BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM cd223eca4f BAB VIIBAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable),
aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat
untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan
berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan
sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), proses penyelenggaraan lahan, pengembangan
ekonomi kota serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola
dan struktur serta bahan material yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman diantaranya
adalah :
1. Peran Kabupaten dalam pengembangan wilayah;
2. Rencana Pembangunan Kabupaten;
3. Memperhatikan kondisi ilmiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti
struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya;
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
Bab VII Rencana Pembangunan Inrastruktur Cipta Karya
VII - 1
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
5. Dalam proses penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (masterplan)
Pengembangan Permukiman;
6. logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dan Pengembangan
Permukiman;
7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada
tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun perencanaan
teknik;
8. Memperhatikan peraturan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia;
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektifitas dan efisiensi dalam Pengembagan Perkotaan
pada Kota bersangkutan;
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi
juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan;
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta;
12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman;
13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya;
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana
dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih
lanjut;
15. Safeguard sosial dan dan lingkungan;
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis
disertakan dalam bentuk lampiran.
Sub bidang pengembangan permukiman pada bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan
dan perdesaan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 2
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tujuan Pengembangan Permukiman adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar
permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur.
3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah.
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman.
2. Tersedianya perumahan tipe RSH, Rusunawa.
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah.
4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.
Program/kegiatan pembangunan permukiman dapat dibedakan menjadi :
1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH).
b. Penataan dan Peremajaan Kawasan.
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Subang belum dirasakan mendesak karena
kepadatan penduduknya yang masih tergolong rendah.
d. Peningkatan Kualitas Permukiman
2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).
b. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
c. Pengembangan Prasarana dan Sarana eks Transmigrasi.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 3
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Di Daerah atau Desa Terpencil.
e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan.
f.
Penyediaan Prasarana dan Sarana Dalam Rangka Penanganan Bencana.
7.1.1 Profil Pembangunan Permukiman
A.
Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama non
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Ciri utama wilayah ini adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerinahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, serta jumlah penduduk yang relatif
padat tetapi dengan luasan lahan yang relatif kecil. Arahan dalam pengembangan kawasan
permukiman perkotaan yakni:
▪ Pengarahan dan pembatasan kegiatan permukiman perkotaan terutama di sepanjang
jalan nasional (jalur pantura) dalam kaitan dengan pengendalian pemanfaatan sawah
irigasi.
▪ Pemanfaatan ruang perkotaan berpola konsentris dibandingkan linear sebagai upaya
meningkatkan efisiensi pelayanan kota.
▪ Penyusunan rencana
tata ruang kota pada kawasan yang menunjukkan
kecenderungan perkembangan pesat serta ibukota kecamatan.
▪ Pengembangan permukiman untuk mendukung perkembangan zona industri di
Kecamatan Cipendeuy, Pabuaran, Kalijati, Purwadadi, Cibogo, Pagaden, dan
Cipunagara.
▪ Peningkatan sarana dan prasaranan permukiman terutama sarana air bersih,
drainase, limbah, persampahan, listrik, dan telekomunikasi pada beberapa pusat
permukiman perkotaan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 4
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
B.
Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengolahan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan
permukiman perdesaan lokasinya menyebar dalam bentuk pusat-pusat permukiman desa.
Dalam kawasan perdesaan paling tidak terdapat kegiatan berupa:
▪ Pusat pelayanan jasa sosial ekonomi, seperti pasar, peribadatan, pendidikan.
▪ Lahan usaha pertanian, seperti: sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis,
tegalan, perkebunan dan kebun campuran.
Pengembangan pusat permukiman harus dikaitkan secara serasi, selaras dan saling
menguatkan dengan sistem kota dan pengembangan kawasan-kawasan produksi dan
prasarana wilayah.
Dalam rangka memadukan perkembangan desa dan kota perlu dipilih pusat-pusat desa
yang merupakan desa-desa yang mempunyai keterkaitan dengan desa-desa lain dan pusatpusat permukiman kota. Arahan kebijaksanaan pengembangan perdesaan yakni:
▪
Perbaikan sistem dan mekanisme budidaya pertanian antara lain melalui perbaikan
prasarana produksi, peningkatan panyuluhan bagi petani dan pemberian insentif
(berupa kredit) dalam memacu produksi petani.
▪
C.
Peningkatan prasarana perhubungan dan pemasaran antar desa dan kota.
Prasarana Dan Sarana Dasar Permukiman
Kondisi rumah yang terdapat di Kabupaten Subang terdiri dari rumah permanen, semi
permanen dan non permanen. Penyebaran rumah di Kabupaten Subang yang paling
dominan di Kabupaten Subang terletak di wilayah kecamatan Subang dengan jumlah rumah
sebanyak 31.981 unit, disusul kecamatan Ciasem sebanyak 24.795 unit sedangkan untuk
jumlah sebaran terkecil terletak pada kecamatan Cibogo dengan hanya terdapat 6.377 unit
rumah saja.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 5
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Kondisi rumah yang permanen didominasi oleh kecamatan Subang yaitu sebanyak 27.230
unit disusul oleh kecamatan Pagaden sebanyak 19.436 unit sedangkan untuk jumlah rumah
permanen terkecil berada pada Kecamatan Legon kulon yaitu sebanyak 3.873 unit (lihat
Tabel 7.1).
Tabel 7.1
Jumlah Perumahan Rakyat Menurut Jenis
Per Kecamatan Di Kabupaten Subang Tahun 2005
Jenis Rumah
No
Kecamatan
Permanen
Semi
Permanen
Temporer
Jumlah
1
SAGALAHERANG
8.698
2.004
1.205
11.907
2
JALANCAGAK
12.550
5.837
1.611
19.998
3
CISALAK
8.295
1.123
1.179
10.597
4
TANJUNGSIANG
8.502
944
1.736
11.182
5
CIJAMBE
9.604
319
1.174
11.097
6
CIBOGO
5.458
157
762
6.377
7
SUBANG
27.230
4.698
53
31.981
8
KALIJATI
13.896
1.174
1.292
16.362
9
CIPEUNDEUY
5.835
308
365
6.508
10
PABUARAN
11.221
1.035
5.621
17.877
11
PATOKBEUSI
7.097
6.375
3.998
17.470
12
PURWADADI
9.934
1.405
2.255
13.594
13
CIKAUM
6.038
336
3.536
9.910
14
PAGADEN
19.436
2.335
1.637
23.408
15
CIPUNAGARA
9.275
1.086
2.668
13.029
16
COMPRENG
5.602
3.639
2.664
11.905
17
BINONG
10.551
4.387
5.987
20.925
18
CIASEM
11.063
7.380
6.352
24.795
19
PAMANUKAN
14.696
2.476
4.619
21.791
20
PUSAKANAGARA
10.954
1.320
5.240
17.514
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 6
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Jenis Rumah
No
Kecamatan
Permanen
Semi
Permanen
Temporer
Jumlah
21
LEGONKULON
3.873
2.459
1.242
7.574
22
BLANAKAN
7.427
2.552
3.484
13.433
JUMLAH
227.235
53.349
58.680
339.234
Sumber : Kantor PMD Kabupaten Subang
Tabel 7.2
Jumlah Perumahan Rakyat Dirinci Setiap Wilayah
Di Kabupaten Subang Tahun 2005
Jumlah Rumah & Kondisinya Tahun 2005
No.
Wilayah
Permanen
Semi
Permanen
Temporer
Total
1
Pegunungan
47,649
10,227
6,905
64,781
2
Dataran
131,573
26,935
30,838
189,346
3
Pesisir Pantai
48,013
16,157
20,937
85,107
227,235
53,319
58,680
339,234
Kabupaten Subang
Sumber : Hasil Olahan
❖
Air Bersih
Pelayanan air bersih untuk mendukung aktifitas penduduk dan aktivitas kota lainnya seperti
pasar, perkantoran, perdagangan, industri dan lain-lain, dilayani PDAM.
Untuk kebutuhan proyeksi ke depan (tahun 2015) diperkirakan 40 lt/det untuk permukiman
RS-RSH, sedangkan untuk permukiman lainnya membutuhkan air yang kecil (Tabel 4.3).
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 7
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tabel 7.3
Penggunaan air bersih di Kabupaten Subang Tahun 2015
No.
Uraian
1.
JumlahPenduduk
2.
Standar Kebutuhan Air Bersih
3.
4.
5.
6.
Satuan
jiwa
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
5,474
1,682
-
-
3
3
3
3
a. Sambungan Rumah (SR)
l/jiwa/hari
160
Jumlah jiwa/SR
jiwa
b. Kebutuhan untuk Industri
l/Ha/hari
40,000
40,000
40,000
40,000
c. Kebutuhan untuk Pariwisata
l/Ha/hari
4,800
4,800
4,800
4,800
d. Kebutuhan untuk Perdagangan & Jasa
l/Ha/hari
5,210
5,210
5,210
5,210
f. Hidran Umum (HU)
l/jiwa/hari
30
30
30
30
Jumlah jiwa/HU
jiwa
100
100
100
100
Targert Tingkat pelayanan air bersih Sistem perpipaan
%
a. Sambungan Rumah
%
75
75
75
75
b. Sambungan Industri
%
100
100
100
100
c. Sambungan Pariwisata
%
100
100
100
100
d. Sambungan Perdagangan & Jasa
%
100
100
100
100
f. Hidran Umum
%
5
5
5
5
1,360
418
-
-
Jumlah pelanggan
a. Sambungan Rumah (SR)
unit
b. Luas Industri
Ha
c. Luas Pariwisata
Ha
d. Luas Perdagangan dan Jasa
Ha
f. Hidran Umum per 100 penduduk
unit
3
1
-
-
a. Sambungan Rumah
liter/det
23
-
-
-
b. Sambungan Industri
liter/det
-
-
-
-
c. Sambungan Pariwisata
liter/det
-
-
-
-
d. Sambungan Perdagangan & Jasa
liter/det
-
-
-
-
f. Hidran Umum per 100 penduduk
liter/det
0
0
-
-
g. Total Debit Kebutuhan Air Domestik
liter/det
23
0
-
-
Kebutuhan Air Domestik per hari
Kebutuhan Air Non-Domestik per hari
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 8
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
No.
Uraian
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
a. Persentase dari kebutuhan Domestik
%
20
20
20
20
b. Total Debit Kebutuhan Air Non-Domestik
liter/det
5
0
-
-
7.
Sub Total Kebutuhan Air
liter/det
28
0
-
-
8.
Tingkat Kebocoran Air Bersih
a. Persentase kebocoran
%
20
20
20
20
b. Total Debit kebocoran
liter/det
6
0
-
-
9.
