BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502707488BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA Baru

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA Pada BAB VII ini akan di jelaskan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan

  bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut :

  1. Memenuhi Kebutuhan Pengembangan Permukiman (Prasarana Dan Sarana Dasar).

  2. Terwujudnya Permukiman Yang Layak Dalam Lingkungan Sehat, Aman, Serasi Dan Teratur.

  3. Mengarahkan Pertumbuhan Wilayah.

  4. Menunjang Kegiatan Ekonomi Melalui Kegiatan Pengembangan Permukiman.

  Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dilakukan dengan: a.

  Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH).

  b.

  Penataan dan Peremajaan Kawasan.

  c.

  Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

  d.

  Peningkatan kualitas permukiman.

  Arah Kebijakan dan Lingkungan Kegiatan Arahan Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir

  e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a.

  Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan Penyusunan norma, kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f.

  Pelaksanaan tata usaha Direktorat

  Isu Strategis, kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:  Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.  Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.

   Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif  Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.  Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.  Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. perkotaan

   Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.  Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

   Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  Permasalahan lain yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap pembangunan di lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan masyarakat migran untuk datang dan tinggal karena kemudahan aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti: sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan sebagai tempat hunian. Untuk kawasan Kota Bukittinggi beberapa issu strategis pengembangan kawasan permukiman dapat dilihat pada tabel 7.1 berikut ini :

Tabel 7.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota/Kabupaten No. Isu Strategis Keterangan

  (1 ) (2) (3)

  1 Keinginan masyarakat pendatang untuk memiliki rumah tinggal sendiri di Kota Bukittinggi mengingat cuaca dan kondisi alam yang sangat sejuk.

  2 Masih banyaknya perumahan dan permukiman di wilayah Kota Bukittinggi yang bangunan fisiknya tidak sesuai dengan IMB yang dikeluarkan oleh dinas terkait.

  3 Masyarakat masih banyak berharap dari pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana kawasan perumahan tempat tinggal.

  4 Sebaiknya pemerintah selalu berkoordinasi dengan developer menyangkut pembangunan perumahan, agar lebih teratur dan terkoordinir.

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Pemerintah Kota Bukittinggi selama ini telah melakukan pengembangan permukiman, seperti:

  1. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi 24 kelurahan di kota Bukittinggi melalui dana APBN dan APBD Propinsi dan APBD Kota

  2. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana, seperti pembuatan jalan lingkungan sepanjang pinggiran Ngarai Belakang Balok dan Bukit Cangang kel.

  Kayu Ramang.

  Beberapa lokasi di sepanjang pinggiran Ngarai merupakan kawasan rawan bencana alam khususnya tanah longsor. Kawasan permukiman saat ini yang berkembang adalah di kawasan Pinggir Kota . Berdasarkan konsep struktur ruang yang dikembangkan, maka kawasan permukiman terdiri dari tiga kategori kawasan yaitu:

  1. Kriteria kepadatan yang meliputi kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan.

  2. Pengaturan tata letak bangunan 3.

  Faktor pengikat bagi kawasan permukiman Mengingat bahwa pembangunan unit-unit perumahan tersebut diselenggarakan oleh berbagai pihak yang masing-masing mewakili kepentingannya (pihak pemerintah/instansi, swasta/developer perumahan maupun swadaya masyarakat sendiri), maka pengontrolan atau pembatasan-pembatasan pembangunan unit rumah tersebut harus diselenggarakan dengan baik agar lingkungan perumahan lebih teratur. Dari tinjauan secara fisik, pengontrolan terhadap pembangunan unit-unit perumahan tersebut berarti pengalokasian dan perencanaan intenstas lingkungan-lingkungan perumahan, dengan pertimbangan karakteristik kegiatan perumahan tersebut (pada masing-masing kawasan) saat ini, perkembangan fungsi kegiatan sosial ekonomi dan kecenderungan perkembangan fisik perumahan pada masa yang akan datang. Hal tersebut menjadi bagian dari lingkup rencana pengembangan lingkungan perumahan disamping penentuan bentuk pelaksanaan pembangunan fisik penunjang tujuan pengembangan lingkungan perumahan secara keseluruhan.

