EFEKTIVITAS PELATIHAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA ANGGOTA KOMUNITAS KEAGAMAAN

  

EFEKTIVITAS PELATIHAN KECERDASAN

EMOSIONAL PADA REMAJA ANGGOTA

KOMUNITAS KEAGAMAAN

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  Abraham Delta Oktaviari 039114100

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada ALLAH dalam doa dan permohonan dalam ucapan syukur

  (Filipi 4 : 6)

  

SEBAB

AKU mengetahui rancangan-rancangan yang ada pada-Ku mengenai

kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera

dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari

depan yang penuh harapan

  

(Yeremia 29 : 11)

  Kesuksesan ditentukan oleh sikap kita dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan

  Oleh karena itu,

  Kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4 : 5)

  Karya sederhana ini aku dedikasikan untuk orang-orang yang mencintai aku:

ƒ Kedua Pahlawanku Bapak dan Ibu….yang sudah mencucurkan peluh, air mata, dan darah

dalam memelihara, membesarkan, dan mendidik aku….Bapak terima kasih untuk

pelajarannya menjadi orang yang tulus dan proaktif. Ibu terima kasih untuk pelajarannya

menjadi orang yang sabar dan rela berkorban.

ƒ Kedua Saudaraku Mbak Rima dan Mas Yos….Mbak makasih ya....aku belajar banyak darimu

tentang bagaimana menyayangi keluarga dengan tanpa pamrih.....Selamat ya mbak buat

keluarga kecilmu….Mas Yos makasih ya....darimu aku belajar untuk berjuang menjadi orang

yang baik dan tahan uji….terus menjadi surat Kristus ya….

ABSTRAK EFEKTIVITAS PELATIHAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA ANGGOTA KOMUNITAS KEAGAMAAN

  Oleh: Abraham Delta Oktaviari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan kecerdasan emosional berdasarkan evaluasi reaksi, belajar, dan perilaku. Dalam penelitian ini, pelatihan didasarkan pada empat aspek kecerdasan emosional Daniel Goleman, yaitu kesadaran diri, mengelola diri, kesadaran sosial, dan mengelola hubungan.

  Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental yang menggunakan desain non randomized pretest-posttest control group. Subjek penelitian adalah remaja anggota komunitas keagamaan. Jumlah subjek adalah 25 orang, 13 orang masuk dalam kelompok eksperimen dan 12 orang masuk dalam kelompok kontrol.

  Hasil evaluasi reaksi kelompok eksperimen terhadap program pelatihan dihari pertama diketahui 4 subjek bereaksi sangat positif, 8 subjek bereaksi positif, dan 1 subjek bereaksi netral, sedangkan dihari kedua diketahui 10 subjek bereaksi sangat positif dan 3 subjek bereaksi positif. Hasil uji-t sampel berpasangan kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan (t = -7,291; sig = 0,000; p < 0,05) pada evaluasi belajar dan adanya perbedaan perilaku (t = - 6,235; sig = 0,000; p < 0,05) pada evaluasi perilaku. Sedangkan pada kelompok kontrol hasil uji-t sampel berpasangan menunjukkan tidak adanya perbedaan pengetahuan (t = -1,685; sig = 0,120; p > 0,05) pada evaluasi belajar dan tidak adanya perbedaan perilaku (t = 1,104; sig = 0,293; p > 0,05) pada evaluasi perilaku. Perbandingan nilai mean evaluasi belajar dan perilaku antara kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan kelompok eksperimen memiliki peningkatan mean yang signifikan daripada kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek merasa senang terhadap program pelatihan kecerdasan emosional, mengalami peningkatan pengetahuan, dan perubahan perilaku yang lebih cerdas secara emosional setelah mengikuti pelatihan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan kecerdasan emosional efektif diberikan kepada remaja anggota komunitas keagamaan. Kata kunci: Pelatihan kecerdasan emosional, remaja anggota komunitas keagamaan

  

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF EMOTIONAL INTELLIGENCE TRAINING

TO MEMBER OF RELIGIOUS YOUTH COMMUNITY

By: Abraham Delta Oktaviari

  This research was aimed to know the effectiveness of emotional intelligence training based on reaction evaluation, learning evaluation, and behavior evaluation. In this research, emotional intelligence training based on Daniel Goleman’s 4 emotional intelligence aspects; self-awareness, self-management, social awareness, and social skills

  This was a quasi experimental research and used non randomized pretest- posttest control group design. Research participants were the member of religious youth community. There were 25 research participants, 13 participants were in experiment group, and 12 participants were in control group.

  st

  Reaction evaluation result to experiment group showed that on 1 day of training program, 4 participants had a very positive reaction, 8 participants had a

  nd

  positive reaction, and 1 participant had a neutral reaction. In 2 day, 10 participants had a very positive and 3 participants had a positive reaction to the training program. Analysis using paired sample t-test showed that there was significant difference in knowledge (t = -7.291; sig = 0.000; p < 0.05) and behavioral change (t = -6.235; sig = 0.000; p < 0.05) in experiment group between before attending and after attending the program. At control group paired sample t-test result showed that there wasn’t significant difference in knowledge (t = - 1,685; sig = 0,120; p < 0,05) and behavioral change (t = 1,104; sig = 0,293; p > 0,05). Compare mean learning evaluation and behavior evaluation between experiment and control group showed that experiment group had significant mean increase than control group. This research showed that participants interested in emotional intelligence training, had knowledge change, and had behavioral change after attending the training program. Thus, it can be concluded that emotional intelligence training was effective to member of religious youth community. Keywords: emotional intelligence training, member of religious youth community.

