KAJIAN INDEKS RISIKO SEDIMENTASI PADA BENDUNG SIULAK DERAS TERHADAP KECUKUPAN KEBUTUHAN DEBIT AIR DISAWAH

KAJIAN INDEKS RISIKO SEDIMENTASI PADA BENDUNG SIULAK DERAS TERHADAP KECUKUPAN KEBUTUHAN DEBIT AIR DISAWAH

Kasmanto, Rini Mulyani, Zuherna Mizwar

Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Padang Email : kasmantokrc@yahoo.co.id

Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Padang Email : rinimulyani@bunghatta.ac.id Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Padang Email : zuemizwar@g.mail.com

ABSTRACT

Sedimentation that occrred in Weir Siulak Deras greatly disturb the sustainability of the weir function in meeting the need for irrigation water discharge, this is due to the inability of O&P in overcoming sedimentation. Related institution in this case Balai Wilayah Sungai Sumatera VI has tried to overcome the enormous sedimentation, that is by making Check Dam in front of weir, but with high sedimentation level Check Dam is not a solution in overcoming the problem. The enormous sedimentation was caused by the change of land use from the forest to inflammation and the soursce of C. It was also caused by an avalanche of cliffs along the banks of the Batang Merao River causing the sand and soil material to be carried by the river flow into the levee. The capacity of weirs of Siulak Deras to flow through an efficient rice field is 9,068 M3/s with the total area that can be irrigated is 4.369 Ha. Meanwhile according to the results of research carried out the capability of irigation that can be irrigated at this time is 1,715 M3/s. With an area that can be irrigated 1.063,97 Ha. So only 22,94 %. This will have an impac on the social, economic community of calculated ris index between the danger in the case of sedimentation and vulnerability of this matter Agricultural Products and Capacity is the ability of the Government is handling the sedimentation of these three components, then get the number of risk index 18,00. Hence pertained High Very High then the action is a thorough Mitigation and contingency planning should be prepared immediately.

Keywords: Risk index, sedimentation , water discharge.

ABSTRAK

Sedimentasi yang terjadi di Bendung Siulak Deras sangat menganggu keberlangsungan fungsi bendung dalam mencukupi kebutuhan debit pengairan sawah, hal ini disebabkan ketidak mampuan O&P dalam mengataasi sedimentasi. Instansi terkait dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VI, telah berupaya dalam mengatasi sedimentasi yang sangat besar, yaitu dengan membuat Check Dam di depan Bendung, namun dengan tingkat sedimentasi yang tinggis Check Dam tidak menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Sendimentasi yang sangat besar disebabkan oleh Perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi perladangan dan sumber galianC. Disamping itu juga disebabkan longsoran tebing di sepanjang aliran Sungai Batang Merao yang menyebabkan material pasir dan tanah terbawa oleh arus sungaI masuk kebendung. Kapasitas bendung Siulak Deras untuk mengaliri sawah yang efetifnya adalah : 9,068 M3/dt dengan total luasan area yang dapat digenangi adalah : 4.369 Ha. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan kemampuan bendung yang dapat diairi saat ini adalah: 1,715 M3/dt. Dengan luasan areal yang dapat dialiri 1,063,97 Ha Jadi hanya 22,94 % yang dapat . Hal ini akan berdampak pada Sosial, ekonomi masyarakat petani pengguna air, jika dihitung indeks Risiko antara Hazard/Bahaya dalam hal ini adalah Sedimentasi dan Vulnerability/Kerentanan dalam hal ini Hasil Pertanian dan Capasity adalah Kemampuan Pemerintah dalam menangani sedimentasi. Dari ketiga komponen tersebut maka didapat angka risiko: 18,00 maka tergolong “- Tinggi – Sangat Tinggi ” maka tindakan nya adalah Mitigasi menyeluruh dan kontigensi planning harus segera disusun dilaksanakan.

Kata Kunci : Indeks Risiko, sedimentasi, kebutuhan debit.