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian kota Bukittnggi dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kota Bukittinggi (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Tabel 7.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan NO. Bupati/Peraturan lainnya Keterang No. Perihal Tahun an Peraturan 1.

  UU No. 1 tentang Perumahan dan Kawasan 2011

  Permukiman

  2. UU No. 20 tentang Rumah Susun. 2011

  3. No. 06 RTRW 2011 Perda

  Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat, pada tahun 2011 jumlah sarana hunian/rumah di wilayah Kota Bukittinggi sebanyak 20.067 unit. Sebagian besar bangunan hunian/rumah adalah bangunan permanen 14.176 unit, semipermanen 3.851 unit dan tidak permanen 2.040 unit.

  Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kota Bukittinggi diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman. Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

  Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman tidak tertata demikian juga di wilayah Kota Bukittinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

  Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kurang tertata, Pemerintah Kota Bukittinggi akan menata lingkungan kurang tertata berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang kurang layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Warga masyarakat di Kota Bukittinggi sebagian besar bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kurang tertata ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

  Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementrian Perumahan Rakyat RI dan Permerintah Daerah sendiri, yang diberikan kepada warga/ masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya.

  Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni di kelurahan tangah sawah, kelurahan sapiran dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Banyak ditemui sebagian dari warga masyarakat di Kota Bukittinggi bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, tidak teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

Tabel 7.3 Data Kawasan Kurang Kumuh di Kota Bukittinggi

  14,66

Tabel 7.4 Data Kondisi RSH di Kota Bukittinggi

  Lokasi Tahun Jumlah Prasarana NO Pengelola Kondis CK RSH Pembangunan Penghuni i

  1

  yang n

  2 3…

   Keterangan : tidak ada RSH di Kota Bukittinggi

Tabel 7.5 Data Kondisi Rusunawa di Kota Bukittinggi

  Lokasi Tahun Terhuni Jumlah Prasarana No Pengelola Kondisi CK Rusunawa Pembangunan / Tidak Penghuni yang

  Keterangan : Belum ada rusunawa di Kota Bukittinggi

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:

  Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kawasan kurang tertata sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas. 2. mahalnya harga tanah di Kota Bukittinggi sehingga banyak permukiman yang hanya mengandalkan sewa tanah dan membuat rumah tanpa IMB.

  3. Susahnya melakukan pembebasan lahan karena banyak tanah kaum.

  Permasalahan pengembangan permukiman di Kota Bukittinggi diantaranya: 1.

  Mahalnya harga tanah untuk pengembangan permukiman dan perumahan di Kota bukittinggi.

  2. Masih banyak masyarakat Kota bukittinggi yang tinggal di sepanjang sempadan sungai yang ada di Kota bukittinggi.

  3. Banyaknya permukiman yang ada di Kota Bukittinggi belum memiliki IMB.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat Kota Bukittinggi, dilihat dari tingginya permintaan perumahan layak huni.

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis yang tertuang dalam RTRW Kota Bukittinggi.

  3. Pencapaian target MDG ’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- Program

  Pro Rakyat

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah Kota Bukittinggi (tidak semua).

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas adalah yang terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu strategis, di kota Bukittinggi terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Dapat dilihat pada tabel 7.6.

Tabel 7.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Pembentukan lembaga pelayanan teknis menyangkut perumahan dan permukiman

  Memiliki arah pengembangan permukiman sebagai acuan

  Kurang Peduli dengan setiap yang telah ada

  5 Aspek Lingkungan Permukiman 1) Ketersediaan Dokumen AMDAL

  Kemampuan masyarakat Melakukan sosialisasi meyangkut arah pengembanga n permukiman

  Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kawasan permukiman

  Bukittnggi tapi menyebar di kawasan strategis yang peruntukan lahannya untuk Permukiman.

