BAB VII - DOCRPIJM bacec8d165 BAB VII7. BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

VII-1

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
pemukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Kawasan
peruntukan permukiman perkotaan direncanakan akan
dikembangkan di Kota Sarilamak dan pusat ibukota – ibukota
kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Sedangkan kawasan
peruntukan permukiman permukiman berada tersebar di setiap
kecamatan dengan luas ± 2.938 Km2 yang terdiri atas :
a. Kawasan permukiman penduduk perdesaan yang tumbuh secara
swadaya;
b. Kawasan transmigrasi di Kecamatan Kapur IX dan Kecamatan
Pangkalan Koto Baru.
A. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
Arah.MM, an kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada

amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3
(2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-2

seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada
awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang
lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
juga mencakup penyelenggaraanperumahan(butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butird),pemeliharaandan

perbaikan (butir e), Serta pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun
umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara
merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15Tahun 2012 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah
satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/ 2012
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya
luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10%
pada tahun 2014.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2012 – 2032. Peraturan ini mengarahkan
pembangunan di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan
memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil

guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keamanan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-3

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

B. ISU STRATEGIS, KONDISI EXSISTING, PERMASALAHAN, DAN
TANTANGAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Pembuatan dokumen RP2KP di Kabupaten Lima Puluh Kota
sedang dalam proses penyusunan. Oleh karena itu isu strategis,
kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota merujuk ke
dokumen RPJMD 2010 – 2015. Adapun Isu strategis dari
berbagai aspek dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel B. Isu – isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala
Kabupaten Lima Puluh Kota


No
1.

Isu Strategis
Pengembangan IKK

No
1.

Keterangan
Pembangunan Gedung

Sarilamak sebagai Pusat

untuk SKPD di

Pemerintahan, Sosial

Pemerintahan Kab. Lima


Budaya

Puluh Kota sampai tahun
yang akan datang
direncanakan 9 bangunan
2.

lagi.
Pengembangan daerah
segitiga pertumbuhan yaitu
Mungka, Sarilamak, dan
Pangkalan.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-4

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM


2.

Letak Geografis Daerah

1.

Perbaikan Infrastruktur

Yang Strategis Sebagai

Jalan yang menghubungkan

Gerbang Timur Sumatera

Kab. Lima Puluh Kota

Barat

dengan Prov. Riau sehinga

kelancaran mobilitas barang
dan orang antar wilayah
akan semakin tinggi.

3.

Perubahan Lingkungan,

1.

Iklim dan Konservasi SDA

Pengurangan luas dan daya
dukung hutan, terutama
terkonversi oleh pembukaan
lahan perkebunan dan
pertambangan yang pada
dasarnya tidak terpantau

2.


dan terawai dengan baik.
Perubahan lingkungan
lainnya terjadi akibat
konversi lahan menjadi area
perumahan, pemukiman dan
perkantoran, yang
selanjutnya berimbas kepada
peningkatan polusi

3.

lingkungan.
Polusi ini dapat berupa
peningkatan jumlah sampah,
pengurangan kualitas air
bersih, pengotoran udara,
kebisingan dan sebagainya.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-5

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

4.

Topografis Daerah Yang

1.

Topografi daerah kabupaten

Menyebabkan Tingginya

lima puluh kota

Disparitas Wilayah


bergelombang dan berbukti
dengan ketinggian dari
permukaan laut berkisar
antara 110 m sampai 791 m
2.

Dengan kondisi Topografis
yang bervariasi tersebut
maka secara alamiah terjadi
disparitas sosial dan

3.

ekonomi
Akibat nya maka secara
umum di Kabupaten Lima
Puluh Kota terjadi
ketimpangan sebaran
sumberdaya, baik
sumberdaya manusia,

sumberdaya ekonomi dan
sbgnya,

5.

Penyebaran Penyakit

1.

Menular Secara Global

Kabupaten Lima Puluh Kota
terdapat jutaan ternak
unggas yang potensial untuk
flu burung dan ribuan
ternak besar yang potensial
untuk flu babi dan anthraks

6.

Perkembangan
Perdagangan Interregional

1.

Komoditas yang mudah dan
mulai eksis perlu

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-6

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

dan International

dipertahankan seperti
gambir, jeruk siam gunuang
omeh, manggis, pisang dan
sbg nya. Kemudian juga
komoditas telur ayam ras,
sapi, kambing dan kerbau
serta ikan dan anak ikan
yang selama ini telah
menjadi tulang punggung
ekonomi daerah.

