PERWALIAN ANAK HASIL NIKAH SIRRI( Studi Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)

  

PERWALIAN ANAK HASIL NIKAH SIRRI

( Studi Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan

Kabupaten Semarang)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah

  

Disusun oleh:

CHUSAENI RAFSANJANI ASSADAMI

211-10-010

  

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, Setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Chusaeni Rafsanjani Assadami NIM : 211-10-010 Judul :PERWALIAN ANAK HASIL NIKAH SIRRI(Studi Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan BandunganKabupaten

  Semarang) dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pebimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 1 Februari 2016 Pembimbing Farkhani, S.H., S.Hi., M.H NIP. 19760524 200604 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl. Tentara Pelajar No.02 Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PERWALIAN ANAK HASIL NIKAH SIRRI

  

(Studi Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang)

  Oleh: Chusaeni Rafsanjani Assadami

  NIM : 211-10-010 telah dipertahankan di depan Sidang Munaqasyah Skripsi Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari , tanggal dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Agama Islam.

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : ................................

  Sekretaris Sidang : ................................ Penguji I : ................................ Penguji II : ................................

  Salatiga, Dekan Fakultas Syariah Dra. Siti zumrotun, M.Ag.

  NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Chusaeni Rafsanjani Assadami

  ` NIM : 211-10-010 Jurusan : Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas

  : Syari‟ah Judul : PERWALIAN ANAK HASIL NIKAH SIRRI (Studi

  Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang) menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Bandungan, 3 Februari 2016 Yang menyatakan,

  Chusaeni Rafsanjani Assadami

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, sering kali mustahil. Kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

  

Berdoa dan berusaha adalah kunci dari keberhasilan.

  PERSEMBAHAN

  Untuk kedua orang tuaku yang selalu mendo’akanku Untuk Kakek dan Nenekku yang saya hormati

  Untuk Adekku yang aku sayang Untuk saudara-saudaraku tercinta

  Untuk teman terbaikku yang memberikan semangat dan do’a Untuk dosen-dosen IAIN Salatiga yang telah membagi ilmunya

  Untuk teman-teman seperjuanganku yang telah berbagi Semangat

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Asslamualaikum wr. wb.

  Alhamdulillahirabbil‟alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan syaf a‟atnya. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dra. Siti zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  3. Ilya Muhsin,S.Hi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan.

  4. Farkhani, S.H., S.Hi., M.H selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang diberikan.

  6. Orang tuaku dan adekku, Bapak Mudakir, Almarhumah Ibu Sukiyari dan Adek Farida tersayang yang selalu membantu, mendo‟akan dan memberi dukungan.

  7. Kakek dan nenekku yang memberikan do‟a dan dukungan.

  8. Teman-teman Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah angkatan 2010, yang telah memberikan semangat.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Akhirnya penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih banyak ditemui kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi ilmu yang berkah.

  Teriring do‟a dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut di atas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT. Amin.

  Penulis

  

ABSTRAK

  Assadami, Chusaeni, Rafsanjani. 2016.Perwalian Anak Hasil Nikah Sirri (Studi

  Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang).

  Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pebimbing: Farkhani, S.H., S.Hi., M.H

  Kata Kunci:Perwalian, Anak Hasil Nikah Sirri

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan Pegawai Pencatat Nikah membedakan wali nikah dalam akta nikah dengan wali nikah dalam akad nikah, untuk mengetahui keabsahan sebuah pernikahan jika penulisan akta nikah berbeda dengan kenyataan. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Apa alasan Pegawai Pencatat nikah dalam membedakan pencatatan nikah dalam akta dengan yang sesungguhnya?, (2) Bagaimana keabsahan sebuah pernikahan yang berbeda dalam penulisan akta nikah dengan yang sesungguhnya?.

  Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Prosedur pernikahan Mawar binti Totok dengan Kumbang yang terjadi di KUAKecamatan Bandungan Kabupaten Semarang telah sesuai dengan PMA No 11 Tahun 2007.Bahwa pernikahan antaraMawar binti Totok ialah pernikahan yang sah menurut hukum Islam maupun UU No 1 Tahun 1974. Bahwasanya dalam undang-undang perkawinan secara subtansial dikembalikan kepada ajaran agama masing-masing, atau setidak-tidaknya rumusan formalnya tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama. Hal ini nampak jelas jika kita baca pasal 2 ayat 1 yang berbunyi: “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu”. Mengenai perbedaan fakta dan tulisan dalam akad nikah Mawar terjadi karena PPN menghindarimunculnya anggapan bahwa pejabat KUA kecamatan bandungan hanya ingin mempersulit pencatatan perkawinan. Masalah yang mucul dalam pernikahan anak anak hasil nikah sirri adalah, kurangnya pengetahuan, dan kesadaran orang tua mengenai pentingya sebuah pernikahan yang harusdicatan. Cara memecahkan masalah yang dilakukan Pegawai KUA sesalu mensosialisasai kepada seluruh warga kecamatan atas pentingya pectatan sebuah peristiwa seperti kelahira,pernikahan, dan kematian.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

  

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 7 F. Metode Penelitian ................................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15

  

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 17

A. Pernikahan............................................................................................... 17 1. Pengertian Nikah .............................................................................. 17 2. Syarat dan Rukun Nikah .................................................................. 18 3. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ...................................................... 21 B. Perwalian................................................................................................. 24 1. Wali Dalam HukumIslam ................................................................ 24 2. Wali Menurut Undang-Undang ...................................................... 27 3. Macam-Macam Wali ...................................................................... 28 C. Peran Wali Dalam Pernikahan ................................................................ 34 D. Perpindahan Hak Wali Nikah ................................................................. 37 E. Status Pernikahan Sirri ............................................................................ 38

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .......................... 42

A. Gmbaran Umum Desa Banyukuning Kecamtan Bandungan Kabupaten Semarang................................................................................................. 42 1. Kondisi Geografis ............................................................................ 42 2. Kondidi Demografi .......................................................................... 43 B. Gambaran Kasus Penikahan Anak Hasil Nikah Sirri ............................. 47 C. Alasan PPN Kecamatan Bandungan Mencatatkan Wali Hakim............. 51

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 53

A. Analisis Prosedur Pernikahan............................................................. 53 B. Analisis Keabsahan Pernikahan Terkait Dengan Perbedaan Wali Nikah Dalamakta Nikah Dengan Wali Nikah Dalam Akad Nikah .. 56

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64

  A.

  Kesimpulan......................................................................................... 64 B. Saran ................................................................................................... 65

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin .......................................... 43Tabel 3.2 Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian ..................................... 43Tabel 3.3 Sarana Pendidikan Formal .................................................................... 44Tabel 3.4 Sarana Pendidikan Non Formal ........................................................... 44

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Konsultasi Lampiran 4 Register Nikah Anak Hasil Nikah Sirri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki

  dan seorang perempuan sehingga disebut sebagai pasangan suami isteri berdasarkan akad nikah yang diatur menurut hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tujuan untuk membentuk keluarga sakinah, mawwaddah,warrahmahatau dengan ungkapan lain menuju rumah tangga yang bahagia sesuai hukum Islam. Islam memandang perkawinan bukan hanya semata-mata sebagai hubungan atau kontrak perdata biasa, akan tetapi lebih dari itu disamping kontrak perdata juga mempunyai dimensi aspek “ubudiyah”. Dalam Kompilasi

  Hukum Islam di Indonesia ditegaskan bahwa perkawinan merupakan akad yang sangat kuat (mitsaaqon ghalidhan) untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Suma, 2004:375). Oleh karena itu perkawinan yang bernuansa syarat dengan nilai dan untuk mencapai rumah tangga yang sakinah, mawwaddah,dan rahmahperlu dilaksanakan secara sempurna sejalan dengan ketentuan hukum yang berlaku agar tercapai maqashid asy- syari’ah.