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 1) Kesadaran masyarakat untuk mau tinggal tidak hanya di Pusat Kota

  Membuka Peluang kerjasama dengan Swasta

  Kebutuhan akan Permukiman baru

  Terbatasnya ketersediaan APBD

  3 Aspek Pembiayaan 1) Dana dari pemerintah Pusat 2) Dana Sharing APBD

  Pemerintah sangat berharap adanya singkronisasi untuk implementasi dari rencana yang telah di lakukan

  

Kota Bukittinggi

No Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantanga n Pengembanga Alternati f Solusi

  Kurangnya Koordinasi yang dinamis menyangkut informasi antar SKPD terkait

  2) Pembentukan lembaga pelayanan teknik dan manajemen guna memberikan pelayanan di bidang perumahan dan permukiman pada masyarakat luas.

  Pengkoordinasian kegiatan di bidang perumahan dan permukiman pada tingkat daerah perlu diperkuat melalui pembentukan badan atau dewan pertimbangan kota yang bersifat profesional dan merupakan bagian dalam proses pengambilan keputusan kebijaksanaan pembangunan.

  2 Aspek Kelembagaan 1)

  Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat agar saling mendukung

  Tersedianya dana untuk pembangunan Permukiman untuk masyarakat dari pemerintah pusat

  5) Kelengkapan prasarana dan Lahan tidak kepemilikan PEMDA Kota Bukittnggi sehingga Sulit untuk implementasi rencana

  4) Ketersediaan jaringan prasarana dan sarana dasar seperti air minum dan listrik

  Jumlah Penduduk yang sudah memiliki rumah 3) tinggal dan belum memilik rumah tinggal Jarak permukiman terhadap akses ekonomi dan social

  Luas daerah pengembangan permukiman 2)

  1 Aspek Teknis 1)

  Sosialisasi tentang AMDAL

  Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

  Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel berikut. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah tertuang di dalam SPPIP untuk lima tahun pertama ke dalam isian tabel 7.7 berikut ini :

Tabel 7.7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan

  Untuk 5 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 No. URAIAN Unit Ket . Kota Bukittinggi

  Sasaran Penurunan Proses - - -

  Ha

  1 Kawasan Kumuh Survey

  2. Kebutuhan Rusunawa TB

  1

  1

  3. Kebutuhan RSH unit

  Kawasan 4.

  • Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru

  Keterangan : Data Jumlah Rumah dan Kawasan Miskin tidak tersedia

  Ket : tidak ada data terkait pedesaan di Kota Bukittinggi Program - Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan

  perkotaan terdiri dari: 1.

  Pembangunan RTLH di kawasan Kumuh Kota Bukittinggi 2. Mendukung pembiayaan dan pengembangan kelembagaan perumahan.

  3. Pembangunan RUSUNAWA di Kelurahan Bukik Apik Puhun 4.

  Membangun rumah sederhana sehat untuk mengurangi backlog dan pengembangan KASIBA dan LISIBA.

  6. Mengawasi tata keselamatan bangunan melalui pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan.

  5. Melaksanakan revitalisasi kawasan.

  7. Membangun perumahan darurat pada kawasan bencana alam.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan 1.

  Pembangunan jalan lingkungan dan perbaikan lingkungan permukiman.

  2. Pembangunan prasarana air bersih yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan terdistribusi secara merata.

