Keragaman Ganodermataceae dari Beberapa Kawasan Hutan Pulau Lombok (Aida

ISSN: 2442-2622

  BioWallacea Jurnal Ilmiah Biologi Vol.2 No.1 Januari 2016

  

Ketua Dewan Editor Editor Pelaksana

Faturrahman Immy Suci Rohyani

  

Dewan Editor

  

I Made Sudarma, Surya Hadi, Islamul Hadi, I Wayan Suana, Galuh Tresnani, Aida

Muspiah, Suripto, Evy Aryanti, Hilman Ahyadi, Mursal Ghazali, Sukiman, dan Sri

Puji Astuti

  

Teknik Editor

Muhsinul Ihsan, L. Achmad Tantilar, Supriadi, Novita Hidayatun Nufus

  

Manajer Bisnis

Rina Kurnianingsih

  

Penerbit

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Mataram

  

Alamat Redaksi

  DAFTAR ISI BioWallacea Jurnal Ilmiah Biologi Vol. 2 No. 1 Januari 2016 , ISSN: 2442-2622 Artikel

  Kandungan Antioksidan Asam Askorbat Pada Buah-buhan Tropis (Novi Febrianti, Irfan 1-5

  Yunianto, Risanti Dhaniaputri)

  Aplikasi Biokompos Dengan Beberapa Suplemen Dan Biochar Hasil Fermentasi Jamur 6-12

  Trichoderma spp. Untuk Memacu Pertumbuhan Kedelai di Lahan Kering (Irna Il Sanuriza, I.M.Sudantha, M.T.Fauzi).

  Mikroorganisme Fermentor pada Proses Pembuatan Pliek U (Rivan Rinaldi, Manna 13-19

  Wassalwa, Raudhah Hayatillah, Amirunnas, Nurul A’la dan Iswadi)

  Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Herba Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) 20-27 Terhadap Salmonella thypi (Trianik Widyaningrum dan Esti Setiawati ) Kekayaan Plasma Nutfah Flora di Kawasan Perkotaan Terhadap Kendaraan di Kota 28-34 Makasar (Sri Suhaidiyah, Elis Tambaru, Surni) Keragaman Fenotipik Generasi 2 Jagung Lokal Sulawesi Selatan dan Jagung Asal 35-41 CIMMYT Untuk Pembuatan Jagung Provitamin A (Juhriah, Mir Alam, A. Masniawati) Inventarisasi dan Evaluasi Nutrisi Pakan Burung Gosong Kaki-merah (Megapodius 42-47

  reinwardt ) Pada Pemeliharaan in-situ di Taman Wisata Alam Kerandangan (Mujdalifah, I., Dwi K.Purnamasari, Abdul Aziz)

  Kelayakan Bioekologi Teluk Gerupuk Sebagai Kawasan Budidaya Perikanan Berbasis 48-53 Multitropic Sea Farming (Hilman Ahyadi, Immy Suci Rohyani, Sukiman, dan

  Faturrahman)

  Keragaman Ganodermataceae dari Beberapa Kawasan Hutan Pulau Lombok (Aida 53-60 Muspiah, Sukiman, Faturrahman). Efektifitas Pupuk Super Bionik Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan 61-68 Rumput Laut Gracilaria sp. (Muhammad Syafi ’iy, Herman Suheri, Nunik Cokrowati). Analisis Vegetasi Kawasan Resapan Mata Air Desa Aik Bukak Lombok Tengah 69-77 (Sukiman, Evy Aryanti, Immy Suci Rohyani, Suripto) Hubungan Struktur Komunitas Spesies Kelelawar Dengan Faktor Fisik Gua : Studi di Gua 78-83

  BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Januari 2016 Vol. 2 No. 1, p. 6-12

ISSN: 2442-2622

  