  Prosesi suatu akad perkawinan haruslah memenuhi syarat dan rukun akad. Akad nikah adalah ikatan menurut cara yang sah dalam bentuk ijab yang diikrarkan oleh wali atau wakilnya dan qabul berupa kerelaan penerimaan ikrar wali oleh mempelai laki-laki atau wakilnya. Agar kuatnya akaddalam perjanjian menurut hukum perdata dapat dibuktikan dengan akta autentik. Dalam akad perkawinan akta nikah merupakan dokumen resmi yang diterbitkan atau dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagai alat bukti autentik tentang telah terjadinya suatu peristiwa hukum.

  Namun realita dan kenyataannya terkadang pasangan calon pengantin sengaja tidak mencatatkan perkawinannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bahkan sering melalaikannya, sehingga terjadilah perkawinan liar atau kawin dibawah tangan atau yang sering dikenal dengan nikah sirri.Hal ini terjadi karena kesadaran hukum masyarakat Indonesia masih rendah. Selain itu faktor agama dan ekonomi juga ikut mempengaruhi terjadinya nikah sirri, ketika masyarakat indonesia yang mayoritas beragama Islam, banyak yang beranggapan bahwa pernikahan cukup dilakukan secara agama Islam saja, jadi pernikahan yang terjadi tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA).

  Dengan adanya faktor-faktor tersebutlah tindakan untuk melakukan nikah sirri makin marak dijumpai, baik dari kalangan kelas atas sampai kalangan kelas bawah. Hal tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan mengenai hukum serta biaya. Sedangkan untuk kalangan atas mendalilkan takut akan dosa dan zina serta masih banyak alasan lain. Padahal jika mereka mengetahui akibat yang ditimbulkan dari melakukan praktek nikah sirri, mereka akan enggan untuk melakukannya. Karena akibatnya akan merepotkan diri sendiri.

  Dalam pasal 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa perkawinan yang sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, kemudian tiap tiap perkawinan dicatat menurut peraturanperundang-undangan yang berlaku (Tjittrosudibio, 2008:358). Dari bunyi undang-undang tersebut maka jelaslah bahwasanya pernikahan harus dicatat menurut undang- undang, sebaliknya jika ada pernikahan yang tidak dicatatkan maka pernikahan tersebut tidak sah menurut undang-undang bahkan anak yang dilahirkan dari nikah sirri tersebut dianggap tidak sah pula.

  Akibat nikah sirri, salah satunyaanak akan menjadi korban, status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah, sehingga dimata hukum tidak memiliki hubungan perdata dengan ayahnya tetapi hanya memiliki hubungan perdata dengan ibu dan keluarga dari ibunya saja (pasal 42 dan 43 UU No. 1 Tahun 1974 dan pasal 100 KHI). Di dalam akte kelahirannya status anak tersebut dianggap sebagai anak luar nikah, sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya. Keterangan berupa status sebagai anak luar nikah dan tidak tercantumkannya nama si ayah akan berdampak sangat mendalam secara sosial dan psikologis anak dan ibunya. Hal tersebut jelas dapat mengakibatkan ketidak jelasan status anak dimata hukum. Dari pemaparan tersebut dapatlah disimpulkan bahwasanya apabila dari pernikahan tersebut diperoleh anak perempuan maka yang akan menjadi wali nikahnya di kemudian hari adalah Wali Hakim (Pasal 23 Kompilasi Hukum Islam), karena anak tersebut dianggap oleh Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 sebagai anak tidak sah, dan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibu dan keluarga dari ibunya saja.