KATA PENGANTAR

  Berkat Tuhan senantiasa terrcurah dalam kehidupan penulis. Salah satu berkat yang dapat dirasakan adalah kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Saat ini, penulis sedang memasuki fase untuk menyelesaikan pendidikan S1 guna memperoleh gelar sarjana. Skripsi adalah syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar tersebut. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelatihan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Anggota Komunitas Keagamaan” mengakhiri perjalanan pendidikan sarjana penulis. Biarlah karya sederhana dalam bentuk skripsi ini bisa menjadi berkat bagi orang lain dan ungkapan syukur kepada Tuhan yang senantiasa mencurahkan berkatNya.

  Selain itu, penulis sangat ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dan mendukung hingga penulisan skripsi dapat terselesaikan, yaitu.

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma, 2. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan keunikannya senatiasa mendampingi, mendengarkan, dan melayani segala tuntutan, keluhan, dan kecemasan penulis dengan penuh kesabaran, perhatian, dan kerelaan.

  3. Ibu Dr. Ch Siwi Handayani. M.Si dan Bapak YB. Cahya Widianto, S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan banyak masukan dan pendapat terhadap penelitian ini, hingga penulis tersadar akan

4. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi, M.Si., dan Ibu Agnes Indar Etikawati., S.Psi,

  M.Psi. yang telah mendampingi dan membimbing penulis selama menjalani proses pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 5. Ibu Nanik terima kasih atas ketidaklelahannya mengingatkan untuk segera mendaftar pendadaran, akhirnya datang juga bu...he..he.. Mas Gandung terima kasih untuk segala pelayanan dan kemudahan-kemudahan yang diberikan. Mas Doni terima kasih untuk buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi-skripsinya, dan viewernya dari mulai tryout, pelatihan, sampai pendadaran he..he..Mas Muji terima kasih untuk segala diskusinya dari mulai yang mutu sampai yang nggak mutu, tetapi lucu kog..he..he.. Pak Gigi’ terima kasih untuk bantuannya, tenaganya, tehnya, dan kartu liftnya

  6. Bapak Y.Heri Widodo, M.Psi terima kasih atas diskusi, masukan, dan jawaban-jawabannya. Kalimat yang saya ingat dari bapak adalah “menguasai statistik bisa meningkatkan kepercayaan diri” he..he..tapi sampai sekarang aku tetep nggak bisa je he...he... Ibu Henrietta PDADS. S.Psi., terima kasih untuk

  review nya di detik-detik terakhir,

  7. Para subjek penelitianku terima kasih sebesar-besarnya dariku, tidak tahu apa yang terjadi jika kalian tidak ada. Terus belajar untuk menguasai diri, bersabar, dan tekun dalam pelayanan, aku banyak belajar dari kalian...Gbu all,

  8. Untuk TEAM (Together Everyone Achive More) pelatihan kecerdasan emosional: Pandji, Agung, Haksi, Hayu, Christine, Aji, dan Komenk. Terima masukankannya. Sorry hanya doa yang bisa ku berikan, maklum proyek non- profit ...he..he..

  9. Pandji Putranto Hutomo, S.Psi terima kasih untuk segala bantuannya, diskusinya, buku-bukunya, jurnal-jurnalnya, sampai evaluasinya, pokoknya mulai dari pre, during, sampai post. Sukses buat segala rencana masa depanmu yo dab, aku segera menyusul,

  10. Bapak Dr T. Priyo Widianto, M.Si. terima kasih atas teladannya melalui kesederhanaan dan kebijaksanaannya, serta diberikannya kesempatan belajar di P2TKP. Bapak Ant. Soesilastanto terima kasih untuk kebersamaan, kerjasama, obrolan-obrolan, dan “shengshunya”. Mbak Tya terima kasih untuk dukungan, dan cerita-cerita inspiratifnya. Teman-Teman P2TKP “tua” Adi, Desta, Lisna, Cathy, Obet, Elvin, Otic, Tita, Iputh, Kobo dan teman- teman P2TKP “muda” Wiwied, Gothe, Budi, Vania, Fani, Badai, Mita, Rondang, Lia, Tinul, Wulan, Bety, Atik. senang bisa belajar, bekerja, dan bermain bersama kalian,

  11. Para staff (he..he...ben ketok keren) mahasiswa PPKM “tua” Ms YB, Bertha, Eko, Jampez, Boloth, Henny, Ima, Wiwied dan staff mahasiswa PPKM “muda” Thian, Agnez, Agung, Simbah, Ria, Filip, Nila, Rina terima kasih untuk dukungan, tawa, candan dan teriak-teriakannya. Rm In, Pak Budi, Pak Har, Pak Koes, Pak Minto, Pak Pras, Maz Anton terima kasih sudah diberi kesempatan untuk membantu di PPKM sampai 4 kali...saya belajar belajar banyak hal di PPKM yang tidak saya dapatkan di tempat lain, belum rela nih

