II.1 Suami yang Tidak Bekerja di Surabaya - PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) Repository - UNAIR REPOSITORY

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai suami yang tidak bekerja di Surabaya, peran istri dalam meningkatkan perekonomian keluarga, penyebab istri

  bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor penghambat interaksi suami istri dalam keluarga.

II.1 Suami yang Tidak Bekerja di Surabaya

  Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia. Surabaya mengalami kemajuan yang sama pesatnya dengan Jakarta. Termasuk dalam hal perdagangan dan perindustrian, sehingga Surabaya selalu menjadi daya tarik tersendiri dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut dapat diketahui bahwa Surabaya memiliki jumlah lapangan pekerjaan yang cukup banyak, mulai dari perusahaan pemerintah hingga perusahaan swasta yang mampu mempekerjakan berbagai kalangan masyarakat.

  Meskipun memiliki lapangan pekerjaan yang cukup banyak, namun tidak menjadi jaminan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut di dukung oleh adanya data-data yang menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Surabaya yang masih kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan.

  Bukti tersebut dapat diketahui melalui data BPS Surabaya, di mana angka masyarakat yang tidak bekerja pada tahun 2014 sebesar 71.997 juta orang.

  Dengan kategori yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 64.586 orang, sedangkan yang mempersiapkan usaha sebanyak 3.078 orang, serta yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan sebanyak 4.333 orang. Sementara pada tahun 2015 angka tersebut semakin meningkat, yaitu sebesar 77.861 juta orang.

  Dengan kategori yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 72.662 orang, sedangkan yang mempersiapkan usaha sebanyak 901 orang, serta yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan sebanyak 4.298 orang.

  Dari penjelasan di atas, maka peneliti memilih wilayah Krembangan Selatan sebagai lokasi penelitian. Spesifiknya berada di daerah Pesapen Kali, Kalisosok, Kembang Jepun, Kalimas Barat, dan Kalimati. Daerah tersebut menjadi lokasi penelitian karena cukup strategis dengan pusat perdagangan dan perindustrian, dengan demikian peluang bagi para pencari kerja khususnya para suami akan jauh lebih besar.

  Namun pada kenyataannya, penelitian ini menemukan beberapa orang istri yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Mereka harus melakukan suatu pekerjaan yang bahkan bukan menjadi kewajibannya, ditemukan tiga dari lima informan memilih menafkahi keluarganya dengan cara berdagang, sementara dua informan lainnya lebih memilih menjadi seorang karyawan.

  Ditemukan pula bahwa keterbatasan pendidikan menjadi salah satu penyebab utama seseorang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Mengingat persaingan di dunia kerja yang semakin hari semakin tinggi, sehingga lokasi yang strategis dengan pusat-pusat perindustrian pun tidak dapat menjadi tolak ukur seseorang dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Selain itu, keahlian seseorang pada suatu bidang juga akan mempengaruhinya dalam mendapatkan pekerjaan.

II.2 Peran Istri dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga

  Seiring perkembangan zaman dan krisis ekonomi dalam dunia pada saat ini, mengharuskan setiap individu untuk berusaha dengan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup ialah dengan bekerja, namun untuk mendapatkan pekerjaan bukan merupakan perkara yang mudah.

  Peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian keluarga tak dapat dipandang sebelah mata. Dahulu hingga saat ini, mayoritas tulang punggung kehidupan keluarga adalah laki-laki. Akan tetapi kini para perempuan banyak yang ikut berperan aktif dalam mendukung dan menunjang perekonomian keluarganya. Bahkan tidak jarang perempuan memiliki penghasilan yang lebih tinggi dari suaminya. Dengan terjunnya perempuan di dalam dunia kerja, dapat dikatakan bahwa sedikit banyak perempuan sudah turut berperan aktif untuk keluar dari masalah ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga.

  Terjunnya perempuan dalam dunia kerja menimbulkan berbagai argumen dan pandangan dari masyarakat, terutama laki-laki. Pada realitasnya terjunnya perempuan ke dalam dunia kerja, tidak selalu mendapat dukungan dari lingkungan dan masyarakat. Banyak laki-laki yang masih beranggapan bahwa tugas utama perempuan ialah mengurus rumah tangga dan laki-laki yang mencari nafkah atau bekerja. Adapun laki-laki yang beranggapan bahwa tidak ada salahnya perempuan bekerja, selain karena saat ini zaman sudah maju, perempuan yang bekerja juga dapat turut andil dalam menopang perekonomian keluarga dan mandiri. Namun laki-laki yang setuju terhadap perempuan bekerja, nyatanya juga masih kurang sependapat ketika ada perempuan yang bekerja di dalam sektor yang pada hakikatnya dilakukan oleh mayoritas laki-laki.

