POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL

  

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT),

TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT

KECUKUPAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN

PROFESIONAL

  

Studi Kasus : Guru Tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

  

Disusun oleh :

T. Novita Marry Haryanto

991324001

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

  

ABSTRAK

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT

KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL

  Studi kasus: Guru tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

  

Oleh

T. NOVITA MARRY HARYANTO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) jumlah gaji yang diperoleh guru tidak tetap; 2) usaha guru tidak tetap dalam memperoleh tambahan penghasilan; dan 3) apakah guru tidak tetap mengalokasikan dana pengembangan profesi atau tidak.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskreptif yang menggunakan pendekatan survai (survey studies). Penelitian dilaksanakan di Daerah Kotamadya Yogyakarta pada bulan Agustus sampai November 2006. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 50 guru tidak tetap yang mengajar di Daerah Kotamadya Yogyakarta dan memiliki masa kerja 1-3 tahun.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis dengan teknik tabulasi data diketahui bahwa: A. Pola-pola penggajian guru tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta dibedakan menjadi 2 yaitu:

  1. Guru pemula, terdiri:

  a. guru honorer, memperoleh gaji berdasarkan jumlah jam mengajar per minggu dikalikan upah per jam, rata-rata Rp10.500 untuk negeri dan Rp15.000 untuk swasta.

  b. guru kontrak, memperoleh gaji sesuai surat kontrak yang ditandatangani, sebesar Rp530.000 per bulan c. guru tetap yayasan, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian yang telah ditandatangani dengan yayasan sebesar Rp725.000 per bulan

  2. Guru Bantu, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian kerja yang telah disepakati bersama sebesar Rp710.000 per bulan.

  B. Usaha yang dilakukan guru tidak tetap untuk menambah penghasilan antara lain:

  

ABSTRACT

THE PATTERN OF UNPERMANENT TEACHERS’ COMPENSATION, THE

LEVEL OF FULFILMENT OF BASIC NEEDS, AND THE LEVEL OF

  

FULFILMENT FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT NEEDS

A Case Study: Unpermanent Teachers in Yogyakarta Special Region

By

T. NOVITA MARRY HARYANTO

  

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

  This research aims to know and analyse: 1) the amount of salary earned by unpermanent teachers; 2) unpermanent teachers’ efforts in earning the additional income; and 3) whether unpermanent teachers allocate the funds for developing their professional.

  This research is a descriptive research using a survey approach. This research was conducted in Yogyakarta Special Region from August to November 2006. The population of this research were 50 unpermanent teachers who taught in Yogyakarta Special Region whose period of working is between 1-3 year.

  The techniques of data collection in this research were observation, documentetion and interview. The technique of analising the data was tabulation technique. Based on the result of analysing the data, it is known that:

  A. The patterns of unpermanent teachers’ compensation in Yogyakarta Special Region are divided into two:

  1. The beginners who consist of:

  a. Teachers who teach in state schools whose honorarium based on hourly straight time paid Rp10.500 for a week whereas who teach in private schools earn Rp15.000.

  b. The teachers who sign contract earn Rp530.000.

  c. The permanent teachers who work for the private institution earn Rp725.000 monthly.

  2. Assistant teachers who have already signed the contract with the institution earn Rp710.000 monthly.

  B. The additional efforts done by the teachers to increase the income are being entrepreneurs 36%, traders or run the stall 12%, workers for other people 12%, don’t give response 40%.

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya yang berjudul “Pola-pola Penggajian Guru Tidak Tetap (GTT), Tingkat Kecukupan Kebutuhan Dasar, dan Tingkat Kecukupan Kebutuhan Pengembangan Profesional”. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Penidikan.

  Disini penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata dharma.

  2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata dharma.

  4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

  5. Bapak Drs. P.A Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu

  6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S,Pd, yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

  7. Kepada Guru Tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta yang telah membantu penulis dan memberikan masukan untuk penulisan skripsi ini.

  8. Kedua orang tuaku Bapak Haryanto dan Ibu Tuniah yang telah memberikan segalanya baik waktu, material, dan dukungan doanya sehingga studiku bisa selesai.

  9. Adikku ”Almarhum Noviana”, mbak tau kamu pasti mendoakan mbak agar bisa selesai kuliah agar orang tua kita tidak kecewa dan dukunganmu tidak akan mbak lupakan seumur hidup mbak. Mbak sayang kamu ana.