  12. Sahabat-sahabat ku di Friends Community, Mas Siswo, Mb Tetra, Mb Sari, Ernest, Mb Yayie, Toni Kris, Congky, Runee, Yudhy, Ratih, Hayu, Ayu, Haksi, Krisna, Agung, Aji, Adip, Ari, Kanes, Komenk, Beni, Kanes, Sanja, dan yang belum ku sebutkan, terima kasih sudah memberi kesempatan ku untuk belajar, menularkan value, dan mengenal training. Kalian telah memberi banyak warna dan inspirasi bagi hidupku,

  13. Sahabat-sahabatku di PMK Ebenhaezer Kak Sony, Cahya, Joe, Tanti, Nana, Devi, Ine, Ari, Yoga, Gita, Nurma, Wira, Kris, Gina, Felix, Winnie, Nana 07, Aprinta, terima kasih untuk dukungan doa dan sharingnya kalian dasyat, luar biasa, dan spektakuler he..he..

  14. Laptop ku Toshiba Silver L310 yang saat ini berada entah dimana, tetaplah menjadi berkat buat siapa saja yang memegangmu. Krisna atas pinjaman

  printer nya. Shogun yang setia menemaniku selama 8 tahun.

  Dan semua pihak yang belum penulis sebutkan satu persatu, tetapi telah berkontribusi, karena tanpa kalian karya ini tidak akan terwujud. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Yogyakarta, ahkir Oktober 2008 Penulis

  Abraham Delta Oktaviari

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ iv HALAMAN MOTTO.................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................ vii ABSTRAK..................................................................................................... viii ABSTRACT................................................................................................... ix KATA PENGANTAR................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL.......................................................................................... xviii DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xx

  BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Rumusan Masalah..............................................................................6 C. Tujuan Penelitian............................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6

  BAB II. LANDASAN TEORI....................................................................... 8 A. Kecerdasan Emosional....................................................................... 8 1. Pengertian Emosi.........................................................................8 2. Teori-teori Emosi ........................................................................10 a. Teori James-Lange................................................................. 10 b. Teori Cannon-Bard................................................................ 10 c. Teori dua faktor Schachter..................................................... 11 3. Anatomi Syaraf Emosi.................................................................12 4. Pengertian Kecerdasan Emosional ..............................................14

  5. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional...........................................16

  6. Perkembangan Kecerdasan Emosional........................................23

  B. Remaja .............................................................................................. 26

  C. Pelatihan............................................................................................ 27

  1. Pengertian Pelatihan.......................................................... ..........27

  2. Rancangan Pelatihan....................................................................28

  3. Metode Pelatihan..........................................................................30

  D. Efektivitas Pelatihan...........................................................................35

  1. Pengertian Efektivitas Pelatihan...................................................35

  2. Ukuran Efektivitas Pelatihan........................................................36

  a. Level Reaksi............................................................................36

  b. Level Belajar...........................................................................39

  c. Level Perilaku.........................................................................40

  3. Faktor-faktor Penentu Efektivitas Pelatihan................................43 a.

  Fasilitator...............................................................................43 b.

  Peserta....................................................................................44 c. Topik Pelatihan......................................................................44 d.

  Metode Pelatihan...................................................................44 e. Lingkungan............................................................................45 E. Efektivitas Pelatihan kecerdasan Emosional Pada Remaja Anggota

  Komunitas Keagamaan......................................................................45 F. Hipotesis............................................................................................ 48

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 49 A. Jenis Penelitian..................................................................................49 B. Identifikasi Variabel..........................................................................52 C. Definisi Operasional..........................................................................52

  1. Pelatihan Kecerdasan Emosional................................................52

  2. Reaksi terhadap Program Pelatihan.............................................53

  3. Pengetahuan Materi Pelatihan.....................................................54

  4. Perilaku mendekati Cerdas secara Emosional............................. 55

  D. Subjek Penelitian............................................................................... 55

  E. Prosedur Penelitian............................................................................ 56

  1. Tahap Persiapan Penelitian.......................................................... 56

  2. Tahap Pelaksanaan Penelitian..................................................... 56

  F. Alat Ukur........................................................................................... 57

  2. Evaluasi Belajar........................................................................... 59 3.

  Evaluasi Perilaku......................................................................... 62 4. Observasi......................................................................................66 G. Metode Analisis Data......................................................................... 67

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 70 A. Pelaksanaan Penelitian....................................................................... 70 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian................................................70 2. Hasil Observasi Pelaksanaan Pelatihan.......................................71 B. Hasil Penelitian.................................................................................. 74

  1. Hasil Uji Asumsi.......................................................................... 74

  2. Deskripsi Data Penelitian............................................................. 77

  3. Hasil Uji Hipotesis....................................................................... 81

  C. Pembahasan........................................................................................86

  BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP...................................................94 A. Kesimpulan........................................................................................ 94 B. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 94 C. Saran.................................................................................................. 96 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 97 LAMPIRAN................................................................................................... 101

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

  1. Tabel 3.1. Tabel Spesifikasi Evaluasi Reaksi.......................................... 58

  2. Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Evaluasi Belajar Sebelum Uji Coba........... 60 3.