7.

Persaingan Usaha dan

1.

Realisasi investasi rata-rata

Rendahnya Realisasi

5 perusahaan setahun, dan

Investasi.

investasi itupun dengan
skala usaha dan modal yang
tidak terlalu besar.
Akibatnya investasi yang
terjadi tidak mampu
menyerap banyak tenaga
kerja.

8.

Infiltrasi Budaya Global
Yang Nrgatif dan Narkoba.

1.

Untuk mengatasi hal ini
maka pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan
adat dan budaya
minangkabau perlu lebih
ditingkatkan.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-7

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

a. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Luas dari kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Lima Puluh
Kota belum bisa ditentukan, disebabkan belum adanya surat
ketetapan tentang wilayah dan luas kawasan. Survey tentang
wilayah dan luas kawasan kumuh dimulai pada akhir tahun
2014. Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman
di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Permukiman Kab. Lima Puluh Kota

No Permasalahan Pengembangan
Permukaan
1
1

Tantangan

Alternatif

Pengembangan

Solusi

2

3

Aspek Teknis
Sarana dan Prasarana Infrastrktur
Cipta Karya di Kawasan
Permukiman Belum Memadai

2

Aspek Kelembagaan
Kurangnya koordinasi antar
lembaga di Nagari dengan SKPD
yang terkait dengan pengembangan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

4

VII-8

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

permukiman
3

Aspek Pembiayaan
Anggaran untuk pengembangan
permukiman yang ada di APBD
tidak memadai

4

Aspek Peran Serta
Masyrakat/Swasta Tidak adanya
peran serta masyarakat untuk
pengelolaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana permukiman

5

Aspek Lingkungan Permukiman

C.

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi
kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting
dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan
kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sector pengembangan permukiman di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Di Kabupaten Lima Puluh Kota acuan
kebijakan meliputi RPJMD 2010 – 2015, RTRW 2012 – 2032 dan
RDTR 2012 – 2032. Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada
tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman yang dapat
dilihat pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7.

No

Uraian

Unit

2015

2016

2017

2018

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

2019

Ket

VII-9

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

.
1

1.

Jumlah

Jiwa

Penduduk
Kepadatan

Jiwa/

Penduduk

Km2

Proyeksi

Jiwa/

Persebaran

Km2

Proyeksi

Jiwa/

Persebaran

Km2

Penduduk
Miskin
2

Nagari Potensial

Nagari

untuk
Agropolitan
3

Nagari Potensial

Nagari

untuk
Minapolitan
4

Kawasan

Kws

Rawan Bencana
5

Kawasan

Kws

Perbatasan
6

Kawasan

Kws

Permukiman
pulau – pulau
kecil

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-10

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

7

Desa Kategori

Nagari

Miskin
8

Kawasan dgn

Kws

Komoditas
Unggul

D.

Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan Sektor
Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang
menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai
berikut.
1. Umum
 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
 Kesiapan lahan (sudah tersedia).
 Sudah tersedia DED.
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP,
RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan
dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga
sistem bisa berfungsi.
 Ada unit pelaksana kegiatan.
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

1. Khusus
PPIP
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-11

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum
ditangani program Cipta Karya lainnya
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
 Tingkat kemiskinan desa >25%
E.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan yaitu rencana
pengembangan zona perumahan (R) di Kawasan Perencanaan
direncanakan seluas ± 1.034,16 Ha.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :
1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk
kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan)
2) Desa tertinggal dengan program PPIP
Selain kegiatan fisik diatas program / kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non – fisik seperti penyusunan
RP2KP dan RTBL. Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara
lebih rinci dituangkan pada table 6.8.