  10. Suamiku, makasih yach…. atas dukungannya sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

  11. Anakku Fidel. Makasih ya sayang….. karena kamu mama bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  12. Adikku Lia dan Wiwik, makasih atas semua bantuannya jagain Fidel sehingga mbak bisa bimbingan skripsi.

  13. Shinta, Yayuk …. gimana …. aku jadi lulus juga kayak kalian kan? 14. Teman-teman PDU ’99, Anna, Niken, Edi, Kosmas, Tatang makasih ya …. kamulah teman seperjuanganku.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………….………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….…. iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………………... v ABSTRAK…………………………………………………………………… vi ABSTRACT…………………………………………………………………. vii

KATA PENGATAR ………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ..………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… .. xv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................

  1 B. Batasan Masalah .........................................................................

  7 C. Rumusan Masalah .......................................................................

  7 D. Tujuan Penelitian ........................................................................

  7 E. Manfaat Penelitian ......................................................................

  8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

  3. Upah/Pengupahan ................................................................. 15 4. Sistem Pengupahan Guru PGPS ...........................................

  19 B. Profesi Guru ................................................................................

  21 1. Definisi Guru.........................................................................

  21 2. Pengertian Profesi Guru .......................................................

  22 3. Undang-undang tentang guru dan dosen Tahun 2006...........

  24 4. Peranan Guru.........................................................................

  26 5. Karakteristik Guru.................................................................

  27 6. Pengembangan Profesi Keguruan .........................................

  28 C. Tingkat Kebutuhan Dasar ...........................................................

  31 D. Penelitian Terdahulu ...................................................................

  35 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian............................................................................

  36 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................

  36 C. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................

  37 D. Populasi dan Sampel.…………………………………………... 38 E. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................

  39 F. Variabel Penelitian ......................................................................

  39 G. Data yang dicari ..........................................................................

  41 H. Teknik pengambilan Data ...........................................................

  42

  BAB IV. HASIL TEMUAN LAPANGAN A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta..……………… 47 B. Diskripsi Lokasi Penelitian………….………………………….. 48

  a. Batas Wilayah.……………………………………………… 49

  b. Penduduk…………………………………………………… 49

  c. Keadaan Geografi………………………………………….. 50

  d. Pembagian Wilayah ..………………………………………. 50

  C. Perkembangan Pendidikan di Kota Yogyakarta……………….. 52

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data…………………………………………………… 62 B. Pembahasan ……………………………………………………. 76 BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………… 93 B. Saran………………………………………………………….. 97 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Hal Table III.

  1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

  46 Tabel IV. 1. Luas Kabupaten/Kotamadya di DIY

  48 Tabel IV. 2. Nama kecamatan dan kelurahan di DIY

  51 Tabel IV. 3. Jumlah sekolah di kota Yogyakarta

  53 Tabel

  IV.4. Jumlah siswa sekolah

  54 Tabel IV. 5. Jumlah guru PNS di kota Yogyakarta

  55 Tabel IV. 6. Jumlah guru swasta di kota Yogyakarta

  56 Tabel IV. 7. Jumlah kelas yang dipakai oleh sekolah di kota Yogyakarta 56 Tabel IV. 8. Jumlah ruang kelas yang digunakan

  56 Tabel IV. 9. Jumlah guru Bantu kota Yogyakarta

  57 Tabel IV. 10. Subsidi guru tidak tetap dan guru tetap yayasan

  57 Tabel IV. 11. Subsudi guru tidak tetap 58 Tabel IV. 12. Subsidi kelebihan jam mengajar GTT dan GTT Yayasan

  58 Tabel IV. 13. Frekuensi dan Presentasi jumlah gaji

  60 Tabel IV. 14. Frekuensi dan komponen gaji

  61 Tabel V. 1. Frekuensi dan presentase Jenis Usaha untuk menambah Penghasilan

  72 Tabel V. 3. Frekuensi dan Presentase pengalokasian waktu melaksanakan Usaha sampingan

  74 Table V. 4. Frekuensi dan Presentase jenis pengalokasian peningkatan Profesi guru

  75

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Daftar Wawancara Lampiran 2. Daftar mentah hasil penelitian Lampiran 3. Data pendidikan sekolah swasta (yayasan) di lingkungan Dinas