  Aturan perundang-undangan bertentangan dengan Hukum Islam. Dalam hukum Islam, pernikahan dianggap sah apabila memenuhi syarat dan rukunnikah, antara lain syarat dan rukun tersebut ialah adanya wali nikah, adanya dua orang saksi, mahar, ijab dan qabul (Ramulyo, 1996:51-53). Apabila dari pernikahan tersebut diperoleh anak perempuan maka anak tersebut ialah anak sah dan yang akan menjadi wali nikahnya di kemudian hari adalah wali nasab.

  Menurut bapak Jalil seorang yang membantu melaksanakan pernikahan (mudin) di Desa Banyukuning dikarenakan adanya perbedaan aturan menurut undang-undang maupun menurut Hukum Islam, maka para pejabat dalam hal ini PPN (Pegawai Pencatat Nikah) mengambil kebijakan yaitu apabila ada anak perempuan yang lahir dari hasil nikah sirri, maka wali nikah dalam praktik akad nikah yaitu wali nasab, namun penulisan dalam akta nikah yaitu wali hakim.

  Dari kebijakan PPN inilah kemudian menimbulkan gap atau kesenjangan antara idealitas (seharusnya) dengan realitas (senyatanya).

  Yaitu apabila wali nikah mempelai wanita dalam akad tersebut ialah wali nasab, maka seharusnya PPN menulis atau mencatat dalam akta nikah bahwa wali nikah mempelai perempuan tersebut ialah wali nasab pula, namun dalam kenyataanya Pegawai Pencatat Nikah(PPN) menulis atau mencatat dalam akta nikah bahwa pernikahan tersebut wali nikah mempelai wanita ialah wali hakim. Kemudian Berangkat dari latar belakang masalah inilah penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul:

  Perwalian Anak Hasil Nikah Sirri(Studi Kasus Pencatatan Wali Nikah di Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang) B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

  1. Apa alasn PPN dalam pernikahan yang mencatatkan wali nikah wali hakim namum dalam akad nikah menggunakan wali nasab?

  2. Bagaimana keabsahannya sebuah pernikahan apabilawali nikah dalam kenyataan dengan wali nikah yang dicatatkan oleh PPN berbeda? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah:

  1. Untuk mengetahui alasn PPN dalam pernikahan yang mencatatkan wali nikah wali hakim namum dalam akad nikah menggunakan wali nasab.

  2. Untuk mengetahui keabsahan sebuahpernikah apabila wali nikah yang senyatanya dan wali nikah yang tertera dalam akta nikah berbeda.

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis Penelitian ini sangat bermanfaat untukmemperkaya wacana keilmuan khususnya dalam bidang Hukum Islamdan juga menambahbahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Secara Praktis

  a. Untuk PPPN(Pembantu Pegawai Pencatat Nikah) dan PPN (Pegawai Pencatat Nikah), agar dalam melaksanakan pernikahan harus melalui penelitian yang mendalam dalam memilih wali nikah.

  b. Untuk Jurusan Syari‟ah, sebagai tambahan referensi dan bahan kajian serta memperkaya wawasan di bidang pernikahan dan perwalian.

E. Penegasan Istilah

  1. Perwalian Yang dimaksud dengan wali secara umum adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan atas nama orang lain. Sedangkan wali dalam perkawinan adalah seorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah(Syarifuddin, 2006:69).

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(1989:1007), walidiartikan sebagai pengasuh pengantin perempuan ketika nikah, yaitu orang yang melakukan janji nikah dengan laki-laki.

  Pengertian lain dari wali adalah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada seseorang untuk menguasai dan melindungi orang atau barang (Muchtar, 1974:92).

  Dapat disimpulkan bahwa wali dalampernikahan adalah seseorang yang mempunyai hak untuk menikahkan.

