PERKEMBANGAN FISIK WILAYAH KECAMATAN BAOLAN KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2009 DAN 2015 | Putri | GeoTadulako 9002 29517 1 SM

PERKEMBANGAN FISIK
WILAYAH KECAMATAN BAOLAN KABUPATEN TOLITOLI
TAHUN 2009 DAN 2015

PURNAMA PUTRI (1), AZIZ BUDIANTA (2), IWAN ALIM SAPUTRA (3)

JURNAL

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2017

1

ABSTRAK

Purnama Putri, 2017. Perkembangan Fisik Wilayah Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli
Tahun 2009 dan 2015. Skripsi, Program Studi Strata 1 Pendidikan Geografi, Jurusan
Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, 2017.

Pembimbing (I) Aziz Budianta. , (II) Iwan Alim Saputra
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dengan tujuan untuk
mengetahui kecenderungan perkembangan daerah tersebut, terutama pada perubahan
kawasan terbangun. Perkembangan fisik wilayah pada penelitian ini merujuk pada data tahun
2009 dan 2015 dengan megidentifikasi pertambahan luas lahan terbangun di Kecamatan
Baolan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif berdasarkan pendekatan keruangan
dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitan menunjukkan bahwa perkembangan
fisik daerah penelitian rentang tahun 2009-2015 dominan ke arah barat Kecamatan Baolan.
Perkembangan lahan terbangun yang sangat cepat berada pada Kelurahan Baru dengan total
perkembangan mencapai 95,51 ha (36,97%), sedangkan yang terendah berada di Desa
Dadakitan dengan luas pertambahan bangunan sebesar -0,3 ha (-0,1%). Faktor yang menjadi
pemicu perkembangan disebabkan oleh keberadaan infrastruktur terpusat di Kelurahan Baru,
sehingga perkembangan wilayah pada daerah ini lebih cepat dibandingkan kelurahan lainnya
yang berada di Kecamatan Baolan.
Kata kunci: perkembangan fisik kota; kawasan terbangun; Kecamatan Baolan

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

1


ABSTRACT
Purnama Putri, 2017. physical Development of Baolan District of Tolitoli Regency of 2009
and 2015. Skripsi, Geography Education Study Program, Social Science Education
Department, Teacher Training and Education Faculty, Tadulako University. Under the
supervisions of (1) Aziz Budianta and (2) Iwan Alim Saputra.
This research was conducted in Baolan district of Tolitoli regency with aims to find out the
developmental trend of the area of the research refers to the data of 2009 and 2015 by
identifying the increase in the area of land that was built at Baolan district. Type of research
was descriptive quantitative based on spatial development of the reseach area spans from
2009 to 2015 predominantly towards the west of Baolan district. The rapid development of
the land was located in Baru village with a total growth of 95,51 ha (36,97 %), while the
lowest was in Dadakitan village with building area of -0,3 ha (-0,1%). the factors that
tringgered the development were caused by centralized infrastructure in Baru village, so that
regional development in this area is faster than the other villages that located in Baolan
district.
Keywords:

Development


of

Physical

City;

Build

Area;