  Pendidikan Kotamadya Yogyakarta tahun Ajaran 2005/2006 Lampiran 4. Data pendidikan sekolah negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan

  Kotamadya Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 Lampiran 5. Daftar Gaji PNS Lampiran 6. Nama sekolah TK, SD, SMP, SMA DAN SMK di Kotamadya

  Yogyakarta Lampiran 7. Nama guru Bantu TK, SD, SMP, SMA dan SMK di Kotamadya

  Yogyakarta Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Lampiran 9. Contoh Petikan Keputusan Pengangkatan CPNS Lampiran 10. PETA Wilayah Kotamadya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi guru adalah suatu profesi yang sangat mulia. Pekerjaan yang

  mereka lakukan sangatlah berat dan penuh tanggung jawab baik kepada pribadi, masyarakat maupun pemerintah. Dengan tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru seharusnya seorang guru mendapatkan balas jasa yang seimbang dengan tanggung jawabnya. Seharusnya kehidupan dan pengembangan profesi mereka lebih diperhatikan agar seorang guru lebih berkualitas dalam mengajar atau bisa dibilang lebih professional dalam mengajar.

  Namun dalam kenyataannya, profesi guru sering dianggap rendah oleh banyak kalangan, karena dilihat dari gaji yang mereka terima. Padahal guru salah satu faktor penentu tinggi rendahnya hasil dari pendidikan. Tinggi rendahnya hasil pendidikan bisa dilihat dari kesiapan guru dalam mengajar.

  Kesiapan guru dalam mengajar bisa dihasilkan bila didukung oleh perekonomian dan kesejahteraan guru yang memadai. Bila perekonomian guru dan kesejahteraan guru bisa diatasi maka seorang guru tidak akan mencapai pendapatan di luar profesinya yang bisa mengganggu profesionalitas seorang guru. dibicarakan. Untuk mendapatkan berita ini seorang guru minimal hatus mendengarkan berita dari radio, televisi atau membacanya di Koran.

  Salah satu persoalan klasik di Indonesia yang sudah dirasakan bertahun-tahun, dari periode berikutnya dan belum pernah terpecahkan adalah rendahnya gaji guru dan tingkat kesejahteraannya.

  Pertanyaan yang sekarang perlu dicari jawabanya adalah apakah mungkin dengan gaji yang kecil seorang guru bisa mencukupi kebutuhan dasarnya? Apa yang menjadi dasar kita mengatakan kesejahteraan guru di Indonesia rendah atau gaji yang kecil? Penelitian atas kesejahteraan yang rendah itu didasarkan paa beberapa hal. Pertama dibandingkan dengan kesejahteraan guru di negara-negara lain, termasuk negara tetangga kita Malaysia. Kedua dibandingkan dengan alokasi waktu yang dicurahkan oleh guru dan beban tanggungjawab yang harus mereka pikul, dibandingkan dengan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada umumnya. Ketiga dibandingkan dengan nilai tukar uang atas kebutuhan dasar untuk hidup sehari-hari seorang guru.

  Dibanding dengan gaji guru-guru di negara tetangga Malaysia, gaji guru Indonesia amatlah rendah, karena nilai tukarnya tidak mencukupi kebutuhan hidup selama satu bulan dengan tiga atau empat anggota keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan makan yang memenuhi standar empat sehat lima sempurna tidak mencukupi, apalagi untuk kebutuhan lainnya. karena guru mendapatkan tambahan tunjangan fungsional. Memang jam kerja PNS guru dan PNS non guru tidak sama, kalau PNS non guru bekerja sehari 8 sampai 10 jam atau kurang lebih 42 jam per minggu. Tetapi jam kerja seorang guru tidak terbatas. Memang seorang guru mengajarnya hanya pukul 07.00 saampai 12.45 tetapi sebelum mengajar seorang guru harus mempersiapkan bahan mata pelajaran yang akan disampaikan dan membuat satuan pelajaran. Setelah mengajar harus memeriksa hasil pelajaran siswa. Peluang seorang PNS guru untuk mendapatkan pendapatan diluar gaji sangatlah sulit atau sangatlah kecil. Sedang PNS non guru lebih banyak mendapatkan peluang karena sering ada proyek-proyek dengan masyarakat. Sedangkan guru memiliki peluang dengan cara memberi les di sekolah maupun diluar sekolah.