  3. Pembangunan pembuangan air limbah dan drainase serta persampahan dengan sistem offsite.

  4. Pembangunan prasarana sanitasi.

  8. Kawasan dengan Komoditas Unggulan Kws

  7. Desa Kategori Miskin Desa - - - - -

  6. Kawasan Permukiman Pulau- Pulau Kecil Kws - - - - -

  5. Kawasan Perbatasan Kws

  7. Kawasan Rawan Bencana Kws

  6. Desa Potensial untuk Minapolitan Desa - - - - -

  5. Desa Potensial untuk Agropolitan Desa

  2

  4. Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin Jiwa/Km

  2

  3. Proyeksi Persebaran Penduduk Jiwa/Km

  2 4500 4533 4607 4774 4858

  2. Kepadatan Penduduk Jiwa/Km

  1. Jumlah Penduduk Jiwa 113569 114415 118260 120491 122621

  

Tahun

2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Ket. Lokasi

  

yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun

No. URAIAN Unit

Tabel 7.8 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan

  5. Pembangunan prasarana telekomunikasi dan informasi.

  Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 7.1.

Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman

  Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012 Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

  • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
  • Kesiapan lahan untuk pembangunan RUSUNAWA dalam proses sebab lahan kepemilikannya pemerintah atau PEMDA • Sudah tersedia DED untuk kawasan ngarai sianok.
  • Dokumen SPPIP saaat sekarang masih dalam proses.
  • Tersedi Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

  2. Khusus Rusunawa

  • Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA (Sudah oke)
  • Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh (masih dalam proses)

  • Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
  • Ada calon penghuni (ada) KOTAKU • Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
  • Desa di kecamatan yang tidak ditangani KOTAKU Inti lainnya.
  • Tingkat kemiskinan desa >25%.

  Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

  Berdasarkan hal tersebut diatas sampai saat sekarang masih dilakukan proses pendataan kawasan kumuh di Kota Bukittinggi, kawasan tersebut ada 4 kawasan yaitu : Kel. Tangah Sawah, Kel. Tarok Dipo, Kel Cimpago Ipuah, Kel. Tembok, Kel. Birugo dan Kelurahan Gulai bancah.

  Usulan Program dan Kegiatan a. Usulan Program dan Kegiatan

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah Kota Bukittinggi, Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

  Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman kota Bukittinggi yang disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel 7.9.

  Tabel 7.9

Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

Kota Bukittinggi

TOTAL SASARAN PROGRAM NO URAIAN SASARAN PROGRAM LUAS 2017 2018 2019 2020 2021 KET KAWASAN

  • -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

  I Kawasan Kumuh Perkotaan Penyusunan Draf Ranperda tentang penceahan dan 4,48 800 peningkatan kualitas permukiman Kumuh Peningkatan InfraStruktur kawasan kumuh Kel. ATTS 4,48 1.500 Peningkatan Infrastruktur kawasan kumuh Kel. Pakan 22,12 Kurai

  2.000 Peningkatan Infrastruktur kawasan kumuh Kel. 4,76 Campago ipuh

  2.000 Peningkatan Infrastruktur kawasan kumuh Kel. Puhun 5,2 Tembok

  2.000 Peningkatan Infrastruktur kawasan kumuh kel. Tarok 4,23 Dipo

  2.000 Pembangunan Rusunawa 2,5 30.000

  II Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman

  III Nelayan, Perbatasan, Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

  Dari matrik diatas di ketahui bahwa sumber keiatan yang dibiayai oleh APBN adalah Penyusunan Draf Ranperda tentang pencegahan dan peninkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Selain itu program kegiatan yang di danai APBN bidang permukiman adalah pembangunan Rusunawa sebesar Rp. 30.000.000 pada tahun 2017 dengan lokasi di kelurahan Bukit Apit Puhun.

  Sementara itu program kegiatan yang di biayai oleh APBD yaitu pembangunan Infrastruktur di kawasan kumuh pada masing-masing kawsan di mulai pada tahun 2017 yaitu untuk Kelurahan Aua Tajungkang Tangah Sawah, tahun 2018 Kelurahan Pakan kurai. Kegiatan ini antara lain adalah perbaikan untuk Rumah tidak Layak Huni serta peningkatan saluran drainase atau jalan lingkung di kawasan kumuh tersebut.

