W3 45 2 90

W4 20 2 40

Jumlah 100 235

Opportunity

(Peluang) Bobot (B) Skor (S) B×S

O1 45 2 90

O2 55 3 165


(5)

Threat

(Tantangan) Bobot (B) Skor (S) B×S

T1 25 3 75

T2 30 2 60

T3 45 2 90

Jumlah 100 225

Total S Total W = 275 235 = 40, maka S lebihurgendari W Total O Total T = 255 225 = 30, maka O lebihurgendari T

Berdasarkan hasil analisa penilaian faktor-faktor SWOT tersebut, dapat diketahui strategi yang sebaiknya digunakan adalah S + O (menggunakan kekuatan/potensi untuk mamanfaatkan peluang/kesempatan).

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan masyarakat. Perumahan dan permukiman tidak dapat dilihat sebagai sarana kehidupan semata-mata, tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukimnya manusia. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam pembangunan dan pemilikan, setiap pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah sesuai dengan peratuaran perundang-undangan yang berlaku.

3.4. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang telah teridentifikasi. Dari hasil penelitian lapangan strategi pemecahan masalah kondisi fisik dan kualitas permukiman pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli yaitu 1) Pengembangan sistem perumahan dengan memperhatikan perkembangan fisik kawasan pesisir (S1-O1); 2) Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan masyarakat, meminimalisir perilaku masyarakat yang memberi dampak negatif terhadap kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman (S4-W4); 3) Peningkatan prasarana yang belum memadai, seperti sistem drainase dan sanitasi pada RT V RW III, RT VI RW III, RT VIII RW IV, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo dan RT I RW I, RT II RW II, RT I RW IX, RT I RW XII Kelurahan Panasakan (T3-W3); 4) Penyediaan bak-bak sampah untuk mengurangi pencemaran


(6)

lingkungan, seperti pada RT IV RW III, RT VII RW IV, RT VIII RW IV, RT XI RW VI, RT XIV RW VII Kelurahan Sidoarjo. RT I RW II, RT II RW II, RT I RW IX, RT II RW IX Kelurahan Panasakan. (T3-W3). IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kondisi fisik permukiman di kawasan pesisir Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli didominasi oleh tipe rumah panggung, dengan luas pekarangan pada umumya < 40 m2 dan luas

rumah berkisar dari 50 m2-99 m2; Kondisi fisik rumah penduduk

sebagian besar termasuk kategori nonpermanen, yang tercermin dari jenis bahan dinding yang berbahan papan/kayu berkualitas sedang (42,54%), lantai rumah berbahan papan (44,66%) dengan jenis atap seng/asbes (79,75%); Fasilitas dan sarana sudah mencukupi kebutuhan sebuah permukiman, akan tetapi kondisi prasarana lingkungan masih tergolong kurang. Sistem sanitasi dan drainase pada lokasi penelitian masih buruk, sehingga berpengaruh terhadap kualitas permukiman, kondisi tersebut diperparah oleh kesadaran penduduk setempat akan pentingnya pengelolaan sampah secara umum yang masih rendah (tercermin dari banyaknya sampah di sekitar rumah tinggal penduduk); Pengembangan sistem perumahan dengan memperhatikan perkembangan fisik kawasan pesisir, melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan masyarakat, meminimalisir perilaku masyarakat yang member dampak negatif terhadap kondisi fisik dan kualitas lingkungan permukiman.

DAFTAR RUJUKAN

Ramadhan, Achmad, dkk. (2014). Panduan Penyusunan Tugas Akhir FKIP Untad. Palu.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.