  Harapan masyarakat terhadap guru saangatlah besar, bukan hanya disekolah saja tetapi juga di lingkungan tempat tinggalnya seorang guru dianggap sebagai panutan atau teladan bagi masyarakat.

  Hal yang paling menyedihkan yang sekarang ini dialami para guru tidak tetap di Indonesia, terutama disekolah-sekolah kecil terlebih di pedesaan.

  Sampai sekarang banyak sekolah kecil terutama di desa yang memberi honor sebesar Rp.2.500,00 per jam mengajar. Dengan demikian, kalau seorang guru mengajar dalam satu minggu 24 jam, maka dalam satu bulan hanya mendapatkan gaji Rp 60.000,00. di Jakarta sampai sekarang masih ada gaji yang mereka peroleh amatlah tidak sesuai dengan pengorbanan yang mereka keluarkan.

  Di kota besar seperti Jakarta, para guru swasta mengajar di sekolah- sekolah yang tergolong sekolah mahal saja gaji yang diteima amatlah kecil, yaitu kurang dari Rp. 1.500.000,00 per bulan yang diatas Rp 1.500.000,00 per bulan sangatlah jarang. Dengan tuntutan ekonomi yang tinggi, gaji dibawah Rp 1.500.000,00 per bulan sangatlah tidak cukup untuk memenuhi hidup sehari-hari. Hal serupa juga terjadi pada sekolah-sekolah negeri di Jakarta.

  Gaji yang diterima guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) amatlah renah (di Jakarta saja masih ada yang memperoleh gaji dibawah Rp 200.000,00 per bulan), nasibnya juga tidak jelas, amat tergantung dari otoritas kepala sekolah sehingga sewaktu-waktu bisa dipecat, seperti yang di alami oleh Umas Abdhali and kawan-kawan yang mengajar di SMU 112 Jakarta (Kompas 20 Sept 2000). Bila guru-guru swasta menapat dana insentif dari pemerintah sebesar Rp 75.000,00 per bulan, yang pembayarannya dilakukan enam bulan sekali, juga ada daerah yang memberi tambahan insentif lain sebesar Rp 50.000,00 per bulan maka para guru tidak tetap terutama guru pemula dan guru Bantu disekolah-sekolah negeri, baik SD sampai SMU tidak memperoleh dana insentif sama sekali.

  Pemerintah dan masyarakat jangan menutup mata terhadap kekurangan disisi lain seorang guru harus berfikir bagaimana caranya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Akibat tekanan ekonomi yang rendah, tak jarang mereka melakukan aksi mogok mengajar bahkan demonstrasi. Mereka melakukan hal itu cukup beralasan dan masuk akal dan bisa dipahami. Bila kesejahteraan guru tidak diperbaiki maka akibatnya akan fatal, bisa jadi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan mencari pendapat dari usaha lain sehingga waktunya akan habis. Akibatnya kualitas pendidikan akan merosot. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita semua baik pemerintah maupun masyarakat, untuk mensejahterkan guru secara berlahan-lahan, sehingga para guru dapat mencukupi kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan kehidupan mereka yang lebih layak. Kita tahu, kesejahteraan guru pada jaman dahulu dengan jaman sekarang sangatlah berbeda, jaman dahulu kebutuhan dasar mereka sangatlah baik karena kebutuhan dasar mereka terjamin, tapi sekarang tingkat kesejahteraan mereka terabaikan, sehingga harus mencari tambahan atau usaha lain untuk mencukupi kebutuhan mereka.

  Rekomendasi Bank Dunia untuk memberdayakan guru dan tenaga kependidikan (1999) menyebutkan bahwa apapun yang diluncurkan untuk meningkatkan mutu guru guna memacu mutu mutu pendidikan (missal, peningkatan kualifikasi pendidikan, penataran-penataran, pengendalian saran dan prasarana pendidikan), serta restrukturisasi system insentitif dengan Selanjutnya, survey yang dilakukan Bank Dunia di Indonesia, Liberia dan Somalia menunjukan jumlah guru yang memiliki sambilan kedua atau ketiga untuk mencari penghasilan tambahan. Masalah keasejahteraan guru, menyangkut guru keseluruhan, baik guru negeri, guru swasta, guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) guru TK, SD, SMP, SMU maupun dosen. Dengan adanya pemilihan-pemilihan yang jelas, kirany dapat mengetahui sebetulnya cenderung membicarakan rendahnya gaji guru. Rendahnya guru dilihat dari nominal yang diperoleh, bukan pada usaha atau langkah atau usaha yang ditempuh oleh guru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan yang ada dan berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pola-pola