  2. Nikah Sirri Nikah sirri merupakan suatu istilah yang terbentuk dari dua kata, yaitu nikah dan sirri. Kata nikah merupakan kata serapan dari bahasa arab, yaitu nakaha, yankihu, nikaahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nikah atau perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami-istri. Dan kata sirri berasal dari bahasa arab yaitu sirran, dan sirriyyun. Secara etimologi kata sirran berarti secara diam-diam atau tertutup,secara batin, atau di dalam hati. Sedangkan kata sirriyyun berarti secara rahasia, secara sembunyi-sembunyi, atau misterius. kata nikah sirri sebagai kesatuan dari dua kata (nikah dan sirri) yang dalam kalangan umat Islamdi Indonesia sudah populer (Nurhaedi, 2003:5- 6).

  Dalam pembahasan penulis hanya membahas konsep nikah sirri yang paling banyak dikenal yaitu suatu pernikahan yang dilakukan berdasarkan cara-cara agama Islam, tetapi tidak dicatat oleh petugas resmi pemerintah, baik oleh Petugas Pencatat Nikah (PPN) atau di Kantor Urusan Agama (KUA) dan tidak dipublikasikan. Jadi,yang membedakan nikah sirri dengan nikah umum lainya, terletak pada dua hal, yaitu tidak tercatat secara resmi oleh petugas pemerintah, dan tidak adanya publikasi.

F. Metode Penelitian

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian field research (penelitian lapangan) yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian apa objek yangdibahas yaitu bagaimana penerapan wali nikah bagianak hasil nikah sirri. Selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gejala secara menyeluruhmelalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivsi, tindakan, dan lain- lain. secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiyah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiyah (Moleong, 2009:6).

  Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana proses pernikahan anakhasil nikah sirri di Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

  Yang dimaksud denganpendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fennomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat (Soekanto, 1986:4-5).

  a. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama dan peting karenaseorang peneliti secara langsung mengumpulkan data yang ada di lapangan. Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data diketahui oleh subjek penelitian. b. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa

  Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Karena wilayah ini mayoritas penduduknya beragama Islambahkan dapat dikatakan bahwa hampir 100% penduduk bergama Islamdan masih ada warga yang berstatus nikah sirri.

  2. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. menurut Lofland dalam Moleong(2007:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumberdata tertulis, foto, dan statistik).Data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi: a.

  Data Primer Sumber dan data jenis penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran expresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji, dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

  1) Data Sekunder

  Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer.

  Datanya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika Zed (2004:10) buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat informasi yang spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk untuk keperluan cepat. 2)

  Prosedur Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakam metode-metode sebagai berikut: a.

  Metode Wawancara Mendalam (depth interview) Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari responden (Koentjaraningrat, 1986:138).

  Dalam penelitian ini wawancara dikakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan cara informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai asperk dalam penelitian ini.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalahmetode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengtip dokumen- dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, peraturan rapat,catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1989:13).

  c. Metode Observasi atau Pengamatan Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan di Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pengamatan ini termasuk juga di dalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:174).

  d. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yag lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif dengan menerapkan metode berfikir induktif, yaitu suatu metode metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang khusus dankemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Daymon, 2008:369). 3)

  Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2007:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak.

  a. Tahap-Tahap Penelitian 1)

  Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan nikah dan buku lain yang berhubungan dengan pencatatan nikah. 2)

  Pengambangan Desain Setalah penulis mengetahuiberbagai hal tentang hukum nikah, kemudian penulis melakukan observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung praktek nikah yang mana calon pengantin perempuan ialah anak hasil nikah sirri di Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

  b. Penelitian Sebenarnya Penulis melakukan penelitian dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian untuk meneliti secara lebih mendalam tentang kasus yang sebenarnya terjadi mengenaipraktek nikah anak hasil nikah sirri di Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut: a.

  BAB Imerupakan pendahuluan yang menjelaskan: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan metode penelitian yang terdiri dari;pendekatan dan jenis penelitian, waktu penelitian/kehadiran peneliti, tempat/lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, metode analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian. Dan yang terakhir sistematika penulisan.

  b.