Total Kebutuhan Air Rata-rata
liter/det
33
0
-
-
10.
Faktor Kebutuhan Maksimum Harian
1
1
1
1
11.
Kebutuhan Air Maksimum Harian
36
0
-
-
12.
Faktor Kebutuhan Puncak Harian
1
1
1
1
13.
Kebutuhan Air Puncak Harian
40
0.00003
-
-
liter/det
liter/det
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
❖
Air Limbah
Air limbah yang dihasilkan sebagai bahan ikutan aktifitas masyarakat tidak dapat dihindari
keberadaannya, jenis air limbah yang dihasilkan yaitu air limbah rumah tangga (mandi dan
cuci), dan sumber-sumber lainnya. Pengelolaan air limbah disalurkan melalui saluransaluran yang ada, baik yang ada disetiap lingkungan perumahan/permukiman dan pinggiran
jalan dan berakhir disetiap sungai yang ada.
Tabel 7.4.
Pemakaian Air Kotor di Kabupaten Subang Tahun 2015
No
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
jiwa
5,474
1,682
-
-
a. Proyeksi Persentase Keluarga yang
menggunakan Septicktank
%
85
85
85
85
b. Proyeksi Persentase Keluarga yang
tidak menggunakan Septicktank
tetapi MCK
%
15
15
15
15
jiwa
4,653
1,430
-
-
Uraian
1.
Jumlah Penduduk
2.
Persentase Utilitas
3.
Jumlah Penduduk yang Terlayani
untuk Septicktank
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 9
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
jiwa
821
252
-
-
a. Standar Pelayanan Septictank
untuk Keluarga
Jiwa
3
3
3
3
b. Standar Pelayanan untuk MCK (1
MCK = 100 jiwa)
Jiwa
100
100
100
100
a. Proyeksi Jumlah Kebutuhan
Septicktank untuk Keluarga
Unit
1,541
474
-
-
b. Proyeksi Jumlah Kebutuhan MCK (1
MCK = 100 jiwa)
Unit
8
3
-
-
No
Uraian
Jumlah Penduduk Terlayani untuk
MCK
4.
5.
Standar Pelayanan per unit sarana
Jumlah sarana
6.
Lumpur Tinja Domestik yang
dihasilkan untuk tiap orang (30 lt x
jmlh pddk)/365 hari
lt/hari
382
118
-
-
7.
Lumpur Tinja Non Domestik (20% tinja
domestik)
lt/hari
76
24
-
-
8.
Total Lumpur Tinja Domestik dan
Non-Domestik
lt/hari
459
141
-
-
9.
Kebutuhan Truk Tinja Kapasitas 2 m3
(jlh lumpur tinja/kapasitas truk)
buah
0
0
-
-
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
❖
Listrik
Tabel 7.5
Pemakaian Listrik di Kabupaten Subang Tahun 2015
Satuan
RS-RSH
REAL ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
Jumlah Penduduk
jiwa
5,474
1,682
-
-
Jumlah Penduduk rata-rata/KK
Jiwa
3
3
3
3
KK
1,813
557
-
-
a. Rumah Tangga
%
85
85
85
85
b. Non Rumah Tangga
%
150
150
150
150
c. Penerangan Jalan
%
15
15
15
15
Watt/KK
900
900
900
900
No.
1.
Uraian
2.
jumlah KK
Proyeksi Target Pelayanan (%)
3.
4.
Daya Pasang Listrik (W)
5.
Kebutuhan Listrik
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 10
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Satuan
RS-RSH
REAL ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
a. Rumah Tangga (KK x %xX W)
KW
1,386,803
426,228
-
-
b. Non Rumah Tangga
KW
2,447,299
752,167
-
-
c. Penerangan Jalan
KW
244,730
75,217
-
-
Total Kebutuhan
KW
4,078,832
1,253,612
-
-
No.
Uraian
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Dari Tabel 7.4 , dapat diuraikan bahwa kebutuhan total listrik untuk permukiman RS-RSH
adalah 4,078,832 KW, untuk permukiman real estate adalah 1,253,612 KW.
❖
Sampah
Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Subang adalah sampah domestik yaitu dari rumah
tangga serta sampah non domestik yang dihasilkan dari industri, pasar, komersil dan jalan.
Total produksi sampah total (tahun 2015) untuk RS-RSH adalah 6 m3, real estate adalah
2 m3.
Tabel 7.6
Timbulan Sampah di Kabupaten Subang Tahun 2015
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
jiwa
5,474
1,682
-
-
%
40
40
40
40
jiwa
2,189
673
-
-
lt/or/hari
2
2
2
2
a. Sampah Komersial
lt/or/hari
0
0
0
0
b. Sampah Fasilitas Umum
lt/or/hari
0
1
2
3
6.
Volume Sampah Domestik P X % X SD
m3/hari
5
2
-
-
7.
Volume Sampah Non Domestik
a. Sampah Komersial
m3/hari
1
0
-
-
b. Sampah Fasilitas Umum
m3/hari
0
1
-
-
Volume Sampah Total (VS)
m3/hari
6
2
-
-
No.
Uraian
1.
Jumlah Total Penduduk (P)
2.
Proyeksi Skala pelayanan Pemda thd pddk (%)
3.
Jumlah Penduduk yang Terlayani Sampahnya (P X %)
4.
Standar Sampah Domestik (SD)
5.
Standar Sampah Non Domestik
8.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 11
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
a. Pel. Komunal
%
85
85
85
85
b. Pel. Individual
%
15
15
15
15
a. Gerobak Sampah 1 m3 (VS X SP)
buah
1
0
-
-
b. TPS kontainer besi 10 m3
buah
1
0
-
-
c. Truk terbuka 7 m3 (50%)
buah
0
0
-
-
d. Dump-truck 8 m3 (40%)
buah
0
0
-
-
e. Arm-roll truck 10 m3 (10%)
buah
0
0
-
-
No.
Uraian
9.
Sistem Pelayanan (SP):
10.
Kebutuhan Peralatan
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
7.1.2
A.
Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permukiman kumuh dan Ilegal (Slum dan Squater)
Jumlah bangunan dan keluarga pada kawasan kumuh mendominasi di Kecamatan Binong,
terdistribusi pada Kelurahan/desa Nangerang, Karangsari, Binong, dan Tambakdahan serta
Kec. Pagaden (desa Kamarung).
Total permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Subang tersebar pada 57 lokasi yang
menempati lahan seluas 168 hektar, bangunan rumah yang berdiri sebanyak 2040 unit dan
didiami 2090 keluarga (KK).
Rumah yang berdiri di daerah limitasi mencapai 1073 keluarga tinggal di daerah bantaran
sungai yang mendiami 804 rumah, 456 keluarga tinggal dibawah listrik tegangan tinggi yang
mendiami 57 rumah.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 12
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tabel 7.7
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Kumuh Kabupaten Subang Tahun 2003
No.
Kecamatan
Jumlah
Keluarga di
Lokasi Kumuh
Jumlah
Bangunan di
Lokasi Kumuh
Luas
Permukiman
Kumuh
Jumlah Lokasi
Permukiman
Kumuh
1
BINONG
643
639
13
12
2
BLANAKAN
427
426
10
3
3
CIASEM
0
0
0
0
4
CIBOGO
0
0
0
0
5
CIJAMBE
0
0
0
0
6
CIKAUM
0
0
0
0
7
CIPEUNDEUY
0
0
0
0
8
CIPUNAGARA
207
200
0
10
9
CISALAK
0
0
0
0
10
COMPRENG
107
95
5
10
11
JALANCAGAK
0
0
0
0
12
KALIJATI
142
142
20
3
13
LEGONKULON
0
0
0
0
14
PABUARAN
0
0
0
0
15
PAGADEN
40
40
0
1
16
PAMANUKAN
314
288
9
7
17
PATOKBEUSI
200
200
111
5
18
PURWADADI
0
0
0
0
19
PUSAKANAGARA
0
0
0
0
20
SAGALAHERANG
0
0
0
0
21
SUBANG
10
10
0
6
22
TANJUNGSIANG
0
0
0
0
2.090
2.040
168
57
TOTAL
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 13
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KABUPATEN
Keterangan
SUBANG
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG
PROVINSI JAWA BARAT
Peta Sebaran Lokasi Kumuh
Gambar 7.1.
Peta sebaran lokasi kumuh di Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 14
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tabel 7.8
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Ilegal Kabupaten Subang Tahun 2003
No.
Kecamatan
Jumlah Bangunan
di Bawah
Tegangan Tinggi
Jumlah Keluarga
di Bawah
Tegangan Tinggi
Jumlah Bangunan
di Bantaran
Sungai
Jumlah Keluarga
di Bantaran
Sungai
1
BINONG
38
38
22
22
2
BLANAKAN
0
0
171
265
3
CIASEM
5
5
65
125
4
CIBOGO
0
0
0
0
5
CIJAMBE
0
0
0
0
6
CIKAUM
20
36
60
124
7
CIPEUNDEUY
0
0
0
0
8
CIPUNAGARA
40
40
98
119
9
CISALAK
31
34
45
38
10
COMPRENG
21
25
171
175
11
JALANCAGAK
0
0
0
0
12
KALIJATI
0
0
25
25
13
LEGONKULON
0
0
9
12
14
PABUARAN
71
68
4
3
15
PAGADEN
0
0
0
0
16
PAMANUKAN
0
0
125
156
17
PATOKBEUSI
15
15
0
0
18
PURWADADI
0
0
8
6
19
PUSAKANAGARA
0
0
0
0
20
SAGALAHERANG
0
0
0
0
21
SUBANG
145
180
0
0
22
TANJUNGSIANG
15
15
1
3
401
456
804
1.073
TOTAL
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
B.
Permukiman pada lokasi rawan bencana
Permukiman pada kawasan bencana di Kabupaten Subang meliputi 6.291 wilayah
permukiman yang tersebar banyak di Kecamatan Legonkulon dan Pamanukan (Tabel 4.10).
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan longsor yang cukup tinggi adalah: Kecamatan
Cisalak (43 KK) dan Tanjungsiang (36 KK).
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 15
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan banjir yang cukup tinggi adalah: Kecamatan
Legonkulon (1778 KK), Pamanukan (1464 KK), Blanakan (730 KK), Ciasem (527 KK) dan
Pusakanagara (96 KK).
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan bencana lainnya yang cukup tinggi adalah:
Kecamatan Tanjungsiang (920 KK), Pabuaran (400 KK) dan Legonkulon (215 KK). Jumlah
keseluruhan keluarga yang tinggal didaearah rawan bencana adalah 89 keluarga tinggal di
daearah rawan longsor, 4625 keluarga rawan banjir dan 1577 keluarga rawan bencana
lainnya.