APLIKASI BIOKOMPOS DENGAN BEBERAPA SUPLEMEN DAN

BIOCHAR HASIL FERMENTASI JAMUR Trichoderma spp. UNTUK

MEMACU PERTUMBUHAN KEDELAI DI LAHAN KERING

  1) 2), 2)

  Irna Il Sanuriza , I.M.Sudantha M.T.Fauzi

  1), 2),

  Mahasiswa Dosen Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering UNRAM

  

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan kedelai yang

diperlakukan dengan biochar hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dengan biochar tanpa fermentasi,

2) untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan kedelai yang diperlakukan dengan biokompos suplemen

cangkang rajungan dengan biokompos suplemen dedak, 3) untuk mengetahui pengaruh interaksi antara

perlakuan biochar dengan biokompos. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyu Urip Kecamatan

Gerung Kabupaten Lombok Barat mulai bulan juni sampai Agustus 2015. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode eksperimen dengan percobaan di lapangan. Penelitian ini dirancang

menggunakan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu biochar

dan biokompos. Faktor 1 adalah aplikasi biochar (B) terdiri atas empat aras yaitu C0 = Tanpa biochar,

C1 = Biochar non Fermentasi 20 ton/ha, C2 = Biochar Fermentasi 20 ton/ha, C3 = Biochar Fermentasi 10

ton/ha, dan Faktor 2 yaitu faktor dosis biokompos (B) tediri atas tiga aras yaitu B1 = Tanpa pemberian

Biokompos, B2 = 15 ton biokompos suplemen bekatul/ha, B3 = 15 ton biokompos suplemen cangkang

rajungan /ha.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan biochar fermentasi jamur Trichoderma

spp. dosis 10 ton/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi. Biokompos suplemen dedak

dosis 15 ton /ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan brangkasan basah tanaman

kedelai di lahan kering. Perlakuan biokompos suplemen cangkang rajungan fermentasi jamur

Trichoderma spp. dosis 15 ton /ha berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan. Tidak

terdapat interaksi antara biokompos dan biochar terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di lahan

kering. Kata Kunci: Biochar, Fermentasi, Biokompos, Trichoderma, kedelai

  PENDAHULUAN air berupa air hujan atau air irigasi (Utomo, dkk, 1993 dalam Suwardji, 2013).

  Lahan sawah yang dikelola oleh petani di Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin sempit yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki lahan kurang dari 16 % dari lahan yang ada. Sempitnya kering yang luasnya mencapai 1,8 juta ha atau lahan pertanian akibat adanya alih fungsi lahan 83,25% dari seluruh luas wilayah dengan berbagai menjadi pemukiman dan pertokoan. Hal ini jenis penggunaan, salah satunya adalah untuk menjadi masalah besar dalam suatu wilayah dan penanaman kedelai. Kebutuhan kedelai (Glycnie lebih luas dapat berpengaruh pada ketahanan max (L) Merr.) di Indonesia terus mengalami pangan suatu negara. Oleh sebab itu, dibutuhkan peningkatan. Peningkatan kebutuhan konsumsi penambahan lahan pertanian, salah satunya adalah kedelai sebesar 1,6 % pertahun. Kebutuhan di lahan kering (Suwardji, 2013). Lahan kering konsumsi kedelai di tahun 2014 sebesar 2.300.000 (upland, rainfed areas) adalah hamparan lahan ton biji kering (BPS, 2014). Namun, Produksi yang didayagunakan tanpa penggenangan air, baik dalam negeri hanya mampu mencukupi 35-40% kekurangannya (60-65%) dipenuhi dari impor (Hapsoh, 2008). Oleh sebab itu produksi kedelai Nasional harus terus ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

  Lahan kering yang potensial untuk pengembangan tanaman kedelai memiliki keterbatasan. Faktor pembatas di lahan kering diantaranya adalah: air, solum tanah yang dangkal, dan tingkat kesuburan tanah yang rendah (Abdurachman, 2008). Selain itu, faktor pembatas dalam pengembangan tanaman kedelai pada lahan kering adalah kesehatan tanaman kedelai karena adanya serangan patogen tular tanah seperti jamur

  Sclerotium rolfsii dan Fusarium oxysporum f. sp. glycine penyebab penyakit rebah kecambah dan layu (Sudantha dan Suwardji, 2012).