  Penggajian Guru Tidak Tetap (GTT), Tingkat Kecukupan Kebutuhan Dasar, dan Tingkat Kecukupan Kebutuhan Pengembangan Profeasional di Kotamadya Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Batas Masalah

  Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu luas dan menghindari hal- hal yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi masalah yaitu: b. Obyek penelitian adalah guru-guru tidak tetap yang mengajar di TK, SD, SMP, SMA atau SMK di Kotamadya Yogyakarta.

  c. Responden yang diteliti berjumlah 50 responden.

C. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Bagaimana pola penggajian guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta?

  b. Bagaimana usaha guru dalam memperoleh tambahan penghasilan ?

  c. Apakah guru mengalokasikan dana pengembangan profesi ? D.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui dan menganalisis jumlah gaji yang diperoleh guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta.

  b. Untuk mengetahui dan menganalsis bagaimana usaha guru tidak tetap dalam memperoleh tambahan penghasilan guna memenuhi kebutuhan ekonomi dasar keluarga guru di Kotamadya Yogyakarta

  c. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah guru tidak tetap

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

  a. Bagi Pemerintah Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Daerah

  Istimewa Yogyakarta, dalam usaha meningkatkan jumlah gaji dan kesejahteraan guru khususnya guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu).

  Selain itu dapat juga sebagai salah satu “masukan” untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk meninjau sistem penggajian guru secara tersendiri. Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut khususnya masalah guru untuk kedepannya.

  b. Bagi para guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dan acuan bagi para guru untuk bernegosiasi dan menuntut perbaikan nasib.

  Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi gambaran bagi guru tentang arti sebuah kesejahteraan dan tingkat kebutuhan dasar untuk perbaikan hidup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola-pola Penggajian Pola-pola penggajian yang dilakukan di Indonesia kurang memenuhi

  standar kebutuhan guru. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pola penggajian adalah suatu gambaran yang dipakai sebagai patokan untuk gajian pegawai dalam suatu instansi.

1. Pendapatan/Gaji

  a. Definisi Pendapatan Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, gaji adalah hak yang diterima oleh guru /dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan / satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Menurut Sumardi,(1982:92), pengertian pendapatan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Pendapatan berupa uang

  Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya legular yang biasa diterima, biasanya sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji atau dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial.

  2) Pendapatan berupa barang Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang atau jasa. Barang-barang atau jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh yang dinikmati barang atau jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara Cuma- Cuma, pembelian barang atau reduksi dari majikan.

  b. Pengelompokan Pendapatan Perincian pengelompokan pendapatan menurut Badan Pusat

  Statistik, (Mulyanto Sumardi, 1982:92) pada dasarnya dikelompokkan dalam: 1) Pendapatan sektor informal yaitu, segala pendapatan berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan yang diterima sebagai balas jasa. 2) Pendapatan sektor informal yaitu, segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa dari sektor informal. bersumber dari sektor formal, yaitu pendapatan yang diperoleh guru dari hasil usaha dan diterima sebagai balas jasa / upah atau gaji.

  c. Sumber Pendapatan Pendapatan yang diperoleh seseorang bisa berasal dari beberapa sumber yaitu:

  1) Usaha sendiri, misalnya berdagang, mengerjakan sawah atau menjalankan usaha sendiri.

  2) Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai buruh atau karyawan.

  3) Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, mempunyai uang yang dipinjamkan dengan bunga dan sebagainya.

  Selain pendapatan (balas jasa dan hak milik) mungkin masih ada penerimaan atau masuk lainnya, misalnya: a) Uang pensiun bagi yang sudah lanjut usia yang dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lain.

  b) Sumbangan atau hadiah, misalnya bantuan dari saudara atau famili, warisan orang tua dan sebagainya, c) Pinjaman atau hutang, ini merupakan uang masuk tetapi suatu saat harus dilunasi atau dikembalikan.