Tabel 3.3. Tabel Spesifikasi Evaluasi Belajar Setelah Uji Coba..............61 4.Tabel 3.4. Tabel Spesifikasi Evaluasi Perilaku Sebelum Uji Coba..........63 5.Tabel 3.5. Tabel Spesifikasi Evaluasi Belajar Setelah Uji Coba .............66 6.Tabel 3.6. Kategorisasi Berdasarkan Model Distribusi Normal...............67 7.Tabel 4.1. Hasil Observasi Performansi Fasilitator..................................72 8.Tabel 4.2. Hasil Observasi Perilaku Peserta............................................ 73 9.Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas............................................................... 75 10.Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas............................................................76 11.Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Reaksi Peserta Hari 1...................................... 77 12.Tabel 4.6. Hasil Penilaian Reaksi Total dan Keseluruhan Pelaksanaan

  Hari 1 ...................................................................................................... 79 13.

Tabel 4.7. Hasil Evaluasi Reaksi Peserta Hari 2...................................... 79

  14. Tabel 4.8. Hasil Penilaian Reaksi Total dan Keseluruhan Pelaksanaan Hari 2 ...................................................................................................... 81

  15. Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Uji t Sampel Berpasangan......................... 82

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

  1. Gambar 2.1. Anatomi Syaraf Emosi....................................................... 12

  2. Gambar 2.2. Framework Kecerdasan Emosional.................................... 18 3.

Gambar 2.3. Experiential Learning Cycle............................................... 31 4.Gambar 2.4. Skema Efektivitas Pelatihan Kecerdasan Emosional Pada

  Remaja Anggota komunitas Keagamaan.................................................47 5.

Gambar 3.1. Desain Eksperimen............................................................. 50

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A

  1. Hasil Uji Coba Evaluasi Reaksi.............................................................. 101

  2. Hasil Uji Coba Evaluasi Belajar.............................................................. 101

  3. Hasil Uji Coba Evaluasi Perilaku (Skala EI)l......................................... 104

  4. Form Evaluasi Reaksi.............................................................................. 108

  5. Form Evaluasi Belajar............................................................................. 111

  6. Form Evaluasi Perilaku (Skala EI).......................................................... 114

  Lampiran B

  1. Kategorisasi Evaluasi Reaksi Hari 1 dan 2............................................. 121

  2. Data Evaluasi Belajar.............................................................................. 123

  3. Data Evaluasi Perilaku............................................................................ 125

  4. Hasil Uji Normalitas................................................................................ 129

  5. Hasil Uji Homogenitas............................................................................ 141

  6. Hasil Uji t Sampel Berpasangan.............................................................. 145

  Lampiran C 1.

  Panduan Observasi ................................................................................. 157 2. Data Hasil Observasi .............................................................................. 159 3. Modul Pelatihan Kecerdasan Emosional................................................. 161 4. Dokumentasi Pelatihan............................................................................ 175

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunitas keagamaan remaja adalah komunitas non-profit dimana

  anggotanya menyadari bahwa keterlibatan mereka sebagai bentuk pelayanan terhadap sesama. Remaja anggota komunitas keagamaan adalah sekumpulan remaja yang memiliki kesadaran akan religiusitas dan berminat terhadap agama. Remaja yang memiliki minat terhadap agama menjadikan mereka bersemangat terhadap agama, sampai-sampai mempunyai keinginan menyerahkan kehidupannya untuk agama (Hurlock, 2003). Hal itu dikarenakan agama dapat menjadi fungsi kontrol terhadap tindakan-tindakan jahat manusia, dalam agama terdapat dogma-dogma tentang kebenaran iman yang harus dituruti oleh pengikutnya (Becker, 1996). Pemaparan-pemaparan diatas menunjukkan bahwa remaja yang terlibat dalam komunitas keagamaan dan bisa memaknai keyakinannya terhadap suatu agama akan memainkan super ego lebih dominan daripada idnya.

  Remaja anggota komunitas keagamaan memiliki tugas untuk melayani orang lain. Tugas-tugas tersebut bisa dalam bentuk kegiatan-kegiatan internal komunitas seperti retreat, persekutuan harian, usaha mencari dana, kunjungan atau pendampingan, serta kegiatan-kegiatan eksternal komunitas yang membutuhkan biaya cukup besar seperti festival band, lomba vokal grup dan lomba olah raga. keterampilan dalam menguasai diri. Hal itu dikarenakan pelaksanaan tugas menjadi lebih optimal ketika mereka mampu dan terampil menguasai diri mereka.

  Menurut Goleman (2006) menguasai diri dapat dicapai ketika orang mampu menjadi tuan atas dirinya sendiri. Hal tersebut mengindikasikan seharusnya remaja anggota komunitas keagamaan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengusai diri terlebih dahulu sebelum melayani orang lain.