  Oleh karena itu, untuk mendukung program swasembada kedelai dan pertanian yang ramah lingkungan, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kualitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi kedelai di lahan kering. Salah satu gagasan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas lahan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang belum termanfaatkan oleh masyarakat bahkan menjadi limbah seperti: tempurung kelapa, cangkang rajungan, sampah organik rumah tangga maupun pertanian. Limbah ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biokompos dengan berbagai suplemen dan biochar.

  Menurut Sukmadi (1999), biokompos merupakan proses fermentasi bahan-bahan organik yang melibatkan mikroorganisme untuk memacu laju proses pengomposan. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk memacu proses pengomposan salah satunya adalah jamur

  Trichoderma spp. Jamur ini dapat menguraikan

  bahan-bahan secara cepat dan dapat menghasilkan zat-zat anti mikroba yang dapat mencegah bau, serbuan serangga, ulat-ulat, hama. Jamur

  Trichoderma spp juga berpotensi untuk mencegah

  serangan pathogen tular tanah seperti jamur Sclerotium rolfsii dan Fusarium oxysporum f. sp.

  glycine (Sudantha, 2011).

  Bahan yang biasa digunakan sebagai suplemen jamur Trichoderma spp adalah dedak padi. Kandungan dedak padi ini adalah protein = 11,35%, lemak = 12,15%, karbohidrat = 28,62%, abu = 10,5%, serat kasar = 24,46% dan air =

  10,15% . Dedak padi sudah banyak dimanfaatkan salah satunya sebagai pakan ternak. Ketersediaan komoditi ini cukup terbatas karena tergantung pada musim panen padi, sifatnya yang mudah rusak, serta menjadi kebutuhan utama bagi peternak yang membuat pakan campuran. Oleh sebab itu perlu dicari alternatif bahan yang berpotensi sebagai suplemen jamur Trichoderma spp. Bahan yang berpotensi untuk ditambahkan sebagai suplemen salah satunya adalah tepung cangkang rajungan. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan kepiting yang hidup di perairan laut (Multazam, 2012). Cangkang rajungan adalah limbah/hasil sampingan dari pengolahan rajungan yang mengandung protein, kalsium, dan fosfor yang cukup tinggi (Sugihartini, 2001).

  Berdasarkan hasil survei pendahuluan Sanuriza (2015), di Kecamatan Lembar Lombok Barat cangkang rajungan merupakan limbah industri rumah tangga yang ketersediaannya melimpah dan tidak termanfaatkan. Ketersediaan cangkang rajungan mencapai 720kg/bulan. Berdasar hasil penelitian Yanuar (2013) tepung cangkang rajungan mengandung kalsium (Ca) dan Fosfor (P) yang cukup tinggi yaitu 300,90 mg/g bk dan 12,01 mg/g bk.

  Biokompos cangkang rajungan ini akan dikombinasikan dengan biochar tempurung kelapa hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. Berdasarkan hasil penelitian Sukartono (2011), biochar berperan dalam perbaikan terhadap kualitas kesuburan tanah, Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil tanaman, serapan hara, dan juga efisiensi penggunaan N dan air (Sudantha, 2010a).

  Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan kedelai yang diberi perlakuan biochar dan biokompos.

METODOLOGI PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan percobaan di lahan kering, di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, di laboratorium mikrobiologi,

  Universitas Mataram, yang akan dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2015.