  Anggapan bahwa perempuan sah-sah saja untuk bekerja, namun hal tersebut harus tetap berada di dalam sektor yang memang khusus buat para perempuan. Pada hakikatnya banyak yang menganggap bahwa perempuan itu adalah makhluk yang lemah lembut, sabar, memiliki kekuatan yang berbeda dari laki-laki. Sehingga ada beberapa jenis pekerjaan yang dianggap cocok untuk perempuan, antara lain: SPG, pelayan toko, juru masak, penjahit, dll. Sedangkan yang tidak cocok oleh perempuan yaitu pekerjaan yang dianggap kerja kasar dan memiliki kekuatan ekstra seperti: operator SPBU, kuli, supir, dan lain sebagainya.

  Akan tetapi pada saat ini semua opini itu seakan mulai terkikis, sebab banyaknya perempuan yang telah melakukan pekerjaan yang dulunya hanya dilakukan oleh seorang laki-laki dan hingga kini banyak pekerjaan laki-laki yang dilakukan oleh perempuan. Di mana pada saat ini banyak dan hampir semua lapangan kerja diisi oleh perempuan, banyaknya pihak yang mempekerjakan perempuan didasari oleh banyak hal, salah satunya ialah karena perempuan lebih teliti, telaten, dan menarik secara fisik.

  II.3 Penyebab Istri Bekerja

  Mengasuh anak bagi seorang ibu adalah suatu pekerjaan yang biasa dan dilakukan dengan perasaan bahagia, sebab hal tersebut merupakan kewajiban baginya. Sementara sang ayah adalah orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti mencari nafkah. Namun di zaman modern saat ini, peran ibu bukan lagi hanya sebagai pengasuh anak di rumah, karena para perempuan sudah banyak yang memilih untuk bekerja di luar rumah. Selain untuk membantu menambah penghasilan keluarga, perempuan punya kapasitas untuk melakukannya, bersaing di dunia kerja bersama para lelaki tentu saja hal biasa bagi perempuan sekarang.

  Jika dalam sebuah rumah tangga biasanya suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun tak jarang pula peran itu diambil alih oleh perempuan sepenuhnya, dan laki-laki atau suami menjadi pengasuh anak di rumah. Tentu saja hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah bagi seorang suami, butuh mental kuat agar mampu menjalankan peran sebagai ayah rumahan yang mengasuh buah hati sambil menunggu istri pulang dari kantor.

  Banyak faktor yang mengharuskan sebuah keluarga dihadapkan pada pilihan seperti ini. Awalnya mungkin karena keterpaksaan, sebab karir istri lebih bagus dan menjanjikan daripada karir suami. Selain itu kebanyakan kondisi ini terjadi karena suami di PHK dari pekerjaannya, sehingga mau tidak mau sang istri harus rela menerima dan menjadi tulang punggung keluarga. Meskipun hal ini hanya bersifat sementara sampai suami mendapatkan pekerjaan tetap kembali.

  Situasi seperti ini berat dan sangat tidak mudah untuk dijalani oleh sebuah keluarga, baik istri maupun suami. Bagi sang istri, banyak sedikit rasa minder akan dialaminya karena memiliki suami yang tidak bekerja. Meskipun dia bisa menerima kenyataan, namun terkadang penilaian atau pertanyaan miring dari orang-orang di sekitar lambat laun akan mengganggu pikirannya. Selain itu, perempuan juga dihadapkan pada persoalan tanggung jawabnya sebagai seorang istri yang harus memenuhi kebutuhan biologisnya dan melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, mengasuh anak, dan lain sebagainya.

  Sementara bagi sang suami, menjadi ayah rumah tangga yang mengasuh dan menjaga anak-anaknya di rumah juga memiliki beban yang cukup berat secara mental. Meskipun seorang suami mau menjalankan perannya sebagai ayah rumahan, tetapi tetap saja mereka mengalami rasa kurang percaya diri dan bahkan stres. Hal ini dipicu oleh keberadaannya di rumah yang tidak sebanding dengan posisi sang istri, karena pada umumnya laki-laki memiliki ego yang lebih besar dalam memberikan nafkah pada keluarganya. Belum lagi saat harus menghadapi penilaian dari orang sekitar, bahkan harus menahan malu karena dilecehkan oleh keluarga sang istri.

II.4 Peran Istri yang Bekerja Terhadap Keharmonisan Keluarga

  Pada umumnya waktu yang tersedia untuk keluarga akan berkurang dikarenakan banyak waktu yang terpakai untuk urusan di luar rumah. Namun saling pengertian antara suami istri merupakan faktor yang penting agar tercapai suatu hubungan yang harmonis. Ada berbagai faktor yang menyebabkan seorang istri bekerja, biasanya karena ingin menyalurkan bakat dan minat, secara ekonomi tidak bergantung pada suami, dan pada umumnya karena tekanan ekonomi.

II.5 Faktor Penghambat Interaksi Suami Istri dalam Keluarga

  Interaksi antar suami istri yang terjadi di dalam keluarga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah faktor pendidikan, faktor lingkungan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tingkat pendidikan dan lingkungan seseorang akan menjadi tolak ukur bagi suami istri dalam melakukan pertukaran informasi terhadap masalah yang sedang dihadapi.