7.1.1 KONDISI EKISTING
A. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian
Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menyediakan kawasan
permukiman yang layak huni. Seluruh tahapan proses perencanaan,
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-12

pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman
didukung oleh peraturan – peraturan terkait pembangunan
permukiman di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Peraturan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Berdasarkan usulan dari Kabupaten Lima Puluh Kota ke Propinsi
Sumatera Barat menetapkan bahwa Nagari Pilubang Kecamatan
Harau merupakan salah satu kawasan kumuh di Kabupaten Lima
Puluh Kota. Namun penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Lima
Puluh Kota melalui Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota belum
ada. Survey mengenai kawasan kumuh baru dilaksankan pada akhir
tahun 2014. Sehingga data kawasan kumuh tersebut tidak tersedia.
Arahan pembangunan perumahan menurut usulan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012 -2032
adalah rencana pengembangan fasilitas perumahan yang sesuai daya
dukung dan daya tampung, maka pengembangan perumahan di
kawasan perencanaan meliputi : rumah sederhana (kavling kecil),
rumah menengah (kavling sedang), dan rumah mewah (kavling besar)
dengan perbandingan jumlah rumah menengah, berbanding jumlah
rumah mewah sebesar 6 (enam) atau lebih, berbanding 3 (tiga) atau
lebih, berbanding 1 (satu). Sehingga tidak ada pembangunan Rumah
Susun Hunian (RSH) dan Rusunawa di wilayah perkotaan yang
dilaksanakan dengan menggunakan APBD Kabupaten Lima Puluh
Kota. Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota
dilaksanakan dengan menggunakan APBN dari Kementerian
Perumahan Rakyat. Kondisi Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota
dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3 Kondisi Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-13

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

No Lokasi

Thn.

Pengelola

Rusunawa

Jumlah

Kondisi

Penghuni

Prasarana

Dibangun

Cipta Karya
Yang Ada

1
1.

2
Kec.

3

4

5

6

2013

Kemenpera 80

Baik

2014

Kemenpera 80

Sedang

Guguak
2.

Kec. Harau

dilaksanakan

Sedangkan bentuk dukungan infrastruktur dalam program –
program perdesaan dapat dilihat pada Tabel 6.4
Tabel 6.4 Data Program Perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota

No

Kegiatan

1

2

1

Lokasi

Vol/Satuan
3

Program

Nagari Sungai

Perencanaan

Rimbang Kec.

Kawasan

Suliki

Status

4
Dokumen

Kondisi
5

6

Sedang
Berlangsung

Perdesaan
Berkelanjutan
(P2KPB)
2

PPIP

Kec. Payakumbuh

2 Nagari

Kec. Akabiluru

3 Nagari

Selesai
Dilaksanakan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Baik

VII-14

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Kec. Luak

4 Nagari

Kec. Lareh Sago

7 Nagari

Halaban

Baik
Selesai

Baik

Dilaksanakan
Baik

Kec. Situjuah Limo
Nagari

5 Nagari

Kec. Harau

5 Nagari

Kec. Guguak

3 Nagari

Kec. Mungka

Kec. Kapur IX

Baik
Baik

Selesa
Dilaksanakan
Selesai

Baik
Baik
Baik

4 Nagari
Selesai

Kec. Bukik Barisan

Omeh

Dilaksanakan

Dilaksanakan

Kec. Suliki

Kec. Gunuang

Selesai
10 Nagari

4 Nagari

Dilaksanakan

Baik

3 Nagari

Selesai

Baik

Dilaksanakan
Baik

6 Nagari
Selesai
5 Nagari

Dilaksanakan

Baik

Selesai

Baik

Kec. Pangkalan
Dilaksanakan

7.1.2 SASARAN PROGRAM
7.1.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM

7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan
yang

diperlukan

sebagai

bagian

dari

upaya

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

pengendalian

VII-15

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

pemanfaatan

ruang,

terutama

untuk

mewujudkan

lingkungan

binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud
fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
A. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN PBL
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada
Undang – undang dan peraturan antara lain :
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman

memberikan

amanat

bahwa

penyelenggaraan

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan

perencanaan,

pengendalian,

pembangunan,

termasuk

di

pemanfaatan,

dalamnya

dan

pengembangan

kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung
harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan
sesuai

dengan

fungsinya,

serta

dipenuhinya

persyaratan

administratif dan teknis bangunan gedung.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No.
36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No.
28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung,
persyaratan

bangunan

gedung,

penyelenggaraan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

bangunan

VII-16

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

gedung,

peran

penyelenggaraan

masyarakat,
bangunan

dan

gedung.

pembinaan
Dalam

dalam

peraturan

ini

ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan
rancang

bangun

serta

alat

pengendalian

pengembangan

bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Panduan dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada
skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang
meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal

bidang

mengamanatkan

Pekerjaan
jenis

dan

Umum
mutu

dan

Penataan

pelayanan

dasar

Ruang
Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM
pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU
beserta sektor-sektornya.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-17