Tabel 7.8
Profil Permukiman di Daerah Rawan Bencana Kabupaten Subang Tahun 2003
No.
Kecamatan
Jumlah Keluarga di
Lokasi Rawan
Bencana Lain
Jumlah Keluarga di
Lokasi Rawan
BAnjir
Jumlah Keluarga di
Lokasi Rawan
Longsor
0
1
BINONG
0
30
2
BLANAKAN
0
730
0
3
CIASEM
0
527
10
4
CIBOGO
0
0
0
5
CIJAMBE
0
0
0
6
CIKAUM
0
0
0
7
CIPEUNDEUY
0
0
0
8
CIPUNAGARA
0
0
0
9
CISALAK
0
0
43
10
COMPRENG
0
0
0
11
JALANCAGAK
0
0
0
12
KALIJATI
0
0
0
13
LEGONKULON
215
1.778
0
14
PABUARAN
400
0
0
15
PAGADEN
0
0
0
16
PAMANUKAN
0
1.464
00
17
PATOKBEUSI
0
0
0
18
PURWADADI
0
0
0
19
PUSAKANAGARA
0
96
0
20
SAGALAHERANG
0
0
0
21
SUBANG
42
0
0
22
TANJUNGSIANG
920
0
36
1.577
4.625
89
TOTAL
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 16
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
C.
Alih guna lahan bagi permukiman
Luas lahan yang digunakan untuk perumahan adalah 24.539 hektar atau sekitar 13,8% dari
seluruh wilayah Kabupaten Subang. Dalam tiga tahun terakhir terjadi alih fungsi
penggunaan lahan menjadi perumahan, dengan rincian:
▪
Sawah menjadi perumahan sekitar 1 ha
▪
Ladang jadi perumahan sekitar 2 ha
Tabel 7.9.
Analisis Prioritas Lokasi Penanganan Permasalahan Permukiman
Kabupaten Subang Tahun 2003
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
KESESUAIAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
PRIORITAS LOKASI
PENANGANAN
Kecamatan
Patokbeusi yang
meliputi desa
Rancamulya dengan
prioritas penanganan
permukiman kumuh.
Kecamatan Patokbeusi
merupakan hirarki III dalam
RTRW Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat p roduksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Pertanian lahan basah
• Peternakan
• Perikanan
• Pertambangan
• Permukiman
• Penanganan permukiman
kumuh pada pusat -pusat
kegiatan pertanian.
• Pengembangan pusat
permukiman perdesaan harus
dikaitkan seca ra serasi,
selaras dan saling
menguatkan dengan sistem
kota dan pengmbangan
kawasan-kawasan produksi
dan prasarana wilayah.
• Permukiman yang
direncanakan hendaknya
dapat menampung aktifitas
industri dan tidak melanggar
garis sempadan sungai.
• Dalam rangka me madukan
perkembangan desa & kota
perlu dipilih pusat -pusat
desa yang merupakan desa desa yang punya keterkaitan
dengan desa lain dan pusat pusat permukiman kota
seperti program KTP2D.
Kecamatan
Tanjungsiang yang
meliputi desa
Cimeuhmal dengan
prioritas pe nanganan
alih guna lahan yang
sporadis untuk
permukiman dan
rumah-rumah yang
tidak permanen yang
dapat menyebabkan
lingku ngan kumuh.
Kecamatan Tanjung Siang
merupakan hirarki III dalam
RTRW Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Kawasan hutan lindung
• Kawasan resapan air
• Kawasan cagar budaya
• Kawasan bencana gunung api
• Kawasan gempa bumi
• Rawan gerakan tanah
• Sempadan sungai
• Kawasan sekitar mata air
• Hutan produksi
• Penanganan alihg una lahan
untuk permukiman perlu
mendapat perhatian serius
mengingat banyaknya
permasalahan alihguna lahan
kawasan lindung dan
pertanian produktif menjadi
permukiman.
• Alih guna lahan untuk
pengembangan permukiman
dan industri hendaknya
memanfaatkan lahan non produktif, tidak rawan
bencana alam dan bukan
kawasan sempadan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 17
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
KESESUAIAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
•
•
•
•
•
PRIORITAS LOKASI
PENANGANAN
Pertanian lahan basah
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Permukiman
Kecamatan Subang
yang meliputi desa
Karanganyar yang
diprioritaskan dalam
penangana n Backlog
rumah yang
diakibatkan sudah
padatnya ko ta
Subang tersebut.
Kecamatan Subang merupakan
hirarki I dalam RTRW Kabupaten
Subang, yang berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan utama dan
pintu gerbang perdagangan
keluar wilayah.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Resapan air
• Rawan gerakan tanah
• Sempadan sungai
• Kawasan terbuka hijau kota
• Pertanian lahan kering
• Industri
• Permukiman
• Pengembangan permukiman
perkotaan pada lahan yang
tidak produktif pertanian,
bukan kawasan lindung,
bukan sempadan sungai
• Fungsi permukiman
perkotaan sebagai pusat
distribusi pelayanan jas a
pemerintahan, pelayanan
sosial dan ekonomi.
• Untuk menghindari konversi
lahan irigasi teknis disekitar
jalan nasional, pegembangan
permukiman pada arah ini
perlu dibatasi.
• Pengmebangan permukiman
dilengkapi sarana dan
prasarana penunjang u ntuk
mendukung kegiatan industri .
Kecamatan
Legonkulon yang
meliputi desa
Anggasari yang
diprioritaskan pada
penangana n
permukiman pada
daerah rawan
bencana dan
permukimanpermukiman semi
permanen.
Kecamatan Legonkulon termasuk
pada hirarki III di Kabupaten
Subang yang dalam RTRW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Pantai/hutan bakau
• Rawan gelombang pasang
• Sempadan pantai
• Sempadan sungai
• Pertanian lahan basah
• Perikanan
• Pariwisata
• Permukiman
• Relokasi permukiman pada
daerah rawan bencana.
• Perlu hati -hati dalam
pengembangan permukiman
pada kecamatan ini karena
wilayahnya terdiri dari
daerah rawan bencana dan
sempadan. Permukiman
diarahkan pada wilayah
pusat-pusat produksi
pertanian yang sudah tidak
produktif dan sekitar
kawasan wisata sebagai
penunjangnya.
Kecamatan Blanakan
yang meliputi desa
Muara yang
diprioritaskan pada
penangana n
permukiman pada
kawasan bantaran
sungai.
Kecamatan Blanakan termasuk
pada hirarki III di Kabupaten
Subang yang dalam RT RW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Suaka margasatwa
• Pantai hutan bakau
• Rawan gelombang pasang
• Sempadan pantai dan sungai
• Pertanian lahan basah
• Perikanan
• Pariwisata
• Permukiman
• Relokasi permukiman yang
berada pada sempadan sungai
untuk menghindari bencana
banjir.
• Permukiman diarahkan pada
sekitar lokasi pertanian lahan
basah dengan menggunakan
lahan yang sudah tidak
produktif
• Permukiman pesisir/nelayan
hendaknya aman dari
bencana dan punya
aksesibilitas yang mendukung
kegiatan nelayan dan
pariwisata.
Kecamatan
Pamanukan yang
meliputi desa
Pamanukan yang
diprioritaskan pada
Kecamatan Pamanukan terma suk
pada hirarki I di Kabupaten
Subang yang dalam RTRW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat
• Rehabilitasi permukiman
kumuh pada permukiman
perkotaan.
• Pengembangan permukiman
pada kawasan pertanian yang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 18
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
KESESUAIAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
PRIORITAS LOKASI
PENANGANAN
penangana n
bangunan-bangunan
yang tidak permanen
pada kawasan yang
padat penduduk.
pertumbuhan utama dan pintu
gerbang perdagangan keluar
wilayah.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Pertanian lahan basah
• Perikanan
• Pertambangan
• Permukiman
sudah tidak produktif sebagai
pusat pelayanan jasa
pemerintahan, sosial dan
ekonomi.
• Pengembangan permukiman
dilakukan untuk mendukung
kegiatan perdaganga n dan
tidak mengganggu kawasan
pantai berhutan bakau,
bantaran sungai dan tidak
melakukan alih guna lahan
pertanian lahan basah yang
produktif menjadi
permukiman.
• Untuk menghindari konversi
lahan irigasi teknis disekitar
jalan nasional, pegembangan
permuki man pada arah ini
perlu dibatasi.
Kecamatan Compreng
yang meliputi desa
Sukatani yang
diprioritaskan pada
penangana n
permukiman di
bantaran sungai dan
permukiman kumuh.
Kecamatan Compreng termasuk
pada hirarki III di Kabupaten
Subang yang dalam RTRW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Sempadan sungai
• Pertanian lahan basah
• Peternakan
• Permukiman
• Relokasi permukiman pada
bantaran sungai untuk
menghindari bencana banjir.
• Permukiman diar ahkan pada
sekitar lo kasi pertanian yang
sudah tidak produktif.
Kecamatan Pagaden
mempunyai
permasalahaan
permukiman kumuh
di Desa Kamarang
Kecamatan Pegaden termasuk
pada hirarki II di Kabupaten
Subang, yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan dan jasa,
permukiman, koleksi dan
distribusi dengan skala
pelayanan beberapa kecamatan
(pusat pertumbuhan wilayah
pengembangan).
Rencana pemanfaatan lahan:
• Sempadan sungai
• Pertanian lahan basah
• Peternakan
• Perikanan
• Permukiman
• Rehabilitasi permukiman
kumuh pada daerah
perkotaan dan pada daerah daerah bantaran sungai.
Permukiman perkotaan
diperuntukkan u ntuk
mendukung aktifitas
perdagangan dan jasa.
• Pengembangan permukiman
perdesaan yang dekat dengan
pusat-pusat produksi
pertanian lahan basah dan
peternakan dengan
memanfaatkan lahan yang
sudah tidak produktif.
Ket: Kesesuaian RTRW merupakan proses penyesuaian masalah yang menjadi prioritas untuk ditangani dengan programprogram perkim yang ada berdasarkan hierarki kota dan rencana guna lahan
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 19
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KABUPATEN
Keterangan
SUBANG
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG
PROVINSI JAWA BARAT
Peta Prioritas Penanganan Permasalahan
Permukiman
Gambar 7.2
Prioritas Penanganan Permasalahan Permukiman di Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 20
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
7.1.3
Usulan Pembangunan Permukiman
7.1.3.1 Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
Pada kawasan yang cenderung kumuh dan padat serta kurang didukung oleh sarana dan
prasarana dasar yang layak dari segi kuantitas maupun kualitas, upaya peningkatan dan
perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman akan dijadikan prioritas.