  Sumber biochar (tempurung kelapa) dipanaskan sampai seluruh bahan berubah menjadi arang hitam. Biochar tersebut selanjutnya ditumbuk

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biokompos suplemen dedak, biokompos suplemen cangkang rajungan dan biochar fermentasi 10 ton/ha memberikan pengaruh nyata

  Data semua hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan taraf signifikansi 5 %, kemudian apabila antar perlakuan berbeda nyata (signifikansi) yang ditunjukkan dengan nilai P < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf signifikansi yang sama.

  Analisis Data

  Peubah yang diamati meliputi parameter pertumbuhan. Parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, berat berangkasan basah dan kering fase vegetatif maksimum.

  Pengamatan Peubah

  Jarak tanam yang digunakan adalah 20x40 cm dengan menempatkan 3 biji dalam setiap lubang tanam. Selanjutnya biokompos dan biochar diaplikasikan dengan cara dilarikan. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan.

  dengan ayakan mata saring 1,0 mm. Selanjutnya untuk membuat biochar fermentasi, tumpukan biochar ditambahkan dedak dan larutan gula, kemudian ditutup rapat-rapat dengan terpal dan dibiarkan selama 3 minggu dengan pembalikan setiap satu minggu sekali.

  (grinding) sedemikian rupa kemudian diayak

  Biokompos suplemen cangkang rajungan dan biokompos suplemen dedak dibuat dengan kotoran sapi dan potongan-potongan jerami padi terlebih dahulu dikeringkan. Selanjutnya bahan kompos dimasukkan ke dalam bak fermentasi, lalu mengatur tumpukan bahan kompos setebal 30 cm. Untuk biokompos suplemen biokompos cangkang rajungan diatasnya ditutupi dengan suplemen tepung cangkang rajungan setebal 5 cm, sedangkan biokompos suplemen dedak diatasnya ditutupi kemudian disiramkan dengan larutan Biotricon yaitu campuran jamur endofit T. koningii dan jamur saprofit T. harzianum (isolat SAPRO-07) secara merata sambil bahan kompos diaduk, sampai kandungan air mencapai 30 - 40 %. Selanjutnya tumpukan bahan kompos ditutup rapat-rapat dengan terpal dan dibiarkan selama 3 minggu dengan pembalikan setiap satu minggu sekali.

  Rancangan Percobaan dan Perlakuan.

  mencampuran air rebusan kentang 200 ml, gula pasir 4,5 gram, dan tepung agar 4,5 gram. Kemudian medium tumbuh disterilkan di autoklaf selama ± 2 jam pada suhu 121 C dengan tekanan 1,5 atm. Setelah itu larutan medium tumbuh ditambahkan streptomycin dan dituang ke dalam petri steril kemudian dibiarkan di laminar air flow sampai memadat.

  koningii dan Trichoderma harzianum dengan cara

  Pembuatan medium tumbuh Trichoderma

  yang akan digunakan berasal dari koleksi Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS. yang berada di Laboratorium Produksi II Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

  Trichoderma koningii isolat Endo-04 dan Trichoderma harzianum isolat SAPRO-07. Isolat

  Biakan jamur yang digunakan yaitu biakan

  Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan

  Penelitian ini dirancang dengan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan faktorial dan dengan 2 faktor biochar dan biokompos. Faktor 1 adalah aplikasi biochar (B) terdiri atas empat aras yaitu C0 = Tanpa biochar, C1 = Biochar non Fermentasi 20 ton/ha, C2 = Biochar Fermentasi 20 ton/ha, C3 = Biochar Fermentasi 10 ton/ha, dan Faktor 2 yaitu faktor dosis biokompos (B) tediri atas tiga aras yaitu B1 = Tanpa pemberian Biokompos, B2 = 15 ton biokompos suplemen bekatul/ha, B3 = 15 ton biokompos suplemen cangkang rajungan /ha. Terdapat 12 kombinasi perlakuan antara dosis biokompos dan biochar dengan tiga kali ulangan sehingga diperoleh 36 unit percobaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Koefisien regresi (nilai b) tinggi tanaman 2-5 MST Faktor Biokompos Koefisien regresi