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

6.2.1.ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN
TANTANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
Terkait dengan dokumen RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota
maka isu strategis tentang penataan bangunan dan lingkungan
adalah pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki
dan bersinergis antara pusat pengembangan di perkotaan
Sarilamak dan perkotaan kecamatan serta pengembangan sistem
permukiman nagari berbasis agribisnis dan pariwisata dan
pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana
lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi
pertanian, industri pertanian, ekowisata dan pusat permukiman
secara terpadu dan efisien. Gambaran isu strategis penataan
bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat
dilihat pada Tabel 6.9.
B. Permasalahan

dan

Tantangan

Penataan

Bangunan

dan

Lingkungan
Kurang tertibnya pembangunan bangunan gedung di Kabupaten
Lima Puluh Kota dapat dilihat dari target nilai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) untuk tahun 2019 hanya 43%. Standar SPM yang
mengacu pada Permen PU Nomor 14 Tahun 2010 terkait dengan
sektor PBL, khususnya melayani masyarakat dalam pengurusan
IMB adalah 100% pada tahun 2014. Identifikasi permasalahan
dan tantangan PBL dapat dilihat pada Tabel 6.12.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-18

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

6.2.2.Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki lahan efektif
yang dapat diolah untuk pembangunan dalam jumlah terbatas (±
40%), dikarenakan sebagian besar lahan yang ada berupa hutan
lindung (± 60%), dan lahan yang ada itupun sebagian besar memiliki
topografi bergelombang dan berbukit dengan kemiringan diatas 50%
yang cukup banyak. Kondisi geografis ini pada gilirannya ikut
mempengaruhi prilaku dan kehidupan masyarakat secara sosial
ekonomi dan budaya.
Salah satu sasaran RPJMD 2010 – 2015 menyangkut PBL adalah
terciptanya komunitas perumahan yang tertata dengan baik.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah
sebagai berikut:
a) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH privat;
b) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%
terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
c) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan
atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus
tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi

30%

merupakan

ukuran

minimal

untuk

menjamin

keseimbangan ekosistem kota/perkotaan, baik keseimbangan sistem
hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis
lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-19

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai
estetika kota. Yang termasuk ruang terbuka hijau kota/perkotaan,
antara lain, meliputi hutan kota, taman kota, dan jalur hijau di
sepanjang jaringan jalan. Kebutuhan sector PBL dapat dilihat pada
Tabel 6.13.
6.2.3.Program – Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan
Bangunan

dan

Lingkungan

(PBL)

maka

dibutuhkan

Kriteria

Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana
kegiatan

rinci,

mendukung

indikator

pelaksanaan

kinerja,
kegiatan

komitmen
melalui

Pemda

dalam

penyiapan

dana

pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan
kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta
mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
adalah:
- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kriteria Lokasi :
• Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
• Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
• Kawasan yang dilestarikan/heritage;
• Kawasan rawan bencana;
• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha,
fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus,
kawasan sentra niaga (central business district);
• Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-20

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
6.2.4.Usulan

Kebutuhan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan

dan Lingkungan
Usulan program dan kegiatan PBL pada Kabupaten Lima Puluh Kota
dapat dilihat pada Tabel 6.14.
7.2. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Penyelenggaraan,

pengembangan

SPAM

adalah

kegiatan

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,
merehabilitasi, memantau dan / atau mengevaluasi system fisik
(teknik) dan non fisik penyediaan air minum
A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan SPAM
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam pengembangan SPAM
antara lain :
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air
baku

untuk

air

minum

rumah

tangga

dilakukan

dengan

pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-21

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan
prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan
pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan
asas

penyelenggaraan

pengembangan

SPAM,

yaitu

asas

kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan
dan
keserasian,

keberlanjutan,

keadilan,

kemandirian,

serta

transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/

penyediaan

air

minum

perlu

dilakukan

pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang
utuh

untuk

melaksanakan

penyediaan

air

minum

kepada

masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-22

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang
aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan
kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
7.2.1 KONDISI EKSISTING
Untuk mewujudkan kawasan pemerintahan terpadu di Kota
Sarilamak, maka Pemerintah Daerah perlu meningkatkan alokasi
dana untuk pembangunan gedung perkantoran dan prasarana dan
sarana pendukungnya. Penyediaan dana ini tidak saja dari APBD
Pemerintah