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Arah kebijakan dan Lingkungan Kegiatan PBL

  Kebijakan Pemerintah Kota Bukittinggi dalam penataan gedung dan lingkungan, yaitu : a.

  Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara.

  b.

  Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

  c.

  Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman.

  d.

  Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jati diri dan produktifitas masyarakat.

  e.

  Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.

  f.

  Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga- lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

  g.

  Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

  h.

  Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya). i.

  Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

  Pelaksanaan program-program tersebut diatas dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

A. Kegiaatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

  Secara terperinci terdiri dari ; kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan

  • a.

  Sasaran Kegiatan, Meningkatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan

   bangunan dan lingkungan sehingga dapat turut aktif ambil bagian dalam proses penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung dan penataan lingkungan, serta Pemerintah Kota Bukittinggi dapat menyeleraskan peraturan perundangan tentang

   bangunan gedung di wilayahnya agar memenuhi persyaratan administratif dan teknis yang diamantkan Undang-Undang Bangunan Gedung dan peraturan pelaksanaannya. b.

  Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan, Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk Sosialisasi dengan peserta.

   Paket materi yang disosialisasikan terdiri dari; (i) UU 28 tahun2002 tentang Bangunan dan

   Gedung dan PP 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UUBG, (ii) Standar pelaksanaan teknis tentang bangunan gedung, (iii) Pedoman teknis tentang bangunan gedung negara, (iv) Peraturan dan pedoman tentang penataan lingkungan permukiman dan (v) Materi lokal terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan.

  c.

  Keluaran/Produk Kegiatan Produk dari kegiatan ini adalah laporan penyelenggaraan Diseminasi Peraturan Perundang-

   undangan Penataan Bangunan dan Lingkungan.

  • a.

  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung

  Sasaran kegiatan Memberikan pemahaman dan wawasan dalam penyusunan Raperda bangunan gedung,

   sekaligus peningkatan pemahaman kelembagaannya Peningkatan kemampuan kelembagaan bangunan gedung di daerah Kota Bukittinggi

   b.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Ranperda bangunan gedung, berupa penyiapan materi yang diperlukan dalam

   penyusunan perda bangunan gedung, Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung berupa penyelenggaraan

   sosialisasi serta bantuan teknis pembentukan kelembagaan bangunan gedung.

  c.

  Keluaran/produk kegiatan Laporan kegiatan bangunan gedung di Kota Bukittinggi yang memuat inventarisasi

   lembaga/instansi terkait dengan penyelenggaraan, bangunan gedung di Kota Bukittinggi, termasuk didalmnya tupoksi dan susunan organisasinya serta konsep pengembangan kelembagaan Laporan kegiatan fasilitasi penyusunan raperda bangunan gedung di Kota Bukittinggi,

   dengan ketentuan memuat pemetaan substansi Perda dan Raperda sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang bangunan gedung dan peraturan pelaksanaanya serta tindak lanjutnya Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur

  • a.

  Sasaran kegiatan Tercapainya keseragaman pemahaman, kesadaran, dan tanggungjawab para instansi/aparat

   dan pelaksana khususnya para pejabat pembuat komitmen Pembinaan Teknis Bangunan Gedung dan mampu mengimplementasikan.

  Tercapainya Pelayanan pusat informasi bidang bangunan gedung bagi masyarakat, dunia  usaha dan instansi pemerintah sendiri yang maksimal.

  b.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan Pembinaan teknis kepada para pelaksana pembangunan bangunan gedung;

   Pembuatan/Pengembangan Website Pusat Informasi Bangunan;

   Penyusunan materi informasi PIPPB (Arsitektur Bangunan Gedung, perundang-undangan

   bidang bangunan gedung dan permukiman, daftar harga, dsb); Pelayanan sistem informasi dan teknologi;

   Penyuluhan Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan;

   Penyelenggaraan pameran bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan;

   Pemberian fasilitasi kegiatan diskusi/seminar/komunikasi dan pembahasan yang berkaitan

   dengan bangunan gedung dan lingkungan.

  c.