1. PENDAHULUAN

Untuk menunjang perta rtanian khususnya persawahan di Kabupaten salah lah satunya adalah Irigasi Siulak Deras. Memiliki luas w s wilayah penyairan 5.819 Ha dengan pembagian 3.14 n 3.148 Ha Saluran kanan dan 2.671 Ha saluran Kiri. Be Bendung Siulak Deras berasal dari Sungai Batang ng Merao yang terletak di Kecamatan Siulak Kabupaten ten Kerinci (Balai Besar Wilayah Sungai Sumat atera VI). Sementara itu kebutuhan air disaluran pemba bawa terus berkurang dikarenakan tidak maksima malnya air masuk di pintu (intake), hal ini disebabkan pe n penumpukan sedimen di pintu bendung.

Upaya Pemerintah mela elalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Suma umatera VI Provinsi Jambi telah mengantisifasi yaitu deng dengan pembuatan Check DAM yang berjarak lebi ebih kurang 500 m diatas bendung, namun dikarenakan an tingginya sedimentasi yang terjadi sehingga Che Chek Dam tersebut tidak mampu untuk menahan laju aju sedimen menuju bendung Siulak Deras, da , dan disamping itu juga pembersihan telah dilakukan de n dengan cara pengerukan sedimen di lokasi Chek hek Dam dan Bendung Sei. Siulak Deras Namun dikerjak jakan oleh pihak swasta yang dikuatirkan akan m n membahayakan bagunan tersebut jika dikerjakan denga ngan tidak prosedural oleh O&P.

G Gambar 1: Pengerukan Liar di Cekdam Siulak Der eras

Sedimentasi yang terja erjadi adalah Pengaruh atau interaksi manusia p a pada suatu DAS yang mencakup pengelolaan tanam naman dan praktek konservasi tanah yang tidak ak sesuai dengan kaidah konservasi, sangat mempenga garuhi erosi, yaitu adanya percepatan erosi (accele elerated erotion ). Apabila pada suatu DAS dilakukan pen penebangan terhadap berbagai pohon dan penamba bangan Galian C maka ini berarti pengurangan terhadap ap vegetasi penutup tanah, dan penambahan lua luas bagian yang terbuka. Apabila terjadi presipitasi ma maka akan terjadi peningkatan daya pukul curah rah hujan, limpasan, dan terjadi erosi. Meningkatnya e a erosi dan tanah longsor di daerah tangkapan ai air pada akhirnya akan meningkatkan muatan sedim imen yang dibawa oleh air hujan.

Selain adanya penebang angan hutan/pohon-pohon, sehingga meningkatnya nya erosi dan sedimentasi dapat disebabkan karena berk erkembangnya wilayah pemukiman akibat adanya ya peningkatan jumlah penduduk. Pada akhir-ak -akhir ini banyak wilayah pemukiman dan dan pekarangan tanahnya Selain adanya penebang angan hutan/pohon-pohon, sehingga meningkatnya nya erosi dan sedimentasi dapat disebabkan karena berk erkembangnya wilayah pemukiman akibat adanya ya peningkatan jumlah penduduk. Pada akhir-ak -akhir ini banyak wilayah pemukiman dan dan pekarangan tanahnya

Permasalahan yang ter terjadi di Bendung Siulak Deras saat ini, adalah lah besarnya volume laju sedimen yang terjadi menuju B nuju Bendung , sehingga bendung tertutup oleh sedime dimentasi berupa pasir yang dibawa oleh air, sehingga kapa kapasitas Bendung tidak dapat mencukupi kebutuha uhan debit (Q) pengaliran air kesawah, disamping itu k u keterbatasan anggaran O&P hanya mampu untuk untuk pembersihan sedimen dua kali dalam satu tahun , se sementara dengan kondisi yang ada sedimen harus rus dibersihkan sekurang- kurangnya dua bulan sekali. li. Ini merupakan problematik yang dialami pada da Bendung Siulak Deras Kabupaten Kerinci. Dilain n pihak kebutuhan air bagi petani dalam berc bercocok tanam sangatlah tergantung dari suplai Irigasi asi Siulak Deras, hal ini akan membawa dampa pak sosial ekonomi bagi masyarakat.

Gambar 2 : Kondisi Bendung T g Tertimbun Sedimen Gambar 3 : Kondisi Saluran ran Primer Kekurangan Air

2. TINJAUAN PUSTAK KA

2.1. Daerah Aliran Sungai ( ai (DAS)

Daerah Aliran Sungai ai atau sering di singkat DAS (cathment, water tershed, drainage basin) menurut Linsley (1991) dalam lam Litbang Dephut. (1999) adalah daerah yang d g dialiri oleh sungai atau sistem sungai yang saling be berhubungan sedemikian rupa sehingga aliran ya yang berasal dari daerah tersebut keluar melalui aliran an tunggal.