Kabupaten

tetapi

juga

perlu

diusahakan

dari

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Secara bertahap
beberapa badan dan dinas sudah mulai pindah ke kawasan
perkantoran Sarilamak ini. Gambaran kondisi eksisting kegiatan
penataan bangunan lingkungan di kabupaten Lima Puluh Kota
terkait peraturan daerah dapat dilihat pada Tabel 6.10.
Menurut RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota yang termasuk
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang ada terdiri dari
:
ii.

kawasan bersejarah Pemerintahan Darurat Repulik Indonesia
(PDRI) berupa bangunan musium yang berlokasi di Kecamatan
Gunung Omeh; dan

iii.

kawasan bersejarah Situs Menhir di Kecamatan Harau, Kecamatan
Bukik Barisan, Kecamatan Guguak dan Kapur IX merupakan batu
yang merupakan sejarah suku-suku di Kabupaten lima Puluh Kota.
Gambaran penataan lingkungan permukiman di Kabupaten Lima
Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.11.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-23

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

7.2.2 SASARAN PROGRAM
7.2.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM

7.3 SEKTOR PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
(SPAM)
7.3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Penyelenggaraan,

pengembangan

SPAM

adalah

kegiatan

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,
merehabilitasi, memantau dan / atau mengevaluasi system fisik
(teknik) dan non fisik penyediaan air minum
B. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan SPAM
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam pengembangan SPAM
antara lain :
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air
baku

untuk

air

minum

rumah

tangga

dilakukan

dengan

pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan
prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan
pelayanan.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-24

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan
asas

penyelenggaraan

pengembangan

SPAM,

yaitu

asas

kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan
dan
keserasian,

keberlanjutan,

keadilan,

kemandirian,

serta

transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/

penyediaan

air

minum

perlu

dilakukan

pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang
utuh

untuk

melaksanakan

penyediaan

air

minum

kepada

masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum
yang aman

melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-25

jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi
dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
6.3.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Kegiatan SPAM
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Isu Strategis Pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh Kota
berdasarkan Master Plan Air Minum Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2009 dalah sebagai berikut :
1. Adanya peningkatan akses air minum perpipaan berdasarkan
daerah pelayanan berikut :
 Wilayah pelayanan IKK dari 23% menjadi 45%.
 Wilayah pelayanan Desa dari 8% menjadi 20%.
 Membuat Rencana Induk SPAM.
Untuk meningkatkan akses air minum perpipaan dilakukan
kegiatan penambahan unit pelayanan yaitu :
 Pengembangan pelayanan kota ;1 Unit/kota.
 Penyediaan PS air minum IKK Rawa Air yang belum memiliki
system (baru) :0 Unit.
 Perluasan/pengembangan SPAM IKK yang sudah memiliki
sistem (lama) : 1 Unit.
 Penyediaan PS air minum Desa Rawan Air yang belum memiliki
sistem (baru) : 4 Unit.
 Perluasan SPAM desa yang sudah memiliki sistem (lama) : 2
Unit.
2. Peningkatan akses air minum non perpipaan terlindungi di
abupaten Lima Puluh Kota dari 15% menjadi 16,3%. Upaya yang
dilakukan berupa pengembangan PS air minum di nagari.
3. Peningkatan kesehatan PDAM. Dalam hal ini status PDAM akan
ditingkatkan dari sakit menjadi kurang sehat dan menjadi sehat.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-26

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah :


Dukungan

APBD

untuk

mengurangi

utang/memberikan

dukungan lebih besar dari dana APBD dst.
• Penyesuaian tarif dari tarif air rata-rata Rp 600/M2 menjadi Rp
1.200/M3
4. Menurunkan tingkat kehilangan air khususnya di perkotaan dan
IKK dari 45% menjadi 20%.
Upaya-upaya yang dilakukan meliputi :
• Pemasangan water meter induk baru.
• Mengganti/menambah water pelanggan yang terkalibrasi.
• Rehabilitasi jaringan pipa tua.
• Mengevaluasi dan memonitoring saluran pipa secara rutin dan
seterusnya.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
Identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan SPAM di
Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.16.
6.3.2.Analisis Kebutuhan SPAM
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap
antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai
pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum di
Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 65,38%