  Keluaran/produk kegiatan Produk dan kegiatan ini adalah laporan yang berisi: laporan hasil forum diskusi,

   penyuluhan dan pameran; dokumentasi bahan publikasi dan tutorial website.

  d.

  Bentuk dan pelaksanaan kegiatan Pelatihan teknis masing-masing diselenggarakan dengan peserta dari seluruh SKPD Kota

   Bukittinggi (petugas pendata harga dan dinas kebakaran).

  e.

  Keluaraan/produk kegiatan Laporan hasil pelatihan teknis bidang pendataan harga standar pembangunan bangunan

   gedung negara dan tenaga pengecekan keselamatan bangunan, yang harus diserahkan kepada pusat, Dinas PU/Kimpraswil provinsi, masing-masing 1 set, dan arsip.

  f.

  Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara

  a) Sasaran kegiatan

  Terpenuhinya tertib pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara melalui: Terselenggaranya proses pemanfaatan dan penghapusan

   Terselenggaranya proses pendaftaran, pengalihan status dan hak rumah negara

   yang tertib, dan tersedianya laporan kegiatan.

   yang up to date, retrieval yang mudah, lengkap dan tertib serta tenaga arsiparis yang terampil.

  Tersedianya sistem arsip yang handal, data bangunan gedung dan rumah negara

  b) Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

   dan pengalihan hak.

  Penyusunan format pengendalian untuk proses pendaftaran, pengalihan status

  Melakukan Inventarisasi BGN (pendataan gedung dan rumah negara). 

  Melakukan penataan arsip Bangunan Gedung Negara.

   Peningkatan keterampilan tenaga arsiparis.

   Pendataan harga dan Penyusunan HSBGN sesuai dengan mekanisme

   penyusunan dan penetapan.

   pengalihan hak di Kota Bukittingg.

  Pelaksanaan administrasi pelaporan terhadap proses pengalihan status dan

  Penyusunan laporan pengelolaan gedung dan rumah negara.

   Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung

   c) Keluaraan/produk kegiatan

   a.

  Laporan pengelolaan bangunan gedung negara yang terdiri atas:

  Jumlah rumah negara yang telah ditetapkan statusnya menjadi golongan

  III b. Jumlah surat ijin penghunian/SIP rumah negara golongan III c. Jumlah dan nilai penaksiran/penilaian harga rumah negara golongan III d.

  Jumlah dan nilai pengalihan hak dan penetapan harga rumah negara golongan III beserta tanahnya e.

  Jumlah Perjanjian Sewa Beli rumah negara golongan III f. Penerimaan negara dari penjualan/pengalihan hak rumah negara golongan III setiap tahun g.

  Jumlah dan nilai penyerahan hak milik rumah negara dan pelepasan hak atas tanahnya Keluaran dari kegiatan Inventarisasi BGN, yang berupa:

   Daftar Inventaris Bangunan Gedung Negara yang terdiri dari : a.

  Bangunan Gedung Negara; b.

  Rumah Negara golongan I dan golongan II; c. Rumah Negara Golongan III; d.

  Ledger, yang terdiri dari: Kartu Ledger Bangunan Gedung Negara; Kartu Ledger Bangunan Rumah Negara.

  Adapun Kegiatan yang di rencanakan dalam Pembinaan Bangunan dan Lingkungan antara lain :

  • a. Sasaran kegiatan

  Pembinaan teknis pembangunan gedung negara

  Tersedianya tenaga teknis yang memenuhi syarat, terampil dan handal, yang  dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara professional Terwujudnya proses penyelenggaraan bangunan gedung negara yang fungsional,

   memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta efisien dalam penggunaan sumber daya dan serasi dengan lingkungannya.

  b. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan Melakukan penugasan tenaga bantuan teknis kepada instansi Pemegang Mata

   Anggaran baik berupa bantuan tenaga (Pengelola Teknis, Tenaga Teknis, narasumber, penatar/penyuluh), informasi (peraturan pedoman/petunjuk/standar teknis, dan advise teknik), maupun percontohan (model pengaturan, fisik).