Usulan Dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh diperkotaan diarahkan kepada konsep
tridaya dengan bertumpu pada masyarakat sebagai pelaku (sesuai dengan motto gotong
royong) melalui program P2P, NUSSP, P2KP, PNPM, PPIP dan sebagainya, disamping
di kawasan DPP melalui program KTP2D, CAP, dan sebagainya.
8
Usulan Dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
• Peremajaan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Bagian dari program peremajaan kota dikawasan hunian dengan fungsi baru yang
direncanakan untuk menciptakan lingkungan yang terpadu dan fungsional, tetapi tetap
didominasi oleh kegiatan hunian sehingga mutu kehidupan masyarakat dapat
meningkat.
• Perbaikan Kampung (Kampoong Improvement Project/KIP)
Bertujuan untuk memperbaiki dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana dasar
lingkungan, serta sarana social lainnya untuk melayani kebutuhan masyarakat
berpenghasilan menengah kebawah.
Contoh Kerangka Dasar Pengembangan Permukiman
• Pembangunan Lingkungan Permukiman Berimbang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 21
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Bertujuan untuk mewujudkan suatu kawasan perumahan yang dapat menampung
secara serasi berbagai kelompok masyarakat dengan komposisi perbandingan
pengembangan 1 : 3 : 6, yaitu 1 unit hunian tipe kecil, 3 unit hunian tipe sedang dan 6
unit hunian tipe kecil.
• Pengembangan Rusun dan Rusunawa
Salah satu bentuk penanganan masalah kebutuhan lahan untuk perumahan dan
permukiman bagi masyarakat menengah ke bawah dapat dilakukan dengan
pembangunan rumah susun (rusun) dan rumah susun sewa (rusunawa), dalam hal ini
permukiman tidak lagi merupakan suatu sarana yang harus menjadi milik/investasi, tapi
merupakan sarana hunian.
• Kawasan Siap Bangun / Lingkungan Siap Bangun (Kasiba/Lisiba)
UU No. 80/1999 tentang Kasiba/Lisiba yang merupakan turunan UU No. 41/1999
• Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penataan Lingkungan Permukiman
Kumuh (PPM-Squatters)
Yaitu untuk pengentasan kemiskinan yang menyentuh kawasan permukiman kumuh
yang statusnya tidak berijin/ilegal.
• Subsidi Selisih Bunga
Memberikan kemudahan agar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dapat
memiliki rumah.
7.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
7.2.1
Penataan Bangunan
Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan,
melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan
lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian
bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 22
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.
Penataan bangunan dan lingkungan pun merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan
lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah sebagai berikut :
1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib,
layak huni, berjati diri, serasi dan selaras; dan
2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif
dan berkelanjutan.
7.2.1
Permasalahan Penataan Bangunan
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan
yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
•
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah-daerahrawan bencana.
•
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapatkan perhatian.
•
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan Tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara
•
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 23
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
•
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.
•
Masih banyaknya aset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan
•
Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Subang
•
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah yang memiliki potensi wisata.
•
Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota.
•
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan lainlain kurang diperhatikan.
4. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
•
Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.
•
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
•
Kurang dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
•
Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB,
bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.
•
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015,
200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota
bebas Kumuh.
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan
Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di
bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 24
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan
Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggarisbawahi
bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus disusun oleh pemerintah
daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.
Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara
komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses siklus Pemberdayaan
Masyarakat melalui model-model program/proyek seperti PNPM-P2KP, PNPM-PPK dan
NUSSP.
7.2.2
Landasan Hukum
Landasan hukum yang mendasari Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan
didasarkan pada:
1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUGB).
3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
6. Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rusuna Bertingkat
Tinggi.
7. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) Bangunan Gedung.
8. Peraturan Menteri No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pedoman Sertifikat Laik
Fungsi (SLF).
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 25
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
9. Peraturan Menteri No. 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.
10. Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
11. Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs.
7.2.2.1 Pencapaian Penataan Bangunan Gedung Dan Lingkungan
Dalam pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan, maka dilakukan prioritas
pembangunan Nasional yang meliputi :
1.
Penanggulangan Kemiskinan
2.
Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pembangunan perdesaan
3.
Migitasi dan penanggulangan kebencanaan
4.
Percepatan pembangunan infrastruktur
5.
Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah terisolir/terluar
Rencana Tindak dalam Pencapaian Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut :
1.
Semua Bangunan Gedung harus sudah laik fungsi Tahun 2010
2.
200 kota harus bebas kumuh pada Tahun 2010
3.
350 kota harus sudah bebas kumuh pada Tahun 2015
4.
Semua kota harus sudah bebas kumuh pada tahun 2020
5.
Sisanya harus bebas dari kekumuhan sebelum 2020
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 26
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
7.2.2.2 Kebijakan,
Penataan
Bangunan
Gedung
Dan
Lingkungan
Di Kabupaten/Kota
A. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan
efisien.
2) Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati
diri.
3) Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat
memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.
4) Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan
arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi
dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.
5) Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk
menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.
B. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan dan Gedung, termasuk
bangunan gedung dan rumah Negara.
2) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
3) Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan dan
permukiman.
4) Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan
produktivitas masyarakat.
5) Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi
pertumbuhan kota.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 27
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
6) Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional
maupun internasional lainnya di bidang Bangunan dan Gedung dan Penataan
Lingkungan Permukiman.
7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan / mempertimbangkan
khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan
dilestarikan serta keahlian Membangun (seni dan budaya).
9) Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur
Bangunan dan Gedung melalui kerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten.
C. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah
sebagai berikut :
1) Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
•
Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan
lingkungan.
•
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung.
•
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur.
•
Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung.
•
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.
•
Pembinaan teknis pembangunan gedung negara.
•
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proyeksi Kebakaran (RISPK).
•
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan Gedung.
•
Percontohan pendataan bangunan gedung.
•
Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 28
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
•
Rehabilitasi bangunan gedung dan Negara.
•
Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman
dan Bangunan (PIPPB)
2) Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
•
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
•
Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
•
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman
kumuh dan nelayan.
•
Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman
tradisional.
3) Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan.
Bantuan penanggulangan kesmiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi
7.2.3
Permasalahan Yang Dihadapi
Penataan Bangunan di Kabupaten Subang masih dikelola oleh Sesi Bangunan dari PU Cipta
Karya (Distarkim Kabupaten Subang) dan untuk pengelolaan lebih mengarah pada aspek
teknis. Sedangkan untuk pengaturan Penataan Bangunan Lingkungan di Kabupaten Subang
secara khusus tidak ada.
7.2.4
Program Yang Diusulkan
7.2.4.1 Usulan dan Prioritas Program
1.
Program Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademis Perda Bangunan Gedung.
2.
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
3.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor dan Olahraga.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 29
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
4.
Program Perencanaan Cipta Karya
7.2.4.2 Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Usulan dan prioritas proyek penataan bangunan gedung dan lingkungan dapat dilihat pada
Lampiran.
7.2.4.3
Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Untuk pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan di Kabupaten Subang sebagian besar berasal dari dana APBD II atau APBD
Kabupaten Subang seperti terlampir.
7.3
RENCANA INVESTASI PENGEMBANGAN AIR MINUM
7.3.1 Petunjuk Umum
A. Umum
Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum
di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air
selain itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan PS air
minum di perkotaan.
Sasaran program komponen Air Minum dibuat untuk mengisi kesenjangan kondisi pada
permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan kondisi yang diinginkan pada sasaran
kebijakan RPJMN.
RIS-SPAM merupakan rencana jangka panjang suatu wilayah baik di dalam Kabupaten/Kota,
antar Kabupaten/Kota dan antar Propinsi. Hal ini dimungkinkan karena dalam
pengembangan dan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum tergantung dengan
posisi dan letak unit-unit SPAM dan cakupan pelayanannya.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 30
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Sistem Pengadaan Air Minum,
antara lain :
1.
Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah.
2.
Rencana pembangunan Kabupaten/Kota.
3.
Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan,
seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.
4.
Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
5.
Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan)
Sistem Pengembangan Air Minum.
6.
Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi pengelolaan Air
Minum.
7.
Keterpaduan pengelolaan Air Minum dengan pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan
pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan,
baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.
8.
Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia.
9.
Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi pengelolaan Air Minum
pada kota bersangkutan.
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi kelanjutan lingkungan.
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta.
12. Kelembagaan yang mengelola air minum.
13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 31
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan
sarana dan prasarana air minum, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.
15. Safeguard sosial dan lingkungan.
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
B. Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah
daerah di sektor Air Minum adalah sebagai berikut :
1.
Program Pembangunan Prasarana Air Minum Melalui Pendekatan Masyarakat di Desa
Miskin dan Rawan Air
a. Target :
▪ Desa-desa yang termasuk kategori desa miskin atau desa rawan air.
▪ Desa-desa yang berlokasi di pesisir atau pulau terpencil.
▪ Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat.
b. Pola Pengelolaan : Oleh masyarakat/Koperasi/Kelompok masyarakat.
c. Penanganan : Unit air baku, unit produksi, unit transmisi dan distribusi utama.
d. Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola/penyelenggara SPAM dan masyarakat.
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM.
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan.
2.
Program Pengembangan Air Minum di Ibukota Kabupaten/Kota Pemekaran
a.
Target :
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 32
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
▪ Ibukota kabupaten baru/hasil pemekaran setelah tanggal 1 Januari 2000 dan
telah memiliki rencana induk pengembangan SPAM Kabupaten/Kota dan
rencana teknis (DED) pengembangan SPAM di lokasi tersebut.
▪ Kabupaten/Kota pemekaran yang sudah memiliki badan usaha sebagai
penyelenggara air minum baik yang dibentuk oleh pemerintah Kabupaten/Kota
pemekaran atau merupakan penyelenggara SPAM yang telah terbentuk pada
Kabupaten/Kota induknya (penyelenggara SPAM lintas Kabupaten/Kota).
b.
Pola Pengelolaan : Oleh PDAM dengan azas pengusahaan.
c.
Penanganan : Unit air baku, unit transmisi dan produksi.
d.
Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
3.