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-27

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-28

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-29

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-30

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-31

A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Lima Puluh
Kota
Pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat di Kabupaten
Lima Puluh difasilitasi oleh PDAM dan Non PDAM. Organisasi
pengelola air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari
PDAM dan Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum
(BPSPAM) Nagari.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-32

Cakupan pelayanan air minum untuk masyarakat lebih besar
persentase dari Non PDAM dibandingkan dengan PDAM. Hasil
Analisis kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 6.17.
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah
Gambaran realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan
air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada
Tabel 6.18.
6.3.3.Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan Sektor Air Minum
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten
Lima Puluh Kota antara lain:
A. Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan:


Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)



Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan
Rumah (SR) total

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-33

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-34

Indikator:


Peningkatan kapasitas (liter/detik)



Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-35

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari
target total SR untuk MBR
Indikator:


Peningkatan kapasitas (liter/detik)



Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani
SPAM

C. Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan:


Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)



Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan
Rumah (SR) total

Indikator:


Peningkatan kapasitas (liter/detik)



Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan
SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
A. Tersedia

Rencana

Induk

Pengembangan

SPAM

(sudah

dianggarkan pada Tahun 2015)
B. Tersedia dokumen RPIJM bidang Cipta Karya
C. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya


Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik
atau diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm



Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20
l/detik atau diameter pipa JDU terbesar 200 mm;

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-36

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

D. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007)
E. Ada indikator kinerja untuk monitoring
– Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik
– Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh
masyarakat pada tahun yang sama
F. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
G. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai
kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang
akan dibangun
H. Institusi

pengelola

pasca

konstruksi

sudah

jelas

(PDAM/BPSPAM Nagari)
I.

Dinyatakan dalam surat pernyataan Bupati Lima Puluh Kota

6.3.4.Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan dan prioritas program komponen pengembangan SPAM disusun
sesuai kebijakan prioritas program yang ada pada RPJMD.
Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum
berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan
kawasan unggulan. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan
SPAM dapat dilihat pada Tabel 6.19.

7.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh
Kota meliputi :
a. Aspek Teknis
Berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang
terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota.
b. Aspek Pendanaan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-37

Berkaitan dengan uraian umum pembiayaan pengelolaan air
minum dari sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan
perpipaan
c.

Kelembagaan
Organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan
perpipaan maupun non perpipaan

d. Peraturan Perundangan
Peraturan – perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air
minum di Kabupaten Lima Puluh Kota
e.

Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait
dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat
dan peran serta masyarakat memelihara kualitas dan kuantitas
sumber air.

Gambaran kondisi eksisting sistem penyediaan air minum di
Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.15.

7.3.2 SASARAN PROGRAM
7.3.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM
7.4 SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN (PLP)
7.4.

Penyehatan Lingkungan Permukiman

6.4.1. Air Limbah
Air limbah adalah Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang
mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-38

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

6.4.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air
limbah , antara lain :
1. Undang-Undang

No.

17

Tahun

2007

tentang

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan
untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat
serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri,
perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan
pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana
air
limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan
sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah
satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan
pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-39

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang
memadai

dan

tersedianya

sistem

air

limbah

skala

komunitas/kawasan/kota.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998
tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap
air
buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang
ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu
standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent
standard).
6.4.1.2. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi
data dan informasi dari dokumen – dokumen perencanaan
pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman di
Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti RPJMD, RTRW Kabupaten Lima
Puluh Kota, Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten.
Berdasarkan dokumen SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012 ada
beberapa isu strategis tentang Pengembangan Air Limbah Dometik
yaitu :
1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan air limbah
Tujuan : Tersedianya sistem pengelolaan air limbah setempat
yang dapat melayani 60 % penduduk perkotaan pada
tahun 2017

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-40

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

Pernyataan Sasaran : Berkurangnya praktek BABS dari 10%
menjadi 0% pada tahun 2017
Indikator Sasaran : Tidak ada penduduk yang melakukan praktek
BABS pada tahun 2015
Strategi :


Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang
dapat melayani 60 % penduduk pada tahun 2017



Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang
dapat melayani 75% penduduk perkotaan pada tahun 2017



Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75 %
pada tahun 2017



Memprioritaskan pembangunan bagi kelompok masyarakat
miskin

2. Rendahnya akses masyarakat terhadap jamban yang sehat
Tujuan : Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75%
pada Tahun 2017
Pernyataan Sasaran : Tersedianya layanan air limbah setempat
yang memadai pada akhir tahun 2015
serta

meningkatnya

tingkat

layanan

menjadi 75% di wilayah perkotaan pada
tahun 2017
Indikator Sasaran : Berkurangnya praktek BABS menjadi 0% di
wilayah perkotaan dan area beresiko tinggi
pada tahun 2017
Strategi :


Tersedianya rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Domestik
pada akhir tahun 2014



Tersedianya regulasi air limbah domestic pada akhir tahun
2014

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-41

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM



Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai
pada
akhir tahun 2015 serta meningkatnya tingkat layanan
menjadi 75 % di wilayah perkotaan pada tahun 2017



Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban
keluarga yang sehat dari 35 % menjadi 75 % atau 151.197
Jiwa pada akhir tahun 2017. (Data EHRA)
Berkurangnya praktek BABS menjadi 0 % pada tahun 2017



Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih pengelola
air limbah setempat skala individu menjadi 7 Orang pada
akhir tahun 2015



Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih KSM
pengelola MCK menjadi 39 orang pada tahun 2017



Meningkatnya alokasi pendanaan air limbah domestik dari
APBD

3.

Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan
air limbah
Tujuan : Peningkatan kesadaran masyarakat akan perilaku
hidup bersih dan sehat dan pengembangan serta
pengelolaan lingkungan yang sehat Perkembangan
kota Sarilamak sebagai ibu kota kabupaten menjadikan
daerah ini sebagai pusat berbagai aktivitas yang pada
gilirannya akan menimbulkan berbagi persoalan sosial
dan

lingkungan.

mengalami
maupun

Volume

peningkatan

kualitas

harus

sampah

baik

dari

ditangani

yang
segi

terus

kuantitas

dengan

baik.

Persoalan sampah yang tidak diatasi dengan baik
dapat

menimbulkan

dampak

buruk

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

bagi

bagi

VII-42

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

kesehatan manusia dan pencemaran terhadap tanah,
air dan udara
Pernyataan Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
terutama dalam pemanfaatan jamban
sehat keluarga
Indikator Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
151.197

jiwa

terutama

pada

dalam

akhir

tahun

penggunaan

2017

jamban

sehat keluarga
Strategi :


Program

sosialisasi

dan

kampanye

dalam

pendidikan

lingkungan dan kepedulian lingkungan


Program

pembangunanPS

air

limbah

lingkungan

sehat

permukiman berbasis masyarakat


Bantuan Teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah
Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota
yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam
tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED.
Lokasi IPLT direncanakan di Jorong Tigo Balai Kecamatan Harau.
Gambaran permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten
Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 724.
6.4.1.3. Analisis Kebutuhan Air Limbah
Penanganan air limbah di perumahan dan permukiman pada
dasarnya

merupakan

tanggung

jawab

masyarakat

sendiri,

sedangkan sarana penunjangnya dapat dibantu atau disediakan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-43

oleh pemerintah daerah, baik dengan atau tanpa bantuan
pemerintah pusat maupun kerja sama dengan sektor swasta.
Berdasarkan isu strategis tentang air limbah maka yang yang
dibutuhkan dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh
Kota adalah :
1. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air limbah
2. Tersedianya fasilitas jamban sehat untuk masing – masing KK

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-44

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-45

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-46

3. Tersedianya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan air
limbah
Berdasarkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota
Tahun 2012, maka gambaran analisis kebutuhan pengelolaan air
limbah dapat dilihat pada Tabel 6.25.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

VII-47

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-48

6.4.2. Persampahan
Dalam skala Kabupaten Lima Puluh Kota sampah ditangani oleh
Dinas Pekerjaan Umum dengan pengangkutan secara komunal yaitu
dimana sampah dari tiap rumah tangga diangkut oleh petugas
kebersihan ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara
dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) oleh truk-truk sampah. TPA Kabupaten Lima Puluh
Kota terdapat di Kota Payakumbuh yang merupakan TPA Regional.
6.4.2.1. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Persampahan
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu strategis pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh
Kota adalah :
1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah di
sumber sampah
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

VII-49

2. Belum adanya partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam
pengelolaan sampah
3. Sistem pengelolaan sampah yang ada belum bisa melayani
masyarakat sebanyak 70%.
4. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan
sampah sesuai dengan amanah UU Nomor 18 Tahun 2008

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII. KETERPADUAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM)
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PU