2. Teori Pengupahan

  Sistem pengupahan disuatu negara biasanya didasarkan pada falsafah atau teori yang dianut oleh negara tersebut. Ada dua ekstrim sistem pengupahan yaitu: 1. Ajaran Karl Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas.

  2. Teori pertambahan produk marjinal berlandaskan asumsi perekonomian bebas.

  Landasan pengupahan di Indonesia adalah UUD, pasal 27, ayat (2) dan penjabarannya dalam Hubungan Industrial Pancasila. Pada prinsipnya sistem pengupahan harus mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerjaan dan keluarganya yang berarti mempunyai fungsi sosial, mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang dan memuat pemberian insentip yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional.

1. Upah Menurut Kebutuhan (Ajaran Karl Marx)

  Dalam ajaran Karl Marx Upah adalah hasil yang diterimam seseorang dari bekerja menurut kemampuannya dan tiap orang memperoleh menurut kebutuhannya. Atau dengan kata lain, upah sesuai dengan tingkat kebutuhan seseorang.

  Upah menurut kebutuhan adalah ajaran Karl Marx yang memiliki a. Teori nilai.

  Dalam pandangannya, Marx berpendapat bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Maka Marx menyimpulkan bahwa nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut.

  b. Pertentangan kelas Dalam pandangannya, Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh, sehingga pengusaha dapat menekan upah. Akibat dari pengurangan penggunaan buruh menimbulkan pengangguran besar-besaran.

  c. Terbentuknya masyarakat komunis Terbentuknya masyarakat komunis berasal dari konsekwensi dari dua ajaran Marx yaitu: teori nilai dan pertentangan kelas. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan tenaganya kepada yang lain, akan tetapi masyarakat itu melalui partai buruh akan mengatur apa dan berapa jumlah produksi. Dalam teori ini Marx memimpikan “tiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan tiap orang memperoleh

  Dari teori-teorinya, Marx mengimplikasikan pandangannya tersebut dalam sistem pengupahan dan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

  1. Bahwa kebutuhan konsumsi tiap-tiap orang macamnya dan jumlahnya kira-kira sama. Nilai tiap barang yang sama adalah juga sama. Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang juga kira-kira sama. Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan fungsi sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtip dari buruh.

  2. Sistem pengupah tidak mempunyai fungsi pemberian insentip yang sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan nasional.

  3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya.

2. Upah Sebagai Imbalan (Teori Neo Klasik)

  Dalam teori Neo Klasik upah adalah imbalan atas usaha kerja yang diberikan karyawan kepada pengusaha.

  Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimalkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor- faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai tambahan pertambahan marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut.

3. Upah/Pengupahan

  a) Definisi upah atau Pengupahan

  a. Pengertian upah menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional Upah adalah suatu penelitian sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

  b. Pengertian upah menurut Martoyo Susilo Upah akan gaji adalah suatu bentuk pemberian kompensasi yang bersifat “finansial” dan merupakan yang utama dari bentuk- bentuk kompensasi yang ada bagi karyawan. (Susilo, 1998 : 118)

  Jadi upah, adalah sebagai pengganti akan jasa yang diserahkan pekerja kepada pihak lain atau majikan.

  b. Teori Penentuan Tingkat Upah akan dibayar oleh manajemen, atau apakah yang menentukan pengurangan-pengurangan minimum yang dapat diterima manajemen? Apakah yang menentukan pembayaran-pembayaran minimum yang dapat diterima oleh para buruh atau pekerja?

  Terdapat enam teori tentang penentuan upah, yaitu sebagai berikut: 1) Peranan Lingkungan Ekonomi (economic enviroment)

  Suatu faktor lain pada segi permintaan yang dalam jangka panjang mempunyai arti yang lebih penting adalah sifat dari pasar barang-barang hasil produksinya. Makin inelastic sifat permintaan akan barangnya makin kuat unsur oligopolinya didalam industri, maka tingkat upah akan cenderung lebih tinggi pula. Adanya suatu struktur pasar yang oligopilitis akan memberikan kepada sarekat buruh suatu alat pengungkit untuk menaikkan upah melainkan

  entry prevention perusahaan pendatang baru, sehingga para

  pendatang baru tidak dimungkinkan untuk memanfaatkan suplay tenaga yang elastis didalam sektor atau industri yang bersangkutan.