Baolan

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

District

2

Pendahuluan

Kota adalah suatu wilayah negara/suatu areal yang dibatasi oleh batas-batas administrasi
tertentu, baik berupa garis yang bersifat maya/abstrak ataupun batas-batas fisikal, misalnya
sungai, jalan raya, lembah, barisan pegunungan dan lain sebagainya) yang berada di dalam
wewenang suatu tingkat pemerintahan tertentu yang berhak dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangga di wilayah tersebut (Sujarto, 1970 dalam Hadi Sabari Yunus,
2005:11).
Proses pembangunan mempunyai pengaruh terhadap perubahan penduduk dan sebaliknya
penduduk juga akan mempengaruhi pembangunan yang dilaksanakan. Pembangunan wilayah
harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh
penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Memperhatikan
hal tersebut, sudah selayaknya apabila pemahaman terhadap teknis analisis kependudukan
terutama yang dikaitkan dengan pembangunan menjadi bagian penting yang harus dikuasai
oleh perencana pembangunan wilayah (Lutfi Muta’ali, 2013:1).
Masalah yang muncul ke permukaan pada implementasi rencana tata ruang dapat saja
disebabkan oleh berbagai hal misalnya kurang ditaatinya tata ruang atau berbagai sebab
lainnya, namun juga dapat pula disebabkan karena kurang dipahaminya substansi atau
hakekat penataan ruang itu sendiri terutama dalam proses penyususnan tata ruang.
Memahami secara mendalam peraturan perundang-undangan terkait tata ruang ditemukan
bahwa selain masalah lingkungan , implementasi penataan ruang juga dihadapkan pada
persoalan internal kelembagaan dari penataan ruang itu sendiri (Lutfi Muta’ali, 2013:11).

Semakin maju perkembangan zaman mempengaruhi kebutuhan akan penggunaan lahan
semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Pertambahan jumlah
penduduk, baik yang bersifat alami maupun migrasi merupakan salah satu penyebab
meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan
ruang. Meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya
kebutuhan akan lahan sebagai kawasan permukiman, fasilitas jalan, fasilitas kesehatan,
fasilitas pendidikan, dan fasilitas pelayanan umum dan lainnya. Hal inilah yang memicu
permasalahan lahan yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten
Tolitoli.
Kabupaten Tolitoli memiliki 10 kecamatan dengan pusat pemerintahan yang berada di
Kecamatan Baolan dan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki penduduk banyak
dan terpadat dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tolitoli. Penduduk merupakan
Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

3

pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah pada daerah ini. Pada
tahun 2015 kecamatan Baolan memiliki wilayah sebesar 258,03 km², dengan jumlah
penduduk 68.875 jiwa yang dirinci menurut jenis kelamin laki-laki sejumlah 35.065 dan

perempuan sejumlah 33.810 dengan jumlah rumah tangga 15.949 rumah tangga serta
kepadatan penduduk rata-rata 267 jiwa setiap kilometernya. Melihat beberapa permasalahan
yang terjadi, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap perkembangan
fisik yang terjadi di Wilayah Kabupaten Tolitoli pada tahun 2009 dan 2015 yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan di wilayah kota Tolitoli khususnya
Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif berdasarkan pada pendekatan keruangan
dengan menggunakan metode survei. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data sekunder berupa data spasial digital, data Tolitoli dalam
Angka 2009 dan 2015. Data spasial digital yang digunakan meliputi: Peta wilayah
administrasi dan citra satelit. Data primer berupa Dokumentasi tentang kondisi fisik yang
diperoleh peneliti di lapangan. Sumber data berasal dari berbagai instansi di Kabupaten
Tolitoli diantaranya Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tolitoli dan Sulawesi Tengah,
Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA), Kabupaten Tolitoli dan dinas-dinas
terkait.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan metode
analisis yang digunakan adalah metode analisis keruangan yakni dengan melakukan overlay
peta menggunakan software open source quantum GIS. Overlay peta pada Kecamatan Baolan

tahun 2009 dan 2015 sehingga memudahkan penulis untuk melihat pola perkembangan yang
terjadi pada wilayah kabupaten Tolitoli yang berpusat di kecamatan Baolan.