   Melakukan pembinaan terhadap tenaga teknis dan koordinasi berkala.

  Melakukan inventarisasi dan evaluasi tenaga teknis yang dapat ditugasi.

   Menyusun laporan pelaksanaan bantuan teknis.

   c. Keluaraan/produk kegiatan Laporan pelaksanaan pembinaan,

   Laporan bulanan pelaksanaan bantuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung

   negara (form F1 dan F2) yang berisi; laporan pembinaan, Jumlah instansi, kegiatan pembangunan, dana pembangunan, data bangunan, tenaga bantuan teknis dan persoalan-persoalan yang muncul, serta sarana pemecahannya.

   penyelenggaraan bangunan gedung negara dan laporan bulanan (bulan Januari - Desember).

  Laporan tahunan yang berisi rekapitulasi pelaksanaan bantuan teknis

  • a. Sasaran kegiatan

  Penyusunan Revisi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

   Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya panduan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Kota Bukittinggi, dalam rangka meningkatkan kemampuan kelembagaan pemadam kebakaran/Dinas Pemadam kebakaran dan masyarakat dalam pelaksanaan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran, serta menurunnya kejadian kebakaran, jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana.

  b. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan berupa : RIK merupakan acuan pencegahan penanggulangan kebakaran Kota

   Bukittinggi untuk kurun waktu 5-10 tahun Pemantapan lokasi terpilih dengan melakukan kesepakatan dengan pemerintah

   pusat

   Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di pemerintah pusat

  c. Keluaran/produk kegiatan

   Naskah kajian akademis Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota Bukittinggi, yang minimal memuat:

  • Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar belakang permasalahan, pengalaman pemerintah daerah terhadap penanganan kawasan/wilayah yang mengalami peristiwa kebakaran, narasumber, dinas/instansi yang berkepentingan dengan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebak
  • Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan RISPK Kota Bukittinggi serta
  • >Program kebutuhan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebaka
  • Penjabaran mengenai potensi topografi, kondisi alam, dan persebaran titik-
  • Rencana Umum pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran;
  • >Rencana Detail pencegahan dan penanggulangan bahaya kebaka
  • Program pengendalian, pengawasan dan pembinaan dalam rangka
  • >Tahapan program dan pendanaan yang diusulkan;
  • Ditetapkan sebagai Rancangan Peraturan Walikota;
  • Kesepakatan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk Peraturan Walikota 

  pelaksanaan strategi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di Kota Bukittinggi, serta hasil studi literatur yang terkait

   Draft Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota Bukittinggi hasil konsensus, yang minimal memuat:

  titik rawan kebakaran, dan penentuan daerah yang memiliki potensi sumber air, serta faktor- faktor lain yang mendukung RISPK Kota Bukittinggi;

  pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran;

  Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

  a. Sasaran kegiatan

   Terlaksananya rehabilitasi bangunan gedung negara yang fungsional memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta efisien dalam penggunaan sumberdaya dan serasi dengan lingkunganya sehingga mampu meningkatkan kualitas, keandalan dan umur pemanfaatan bangunan gedung negara.

  b. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan.

   Merupakan pekerjaan konstruksi fisik.

   -

  Melakukan kegiatan:

  Koordinasi dengan instansi pengelola/pemilik bangunan gedung;

  • Survey dan inventarisasi kondisi bangunan gedung ybs;
  • Pengendalian pekerjaan.

  c. Keluaran/produk kegiatan Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan

   konstruksi; Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings);

   Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi;

   Dokumen pendaftaran sebagai bangunan gedung negara.

   Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A.

   Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kota Bukittinggi dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di Kota Bukittinggi.

  Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG ’s

  2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global

  Warming