  Berdasarkan hasil pengamatan penulis remaja yang belum mampu menguasai diri berpotensi meledakkan emosinya dengan cara yang tidak tepat, merasa frustrasi atau bahkan cenderung menarik diri ketika mereka dituntut melakukan tugasnya.

  Komunitas merupakan kelompok sosial yang didalamnya terdapat beberapa organisme dari berbagai lingkungan yang memiliki maksud dan tujuan sama (Budiyanto, 2008). Pendapat tersebut menyiratkan bahwa tujuan komunitas dapat tercapai ketika setiap organisme dari berbagai lingkungan melaksanakan apa yang menjadi tugasnya dan bekerjasama dengan organisme lain. Remaja yang terlibat dalam komunitas keagamaan senantiasa berinteraksi dengan berbagai individu yang memiliki sifat, karakter, motif, dan kematangan emosi yang berbeda-beda. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

  Hal itu dikarenakan tugas-tugas yang dilakukan menuntut interaksi dengan individu-individu lain yang berbeda-beda. Hasil pengamatan penulis melihat bahwa remaja yang mampu beradaptasi dan mengatasi tekanan komunitas memiliki kecenderungan yang tinggi untuk tetap mengendalikan emosi dan yang menyatakan bahwa pengungkapan emosi yang cenderung meledak dan tidak terkendali karena remaja berada pada tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

  Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja yang terlibat dalam kehidupan komunitas keagamaan membutuhkan keterampilan individual dan sosial. Keterampilan individual diperlukan untuk menyadari dan menguasai diri. Hal itu dikarenakan remaja anggota komunitas keagamaan memiliki tugas untuk melayani sesama, dengan demikian seharusnya mereka mampu melayani dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum melayani orang lain. Keterampilan sosial dibutuhkan ketika mereka berinteraksi dengan anggota komunitasnya. Hal itu dikarenakan remaja anggota komunitas keagamaan harus mampu berinteraksi dan menjalin hubungan dengan berbagai individu dari berbagai latar belakang.

  Menyikapi permasalahan di atas, kecerdasan emosional dirasa perlu dimiliki oleh para remaja anggota komunitas keagamaan. Kecerdasan emosional melibatkan dua hal utama, yaitu kompetensi pribadi yang menentukan bagaimana kita mengelola diri dan kompetensi sosial yang menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan (Goleman, 2003). Salovey dan Mayer (dalam Mayne & Bonanno, 2001) menyatakan bahwa kecerdasan emosional muncul sebagai kritikan pandangan tradisional yang memandang kognitif sebagai inteligensi.

  Mereka mengadakan percobaan dengan memfokuskan pada role play emosi, hasilnya respon emosi yang adaptif menentukan kesuksesan dalam menghadapi kesuksesan individu lebih ditentukan oleh kemampuan dalam beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan. Hasil tersebut juga didukung oleh Goleman (2006), menurutnya keberhasilan dalam kehidupan ditentukan oleh otak rasional dan emosional, intelektualitas tidak dapat bekerja dengan baik tanpa kecerdasan emosional karena keseimbangan emosi dan akal membawa keseimbangan cerdas diantara keduanya.

  Goleman (2006) berpendapat bahwa remaja yang memiliki kecerdasan emosional bebas dari dorongan-dorongan emosi, tidak mudah jatuh dalam beban stres, mampu memotivasi diri sendiri, mempercayai kemampuan diri sendiri, dan tahu kapan saatnya membuka diri kepada orang lain. Hurlock (2003) menambahkan bahwa remaja yang telah mencapai kematangan emosi tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Sementara itu, Walgito (2002) memandang bahwa individu yang memiliki kematangan emosi akan mampu mengontrol dan mengendalikan emosi, berpikir secara baik, dan melihat persoalan secara objektif.

  Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kecerdasan emosional remaja anggota komunitas keagamaan akan diberikan pelatihan.

  Pelatihan merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan perilaku sosial yang didalamnya terkandung unsur belajar (Cascio, 1987). Pelatihan dilakukan untuk menjembatani perbedaan antara keterampilan yang sudah ada dengan keterampilan yang diperlukan pada saat akan dirancang dengan menggunakan metode belajar experiential learning yang bersifat induktif dengan memberikan pengalaman belajar langsung kepada peserta dan kesempatan untuk menemukan makna hasil belajarnya sendiri serta menguji sendiri kesahihan pengalamannya itu (Supratiknya, 2008). Hurlock (2003) menyatakan bahwa untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar tentang gambaran situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi-reaksi emosional. Pelatihan kecerdasan emosional dirancang menggunakan teknik-teknik yang memfasilitasi para peserta untuk mendapatkan gambaran situasi yang sesungguhnya.

  Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efektivitas pelatihan kecerdasan emosional. Efektivitas pelatihan adalah hal yang penting bagi berhasil atau tidaknya pelatihan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi pelatihan untuk mengetahui efektivitasnya. Menurut Kirkpatrick (1998) evaluasi pelatihan merupakan usaha untuk mengetahui efektivitas pelatihan. Kirkpatrick juga menambahkan bahwa evaluasi pelatihan perlu dilakukan setidaknya dilandasi oleh tiga alasan (1) memberikan validasi bagi trainer mengenai bagaimana peserta telah berkontribusi bagi tujuan organisasi, (2) untuk memutuskan apakah program pelatihan perlu dilanjutkan, dan (3) untuk mendapatkan informasi bagaimana memperbaiki program pelatihan di masa yang akan datang. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti hendak melakukan evaluasi untuk melihat efektifitas pelatihan. Evaluasi reaksi diberikan segera setelah pelatihan, sedangkan evaluasi belajar dan perilaku diberikan sebelum dan setelah pemberian pelatihan. pelatihan, mengukur adanya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku yang lebih cerdas secara emosional.

  B.

  

Rumusan Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dirumuskan permasalahan yang hendak diukur sebagai berikut.

  Apakah pelatihan kecerdasan emosional yang diberikan efektif bagi remaja anggota komunitas keagamaan, melalui pengukuran evaluasi reaksi, belajar, dan perilaku.

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pelatihan kecerdasan emosional bagi remaja anggota komunitas keagamaan . Pengujian efektivitas dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu reaksi peserta terhadap program pelatihan kemudian dilakukan pengujian terhadap peningkatan pengetahuan materi pelatihan, dan perubahan perilaku yang lebih cerdas secara emosional.

  D.

  

Manfaat Penelitian

  Manfaat praktis penelitian ini bagi para pemerhati komunitas keagamaan remaja adalah sebagai masukan salah satu cara intervensi untuk meningkatkan kompetensi pribadi dan sosial anggota komunitas keagamaan remaja dalam upaya membangun kesehatan mental komunitas.

  Manfaat teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi terhadap perkembangan ilmu psikologi, terutama kajian mengenai penelitian pengukuran efektivitas program pelatihan, serta dapat digunakan sebagai bahan literatur dalam melakukan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Emosi Emosi berasal dari kata “movere” (kata kerja bahasa Latin) yang

  berarti menggerakkan atau bergerak (Goleman, 2006). Huffman, M. Vernoy, dan J. Vernoy (1997) memandang emosi sebagai perasaan dan reaksi afektif, menurut mereka emosi memiliki tiga komponen dasar yaitu:

  a. Komponen kognitif: pikiran-pikiran, kepercayaan, dan harapan- harapan yang menentukan tipe dan intensitas terhadap respon emosi, contohnya pengalaman yang dirasakan oleh seorang individu menyenangkan tetapi untuk beberapa orang membosankan.

  b. Komponen fisik: meliputi perubahan fisik pada tubuh, contohnya ketika tubuh dibangkitkan oleh emosi (seperti rasa takut atau marah) maka detak jantung akan meningkat, pupil membesar, dan kecepatan nafas meningkat.

  c. Komponen behavioral: lebih pada berbagai macam bentuk-bentuk ekspresi emosi, seperti ekspresi muka, gerakan tubuh , gesture dan sebagainya.

  Sementara itu, De Preez (dalam Martin, 2006) memandang emosi sebagai suatu reaksi tubuh menghadapi reaksi tertentu. Sifat dan intensitas emosi terkait dengan aktifitas kognitif manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Menurut Martin intisari dari definisi De Preez tersebut adalah.

  a.

  Emosi adalah reaksi tubuh mengahadapi situasi spesifik, contohnya jika sedih kita menangis, jika lucu kita tertawa.

  b.

  Emosi adalah hasil proses persepsi terhadap situasi, contohnya jika mempersepsikan kondisi jalan macet akibat supir ugal-ugalan maka kita akan mudah marah, tetapi jika kita menerima macet sebagai hal yang lumrah kita menjadi lebih tenang.

  c. Emosi adalah hasil reaksi kognitif, contohnya jika ujian sudah dekat kita takut gagal, kemudian kita rajin belajar.

  Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, diketahui bahwa munculnya emosi didasari oleh proses berpikir, persepsi, pengalaman, dan kepercayaan subjektif. Emosi muncul dari sesuatu yang dirasakan, dan didasari oleh proses berpikir dan pengalaman. Akibat terjadinya emosi menimbulkan perubahan fisik dan perilaku. Jadi dapat disimpulkan emosi dibentuk oleh tiga komponen yang saling terkait, yaitu afektif (meliputi apa yang dirasakan), kognitif (proses berpikir dan pengalaman menjadi penentunya), dan konatif (hasilnya ditampakkan dalam perilaku atau sikap).

2. Teori-teori Emosi a.

  Teori James-Lange Teori James-Lange menyatakan bahwa pengalaman emosional muncul dari kesadaran akan perubahan kondisi internal tubuh (Koentjoro,

  1997; Martin 2006). Strongman (2003) menjelaskan munculnya emosi menurut teori James-Lange akibat adanya perubahan kondisi tubuh berdasarkan persepsi, kenyataan dan perasaan pada saat kejadian. Matsumoto (2004) menambahkan bahwa pengalaman akan emosi merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap arousal fisiologis serta perilaku tampaknya sendiri, contohnya ketika kita melihat beruang di hutan kemudian berlari, interpretasi kita atas perilaku lari (pernafasan, detak jantung, dsb) itulah yang menghasilkan pengalaman emosional takut.

  Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange memandang kemunculan emosi melibatkan kesadaran akan perubahan sistem fisiologis tubuh yang direspon menjadi perilaku dan perubahan pada sistem fisiologis diinterpretasikan menjadi pengalaman emosional.

  b. Teori Cannon-Bard Teori Cannon-Bard memandang emosi sebagai reaksi-reaksi darurat yang menggerakkan organisme untuk menghadapi situasi-situasi krisis (Chaplin, 2000). Martin (2006) menjelaskan terjadinya emosi thalamus untuk langsung membuat reaksi pada perubahan tubuh atau dibawa langsung menuju korteks untuk mencari pengalaman emosi yang relevan. Contohnya jika melihat anjing galak mendekat, thalamus akan terpicu (sebagai pengontrol stimulus) maka akan menggerakkan fisik untuk berlari. Thalamus akan menyentuh korteks yang berisi pengalaman sehingga membuat takut. Martin menambahkan, dalam perkembangannya teori ini banyak dianut tetapi masih dikritisi karena pemicu emosi tidak terletak dikorteks melainkan di amigdala

  Berdasarkan pemaparan diatas, terjadinya pengalaman emosional menurut teori Cannon-Bard karena adanya kerja pusat-pusat otak, seperti thalamus dan korteks. Thalamus berfungsi sebagai pembuat reaksi emosi, sedangkan korteks merupakan tempat penyimpan pengalaman emosional.

  c. Teori dua faktor Schachter Menurut Huffman, M. Vernoy dan J. Vernoy (1997) terjadinya emosi berdasarkan teori dua faktor Schachter disebabkan oleh dua faktor, yaitu.

  1. Psysical Aurosal (perubahan fisiologis yang tinggi), dan

  2. Pelabellan kognitif pada aurosal (interpretasi emosional terhadap perubahan tersebut).

  Schachter dan Singer (dalam Eysenck, 2000) memandang bahwa dua faktor di atas menyebabkan emosi dapat dipelajari, serta tingkatan emosi tidak akan terjadi apabila salah satu dari dua faktor di atas ada yang menentukan apakah suatu emosi akan dipelajari atau tidak dan emosi seperti apa yang dipelajari. Sementara itu, Martin (2006) melihat bahwa terjadinya emosi pada teori dua faktor karena awalnya ada stimulus yang menggerakkan perubahan fisik pada diri seseorang sehingga terjadi proses penamaan. Akan tetapi, penamaan tersebut tergantung dari proses belajar.

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori dua faktor Schachter memandang terjadinya emosi sebagai akibat dari adanya stimulus dari perubahan fisik yang dilabelli (dinamai) berdasarkan proses kognitif atau pengalaman belajar.

3. Anatomi Syaraf Emosi

  Berdasarkan penemuan Joseph Le Doux mengenai area otak yang berhubungan dengan emosi, Goleman (2006) melalui studinya memaparkan ada bagian-bagian di dalam otak yang berpengaruh terhadap mekanisme terjadinya emosi secara terinci. Adapun bagian-bagiannya adalah sebagai berikut: a.

  Korteks Korteks adalah pusat emosi yang disebut juga “otak berpikir”. Korteks merupakan bagian otak yang merencanakan, memahami apa yang diindera dan mengatur gerakan. Di dalam korteks ada lapisan baru yang disebut neokorteks yang merupakan pusat intelektualitas, pikiran, mengumpulkan dan memahami apa yang dicerap oleh indera.

  b.

  Sistem Limbik Sistem limbik atau “otak emosional” terdiri dari amigdala, septum, hipothalamus, thalamus, dan hipokampus adalah bagian otak yang berperan dalam pembentukan tingkah laku emosi, seperti marah, takut, dan dorongan seksual. Sistem limbik merupakan bagian penting dari kecerdasan emosional karena terjadinya ledakan emosional menunjukkan bahwa pada saat-saat tertentu pusat sistem limbik sedang aktif merespon.

  c. Amigdala Amigdala adalah struktur yang saling terkoneksi berbentuk buah badam yang bertumpu pada batang otak. Amigdala adalah spesialis masalah-masalah emosional. Percobaan Joseph Le Doux pada binatang yang amigdalanya dipotong / dibuang menjadi tidak memiliki rasa takut, marah, dan kehilangan dorongan. Percobaan tersebut merupakan langkah revolusioner dalam memahami d.

  Hippokampus Hipokampus adalah bagian dari sistem limbik yang lebih berkaitan dengan perekaman dan pemaknaan pola-pola persepsi ketimbang reaksi emosional. Hippokampus berfungsi dalam mengenali perbedaan makna. Sumbangan utama dari hipokampus adalah dalam hal penyediaan ingatan terperinci akan korteks, hal yang amat penting bagi pemaknaan emosional.