Hasil dan Pembahasan
Pengembangan wilayah dan pengelolaan pembangunan dalam arti pemberdayaan, bukanlah
suatu kondisi atau suatu keadaan yang ditentukan oleh penduduk setempat. Pengembangan
itu merupakan kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa
yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

4

Pengembangan juga harus diartikan sebagai suatu keinginan untuk memperoleh perbaikan,
serta kemampuan untuk merealisasikannya.
Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang
bagian-bagiannya tergantung secara internal. Wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : (1)
wilayah homogen; (2) wilayah nodal; (3) wilayah perencanaan; dan (4) wilayah administratif.
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan

kepentingan administrasi pemerintah atau politik. Pengertian wilayah secara administratif
melingkupi suatu negara, provinsi, kabupaten, kecamatan atau desa. Sementara itu
menyangkut dengan pengelolaan jika mengacu pada teori manajemen. Melihat konteks ilmu
kewilayahan, wilayah adalah satuan entitas ruang tertentu yang digunakan untuk keperluan
analisis (Budiharsono, 2001:14 dalam Aqshah, 2014:28).
a) Sebaran Perkembangan Fisik Wilayah Kecamatan Baolan
Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu
keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Tekanan perubahan keadaan
tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang
sama. Perkembangan kota dipandang sebagai fungsi jumlah penduduk, penguasaan alat atau
lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial. Perkembangan fisik
wilayah Kecamatan Baolan yang paling menonjol mengarah pada bagian utara hingga bagian
selatan pesisir Kecamatan Baolan dengan dilakukan reklamasi pantai untuk pembangunan
fasilitas perdagangan, jalan, dan tempat wisata (anjungan).
Perkembangan fisik lahan terbangun yang terjadi di Kecamatan Baolan pada tahun 2009 dan
2015 (6 tahun terakhir) dapat dilihat dari gambar 1 dan 2 berikut ini :

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com


5

Gambar 1. Peta Lahan Terbangun Tahun 2009

Gambar 2. Peta Lahan Terbangun Tahun 2015
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat dengan jelas perkembangan wilayah yang terjadi
di Kecamatan Baolan berbeda-beda antara satu kelurahan dengan kelurahan yang lainnya.
Perkembangan terjadi didasarkan beberapa faktor. Pertambahan jumlah penduduk menjadi
faktor utama yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan terutama pada penggunaan
Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

6

lahan permukiman. Peningkatan populasi manusia dapat mendorong perubahan global pada
tutupan lahan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kecamatan Baolan, penggunaan
lahan khususnya lahan terbangun yang berada di daerah ini akan berubah mengikuti
pertambahan jumlah penduduk. Peralihan penggunaan ruang dapat ditandai dengan
berubahnya area persawahan/perkebunan menjadi kawasan permukiman, pertokoan, jasa,
pusat pengembangan pendidikan, serta fasilitas perkotaan lainnya yang dapat menunjang

kebutuhan masyarakat.

Gambar 3. Peta Perkembangan Wilayah Tahun 2009-2015
Berdasarkan hasil peta tersebut diperoleh perkembangan fisik yang terjadi di Kecamatan
Baolan dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Perkembangan fisik terjadi disebabkan oleh
peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan kebutuhan akan lahan yang dipergunakan
sebagai lahan permukiman dan fasilitas publik yang menunjang kebutuhan masyarakat serta
kegiatan ekonomi juga ikut meningkat.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

7

Tabel 1 Perkembangan Lahan Terbangun Kecamatan Baolan tahun 2009 dan 2015
No
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10

Kelurahan/Desa
Dadakitan
Tweley
Panasakan
Sidoarjo
Baru
Nalu
Tambun
Buntuna
Lelennono
Pangi

Lahan Terbangun (ha)
2009
16,7
82,3
107,9
23,8
163,6
79,6
36,5
20,9
531,3

2015
16,4
108,9
118,8
34,1
259,1
116,2
44,8
42,7
12,5
14,8
768,3

Total
Sumber : Peta Lahan Terbangun Tahun 2009 dan 2015

Perkembangan
(ha)

(%)