Program Pengembangan Air Minum di Ibukota Kecamatan (IKK) Yang Belum
Mempunyai Sistem dan Rawan Air
a. Target :
▪ IKK (Ibukota Kecamatan)/kawasan yang belum memiliki sistem penyediaan air
minum (SPAM)
▪ IKK/kawasan yang telah diverifikasi dan memiliki kesiapan sumber air baku,
serta telah memiliki rencana teknis (DED) pengembangan SP
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable),
aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat
untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan
berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan
sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), proses penyelenggaraan lahan, pengembangan
ekonomi kota serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola
dan struktur serta bahan material yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman diantaranya
adalah :
1. Peran Kabupaten dalam pengembangan wilayah;
2. Rencana Pembangunan Kabupaten;
3. Memperhatikan kondisi ilmiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti
struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya;
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
Bab VII Rencana Pembangunan Inrastruktur Cipta Karya
VII - 1
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
5. Dalam proses penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (masterplan)
Pengembangan Permukiman;
6. logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dan Pengembangan
Permukiman;
7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada
tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun perencanaan
teknik;
8. Memperhatikan peraturan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia;
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektifitas dan efisiensi dalam Pengembagan Perkotaan
pada Kota bersangkutan;
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi
juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan;
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta;
12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman;
13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya;
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana
dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih
lanjut;
15. Safeguard sosial dan dan lingkungan;
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis
disertakan dalam bentuk lampiran.
Sub bidang pengembangan permukiman pada bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan
dan perdesaan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 2
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tujuan Pengembangan Permukiman adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar
permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur.
3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah.
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman.
2. Tersedianya perumahan tipe RSH, Rusunawa.
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah.
4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.
Program/kegiatan pembangunan permukiman dapat dibedakan menjadi :
1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH).
b. Penataan dan Peremajaan Kawasan.
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Subang belum dirasakan mendesak karena
kepadatan penduduknya yang masih tergolong rendah.
d. Peningkatan Kualitas Permukiman
2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).
b. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
c. Pengembangan Prasarana dan Sarana eks Transmigrasi.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 3
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Di Daerah atau Desa Terpencil.
e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan.
f.
Penyediaan Prasarana dan Sarana Dalam Rangka Penanganan Bencana.
7.1.1 Profil Pembangunan Permukiman
A.
Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama non
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Ciri utama wilayah ini adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerinahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, serta jumlah penduduk yang relatif
padat tetapi dengan luasan lahan yang relatif kecil. Arahan dalam pengembangan kawasan
permukiman perkotaan yakni:
▪ Pengarahan dan pembatasan kegiatan permukiman perkotaan terutama di sepanjang
jalan nasional (jalur pantura) dalam kaitan dengan pengendalian pemanfaatan sawah
irigasi.
▪ Pemanfaatan ruang perkotaan berpola konsentris dibandingkan linear sebagai upaya
meningkatkan efisiensi pelayanan kota.
▪ Penyusunan rencana
tata ruang kota pada kawasan yang menunjukkan
kecenderungan perkembangan pesat serta ibukota kecamatan.
▪ Pengembangan permukiman untuk mendukung perkembangan zona industri di
Kecamatan Cipendeuy, Pabuaran, Kalijati, Purwadadi, Cibogo, Pagaden, dan
Cipunagara.
▪ Peningkatan sarana dan prasaranan permukiman terutama sarana air bersih,
drainase, limbah, persampahan, listrik, dan telekomunikasi pada beberapa pusat
permukiman perkotaan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 4
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
B.
Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengolahan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan
permukiman perdesaan lokasinya menyebar dalam bentuk pusat-pusat permukiman desa.
Dalam kawasan perdesaan paling tidak terdapat kegiatan berupa:
▪ Pusat pelayanan jasa sosial ekonomi, seperti pasar, peribadatan, pendidikan.
▪ Lahan usaha pertanian, seperti: sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis,
tegalan, perkebunan dan kebun campuran.
Pengembangan pusat permukiman harus dikaitkan secara serasi, selaras dan saling
menguatkan dengan sistem kota dan pengembangan kawasan-kawasan produksi dan
prasarana wilayah.
Dalam rangka memadukan perkembangan desa dan kota perlu dipilih pusat-pusat desa
yang merupakan desa-desa yang mempunyai keterkaitan dengan desa-desa lain dan pusatpusat permukiman kota. Arahan kebijaksanaan pengembangan perdesaan yakni:
▪
Perbaikan sistem dan mekanisme budidaya pertanian antara lain melalui perbaikan
prasarana produksi, peningkatan panyuluhan bagi petani dan pemberian insentif
(berupa kredit) dalam memacu produksi petani.
▪
C.
Peningkatan prasarana perhubungan dan pemasaran antar desa dan kota.
Prasarana Dan Sarana Dasar Permukiman
Kondisi rumah yang terdapat di Kabupaten Subang terdiri dari rumah permanen, semi
permanen dan non permanen. Penyebaran rumah di Kabupaten Subang yang paling
dominan di Kabupaten Subang terletak di wilayah kecamatan Subang dengan jumlah rumah
sebanyak 31.981 unit, disusul kecamatan Ciasem sebanyak 24.795 unit sedangkan untuk
jumlah sebaran terkecil terletak pada kecamatan Cibogo dengan hanya terdapat 6.377 unit
rumah saja.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 5
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Kondisi rumah yang permanen didominasi oleh kecamatan Subang yaitu sebanyak 27.230
unit disusul oleh kecamatan Pagaden sebanyak 19.436 unit sedangkan untuk jumlah rumah
permanen terkecil berada pada Kecamatan Legon kulon yaitu sebanyak 3.873 unit (lihat
Tabel 7.1).
Tabel 7.1
Jumlah Perumahan Rakyat Menurut Jenis
Per Kecamatan Di Kabupaten Subang Tahun 2005
Jenis Rumah
No
Kecamatan
Permanen
Semi
Permanen
Temporer
Jumlah
1
SAGALAHERANG
8.698
2.004
1.205
11.907
2
JALANCAGAK
12.550
5.837
1.611
19.998
3
CISALAK
8.295
1.123
1.179
10.597
4
TANJUNGSIANG
8.502
944
1.736
11.182
5
CIJAMBE
9.604
319
1.174
11.097
6
CIBOGO
5.458
157
762
6.377
7
SUBANG
27.230
4.698
53
31.981
8
KALIJATI
13.896
1.174
1.292
16.362
9
CIPEUNDEUY
5.835
308
365
6.508
10
PABUARAN
11.221
1.035
5.621
17.877
11
PATOKBEUSI
7.097
6.375
3.998
17.470
12
PURWADADI
9.934
1.405
2.255
13.594
13
CIKAUM
6.038
336
3.536
9.910
14
PAGADEN
19.436
2.335
1.637
23.408
15
CIPUNAGARA
9.275
1.086
2.668
13.029
16
COMPRENG
5.602
3.639
2.664
11.905
17
BINONG
10.551
4.387
5.987
20.925
18
CIASEM
11.063
7.380
6.352
24.795
19
PAMANUKAN
14.696
2.476
4.619
21.791
20
PUSAKANAGARA
10.954
1.320
5.240
17.514
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 6
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Jenis Rumah
No
Kecamatan
Permanen
Semi
Permanen
Temporer
Jumlah
21
LEGONKULON
3.873
2.459
1.242
7.574
22
BLANAKAN
7.427
2.552
3.484
13.433
JUMLAH
227.235
53.349
58.680
339.234
Sumber : Kantor PMD Kabupaten Subang
Tabel 7.2
Jumlah Perumahan Rakyat Dirinci Setiap Wilayah
Di Kabupaten Subang Tahun 2005
Jumlah Rumah & Kondisinya Tahun 2005
No.
Wilayah
Permanen
Semi
Permanen
Temporer
Total
1
Pegunungan
47,649
10,227
6,905
64,781
2
Dataran
131,573
26,935
30,838
189,346
3
Pesisir Pantai
48,013
16,157
20,937
85,107
227,235
53,319
58,680
339,234
Kabupaten Subang
Sumber : Hasil Olahan
❖
Air Bersih
Pelayanan air bersih untuk mendukung aktifitas penduduk dan aktivitas kota lainnya seperti
pasar, perkantoran, perdagangan, industri dan lain-lain, dilayani PDAM.
Untuk kebutuhan proyeksi ke depan (tahun 2015) diperkirakan 40 lt/det untuk permukiman
RS-RSH, sedangkan untuk permukiman lainnya membutuhkan air yang kecil (Tabel 4.3).
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 7
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tabel 7.3
Penggunaan air bersih di Kabupaten Subang Tahun 2015
No.
Uraian
1.
JumlahPenduduk
2.
Standar Kebutuhan Air Bersih
3.
4.
5.
6.
Satuan
jiwa
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
5,474
1,682
-
-
3
3
3
3
a. Sambungan Rumah (SR)
l/jiwa/hari
160
Jumlah jiwa/SR
jiwa
b. Kebutuhan untuk Industri
l/Ha/hari
40,000
40,000
40,000
40,000
c. Kebutuhan untuk Pariwisata
l/Ha/hari
4,800
4,800
4,800
4,800
d. Kebutuhan untuk Perdagangan & Jasa
l/Ha/hari
5,210
5,210
5,210
5,210
f. Hidran Umum (HU)
l/jiwa/hari
30
30
30
30
Jumlah jiwa/HU
jiwa
100
100
100
100
Targert Tingkat pelayanan air bersih Sistem perpipaan
%
a. Sambungan Rumah
%
75
75
75
75
b. Sambungan Industri
%
100
100
100
100
c. Sambungan Pariwisata
%
100
100
100
100
d. Sambungan Perdagangan & Jasa
%
100
100
100
100
f. Hidran Umum
%
5
5
5
5
1,360
418
-
-
Jumlah pelanggan
a. Sambungan Rumah (SR)
unit
b. Luas Industri
Ha
c. Luas Pariwisata
Ha
d. Luas Perdagangan dan Jasa
Ha
f. Hidran Umum per 100 penduduk
unit
3
1
-
-
a. Sambungan Rumah
liter/det
23
-
-
-
b. Sambungan Industri
liter/det
-
-
-
-
c. Sambungan Pariwisata
liter/det
-
-
-
-
d. Sambungan Perdagangan & Jasa
liter/det
-
-
-
-
f. Hidran Umum per 100 penduduk
liter/det
0
0
-
-
g. Total Debit Kebutuhan Air Domestik
liter/det
23
0
-
-
Kebutuhan Air Domestik per hari
Kebutuhan Air Non-Domestik per hari
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 8
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
No.
Uraian
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
a. Persentase dari kebutuhan Domestik
%
20
20
20
20
b. Total Debit Kebutuhan Air Non-Domestik
liter/det
5
0
-
-
7.
Sub Total Kebutuhan Air
liter/det
28
0
-
-
8.
Tingkat Kebocoran Air Bersih
a. Persentase kebocoran
%
20
20
20
20
b. Total Debit kebocoran
liter/det
6
0
-
-
9.
Total Kebutuhan Air Rata-rata
liter/det
33
0
-
-
10.
Faktor Kebutuhan Maksimum Harian
1
1
1
1
11.