Daerah Aliran Sungai ai ( DAS ) merupakan suatu wilayah daratan y yang secara topografik dibatasi oleh punggung-pun unggung gunung yang menampung dan meny enyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya k ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tan tersebut dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA TA atau catchment area) yang merupakan sua uatu ekosistem dengan

unsur utamanya terdiri a atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetas etasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sum t sumberdaya alam (Asdak, 2004).

Daerah Aliran Sungai gai (DAS) biasanya di bagi menjadi daerah hulu, te , tengah, hilir dan pesisir. Sistem ekologi DAS bagian an hulu pada umumnya dipandang sebagai suatu atu ekosistem pedesaan. Ekosistem DAS hulu terdiri at i atas empat komponen utama, yaitu desa, sawah/lad /ladang, sungai dan hutan. Di dalam ekosistem DAS te terdapat hubungan timbal-balik antar komponen ponen. Fungsi suatu DAS Daerah Aliran Sungai gai (DAS) biasanya di bagi menjadi daerah hulu, te , tengah, hilir dan pesisir. Sistem ekologi DAS bagian an hulu pada umumnya dipandang sebagai suatu atu ekosistem pedesaan. Ekosistem DAS hulu terdiri at i atas empat komponen utama, yaitu desa, sawah/lad /ladang, sungai dan hutan. Di dalam ekosistem DAS te terdapat hubungan timbal-balik antar komponen ponen. Fungsi suatu DAS

2.2. Penggunaan Lahan dan Perubahannya

Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lampau dan masa kini yang bersifat mantap dan mendaur (PP No. 150 tahun 2000 ). Sedangkan menurut Sitorus (2001) lahan (land) didefinisikan sebagai bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah hasil usaha manusia dalam mengelola sumber daya yang tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

Menurut Soeryanegara (1978) dalam Sinaga (2007: 12) terdapat tiga aspek kepentingan pokok di dalam penggunaan sumber daya lahan, yaitu 1) lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal, tempat bercocok tanam, memelihara ternak, memelihara ikan dan lainnya, (2) lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa, dan (3) lahan mengandung bahan tambang yang bermanfaat bagi manusia.

2.3. Hidrologi DAS

Hidrologi atau tata air DAS adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang keadaan kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran menurut waktu dan tempat serta pengaruhnya terhadap kondisi DAS yang bersangkutan. Hakekat DAS selain sebagai suatu wilayah bentang lahan dengan batas topografi serta suatu wilayah kesatuan ekosistem, juga merupakan suatu wilayah kesatuan

hidrologi. DAS berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses hidrologi yang mengubah input menjadi output. Input yang dimaksud adalah berupa air hujan (presipitasi), sedangkan output atau keluarannya adalah berupa debit aliran dan/atau muatan sedimen. Dalam sistem DAS terdapat hubungan antara kawasan hulu dengan kawasan hilir. Segala pengelolaan yang dilakukan di hulu merupakan cerminan dari apa yang terjadi di hilir. Sungai sebagai komponen utama dalam DAS merupakan tali pengikat antara hulu dan hilir DAS. Sungai dapat menjadi potensi penyeimbang yang ditunjukkan oleh daya gunanya antara lain untuk pertanian, energi dan transportasi, namun juga dapat mengakibatkan banjir, pembawa sedimentasi, pembawa limbah dan dampak kegiatan lain. Aktivitas penebangan hutan di hulu akan menyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir, demikian juga aktivitas industri di hulu sungai menyebabkan polusi air di hilir sehingga masyarakat pengguna air di hilir dirugikan. Sebaliknya upaya konservasi dan rehabilitasi hutan di hulu akan memperbaiki tata air dan memperkecil sedimentasi dan banjir di daerah hilir.

2.4. Erosi dan Sedimentasi

Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi atau sedimentasi adalah pengendapan Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi atau sedimentasi adalah pengendapan

2.5. Pengertian Risiko (Risk)

Risiko (risk) didefenisikan sebagai nilai kehilangan atau nilai dugaan dari kerugian (kematian, luka-luka, proferti) yang diakibatkan oleh suatu bencana. Risiko bencaana merupakan fungsi dari bahaya (hazard), dan kerentanan (vulnerability). (ADRC, dalam Zayinul Farhi,2012).