-0,3
26,7
10,8
10,2
95,5
36,6
8,3
21,8
12,5
14,8
237,0

-0,1
11,3
4,6
4,3
40,3
15,4
3,5
9,2
5,3
6,2
100

Data tabel 1 total perkembangan lahan terbangun yang terjadi di Kecamatan Baolan dalam
kurun waktu enam tahun yaitu 236,96 ha, dengan perkembangan tertinggi berjumlah 95,5 ha
(40,3%) yang terjadi di Kelurahan Baru. Perkembangan terendah terjadi di Desa Dadakitan
dengan total perkembangan yaitu -0,3 ha (-0,1%). Tahun 2009 total wilayah terbangun yakni
531,3 ha dengan luas lahan terbangun tertinggi terdapat di Kelurahan Baru dengan total 163,6
ha, sedangkan total lahan terbangun terendah terdapat pada Desa Dadakitan dengan total
16,7 ha. Pada tahun 2015 total lahan terbangun mencapai 768,3 ha dengan luas lahan
terbangun tertinggi terjadi di Kelurahan Baru dengan total 259,1 ha, sedangkan luas total
lahan terbangun terendah terjadi di Kecamatan Leleannono dengan total lahan terbangun
mencapai 12,49 ha.
Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan fisik wilayah yang terjadi
di Kecamatan Baolan dalam kurun waktu enam tahun terakhir terbatas pada empat indikator,
yaitu: permukiman, perkantoran/jasa, perdagangan, dan fasilitas umum lainnya.
Permukiman
Jumlah total rumah terbangun di Kecamatan Baolan pada tahun 2009 mencapai 11.948 unit.
Kelurahan yang memiliki kawasan permukiman tertinggi terdapat di Kelurahan Baru dengan
total 4.222 unit rumah dan kawasan permukiman yang terendah terdapat di Desa Buntuna
dengan total 448 unit rumah. Tahun 2015 jumlah total rumah terbangun di Kecamatan Baolan
mencapai 15.780 unit. Kelurahan yang memiliki kawasan permukiman tertinggi terdapat di

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

8

Kelurahan Baru dengan jumlah rumah 5.063 unit rumah dan kawasan permukinan yang
terendah terdapat di Desa Pangi dengan total 241 unit rumah.
Perkantoran
Tahun 2009 jumlah kantor yang berada di Kecamatan Baolan yaitu 45 unit dengan jumlah
kantor tertinggi terdapat pada Kelurahan Baru dengan total 18 unit, sedangkan jumlah kantor
terendah terdapat pada desa Lelean Nono dan Pangi yang tidak memiliki kantor. Pada tahun
2015 jumlah kantor mencapai 60 unit dengan jumlah kantor tertinggi terdapat pada Kelurahan
Baru dengan jumlah kantor 25 unit, sedangkan jumlah kantor terendah terdapat pada Desa
dadakitan, Buntuna Lelean Nono, Pangi, dan Kelurahan Buntuna yang masing-masing daerah
tersebut hanya memiliki 1 kantor.
Berdasarkan data diatas maka diperoleh peningkatan jumlah kantor mencapai 15 unit.
Dengan jumlah peningkatan tertinggi terdapat di Kelurahan Baru yang memiliki pertambahan
jumlah kantor mencapai 7 unit, sedangkan Desa/Kelurahan yang tidak mengalami
peningkatan terdapat pada Desa Dadakitan, Buntuna dan Kelurahan Tambun.
Fasilitas Perdagangan
Kawasan perdagangan yang berada di Kecamatan Baolan, perpusat pada tengah kota yakni
berada pada kelurahan Baru, Panasakan, dan Nalu. Namun, kawasan peradagan yang lebih
besar, terletak pada Kelurahan Baru. tahun 2009 total jumlah perdagangan mencapai 1.984
unit jumlah perdagangan tertinggi yaitu kios dengan total 804 unit. Jumlah perdagangan
terendah yaitu pasar dengan total 2 unit. Tahun 2015 total jumlah perdagangan mencapai
2.976 unit.