Kebutuhan Air Maksimum Harian
36
0
-
-
12.
Faktor Kebutuhan Puncak Harian
1
1
1
1
13.
Kebutuhan Air Puncak Harian
40
0.00003
-
-
liter/det
liter/det
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
❖
Air Limbah
Air limbah yang dihasilkan sebagai bahan ikutan aktifitas masyarakat tidak dapat dihindari
keberadaannya, jenis air limbah yang dihasilkan yaitu air limbah rumah tangga (mandi dan
cuci), dan sumber-sumber lainnya. Pengelolaan air limbah disalurkan melalui saluransaluran yang ada, baik yang ada disetiap lingkungan perumahan/permukiman dan pinggiran
jalan dan berakhir disetiap sungai yang ada.
Tabel 7.4.
Pemakaian Air Kotor di Kabupaten Subang Tahun 2015
No
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
jiwa
5,474
1,682
-
-
a. Proyeksi Persentase Keluarga yang
menggunakan Septicktank
%
85
85
85
85
b. Proyeksi Persentase Keluarga yang
tidak menggunakan Septicktank
tetapi MCK
%
15
15
15
15
jiwa
4,653
1,430
-
-
Uraian
1.
Jumlah Penduduk
2.
Persentase Utilitas
3.
Jumlah Penduduk yang Terlayani
untuk Septicktank
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 9
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
jiwa
821
252
-
-
a. Standar Pelayanan Septictank
untuk Keluarga
Jiwa
3
3
3
3
b. Standar Pelayanan untuk MCK (1
MCK = 100 jiwa)
Jiwa
100
100
100
100
a. Proyeksi Jumlah Kebutuhan
Septicktank untuk Keluarga
Unit
1,541
474
-
-
b. Proyeksi Jumlah Kebutuhan MCK (1
MCK = 100 jiwa)
Unit
8
3
-
-
No
Uraian
Jumlah Penduduk Terlayani untuk
MCK
4.
5.
Standar Pelayanan per unit sarana
Jumlah sarana
6.
Lumpur Tinja Domestik yang
dihasilkan untuk tiap orang (30 lt x
jmlh pddk)/365 hari
lt/hari
382
118
-
-
7.
Lumpur Tinja Non Domestik (20% tinja
domestik)
lt/hari
76
24
-
-
8.
Total Lumpur Tinja Domestik dan
Non-Domestik
lt/hari
459
141
-
-
9.
Kebutuhan Truk Tinja Kapasitas 2 m3
(jlh lumpur tinja/kapasitas truk)
buah
0
0
-
-
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
❖
Listrik
Tabel 7.5
Pemakaian Listrik di Kabupaten Subang Tahun 2015
Satuan
RS-RSH
REAL ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
Jumlah Penduduk
jiwa
5,474
1,682
-
-
Jumlah Penduduk rata-rata/KK
Jiwa
3
3
3
3
KK
1,813
557
-
-
a. Rumah Tangga
%
85
85
85
85
b. Non Rumah Tangga
%
150
150
150
150
c. Penerangan Jalan
%
15
15
15
15
Watt/KK
900
900
900
900
No.
1.
Uraian
2.
jumlah KK
Proyeksi Target Pelayanan (%)
3.
4.
Daya Pasang Listrik (W)
5.
Kebutuhan Listrik
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 10
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Satuan
RS-RSH
REAL ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
a. Rumah Tangga (KK x %xX W)
KW
1,386,803
426,228
-
-
b. Non Rumah Tangga
KW
2,447,299
752,167
-
-
c. Penerangan Jalan
KW
244,730
75,217
-
-
Total Kebutuhan
KW
4,078,832
1,253,612
-
-
No.
Uraian
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Dari Tabel 7.4 , dapat diuraikan bahwa kebutuhan total listrik untuk permukiman RS-RSH
adalah 4,078,832 KW, untuk permukiman real estate adalah 1,253,612 KW.
❖
Sampah
Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Subang adalah sampah domestik yaitu dari rumah
tangga serta sampah non domestik yang dihasilkan dari industri, pasar, komersil dan jalan.
Total produksi sampah total (tahun 2015) untuk RS-RSH adalah 6 m3, real estate adalah
2 m3.
Tabel 7.6
Timbulan Sampah di Kabupaten Subang Tahun 2015
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
jiwa
5,474
1,682
-
-
%
40
40
40
40
jiwa
2,189
673
-
-
lt/or/hari
2
2
2
2
a. Sampah Komersial
lt/or/hari
0
0
0
0
b. Sampah Fasilitas Umum
lt/or/hari
0
1
2
3
6.
Volume Sampah Domestik P X % X SD
m3/hari
5
2
-
-
7.
Volume Sampah Non Domestik
a. Sampah Komersial
m3/hari
1
0
-
-
b. Sampah Fasilitas Umum
m3/hari
0
1
-
-
Volume Sampah Total (VS)
m3/hari
6
2
-
-
No.
Uraian
1.
Jumlah Total Penduduk (P)
2.
Proyeksi Skala pelayanan Pemda thd pddk (%)
3.
Jumlah Penduduk yang Terlayani Sampahnya (P X %)
4.
Standar Sampah Domestik (SD)
5.
Standar Sampah Non Domestik
8.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 11
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Satuan
RS-RSH
REAL
ESTATE
RUSUNA
KASIBALISIBA
a. Pel. Komunal
%
85
85
85
85
b. Pel. Individual
%
15
15
15
15
a. Gerobak Sampah 1 m3 (VS X SP)
buah
1
0
-
-
b. TPS kontainer besi 10 m3
buah
1
0
-
-
c. Truk terbuka 7 m3 (50%)
buah
0
0
-
-
d. Dump-truck 8 m3 (40%)
buah
0
0
-
-
e. Arm-roll truck 10 m3 (10%)
buah
0
0
-
-
No.
Uraian
9.
Sistem Pelayanan (SP):
10.
Kebutuhan Peralatan
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
7.1.2
A.
Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permukiman kumuh dan Ilegal (Slum dan Squater)
Jumlah bangunan dan keluarga pada kawasan kumuh mendominasi di Kecamatan Binong,
terdistribusi pada Kelurahan/desa Nangerang, Karangsari, Binong, dan Tambakdahan serta
Kec. Pagaden (desa Kamarung).
Total permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Subang tersebar pada 57 lokasi yang
menempati lahan seluas 168 hektar, bangunan rumah yang berdiri sebanyak 2040 unit dan
didiami 2090 keluarga (KK).
Rumah yang berdiri di daerah limitasi mencapai 1073 keluarga tinggal di daerah bantaran
sungai yang mendiami 804 rumah, 456 keluarga tinggal dibawah listrik tegangan tinggi yang
mendiami 57 rumah.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 12
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tabel 7.7
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Kumuh Kabupaten Subang Tahun 2003
No.
Kecamatan
Jumlah
Keluarga di
Lokasi Kumuh
Jumlah
Bangunan di
Lokasi Kumuh
Luas
Permukiman
Kumuh
Jumlah Lokasi
Permukiman
Kumuh
1
BINONG
643
639
13
12
2
BLANAKAN
427
426
10
3
3
CIASEM
0
0
0
0
4
CIBOGO
0
0
0
0
5
CIJAMBE
0
0
0
0
6
CIKAUM
0
0
0
0
7
CIPEUNDEUY
0
0
0
0
8
CIPUNAGARA
207
200
0
10
9
CISALAK
0
0
0
0
10
COMPRENG
107
95
5
10
11
JALANCAGAK
0
0
0
0
12
KALIJATI
142
142
20
3
13
LEGONKULON
0
0
0
0
14
PABUARAN
0
0
0
0
15
PAGADEN
40
40
0
1
16
PAMANUKAN
314
288
9
7
17
PATOKBEUSI
200
200
111
5
18
PURWADADI
0
0
0
0
19
PUSAKANAGARA
0
0
0
0
20
SAGALAHERANG
0
0
0
0
21
SUBANG
10
10
0
6
22
TANJUNGSIANG
0
0
0
0
2.090
2.040
168
57
TOTAL
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 13
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KABUPATEN
Keterangan
SUBANG
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG
PROVINSI JAWA BARAT
Peta Sebaran Lokasi Kumuh
Gambar 7.1.
Peta sebaran lokasi kumuh di Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 14
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Tabel 7.8
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Ilegal Kabupaten Subang Tahun 2003
No.
Kecamatan
Jumlah Bangunan
di Bawah
Tegangan Tinggi
Jumlah Keluarga
di Bawah
Tegangan Tinggi
Jumlah Bangunan
di Bantaran
Sungai
Jumlah Keluarga
di Bantaran
Sungai
1
BINONG
38
38
22
22
2
BLANAKAN
0
0
171
265
3
CIASEM
5
5
65
125
4
CIBOGO
0
0
0
0
5
CIJAMBE
0
0
0
0
6
CIKAUM
20
36
60
124
7
CIPEUNDEUY
0
0
0
0
8
CIPUNAGARA
40
40
98
119
9
CISALAK
31
34
45
38
10
COMPRENG
21
25
171
175
11
JALANCAGAK
0
0
0
0
12
KALIJATI
0
0
25
25
13
LEGONKULON
0
0
9
12
14
PABUARAN
71
68
4
3
15
PAGADEN
0
0
0
0
16
PAMANUKAN
0
0
125
156
17
PATOKBEUSI
15
15
0
0
18
PURWADADI
0
0
8
6
19
PUSAKANAGARA
0
0
0
0
20
SAGALAHERANG
0
0
0
0
21
SUBANG
145
180
0
0
22
TANJUNGSIANG
15
15
1
3
401
456
804
1.073
TOTAL
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
B.
Permukiman pada lokasi rawan bencana
Permukiman pada kawasan bencana di Kabupaten Subang meliputi 6.291 wilayah
permukiman yang tersebar banyak di Kecamatan Legonkulon dan Pamanukan (Tabel 4.10).
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan longsor yang cukup tinggi adalah: Kecamatan
Cisalak (43 KK) dan Tanjungsiang (36 KK).
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 15
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan banjir yang cukup tinggi adalah: Kecamatan
Legonkulon (1778 KK), Pamanukan (1464 KK), Blanakan (730 KK), Ciasem (527 KK) dan
Pusakanagara (96 KK).
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan bencana lainnya yang cukup tinggi adalah:
Kecamatan Tanjungsiang (920 KK), Pabuaran (400 KK) dan Legonkulon (215 KK). Jumlah
keseluruhan keluarga yang tinggal didaearah rawan bencana adalah 89 keluarga tinggal di
daearah rawan longsor, 4625 keluarga rawan banjir dan 1577 keluarga rawan bencana
lainnya.