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran, lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan, dalam artilain risiko adalah sesuatu yang bersipat virtual yang mengancam atau menghambat kemapuan masyarakat atau organisasi nirlaba dalam mencapai misinya. Secara rumusan risiko dapat diuraikan sebagai berikut:

Risiko = Bahaya x Kerentanan x Ketidakmampuan

Bila ketiga unsur tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan sebuah kejadian tersebut risiko.

Bahaya/Ancaman

RISIKO

Ketidakmapua n

Kerentanan

Gambar 4. Variabel Risiko

2.5.1. Bahaya (hazard)

Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Aspek bahaya ada 5 macam yaitu: (1). Aspek geologi, gempabumi, tsunami, gunung api, gerakan tanah atau tanah longor. (2) Aspek hidrometeorologi, banjir, kekeringan, angin topan, gelombang Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Aspek bahaya ada 5 macam yaitu: (1). Aspek geologi, gempabumi, tsunami, gunung api, gerakan tanah atau tanah longor. (2) Aspek hidrometeorologi, banjir, kekeringan, angin topan, gelombang

- Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah menyelidiki, mengidentifikasi dan mencatat jenis-jenis bahaya, penyebabnya dan dampak yang ditimbukannya. Pengetahuan tentang bahaya sangat diperlukan dalam identifikasi bahaya. Sumber data untuk identifikasi bahaya sangat tergantung dari situasi. Identifikasi yang sederhana mungkin membutuhkaan data sukup simple dan identifikasi yang lengkap memerlukan kajian yang lebih mendalam.

- Penilaian Bahaya Penilaian bahaya adalah mengamati dan menilai probabilitas terjadinya suatu kejadian ektrim didaerah tertentu dalam waktu tertentu dengan intensitas dan durasi tertentu terhadap suatu populasi penduduk atau masyarakat yang diperkirakan terancam.

2.5.2. Kerentanan (vulnerability)

Kerentanan (vulnerability) adalah tingkat kemungkinan suatu objek bencana yang terjadi dari masyarakat, struktur, pelayanan atau geografis mengalami kerusakan atau gangguan akibat dampak dari bencana atau kecenderungan sesuatu benda atau makluk rusak akibat bencana (menurut UNDP/UNDRO, 1995). Tingkat kerentanan ada 3, yaitu: (1). Fisik (insfrastruktur), (2). Sosial. (3). Ekonomi.

- Penilaian Kerentanan

Penilaian kerentanan merupakan kajian tentang dapatnya suatu sistem atau unsur untuk menyesuaikan, menghindari, menetralisir atau menyerap dampak dari kejadian bahaya. Kerentanan dapat dinilai dari potensi kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian bahaya.

2.5.3. Ketidakmampuan

Ketidakmampuan adalah suatu keadaan atau kondisi seorang atau sekelompok orang yang mana mengalami ketidak berdayaan menghadapi atau merima atas suatu kejadian yang dialaminya. - Kesiapsiagaan. Menurut Charter (1991) dalam Zayinul Farhi, (2012). Mendefinisikan kesiapsiagaaan bencana dari suatu pemerintah, kelompok masyarakat dan individu adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna.

2.6. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah suatu metodologi untuk mendapatkan proses dan keadaan risiko melalui analisis potensi bahaya (hazard) dan evaluasi kondisi terkini dari kerentanan yang dapat berpotensi membahayakanorang, harta, kehidupan, dan lingkungan tempat tinggal. (ISDR-Living with Ris, 2001 dalam Muntohar, 2012) Dalam penilaian dibagi atas bebeapa tahapan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Tahapan Penelian Risiko

R IS FAKTOR IDENTIFIKASI RISIKO K

A HAZARD/BAHA AYA VULNERABILITI/KAPASITA AS RN

IS

A Determi rmines KL

AY

Geographical cal,location, Determines Susceptibility & capa capacities S

S intensity, and p nd probability

IS S

ES

Estimates Level of risk

SM

Evaluates risk

NT

Socio-econom onomi cost/benefit analysis, Establihment of prioritie ities, Establishment of of acceprtable levels of risk, Elaboration of scenari arios and

measures Sumber : (ISDR-Living with Ris, 2001)