  BAB II kajian puataka menjelaskan pernikahan atau perkawinan yang meliputi:pengertian perkawinan, tujuan dan hikmah perkawinan, rukun dan syarat perkawinan.Selain itu dalam bab ini menerangkan mengenai wali dan ruang lingkupnya yang meliputi;dasar Hukum Islam, wali menurut KHI, wali menurut Undang-Undang perkawinan.Kemudian terdapat penjelasan mengenai peranan wali dalam perkawinan, syarat perkawinan dengan wali hakim, prosedur perkawinan dengan wali hakim.

  c.

  BAB III Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, gambaran kasus dan alasan KUA dalam pernikahan anak hasil nikah sirri yang terjadi di DesaBanyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

  d.

  BAB IV Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-temuan mengenai: Analisis terhadap alasan KUA Kecamatan Bandungandalam dalam melaksanakan pernikahan anak hasil nikah sirri, analisis terhadap keabsahan nikahdi KUA Kecamatan Bandungan.

  e.

  BAB V Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang hukum-hukum Islamskhususnya hukum nikah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan

  1. Pengertian Nikah Pernikahan merupakan Sunatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, sebagai suatu cara yang dipilih oleh

  Allah Swt sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya (Abidin, 1999:9).

  Mengenai pengertian pernikahan terdapat beragam pendapat dari para ahli yang menjelaskan tentang pengertian pernikahan.

  Menurut Al-Mufarraj (2003:5) nikah menurut bahasa ialah Al-

  Jam’u dan Al- Dhamu yang artinya kumpul. Makna nikah (zawaj)

  bisa diartikan dengan aqdual-tazwij yang artinya akad nikah, juga bisa diartikan (

  wath’ual-zaujah) bermakna menyetubuhi istri.

  Definisi yang hampir sama dengan di atas juga dikemukakan oleh Rahmad Hakim (2000:11), bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab „nikahun’ yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (

  fi’ilmadhi) „nakaha’, sinonimnya „tazawaja’ kemudian

  diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.

  Sedangkan menurut imam Syafi‟i, pengertian nikah ialah suatu akad yang denganya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan menurut arti majazi nikah ialah hubungan seksual (Ibrahim, 1971:65).

  Adapun menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1,

  “Nikah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ” (Tjitrosudibio, 2008:357).

  Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam pernikahan ialah akad yang sangat kuat mitsaaqonghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Suma, 2004:375).

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis mencoba membatasi pengertian pernikahan sebagai ikatan yang bersifat kontrol sosial antara pria dan wanita yang didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban, bersamaan emosional juga aktivitas seksual, ekonomi dengan tujuan untuk membentuk keluarga serta mendapatkan kebahagiaan dan kasih berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

  2. Syarat dan Rukun Pernikahan Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan (Syarifuddin, 2006:59). Dalam suatu acara pernikahan rukun dan syaratnya tidak boleh tertinggal, dalam arti pernikahan tidak sah apabila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang berbeda bahwa rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atu tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut sedangkan syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atu tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasukdalam rankaian dalam pekerjaan tersebut (Hakim, 2000:9).

  Dalam hal menempatkan mana yang rukun dan mana yang syarat terdapat perbedan dikalangan ulama yang berbedaan ini tidak bersifat substansial. Perbedaan diantara pendapat tersebut disebabkan oleh karena berbeda dalam melihat fokus pernikahan tersebut. Semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan yang harus ada dalam suatu perkawinan adalah akad perkawinan, calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, saksi, dan mahar atau mas kawin (Abidin, 1999:68).

  Ulama Hanafiyah melihat perkawinan itu dari segi ikatan yang berlaku antara pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan tersebut. Oleh karena itu yang menjadi rukun perkawinan oleh golongan ini hanyalah akad nikah yang dilakukan oleh dua pihak yang melangsungkan perkawinan, sedangkan yang lainya seperti kehadiran saksi dan mahar dikelompokkan kepada syarat perkawinan (Syarifuddin, 2006:59).