Tabel 7.8
Profil Permukiman di Daerah Rawan Bencana Kabupaten Subang Tahun 2003
No.
Kecamatan
Jumlah Keluarga di
Lokasi Rawan
Bencana Lain
Jumlah Keluarga di
Lokasi Rawan
BAnjir
Jumlah Keluarga di
Lokasi Rawan
Longsor
0
1
BINONG
0
30
2
BLANAKAN
0
730
0
3
CIASEM
0
527
10
4
CIBOGO
0
0
0
5
CIJAMBE
0
0
0
6
CIKAUM
0
0
0
7
CIPEUNDEUY
0
0
0
8
CIPUNAGARA
0
0
0
9
CISALAK
0
0
43
10
COMPRENG
0
0
0
11
JALANCAGAK
0
0
0
12
KALIJATI
0
0
0
13
LEGONKULON
215
1.778
0
14
PABUARAN
400
0
0
15
PAGADEN
0
0
0
16
PAMANUKAN
0
1.464
00
17
PATOKBEUSI
0
0
0
18
PURWADADI
0
0
0
19
PUSAKANAGARA
0
96
0
20
SAGALAHERANG
0
0
0
21
SUBANG
42
0
0
22
TANJUNGSIANG
920
0
36
1.577
4.625
89
TOTAL
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 16
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
C.
Alih guna lahan bagi permukiman
Luas lahan yang digunakan untuk perumahan adalah 24.539 hektar atau sekitar 13,8% dari
seluruh wilayah Kabupaten Subang. Dalam tiga tahun terakhir terjadi alih fungsi
penggunaan lahan menjadi perumahan, dengan rincian:
▪
Sawah menjadi perumahan sekitar 1 ha
▪
Ladang jadi perumahan sekitar 2 ha
Tabel 7.9.
Analisis Prioritas Lokasi Penanganan Permasalahan Permukiman
Kabupaten Subang Tahun 2003
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
KESESUAIAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
PRIORITAS LOKASI
PENANGANAN
Kecamatan
Patokbeusi yang
meliputi desa
Rancamulya dengan
prioritas penanganan
permukiman kumuh.
Kecamatan Patokbeusi
merupakan hirarki III dalam
RTRW Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat p roduksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Pertanian lahan basah
• Peternakan
• Perikanan
• Pertambangan
• Permukiman
• Penanganan permukiman
kumuh pada pusat -pusat
kegiatan pertanian.
• Pengembangan pusat
permukiman perdesaan harus
dikaitkan seca ra serasi,
selaras dan saling
menguatkan dengan sistem
kota dan pengmbangan
kawasan-kawasan produksi
dan prasarana wilayah.
• Permukiman yang
direncanakan hendaknya
dapat menampung aktifitas
industri dan tidak melanggar
garis sempadan sungai.
• Dalam rangka me madukan
perkembangan desa & kota
perlu dipilih pusat -pusat
desa yang merupakan desa desa yang punya keterkaitan
dengan desa lain dan pusat pusat permukiman kota
seperti program KTP2D.
Kecamatan
Tanjungsiang yang
meliputi desa
Cimeuhmal dengan
prioritas pe nanganan
alih guna lahan yang
sporadis untuk
permukiman dan
rumah-rumah yang
tidak permanen yang
dapat menyebabkan
lingku ngan kumuh.
Kecamatan Tanjung Siang
merupakan hirarki III dalam
RTRW Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Kawasan hutan lindung
• Kawasan resapan air
• Kawasan cagar budaya
• Kawasan bencana gunung api
• Kawasan gempa bumi
• Rawan gerakan tanah
• Sempadan sungai
• Kawasan sekitar mata air
• Hutan produksi
• Penanganan alihg una lahan
untuk permukiman perlu
mendapat perhatian serius
mengingat banyaknya
permasalahan alihguna lahan
kawasan lindung dan
pertanian produktif menjadi
permukiman.
• Alih guna lahan untuk
pengembangan permukiman
dan industri hendaknya
memanfaatkan lahan non produktif, tidak rawan
bencana alam dan bukan
kawasan sempadan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 17
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
KESESUAIAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
•
•
•
•
•
PRIORITAS LOKASI
PENANGANAN
Pertanian lahan basah
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Permukiman
Kecamatan Subang
yang meliputi desa
Karanganyar yang
diprioritaskan dalam
penangana n Backlog
rumah yang
diakibatkan sudah
padatnya ko ta
Subang tersebut.
Kecamatan Subang merupakan
hirarki I dalam RTRW Kabupaten
Subang, yang berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan utama dan
pintu gerbang perdagangan
keluar wilayah.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Resapan air
• Rawan gerakan tanah
• Sempadan sungai
• Kawasan terbuka hijau kota
• Pertanian lahan kering
• Industri
• Permukiman
• Pengembangan permukiman
perkotaan pada lahan yang
tidak produktif pertanian,
bukan kawasan lindung,
bukan sempadan sungai
• Fungsi permukiman
perkotaan sebagai pusat
distribusi pelayanan jas a
pemerintahan, pelayanan
sosial dan ekonomi.
• Untuk menghindari konversi
lahan irigasi teknis disekitar
jalan nasional, pegembangan
permukiman pada arah ini
perlu dibatasi.
• Pengmebangan permukiman
dilengkapi sarana dan
prasarana penunjang u ntuk
mendukung kegiatan industri .
Kecamatan
Legonkulon yang
meliputi desa
Anggasari yang
diprioritaskan pada
penangana n
permukiman pada
daerah rawan
bencana dan
permukimanpermukiman semi
permanen.
Kecamatan Legonkulon termasuk
pada hirarki III di Kabupaten
Subang yang dalam RTRW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Pantai/hutan bakau
• Rawan gelombang pasang
• Sempadan pantai
• Sempadan sungai
• Pertanian lahan basah
• Perikanan
• Pariwisata
• Permukiman
• Relokasi permukiman pada
daerah rawan bencana.
• Perlu hati -hati dalam
pengembangan permukiman
pada kecamatan ini karena
wilayahnya terdiri dari
daerah rawan bencana dan
sempadan. Permukiman
diarahkan pada wilayah
pusat-pusat produksi
pertanian yang sudah tidak
produktif dan sekitar
kawasan wisata sebagai
penunjangnya.
Kecamatan Blanakan
yang meliputi desa
Muara yang
diprioritaskan pada
penangana n
permukiman pada
kawasan bantaran
sungai.
Kecamatan Blanakan termasuk
pada hirarki III di Kabupaten
Subang yang dalam RT RW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Suaka margasatwa
• Pantai hutan bakau
• Rawan gelombang pasang
• Sempadan pantai dan sungai
• Pertanian lahan basah
• Perikanan
• Pariwisata
• Permukiman
• Relokasi permukiman yang
berada pada sempadan sungai
untuk menghindari bencana
banjir.
• Permukiman diarahkan pada
sekitar lokasi pertanian lahan
basah dengan menggunakan
lahan yang sudah tidak
produktif
• Permukiman pesisir/nelayan
hendaknya aman dari
bencana dan punya
aksesibilitas yang mendukung
kegiatan nelayan dan
pariwisata.
Kecamatan
Pamanukan yang
meliputi desa
Pamanukan yang
diprioritaskan pada
Kecamatan Pamanukan terma suk
pada hirarki I di Kabupaten
Subang yang dalam RTRW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat
• Rehabilitasi permukiman
kumuh pada permukiman
perkotaan.
• Pengembangan permukiman
pada kawasan pertanian yang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 18
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
KESESUAIAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
PRIORITAS LOKASI
PENANGANAN
penangana n
bangunan-bangunan
yang tidak permanen
pada kawasan yang
padat penduduk.
pertumbuhan utama dan pintu
gerbang perdagangan keluar
wilayah.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Pertanian lahan basah
• Perikanan
• Pertambangan
• Permukiman
sudah tidak produktif sebagai
pusat pelayanan jasa
pemerintahan, sosial dan
ekonomi.
• Pengembangan permukiman
dilakukan untuk mendukung
kegiatan perdaganga n dan
tidak mengganggu kawasan
pantai berhutan bakau,
bantaran sungai dan tidak
melakukan alih guna lahan
pertanian lahan basah yang
produktif menjadi
permukiman.
• Untuk menghindari konversi
lahan irigasi teknis disekitar
jalan nasional, pegembangan
permuki man pada arah ini
perlu dibatasi.
Kecamatan Compreng
yang meliputi desa
Sukatani yang
diprioritaskan pada
penangana n
permukiman di
bantaran sungai dan
permukiman kumuh.
Kecamatan Compreng termasuk
pada hirarki III di Kabupaten
Subang yang dalam RTRW
Kabupaten Subang, yang
berfungsi sebagai pusat produksi
padi dan kegiatan industri.
Rencana Pemanfaatan Lahan:
• Sempadan sungai
• Pertanian lahan basah
• Peternakan
• Permukiman
• Relokasi permukiman pada
bantaran sungai untuk
menghindari bencana banjir.
• Permukiman diar ahkan pada
sekitar lo kasi pertanian yang
sudah tidak produktif.
Kecamatan Pagaden
mempunyai
permasalahaan
permukiman kumuh
di Desa Kamarang
Kecamatan Pegaden termasuk
pada hirarki II di Kabupaten
Subang, yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan dan jasa,
permukiman, koleksi dan
distribusi dengan skala
pelayanan beberapa kecamatan
(pusat pertumbuhan wilayah
pengembangan).
Rencana pemanfaatan lahan:
• Sempadan sungai
• Pertanian lahan basah
• Peternakan
• Perikanan
• Permukiman
• Rehabilitasi permukiman
kumuh pada daerah
perkotaan dan pada daerah daerah bantaran sungai.
Permukiman perkotaan
diperuntukkan u ntuk
mendukung aktifitas
perdagangan dan jasa.
• Pengembangan permukiman
perdesaan yang dekat dengan
pusat-pusat produksi
pertanian lahan basah dan
peternakan dengan
memanfaatkan lahan yang
sudah tidak produktif.
Ket: Kesesuaian RTRW merupakan proses penyesuaian masalah yang menjadi prioritas untuk ditangani dengan programprogram perkim yang ada berdasarkan hierarki kota dan rencana guna lahan
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 19
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
KABUPATEN
Keterangan
SUBANG
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG
PROVINSI JAWA BARAT
Peta Prioritas Penanganan Permasalahan
Permukiman
Gambar 7.2
Prioritas Penanganan Permasalahan Permukiman di Kabupaten Subang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 20
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
7.1.3
Usulan Pembangunan Permukiman
7.1.3.1 Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
Pada kawasan yang cenderung kumuh dan padat serta kurang didukung oleh sarana dan
prasarana dasar yang layak dari segi kuantitas maupun kualitas, upaya peningkatan dan
perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman akan dijadikan prioritas.