2.7. Kedudukan Pengkajian an Risiko Bencana

Kajian risiko bencana m a menjadi sumber informasi sebagai dasar penyusuna usunan perencanaan terkait bencana. Dalam pengkajian R n Risiko Bencana Direktorat Pengurangan Risiko B o Bencana membuat suatu bagan yang gunanya untuk me mempermudah dan terarah dalam pengkajian risiko iko bencana, adapun bagan nya seperti dambar dibawah ini h ini:

Sumber: Direktorat P at Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegaha han dan Kesiapsiagaan

Gambar 5. Kedudukan Pengkajian Risiko Benc G ncana Rencana Penanggulangan B Bencana

Rencana penanggulanga ngan bencana dapat dilakukan ada 4 (empat) renca ncana yang nantinya akan dilakukan secara berurutan. Ada Adapun rencana tersebut adalah:

- Rencana Mitigasi Bencana

Rencana mitigasi bencana bertujuan untuk mengurangi risiko bencana, dengan membuat perencanaan jangka panjang dengan rencana biaya tak terhingga. Hal ini dilakukan sebelum terjadinya bencana

- Rencana Kontijensi Bencana

Rencana Kontijensi Bencana dilaksanakan dalam waktu yang mendesak dan merupakan rencana jangka pendek, tidak memerkukan dana yang besar dalam melaksanakan rencana kontijensi. Yang bertujuan untuk memudahkan orang menyelamatkan diri dari kondisi tidak aman ke lokasi pengungsian. Rencana Kontijensi hanya bisa berfokus menangani satu jenis bencana.

- Rencana Operasi Darurat Bencana

Rencana Operasi Darurat Bencana adalah suatu rencana yang dibuat setelah bencananya terjadi yang bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan rial yang ada dilapangan. Rencana operasi merupakan perwujudan bagian dari rencana kontinjensi. Yang memiliki jangka waktu tertentu yaitu selama 14 (empat belas hari) dan dapat diperpanjang lagi. Dalam kegiatan BPBD atau BNPB biasanya sering disebut dengan status darurat bencana.

- Rencana Pemulihan Bencana

Rencana pemulihan Bencana dilaksanakan setelah berakhirnya masa tanggap darurat (14 hari). Adapun syarat untuk pembuatan Rencana pemulihan bencana harus adanya kajian kebutuhan pasca bencana yang dihitung berdasarkan kerusakan yang terjadi.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat

Penelilitian dilakukan di Bendung Sungai Siulak Deras Desa Lubuk Nagodang Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Secara Geografis terletak pada koordinat : S= 1 55,23 E= 101 19,10 dengan Elevasi = 954 m dpl.

3.2. Sumber Data.

Data-data yang diperoleh untuk penelitian ini terdiri dari :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan, biaik dalam pengamatan fisik, maupun pengambilan data secara wawancara mendalam dengan responden yang dipandu dengan pertanyaan terarah. Data primer tersebut digunakan untuk mengungkap permasalahan dan mencari masukan permasalahan, baik kondisi fisik yang dibuat oleh manusia maupun sosial ekonomi penduduk.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diambil dari instansi terkait yang berhubungan dengan sedimentasi dan pertanian kususnya padi. Adapun data sekunder yang diperlukan adalah:

1. Data Curah hujan, sumber data dari BMKG Kabupaten Kerinci.

2. Data Penggunaan Lahan tahun 2010-2016 dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi.

3. Data Keadaan umum wilayah, kondisi sosial ekonomi dan lain-lain yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kerinci.

4. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Kerinci berdasarkan mata pencarian yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kerinci.

5. Data Luasan Areal Pertanian, Debit Rencana Bendung Siulak deras yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VI.

6. Peta Kabupaten Kerinci yang diperoleh dari Bappda Kabupaten Kerinci .

7. Laporan Penelitian, Jurnal dari instansi / badan lain yang relevan. Sedangkan data primer adalah data yang diambil langsung dilokasi penelitian baik berupa Survei maupun berupa quisioner atau pun pertanyaan langsung yaang didapat di lokasi.