  Sedangkan menurut ulama Syafi‟iyah yang dimaksud dengan perkawinan ialah keseluruhan yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan dengan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja. Dengan begitu rukun perkawinan iu ialah segala hal yang harus terwujud dalam suatu perkawinan yang di dalamnya terdapat kedua calon mempelai, akad nikah, wali, dua orang saksi.

  Sedangkan Mahar yang harus ada dalam setiap pernikahan tidak termasuk ke dalam rukun, karena mahar tersebut tidak mesti disebut dalam akad perkawinan dan tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian mahar termasuk ke dalam syarat perkawinan (Syarifuddin, 2006:60).

  Undang-undang perkawinan dalam hal ini UU No 1 Tahun 1974 sama sekali tidak mencantumkan tentang rukun perkawinan.

  Undang-undang perkawinan hanya membicarakan syarat-syarat perkawinan, yang mana syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenan dengan unsur-unsur rukun perkawinan. Adapun syarat- syarat perkawinan yang terdapat dalam Undang-undang yaitu: a. Syarat-syarat materiil yaitu:

  1) Harus ada persetujuan dari kedua belah pihak calon mempelai.

  2) Usia calon mempelai pria sekurang-kurangnya harus sudah mencapai 19 tahun dan pihak calon mempelai wanita harus sudah berumur 16 tahun. Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain.

  3) Tidak melanggar larangan perkawinan yang diatur

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 8, pasal 9 dan pasal 10, yaitu larangan perkawinan. yaitu hubungan sedarah dalam garis keturunan lurus ke bawah, ke atas, ke samping, semenda, dan susunan.

  4) Izin dari kedua orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun b. Syarat-syarat Formil yaitu:

  1) Pemberitahuan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada pegawai pencatat perkawinan.

2) Pengumuman oleh pegawai pencatat perkawinan.

  3) Pelaksanaan perkawinan menurut hukum agama dan kepercayaan masingmasing.

  4) Pencatatan perkawinan oleh pegawai pencatat perkawinan.

  3. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

  Perkawinan merupakan syari‟at yang dibawa oleh Rasulullah Saw yaitu penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi. Nikah disyariatkan oleh Allah bukan tanpa tujuan dan hikmah. Nikah mempunyai beberapa tujuan dan hikmah yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai perwujudan ajaran IslamRahmatanLilAlamin. Ajaran ini tentu akan berimplikasi pada kemaslahatan bagi kehidupan manusia sepanjang masa dan di manapun tempatnya (Mashalih Li Al- Nas Fi Kulli Al-Zaman Wa Al-Makan ).

  Adapun tujuan perkawinan sebagaimana disebutkan pasal 3 Kompilasi Hukum Islam

  , adalah : “Perkawinan Bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah”.

  Sementara Zakiyah Darajat (1985:64) mengemukakan bahwa tujuan pernikahan anara lain yaitu mendapatkan keturunan, menyalurkan syahwat dan menumpahkan kasih sayang, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan, dan membangun rumah tangga untuk membenuk masyarakat yang tentram atas daasar cinta dan kasih sayang.

  Adapun hikmah nikah sangatlah banyak. Hikmah-hikmah tersebut sangat besar arti dan manfaatnya bagi kehidupan manusia yang diciptakan Allah secara fitrah terdiri dari laki- laki dan perempuan. Hanya dengan nikahlah maka keduanya dapat disatukan dalam bahtera rumah tangga. Manusia juga makhluk sosial sehingga dengan mahligai rumah tangga kehidupan bermasyarakat akan terbangun dengan rapi dan teratur secara damai. Dalam hal ini menarik ungkapan Sayyid Sabiq dalam Fiqhuss Sunnah (1990:18-21) mengenai hikmah nikah yakni: a.