Jumlah perdagangan tertinggi yaitu kios mencapai 1.364 unit. Jumlah

perdagangan terendah

yaitu pasar dengan jumlah 5 unit. Jumlah peningkatan jenis

perdagangan di Kecamatan Baolan mencapai 1.014 unit perdangangan dengan sesilih
tertinggi terdapat pada kios dengan selisih mencapai 542 unit perdagangan. Jumlah selisih
perdagangan terendah terdapat pada pasar dengan total selisih 3 unit perdagangan. Jumlah
perdagangan Kecamatan Baolan mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2015.
Peningkatan jenis perdagangan di Kecamatan Baolan dalam kurun waktu enam tahun terakhir
terjadi karena adanya pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan
dan permintaan pasar.
Fasilitas Pendidikan
Tahun 2009 jumlah fasilitas pendidikan yang berada di Kecamatan Baolan mencapai 114 unit
yang klasifikasikan menjadi: TK total mecapai 18 unit, SD total mencapai 76 unit,
Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

9

SLTP/Sederajad total mencapai 9 unit, dan SLTA/sederad total mencapai 11 unit. Tahun
2015 jumlah fasilitas pendidikan mencapai 161 unit yang diklasifikasikan menjadi: TK total
mencapai 26 unit, SD total mencapai 83 unit, SLTP/Sederajad total mencapai 27 unit, dan
SLTA/Sederajad total mencapai 25 unit.
Jumlah peningkatan fasilitas pendidikan di Kecamatan Baolan mencapai 47 unit sekolah.
Jumlah peningkatan tertinggi yaitu di SLTP dengan jumlah 18 unit, sedangkan jumlah
peningkatan fasilitas pendidikan yang terendah yaitu di SD dengan jumlah 7 unit.
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas yang terdapat di Kecamatan Baolan fasilitas kesehatan yang dimiliki yakni rumah
sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu. Pada tahun 2009 fasilitas kesehatan di
Kecamatan Baolan mencapai 14 unit yang terdiri dari: puskesmas 2 unit, puskesmas
pembantu 4 unit, dan posyandu 8 unit. Tahun 2015 jumlah fasilitas kesehatan mencapai 50
unit yang terdiri dari: puskusmas 2 unit, puskesmas pembantu 5 unit, dan posyandu mencapai
43 unit. Jumlah peningkatan fasilitas kesehatan mencapai 36 unit dengan jumlah peningkatan
tertinggi terdapat pada posyandu dengan total 35 unit, sedangkan yang tidak terjadi
peningkatan pada jumlah puskesmas.
Fasilitas Ibadah
Kecamatan Baolan memiliki kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga pemerintah setempat
menyediakan

beragam

fasilitas

ibadah

yang tersebar

diberbagai

Desa/Kelurahan.

Perkembangan fisik wilayah ditandai dengan pertambabahan fasilitas ibadah sebanyak 90
unit di tahun 2009 menjadi 112 unit di tahun 2015. Rincian pertumbuhan fasilitas ibadah
tersebut adalah: masjid 61 unit, musholla 9 unit, gereja 17, pura 1 unit, dan vihara 2 unit.
fasilitas ibadah Kecamatan Baolan tahun 2015 berjumlah 112 unit yang diklasifikasikan
menjadi: masjid 69 unit, musholla 22 unit, gereja 17, pura 1 unit, dan vihara 2 unit. Jumlah
total peningkatan mencapai 22 unit fasilitas ibadah yang terdapat di Kecamatan Baolan.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