  2) Perbandingan-perbandingan upah (wage comparison) Perbandingan upah sering digunakan sebagai pegangan, baik oleh Serikat buruh atau manajemen didalam perundingan atau penengah atau arbitrators sering memakai faktor ini sebagai dasar atau penjelasan didalam memberikan rekomendasi-rekomendasi- nya. Pada umumnya para buruh atau pekerja membanding- bandingkan upah dan kondisi-kondisi kerja yang terdapat dari berbagai macam tempat. 3) Biaya Hidup

  Dengan menggunakan biaya hidup sebagai kriterium maka penyesuaian-penyesuaian upah diadakan terhadap perubahan- perubahan yang terjadi dalam cost of living. Sebagai tolok ukur dipakai indeks harga-harga yang di bayar oleh buruh atau pekerja (wage earner) dan karyawan administratif yang bertempat tinggal di daerah perkotaan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan. Dan pada umumnya baik buruh maupun manajemen tidak dapat menyetujui suatu ikatan antara upah dan biaya hidup yang bersifat otomatif. 4) Budget Buruh

  Hubungan konseptual antara kriterium biaya hidup dengan kriterium budget minimum adalah sangat erat. Kedua konsep itu mempersoalkan standar hidup. Meskipun demikian ada perbedaannya. Kriterium biaya hidup menekankan kepada suatu negeri. Kriterium budget sebaliknya menekankan kepada suatu ideal standar, suatu standard yang melampaui standard yang aktual.

  5) Produktivitas (productivity) Hubungan antara produktivitas fisik dan upah, yang secara langsung menyangkut kepentingan manajemen, buruh dan arbiter dalam penentuan kriterium upah ialah, bahwa kedua-duanya itu menentukan unit labour cost. Peningkatan produktivitas fisik (dengan upah tetap) menyebabkan unit labour cost turun dan sebaliknya. Kenaikan unit labour cost yang disertai dengan kemajuan-kemajuan dalam produktivitas fisik menunjukkan bahwa kenaikan upah itu lebih kuat daripada cost saving effect peningkatan produtivitas. 6) Kemampuan membayar (ability to pay)

  Kemampuan untuk membayar sangat erat hubungannya dengan produktivitas, karena output setiap per man hour naik sedangkan faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, maka untung perusahaan akan bertambah. Berhubung dengan itu maka buruh atau pekerja merasa berhak dan secara moral dan dibenarkan untuk mendapatkan bagian dari kenaikan produktivitasnya dan labanya itu. Walaupun kenaikan membayar sering dikemukakan sebagai dasar untuk mempertahankan upah yang berlaku. Jadi dalam hal ini buruh sering tidak konsekuen.

3. Sistem Pengupahan Guru PGPS (Peraturan Gaji Pegawai Sipil)

  Sistem pengupahan merupakan kerangka yang memberikan gambaran secara sistematis tentang pengaturan upah dan penetapan upah pada berbagai tingkat jabatan. Menurut Sondang Siagian (1995 : 253) suatu imbalan yang baik adalah sistem yang mampu memikirkan kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan mempekerjakan sejumlah orang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif. Dengan adanya Undang – undang yang mengatur dalam penentuan tingkat upah (Payaman Simanjutak 2001 : 110) sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi sebagai berikut : a. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya b. Mencerminkan atas hasil kerja seseorang.

  c. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja.

  Menurut Undang-Undang tentang guru dan dosen tahun 2006 dikatakan bahwa “Penghasilan atau upah guru meliputi gaji pokok, dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Menurut UURI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam pasal 15 menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

  1. Gaji pokok adalah satun penghasilan yng ditetapkan berdasarkan pangkat, golongan, dan masa kerja.

  2. Tunjangan yang melekat pada gaji adalah tambahan penghailan sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga.

  3. Tunjangan profesi adalah tunjangna yang diberikan kpada guru yang memiliki sertifikat peniikan sebagai penghargaan atas profesionalitasnya.

  4. Tunjangan khusus adalah tunjangan yang ibrikan kepada guru sebagai kompetensi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.

  5. Maslahat tambahan adalah kesejahteraan yang diperoleh dalam bntuk asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

  Jenis-jenis tunjangan diatas adalah jenis tunjangan yang diterima guru sebagai balas jasa yng diberikan pemerintah setiap bulan sesuai dengan profesinya. Dalam hal ini, penggajian seorang guru bisa dilihat dari status kepegawaiannya dan juga status sekolah dimana guru tersebut mengajar. pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan kerja atau kesepakatan kerja bersama.