  Menurut Le Doux (dalam Martin, 2006) mekanisme terjadinya emosi adalah sebagai berikut: suatu peristiwa diterima melalui panca indera, kemudian diteruskan ke thalamus. Secara umum thalamus adalah bagian yang berperan seperti “lampu lalu-lintas dalam otak ”. Thalamus akan mengarahkan ke dua alternatif, yaitu korteks atau limbik (didalamnya ada amigdala). Jika stimulus melalui korteks terlebih dahulu baru kemudian ke limbik, maka terjadi proses penalaran terlebih dahulu dikorteks. Akan tetapi, jika stimulus langsung menuju ke amigdala, maka tidak ada proses nalar sehingga bisa muncul tindakan yang diluar nalar. Inilah yang oleh Goleman disebut pembajakan amigdala (hijacking amigdala).

4. Pengertian Kecerdasan Emosional

  Berdasarkan penjelasan tentang pembajakan amigdala kita bisa mengetahui bahwa mengendalikan emosi dilakukan melalui korteks terlebih dahulu baru kemudian amigdala. Proses nalar berperan besar dalam

  

“emotional intelligence”, yang berarti munculnya emosi yang cerdas atau

  terkendali melalui kecerdasan manusia (Martin, 2006). Sementara itu, Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kombinasi kompetensi-kompetensi emosional. Keterampilan kecerdasan emosional akan memberikan kontribusi terhadap kemampuan seseorang dalam mengatur dan mengawasi emosinya sendiri.

  Patton (1998) memaparkan kecerdasan emosional sebagai kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif, dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Ia juga menemukan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional akan lebih mampu menghadapi kemalangan dan mempertahankan semangat hidup karena kecerdasan emosional menentukan kualitas bagaimana memberi tanggapan terhadap konflik dan ketidakpastian. Kecerdasan emosional juga diperlukan untuk mengatasi tuntutan lingkungan dan menjadi dasar manusia lebih bertanggung jawab, penuh perhatian, cinta kasih, produktif, dan optimis.

  Penjelasan-penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa kecerdasan emosional merupakan kompetensi-kompetensi emosional yang menentukan keterampilan dalam mengelola emosi secara efektif dan membangun hubungan yang produktif dengan orang lain. Jadi keterampilan kecerdasan emosional menentukan kualitas seseorang dalam mengelola emosinya secara pribadi dan membangun hubungan dengan orang lain dalam situasi yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

5. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

  Goleman (2006) mendasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional pada pemikiran Salovey yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kerangka yang dibutuhkan manusia untuk sukses, yang didasarkan pada lima wilayah utama, yaitu kesadaran diri, mengelola diri, memotivasi diri, mengenali orang lain dan membina hubungan.

  Dalam buku terbarunya yang berjudul “The Emotionally Intelligent

  Workplace, tahun 2001”, Goleman mempertegas sekaligus menyederhanakan

framework kompetensi kecerdasan emosional. Goleman menyebut ada 4 aspek

  pokok kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri, mengelola diri, kesadaran sosial dan mengelola hubungan. Di dalam empat aspek tersebut terdapat 20 kompetensi emosional yang dibagi ke dalam 2 kompetensi utama, yaitu kompetensi pribadi dan sosial (Atmadi, 2006; Martin, 2006). Berikut ini akan dijelaskan aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Goleman (2006).

  a. Kesadaran diri Kesadaran diri mengacu pada introspeksi diri akan pengalamannya. Hal ini dimulai dengan mengenali dan merasakan emosi diri sendiri, kemudian memahami penyebab perasaan yang timbul, dan pada akhirnya mampu mengenali perbedaan antara perasaan dan tindakan. Kesadaran diri juga akan membawa pada penilaian diri secara objektif sehingga mampu menghargai diri sendiri. b.

  Mengelola diri Mengelola diri atau menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat tergantung pada kesadaran diri.

  Keterampilan mengelola diri meliputi kemampuan menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan. Orang yang memiliki keterampilan mengelola diri akan terus-menerus bertarung melawan perasaan cemas, murung, dan selalu berpikiran positif. Keterampilan mengelola diri juga menetukan kemampuan untuk bangkit dari kemerosotan atau kejatuhan hidup.

  c. Kesadaran sosial Kesadaran sosial atau empati merupakan kemampuan dalam bergaul yang bergantung pada kesadaran diri. Orang yang empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Empati mencakup kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri dengan berbagai watak orang.

  d. Mengelola hubungan Mengelola hubungan merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar

  • Kesadaran emosional
  • Penilaian diri yang akurat
  • Percaya diri/harga diri
  • Empati • Orientasi pelayanan
  • Kesadaran organisasi

  )

  3

  

2

  2

  1

  Goleman (dalam Martin, 2006) menegaskan bahwa perilaku kecerdasan emosional tidak bisa hanya dilihat dari sisi setiap kompetensi emosionalnya saja, tetapi harus dilihat kompetensi kecerdasan emosionalnya dalam satu aspek. Ditambahkannya pula ada kaitan antar aspek-aspek

Gambar 2.2. Framework Kecerdasan Emosional

  Mengelola Hubungan (Social Skill

  )

  Mengelola Diri (Self Management

  Kesadaran Sosial (Social Awareness )

  Kesadaran Diri (Self Awareness)