  Sesungguhnya naluri sex merupakan naluri yang paling kuat dan keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Apabila jalan keluar tidak dapat memuaskannya, maka akan terjadi kegoncangan dan kekacauan yang mengakibatkan kejahatan. Pernikahan merupakan jalan yang terbaik dalam manyalurkan hasrat seksual. Dengan pernikahan tubuh menjadi lebih segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang halal.

  b.

  Meneruskan keturunan dan memeliharan nasab, karena dengan pernikahan akan diperoleh nasab secara halal dan terhormat. Ini merupakan kebanggaan bagi individu dan keluarga bersangkutan dan ini merupakan insting manusia untuk berketurunan dan melestarikan nasabnya. c.

  Meningkatkan rasa tanggung jawab, karena dengan pernikahan berarti masing-masing pihak dibebani tanggung jawab sesuai dengan fungsi masing-masing. Suami sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab atas nafkah keluarganya, sedangkan istri bertanggung jawab atas pemeliharaan anak dan pengkondisian rumah tangga menjadi lebih nyaman dan tentram.

  d.

  Membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan kemasyarakatan, masyarakat yang saling mencintai dan saling menunjang merupakan masyarakat yang kuat dan bahagia. Dengan berbagai hikmah di atas jelaslah nikah disyariatkan oleh Allah membawa banyak faidah yang tiada terhingga. Karena hanya dengan menikahlah manusia dapat terhindar dari kerusakan nafsu kebinatangan dan dapat membangun budaya dan peradaban yang maju penuh dengan cinta dan kasih sayang.

B. Perwalian

  1. Wali Dalam Hukum Islam Kata "wali" berasal dari bahasa arab, yaitu Al-Wali dengan bentuk jamak Awliya yang berarti pecinta, saudara, atau penolong

  (Ma‟luf, 1975:919). Atau kata Al-Wilayah dan Al-Nasrah (pertolongan) artinya tempat berlindung sesuatu dan perlindungan terhadap sesuatu (Hudri, 1968:3). Dalam Bahasa Indonesia, perwalian adalah segala sesuatu yang menjadi urusan wali (Poerwadarminta, 1976:1147).

  Sedangkan menurut istilah dalam Kamus Beasar Bahasa Indonesia (1989:1007) "wali" mengandung pengertian orang yang diserahi mengurus kewajiban anak yatim, sebelum anak itu dewasa secara hukum agama, adat atau pihak yang mewakilkan pengantin perempuan pada waktu menikah yaitu yang melakukan janji nikah (akad) dengan pengantin pria

  Abdurrahman Al-Jaziri (1992:54) mengatakan tentang wali dalam Al-Fiqh 'Ala Madhabi Al-Arba'ah bahwa Wali dalam nikah adalah yang menentukan sahnya akad nikah, dan tidak sah nikah tanpa adanya (wali). Oleh karena itu dapat difahami, perwalian adalah kekuasaan melakukan akad dan transaksi, baik akad nikah maupun akad lainnya, tanpa ketergantungan kepada orang lain.

  Subekti (1992:52) mengemukakan perwalian adalah pengawasan terhadap anak di bawah umur, yang tidak di bawah kekuasaan orang tua, serta pengawasan benda atau kekayaan anak yang diatur oleh undang-undang. Dengan demikian, perwalian atau wilayah berarti suatu kekuasaan atau kewenangan yang berasal dari Shara‟, untuk melakukan suatu tindakan atau akad pada orang yang dikuasai dan mempunyai akibat-akibat hukum (Mughniyah, 2000:345).

  Sayyid Sabiq (2004:10) mengatakan, "wali ialah suatu ketentuan hukum yang dapat dipaksakan kepada orang lain sesuai dengan bidang hukumnya". Al-Kahlani (1976:11) dalam kitab Subulu Al-Salam mengatakan, "wali ialah kerabat terdekat dari Asabah si calon mempelai perempuan, bukan keluarga Dhawil Arham (keluarga yang mendapat warisan atas nama keluarga).