10

b) Kecenderungan arah Perkembangan Wilayah Kecamatan Baolan

Gambar 4. Kecenderungan arah perkembangan wilayah Kec. Baolan Tahun 2009-2015
Berdasarkan overlay lahan terbangun tahun 2009 dan tahun 2015 menunjukkan bahwa
perkembangan area terbangun mengarah ke arah barat Kecamatan Baolan. Perkembangan
lahan terbangun yang sangat cepat berada pada Kelurahan Baru.
Perkembangan yang terlihat jelas terjadi pada peningkatan kawasan permukiman. Selain itu
perkembangan wilayah

terjadi pada fasilitas

publik seperti

fasilitas

pendidikan,

perdagangan/jasa, kesehatan, dan kantor juga mengalami peningkatan guna menyeimbangkan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan lahan
terbangun pada kawasan permukiman pada periode enam tahun terakhir disebabkan wilayah
yang berada dekat dengan pusat kota yakni Kelurahan Baru yang memiliki jumlah penduduk
terpadat berada dekat dengan tempat bekerja, tempat pendidikan, dan tempat perdagangan.
Sehingga berpengaruh pada tata guna lahan pada wilayah perkotaan yang berada di
Kecamatan Baolan.
Keberadaan fasilitas publik yang terkonsentrasi di pusat kota menjadi daya tarik untuk
masyarakat itu sendiri. Selain dapat memenuhi segala kebutuhan pokok, juga dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat bekerja dan menetap di sekitar pusat kota. Hal ini
menyebabkan terjadi perubahan penggunaan lahan dari area non ternbangun menjadi area
terbangun untuk kawasan permukiman pada kelurahan Baru dan Tuweley. Kedekatan lokasi
dengan pusat kota, memudahkan pergerakan diakibatkan oleh ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai.
Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

11

Perkembangan lahan terbangun yang cepat terjadi di Kelurahan Baru diakibatkan aktivita
infrastruktur daerah yang berpusat di wilayah ini, sehingga memicu munculnya permukimanpermukiman di sekitar wilayah ini. Selain itu, pembangunan terjadi Kelurahan lainnya yang
ditandai dengan adanya pembangunan kawasan perumahan elit serta fasilitas publik meliputi
fasilitas kantor, pendidikan, dan perdagangan yang mulai memadati sekitar kawasan ini.

Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
1.

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka perkembangan fisik di daerah penelitian
tersebar merata di sepuluh kelurahan/desa. Perkembangan terbesar berada di Kelurahan
Baru total perkembangan mencapai 95,51 Ha (36,97%). Perkembangan terkecil berada di
Desa Dadakitan luas pertambahan -0,3 Ha (-0,1%). Kelurahan Baru merupakan pusat
Kota dari Kecamatan Baolan, oleh karena itu keberadaan fasilitas publik yang
terkonsentrasi di wilayah ini menjadi daya tarik masyarakat dalam memenuhi segala
kebutuhan pokok, juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat bekerja dan
menetap di sekitar pusat kota;

2.

Arah kecenderungan perkembangan fisik lokasi penelitian pada tahun 2009 dan 2015
mencakup seluruh wilayah yang berada yang di Kecamatan Baolan, namun
perkembangan terbesar dominan ke arah barat Kecamatan Baolan.

Saran
1.

Perlu dilakukan penelitian dampak-dampak yang ditimbulkan oleh arah kecenderungan
dari perkembangan fisik Kecamatan Baolan saat ini, baik dampak secara fisik maupun
dampak sosial, sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan dan langkah-langkah
antisipasi ke depan;

2.

Bagi pemerintah daerah setempat kiranya perlu memperhatikan lahan-lahan yang cocok
bagi pengembangan agar tetap berpedoman pada arah dan kebijakan tata ruang yang
telah ada;

3.

Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang bagaimana pengaruh perkembangan fisik
kota terhadap morfologi Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com

12

Daftar Pustaka
Aqshah, Mohammad. (2014). Analisis Interaksi Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat
pedesaan (Studi Kasus Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Tadulako: Palu
Muta’ali, Lutfi. (2013). Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Badan Penerbit Fakultas
Geografi: Yogyakarta
Soehartono, Irawan. (1999). Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara: Jakarta
Yunus, Hadi Sabari. (2005). Manajemen Kota Perspektif Spasial. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: purnamaputri879@yahoo.com