B. Profesi Guru

1. Definisi guru

  Banyak sekali definisi tentang guru dalam dunia pendidikan, menurut kamus Bahasa Indonesia guru adalah: orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya, profesinya mengajar. Sedang menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidika dasar, dan pendidikan menengah. Implikasi informalnya setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan yang mempunyai wewenang mengajar yakni dosen dan guru. Menurut Samana (1994 : 15) guru adalah pribadi dewasa yang mempersiapkan diri sendiri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru, agar dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya, untuk menjadi warga negara yang baik (susila), berilmu, produktif, sosial, sehat, dan mampu berperan aktif dalam persaingan

2. Pengertian Profesi Guru

  Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut keahlian yang khas dari para anggotanya keahlian yang khas tersebut tentunya tidak dimiliki oleh anggota profesi lain, sebab keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh suatu profesi merupakan hasil pendidikan dan pelatihan atau melalui suatu proses profesional dalam program pendidikan atau pelatihan yang terancam, begitu pula dengan profesi kependidikan. Dilihat dari ciri- ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri (Supriadi, 1999 : 96) sebagai berikut :

  1. Pekerjaan itu lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan dalam mengabdi kepada masyarakat.

  2. Profesi menuntut ketrampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan, latihan yang lama dan insentif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

  3. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu.

  4. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik.

  5. Anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materiil.

  Dari ciri-ciri tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua khusus untuk melaksanakan fungsi tersebut. Selain itu suatu profesi menerima imbalan berupa finansial atau materiil. Profesi guru adalah suatu contoh suatu profesi.

  Amstrong mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam lima kategori, yaitu: tanggung jawab dalam pengajaran, memberikan bimbingan, pengembangan kurikulum, pengembangan profesi dan tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.

  Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan-bahan yang diajarkan kepada siswa. Guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan sangat menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.

  Guru harus selalu belajar supaya ia mempunyai bekal yang cukup dalam rangka mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki supaya apa yang ia transformasikan betul-betul dimiliki oleh siswa.

  Tanggungjawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya kemampuan dalam rangka meningkatkan tugas profesinya. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantoro: “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani “. Baik didalam maupun di luar sekolah.

  Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan yaitu misi bertugas dalam pengabdian masyarakat.

3. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan Dosen.

  Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 No 1, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

  b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keamanan, ketakwaan dan akhlak mulia. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesionalan.

  f. Memiliki penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

  g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

  h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

  Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

  2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi sejarah dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

  3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan, jenis kelamin, agama, ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

  4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika.

  5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Peranan Guru

  Pada tahun 1975, menurut Norman dan Goble dalam Samana (1994 : 39-41) mengungkapkan bahwa atas inisiatif ONESCO dan IBE di Jenewa diadakan konferensi internasional tentang pendidikan sekolah dengan tema “beberapa kecenderungan utama dibidang pendidikan dan perubahan peranan guru selama berdinas”. Dengan mengacu pada isi konferensi tersebut maka seorang guru adalah sebagai berikut:

  a. Fungsi guru dalam proses intruksional serta pertanggungjawabannya lebih penting dari pada otoritasnya sebagaimana sumber keilmuan bagi belajar siswa.

  b. Sejalan dengan pemikiran di atas, terjadilah pergeseran titik berat dalam proses pengalihan pengetahuan, yang semula berpusat pada diri guru (sebagai informator), kini proses tersebut mementingkan siswa untuk belajar secara sistematis, kontinyu dan optimal.

  c. Pola hubungan timbal balik antara guru dengan siswa juga mengalami perubahan layanan bimbingan belajar siswa dari guru semakin menuju keindividualisme proses belajar siswa.

  d. Praktek pengajaran semakin ditandai dengan penggunaan produk teknologi pengajaran yang modern, yang menuntut penguasaan konsep, prinsip dan keterampilan baru dalam penggunaannya. f. Sejalan dengan pemikiran di atas, secara teknik operasional guru hendaknya semakin sadar akan perlunya kerjasama antara guru, guru dengan orang tua siswa, dan guru dengan kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan untuk membina perkembangan siswa.