Usulan Dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh diperkotaan diarahkan kepada konsep
tridaya dengan bertumpu pada masyarakat sebagai pelaku (sesuai dengan motto gotong
royong) melalui program P2P, NUSSP, P2KP, PNPM, PPIP dan sebagainya, disamping
di kawasan DPP melalui program KTP2D, CAP, dan sebagainya.
8
Usulan Dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
• Peremajaan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Bagian dari program peremajaan kota dikawasan hunian dengan fungsi baru yang
direncanakan untuk menciptakan lingkungan yang terpadu dan fungsional, tetapi tetap
didominasi oleh kegiatan hunian sehingga mutu kehidupan masyarakat dapat
meningkat.
• Perbaikan Kampung (Kampoong Improvement Project/KIP)
Bertujuan untuk memperbaiki dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana dasar
lingkungan, serta sarana social lainnya untuk melayani kebutuhan masyarakat
berpenghasilan menengah kebawah.
Contoh Kerangka Dasar Pengembangan Permukiman
• Pembangunan Lingkungan Permukiman Berimbang
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 21
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Bertujuan untuk mewujudkan suatu kawasan perumahan yang dapat menampung
secara serasi berbagai kelompok masyarakat dengan komposisi perbandingan
pengembangan 1 : 3 : 6, yaitu 1 unit hunian tipe kecil, 3 unit hunian tipe sedang dan 6
unit hunian tipe kecil.
• Pengembangan Rusun dan Rusunawa
Salah satu bentuk penanganan masalah kebutuhan lahan untuk perumahan dan
permukiman bagi masyarakat menengah ke bawah dapat dilakukan dengan
pembangunan rumah susun (rusun) dan rumah susun sewa (rusunawa), dalam hal ini
permukiman tidak lagi merupakan suatu sarana yang harus menjadi milik/investasi, tapi
merupakan sarana hunian.
• Kawasan Siap Bangun / Lingkungan Siap Bangun (Kasiba/Lisiba)
UU No. 80/1999 tentang Kasiba/Lisiba yang merupakan turunan UU No. 41/1999
• Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penataan Lingkungan Permukiman
Kumuh (PPM-Squatters)
Yaitu untuk pengentasan kemiskinan yang menyentuh kawasan permukiman kumuh
yang statusnya tidak berijin/ilegal.
• Subsidi Selisih Bunga
Memberikan kemudahan agar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dapat
memiliki rumah.
7.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
7.2.1
Penataan Bangunan
Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan,
melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan
lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian
bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 22
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.
Penataan bangunan dan lingkungan pun merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan
lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah sebagai berikut :
1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib,
layak huni, berjati diri, serasi dan selaras; dan
2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif
dan berkelanjutan.
7.2.1
Permasalahan Penataan Bangunan
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan
yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
•
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah-daerahrawan bencana.
•
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapatkan perhatian.
•
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan Tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara
•
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 23
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
•
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.
•
Masih banyaknya aset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan
•
Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Subang
•
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah yang memiliki potensi wisata.
•
Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota.
•
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan lainlain kurang diperhatikan.
4. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
•
Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.
•
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
•
Kurang dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
•
Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB,
bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.
•
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015,
200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota
bebas Kumuh.
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan
Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di
bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 24
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan
Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggarisbawahi
bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus disusun oleh pemerintah
daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.
Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara
komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses siklus Pemberdayaan
Masyarakat melalui model-model program/proyek seperti PNPM-P2KP, PNPM-PPK dan
NUSSP.
7.2.2
Landasan Hukum
Landasan hukum yang mendasari Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan
didasarkan pada:
1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUGB).
3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
6. Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rusuna Bertingkat
Tinggi.
7. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) Bangunan Gedung.
8. Peraturan Menteri No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pedoman Sertifikat Laik
Fungsi (SLF).
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 25
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
9. Peraturan Menteri No. 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.
10. Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
11. Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs.
7.2.2.1 Pencapaian Penataan Bangunan Gedung Dan Lingkungan
Dalam pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan, maka dilakukan prioritas
pembangunan Nasional yang meliputi :
1.
Penanggulangan Kemiskinan
2.
Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pembangunan perdesaan
3.
Migitasi dan penanggulangan kebencanaan
4.
Percepatan pembangunan infrastruktur
5.
Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah terisolir/terluar
Rencana Tindak dalam Pencapaian Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut :
1.
Semua Bangunan Gedung harus sudah laik fungsi Tahun 2010
2.
200 kota harus bebas kumuh pada Tahun 2010
3.
350 kota harus sudah bebas kumuh pada Tahun 2015
4.
Semua kota harus sudah bebas kumuh pada tahun 2020
5.
Sisanya harus bebas dari kekumuhan sebelum 2020
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 26
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
7.2.2.2 Kebijakan,
Penataan
Bangunan
Gedung
Dan
Lingkungan
Di Kabupaten/Kota
A. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan
efisien.
2) Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati
diri.
3) Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat
memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.
4) Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan
arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi
dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.
5) Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk
menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.
B. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan dan Gedung, termasuk
bangunan gedung dan rumah Negara.
2) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
3) Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan dan
permukiman.
4) Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan
produktivitas masyarakat.
5) Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi
pertumbuhan kota.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 27
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
6) Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional
maupun internasional lainnya di bidang Bangunan dan Gedung dan Penataan
Lingkungan Permukiman.
7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan / mempertimbangkan
khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan
dilestarikan serta keahlian Membangun (seni dan budaya).
9) Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur
Bangunan dan Gedung melalui kerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten.
C. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah
sebagai berikut :
1) Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
•
Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan
lingkungan.
•
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung.
•
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur.
•
Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung.
•
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.
•
Pembinaan teknis pembangunan gedung negara.
•
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proyeksi Kebakaran (RISPK).
•
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan Gedung.
•
Percontohan pendataan bangunan gedung.
•
Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 28
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
•
Rehabilitasi bangunan gedung dan Negara.
•
Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman
dan Bangunan (PIPPB)
2) Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
•
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
•
Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
•
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman
kumuh dan nelayan.
•
Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman
tradisional.
3) Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan.
Bantuan penanggulangan kesmiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi
7.2.3
Permasalahan Yang Dihadapi
Penataan Bangunan di Kabupaten Subang masih dikelola oleh Sesi Bangunan dari PU Cipta
Karya (Distarkim Kabupaten Subang) dan untuk pengelolaan lebih mengarah pada aspek
teknis. Sedangkan untuk pengaturan Penataan Bangunan Lingkungan di Kabupaten Subang
secara khusus tidak ada.
7.2.4
Program Yang Diusulkan
7.2.4.1 Usulan dan Prioritas Program
1.
Program Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademis Perda Bangunan Gedung.
2.
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
3.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor dan Olahraga.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 29
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
4.
Program Perencanaan Cipta Karya
7.2.4.2 Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Usulan dan prioritas proyek penataan bangunan gedung dan lingkungan dapat dilihat pada
Lampiran.
7.2.4.3
Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Untuk pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan di Kabupaten Subang sebagian besar berasal dari dana APBD II atau APBD
Kabupaten Subang seperti terlampir.
7.3
RENCANA INVESTASI PENGEMBANGAN AIR MINUM
7.3.1 Petunjuk Umum
A. Umum
Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum
di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air
selain itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan PS air
minum di perkotaan.
Sasaran program komponen Air Minum dibuat untuk mengisi kesenjangan kondisi pada
permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan kondisi yang diinginkan pada sasaran
kebijakan RPJMN.
RIS-SPAM merupakan rencana jangka panjang suatu wilayah baik di dalam Kabupaten/Kota,
antar Kabupaten/Kota dan antar Propinsi. Hal ini dimungkinkan karena dalam
pengembangan dan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum tergantung dengan
posisi dan letak unit-unit SPAM dan cakupan pelayanannya.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 30
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Sistem Pengadaan Air Minum,
antara lain :
1.
Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah.
2.
Rencana pembangunan Kabupaten/Kota.
3.
Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan,
seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.
4.
Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
5.
Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan)
Sistem Pengembangan Air Minum.
6.
Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi pengelolaan Air
Minum.
7.
Keterpaduan pengelolaan Air Minum dengan pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan
pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan,
baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.
8.
Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia.
9.
Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi pengelolaan Air Minum
pada kota bersangkutan.
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi kelanjutan lingkungan.
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta.
12. Kelembagaan yang mengelola air minum.
13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan.
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 31
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan
sarana dan prasarana air minum, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.
15. Safeguard sosial dan lingkungan.
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
B. Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah
daerah di sektor Air Minum adalah sebagai berikut :
1.
Program Pembangunan Prasarana Air Minum Melalui Pendekatan Masyarakat di Desa
Miskin dan Rawan Air
a. Target :
▪ Desa-desa yang termasuk kategori desa miskin atau desa rawan air.
▪ Desa-desa yang berlokasi di pesisir atau pulau terpencil.
▪ Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat.
b. Pola Pengelolaan : Oleh masyarakat/Koperasi/Kelompok masyarakat.
c. Penanganan : Unit air baku, unit produksi, unit transmisi dan distribusi utama.
d. Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola/penyelenggara SPAM dan masyarakat.
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM.
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan.
2.
Program Pengembangan Air Minum di Ibukota Kabupaten/Kota Pemekaran
a.
Target :
Bab VII Rencaa Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 32
Laporan RPIJM Kabupaten Subang
▪ Ibukota kabupaten baru/hasil pemekaran setelah tanggal 1 Januari 2000 dan
telah memiliki rencana induk pengembangan SPAM Kabupaten/Kota dan
rencana teknis (DED) pengembangan SPAM di lokasi tersebut.
▪ Kabupaten/Kota pemekaran yang sudah memiliki badan usaha sebagai
penyelenggara air minum baik yang dibentuk oleh pemerintah Kabupaten/Kota
pemekaran atau merupakan penyelenggara SPAM yang telah terbentuk pada
Kabupaten/Kota induknya (penyelenggara SPAM lintas Kabupaten/Kota).
b.
Pola Pengelolaan : Oleh PDAM dengan azas pengusahaan.
c.
Penanganan : Unit air baku, unit transmisi dan produksi.
d.
Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
3.
Program Pengembangan Air Minum di Ibukota Kecamatan (IKK) Yang Belum
Mempunyai Sistem dan Rawan Air
a. Target :
▪ IKK (Ibukota Kecamatan)/kawasan yang belum memiliki sistem penyediaan air
minum (SPAM)
▪ IKK/kawasan yang telah diverifikasi dan memiliki kesiapan sumber air baku,
serta telah memiliki rencana teknis (DED) pengembangan SP