  (nilai b) Tinggi Tanaman

  Tanpa Biokompos 23,183 a Biokompos suplemen dedak 15 ton/ha 27,158 b Biokompos suplemen cangkang rajungan 15 ton/ha 28,166 b BNJ 5 % 2,72 Faktor Biochar Koefisien regresi

  (nilai b) Tinggi Tanaman

  Tanpa Biochar 25,159 a Biochar non Fermentasi 20 ton/ha 25,641 ab Biochar Fermentasi 20 ton/ha 25,559 ab Biochar Fermentasi 10 ton/ha 28,317 b BNJ 3,01 Keterangan *) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

  Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan biokompos suplemen dedak dan suplemen cangkang rajungan dengan dosis 15 ton/ha memberikan peningkatan terhadap tinggi tanaman, karena pada dosis ini tanaman memperoleh ketersediaan hara yang sesuai untuk pertumbuhannya. Menurut Faizal (2014), bahwa pemberian biokompos dosis 15 ton/ha dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman. Rendahnya C/N rasio biokompos yaitu 7,72% menyebabkan hara mudah termineralisasi (terlepas) oleh mikroorganisme tanah pada proses dekomposisi sehingga tersedia bagi tanaman (Suntoro, 2003). Selain itu, pemberian suplemen dedak dan suplemen cangkang rajungan pada jamur

  Trichoderma spp. dapat memacu aktifitasnya.

  Jamur Trichoderma yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur saprofit T. harzianum dan jamur Endofit T. koningii.

  Keberadaan T. harzianum pada biokompos membantu dalam fermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa sederhana yang dapat dimanfaatkan tanaman (Sudantha, 2007). Hara sebagai hasil fermentasi digunakan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan tanaman dalam siklus hidupnya. Jamur T. koningii berperan dalam melakukan penetrasi ke dalam jaringan kedelai dan mendifusikan hormon pertumbuhan yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sudantha, 2011b). Menurut Sudantha (2010b) bahwa T.

  koningii lebih berperan dalam memacu

  pemanjangan batang karena jamur ini cepat melakukan kolonisasi pada jaringan tanaman dan mendifusikan etilen untuk pemanjangan batang tanaman.

  Tabel 1 juga menunjukkan biochar fermentasi dosis 10 ton/ha menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan biochar dosis yang lain, karena pada dosis ini tanaman memperoleh ketersediaan hara yang sesuai untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Tujuan dari fermentasi biochar ini adalah agar jamur Trichoderma spp. dapat hidup di dalam pori-pori biochar lebih lama. Menurut (Anischan, 2010), biochar menyediakan habitat yang baik bagi mikroba tanah, tapi tidak dikonsumsi seperti bahan organik lainnya. Dalam jangka panjang biochar tidak menggangu keseimbangan karbon-nitrogen, bahkan mampu menahan dan menjadikan air serta nutrisi lebih tersedia bagi tanaman. Biochar lebih persisten dalam tanah, sehingga semua manfaat yang berhubungan dengan retensi hara dan kesuburan tanah dapat berjalan lebih lama dibanding bahan organik lain yang biasa diberikan. Hasil koefesien regresi (nilai b) berat berangkasan basah dan kering pada vegetatif maksimum dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Koefisien regresi (nilai b) berat berangkasan basah dan kering pada vegetatif maksimum

  Faktor Biokompos Vegetatif Maksimum Berat basah

  Trichoderma spp. dapat menghasilkan enzim

  Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat disampaikan saran sebagai berikut:

  SARAN

  3. Perlakuan biochar fermentasi dosis 10 ton/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman.

  2. Aplikasi biokompos suplemen cangkanga rajungan dosis 15 ton/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi, berat berangkasan basah dan kering tanaman kedelai di lahan kering.

  1. Perlakuan biokompos suplemen dedak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan berat berangkasan basah tanaman kedelai di lahan kering.

  Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

  KESIMPULAN

  chitinolitik dan selulase, yang dapat menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin (Harman dan taylor (1988) dalam Sudantha (2014)). Menurut hasil penelitian Ghaouth dkk. ( 1991) dalam Harianingsih (2010) Sifat lain kitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman. Enzim ini dapat mendegradasi kitin, yang menjadi penyusun utama dinding sel fungi, sehingga dapat digunakan sebagai fungisida (Ghaouth dkk., 1991).

  Pengaruh Trichoderma spp. pada biokompos diduga juga berperan dalam mengurai tepung cangkang rajungan ini menjadi kitosan, karena jamur

  (gr/tan.) Berat kering

  Trichoderma spp. pada biokompos dalam menjaga kesehatan tanaman (Herlina dan Dewi , 2010).

  penelitian ini bahwa biokompos cangkang rajungan berperan dalam meningkatkan semua variabel Peningkatan berat berangkasan tanaman kedelai pada perlakuan biokompos suplemen cangkang rajungan tidak lepas dari pengaruh

  Trichoderma spp. sehingga terbukti pada hasil

  Cangkang rajungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang rajungan dalam bentuk tepung, hal ini bertujuan agar lebih mudah diaplikasikan ke dalam biokompos. Berdasarkan hasil penelitian Yanuar (2013) tepung cangkang rajungan yang diolah dengan metode basah mengandung kadar kalsium tinggi (300,90 mg/g bk) dan kadar fosfor (12,01 mg/g bk). Tingginya kandungan gizi pada tepung cangkang rajungan ini diharpakan dapat menjadi sumber makanan/suplemen yang baik untuk jamur

  Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa biokompos suplemen dedak memberikan pengaruh nyata terhadap berat berangkasan basah. Biokompos suplemen cangkang rajungan memberikan pengaruh nyata terhadap berat berangkasan basah dan kering tanaman kedelai. Hasil ini menunjukkan bahwa biokompos cangkang rajungan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Penambahan suplemen cangkang rajungan pada biokompos ini diduga lebih meningkatkan peran jamur Trichoderma spp. dibandingkan suplemen dedak.

  5,16 1,23 Keterangan *) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama t idak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

  10,521 a 2,51 a Biokompos suplemen dedak 15 ton/ha 17,088 b 3,17 ab Biokompos suplemen cangkang rajungan 15 ton/ha 17,409 b 4,21 b BNJ 5 %

  (gr/tan.) Tanpa Biokompos

  1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai biokompos cangkang rajungan dengan jenis Trichoderma spp. yang 008/ppgb_2008_hapsoh.pdf. Di akses berbeda. pada tanggal 20 Januari 2015.

  2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Herlina, L., dan Dewi, P. 2010. Penggunaan mengenai biochar fermentasi dengan dosis Kompos aktif Trichoderma harzianum dan jenis Trichoderma spp. yang berbeda. dalam Meningkatkan Pertumbuhan

  3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Tanaman Cabai. Fakultas Matematika dan mengenai efektivitas penggunaan dedak dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri cangkang rajungan sebagai suplemen di Semarang. http://journal.unnes.ac.id laboratorium.

  (Diunduh pada tanggal 14 Februari 2015). Multazam M.H., 2012. Uji Dosis Biochar dan

DAFTAR PUSTAKA

  Pupuk Nitrogen Terhadap Efisiensi Penggunaan air Dan Perbaikan Sifat Fisik Abdurachman, A., A. Dariah dan A. Mulyani. 2008. Tanah Serta Pertumbuhan Jagung Pada

  Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Tanah Pasiran Lombok Utara. Tesis. Kering Mendukung Pengadaan Pangan

  Megister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Nasional. Jurnal Litbang Pertanian 27 (2) Kering. Universitas Mataram, Mataram.

  2008.

  Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Anischan, G. 2010. Multiguna Arang Hayati

  Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Biochar. Balai Besar Penelitian Tanaman sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Padi. Sinar Tani Edisi 13-19 Oktober 2010.

  Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada

  http://digilib.unila.ac.id/770/bppi/lengkap/b Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB. pp10251.pdf . [Di akses pada tanggal 20

  Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian Januari 2015}. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.Sudantha

  BPS. 2014. Laporan Bulanan Data sosial Ekonomi (2009).

  Edisi 45 Februari 2014.

  Sudantha, I.M. 2010a. Makalah Seminar Regional

  http://www.bps.go.id/download_file/IP

  Potensi Pengembangan Pertanian Organik

  Februari 2014.pdf (Diunduh Pada tanggal

  Sebagai Salah Satu Model Pertanian 17 Juni 2014). Berkelanjutan.

  Faizal. 2014. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Sudantha,2010b. Pengujian beberapa jenis jamur

  Kompos Dengan Stimulator Trichoderma endofit dan saprofit Trichoderma spp. Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

  Terhadap penyakit layu fusarium pada Jagung Manis (Zea Mays L) Varietas tanaman kedelai.

  Bonanza F1. Jurnal Skripsi Mahasiswa

  http://fp.unram.ac.id/data/2012/04/20-2-2

  Program S1 Universitas mUhammadiyah 02-sudantha_rev-wangiyanap.pdf . Sumatera Barat.

  [diunduh pada tanggal 17 juni 2014]. Harianingsih. 2010. Pemanfaatan limbah cangkang

  Sudantha, 2011. Buku Teknologi Tepat Guna : kepiting menjadi kitosan sebagai Penerapan Biofungisida dan Biokompos bahan pelapis ( coater) pada buah stroberi. Pada pertanian Organik. Fakultas Pertanian

  Tesis. Univeristas diponegoro: semarang Universitas Mataram, Mataram.

  Sudantha , I . M. dan Suwardji. 2012. Pemanfaatan Hapsoh, 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza

  Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Arbuskula pada Budidaya Kedelai di

  Jamur Trichoderma spp. dan Mikoriza) Lahan Kering. Untuk Meningkatkan Kesehatan, http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2 Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai di Lahan Kering. Penelitian Hibah Universitas Antakusuma. Juristek, Vol. 2, Pascasarjana PM-PSLK Universitas No. 1, Juli 2013, Hal. 185-19. [Diunduh Mataram. pada tanggal 20 Januari 2015].

  Sudantha. 2014. Patogen tumbuhan tular tanah dan pengendaliannya.Lombok Barat, NTB: Arga Puji Press

  Sugihartini L. 2001. Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu Demineralisasi Khitin terhadap Mutu Khitosan dari Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

  Sukartono, 2011. Pemanfaatan Biochar Sebagai Bahan Amandemen Tanah Untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Air Dan Nitrogen Tanaman Jagung (Zea mays) Di Lahan Kering Lombok Utara. Laporan hasil disertasi Doktor tahun anggaran 2011. http://karyailmiah.fb.ub.ac.id/fp/wpcontent/ uploads/2012/sukartono.pdf . [Diunduh pada tanggal 20 Januari 2015}.

  Sukmadi. 1999. Teknologi fermentasi pembuatan kompos. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi : Jakarta. Suntoro. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap

  Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannnya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Disampaikan di Muka Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal 4 Januari 2003.

  http://Suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009/04/ pengukuhan-porf-Suntoro.pdf.(Diunduh

  tanggal 1 Januari 2015). Suwardji,2013. Pengelolaan Sumber Daya Lahan

  Kering.mataram: Universitas Mataram Press. Pertanian. Universitas Antakusuma. Jurnal, Vol 2 No 1 Juli 2013. (Diunduh pada tanggal 20 Januari 2015).

  Yanuar, Vita. 2013. Tepung Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Sebagai Sumber Kalsium (Ca). Fakultas Pertanian.