3.3. Teknik Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dari Kuantitatif, Observasi dan Wawancara. Penelitian Kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Observasi melakukan tinjauan langsung kesuatu objek penelitian untuk mendapatkan data-data primer yang kemudian di perkuat dengan metode wawancara terhadap instansi atau perorangan yang berkompoten dalam penelitian ini. Data dari observasi nantinya akan didukung oleh data wawancara, data yang dikumpulkan bersifat verbal non verbal, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data verbal (Natsir, 1988:69-72).

3.3.1. Perhitungan Angkutan Sedimen

Angkutan sedimen yang didapatkan bertujuan untuk menentukan parameter hazard yang berhubungan dengan kemampuan kapasitas bendung terhadap laju sedimentaasi. Adapun Rumusan Empiris adalah sebagai berikut:

a. Rumus Meyer – Petter Muller :

Volume pengangkutan sedimen (t= 60 mennit) QS = ( –)

Dimana : QB

= Berat Sedimen persatuan waktu (kg/(detik)(m)) QS 3 = Volume Pengangkutan Sedimen (m /jam)

qB = Laju bebas alas (kg/(detik)(m)) γ 3 = Berat Jenis Air (Kg/m )

γs 3 = Berat Jenis Sedimen (Kg/m ) Rb = H=d = Jari-jari hidrolis diambil Tinggi air

(m)

k/k’ = Diambil 1

D = Diameter Pasir (m)

B = Lebar Sungai (m) ῤ

= Rapat Jenis Air

b. Rumus Schocklitsch :

qB = 2500S 3/2 (q – qc) q =d.U

(1944). (10 D) qc =

QB = B . qB

Volume pengangkutan sedimen (t= 60 mennit) QS = ( –)

Dimana : QB = Berat Sedimen persatuan waktu (kg/(detik)(m))

QS = Volume Pengangkutan Sedimen (m 3 /jam) S = Kemiringan Sungai

U = Kecepatan Aliran (m/detik) `

D = Diameter Pasir (m) qc = Laju perpindahan sedimen (kg/(detik)(m))

3.3.2. Survey Debit Existing

Survey Debit existing dilakukan metode sederhana dengan cara menghanyutkan bola di atas pemukaan air. Lokasi pengukuran debit dengan metode pelampung harus dipilih pada bagian alur sungai yang brelatif lurus dan arus konstan.

3.3.3. Kajian Luasan Areal Existing

Dalam penelitian ini juga dikaji perhitungan luas areal existing yang dapat digenangi atau bisa didapat data kebutuhan debit dari instansi terkait, apakah dengan debit existing yang ada dapat mengaliri areal persawahan atau telah terjadi pengurangan luasan areal yang bisa diairi. Perhitungan luas areal ini hanya sebagai pembanding antara luas yang dapat digenangi dengan luas total areaal irigasi, jadi dengan menggunakan formula sederhana tidak menggunakan rumusan secara mendetail. Perhitungan luas areal sawah dapat dihitung dengan mengunakan rumus:

= Dimana :

A = Luas areal yang digenangi (Ha) Q

= Debit Air (m3/dt) Eff

= Efisiensi saluran pembawa (Primer =100%, Sekunder = 90% Tersier = 80%) IWR = Kebutuhan Air disawah (1,612 liter/dt/Ha)

3.3.4. Penilaian Indeks Risiko

Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks risiko adalah:

Risk (R) = H (Hazard) x V (Vulnerability)

Dimana : R = Risk

H = Hazard / bahaya, komponennya adalah : Kapasitas Bendung, dan Probabilitas lama kejadian

V = Vulnerability / Kerentanan, adapun komponennya adalah : Persentase Luas Area , Persentase Jumlah penduduk dan Kemampuan untuk Merespon.

a. Komponen hazard / Bahaya

Tabel 2. Komponen Hazard / bahaya

Kapasitas Bendung Probabilitas / Kemungkinan lama kejadian Kapasitas Bendung menampung

Lama Kejadian Penumpukan Sedimen pada bendung diatas sedimen akan terisi penuh dalam 80% dari Tinggi Bendung untuk setiap tahunnya waktu

Kurang dari 2 bulan

5 Sangat Sering, kejadiannya terjadi selama 10 Bulan

2 – 4 Bulan

4 Sering, Kejadiannya terjadi selama 8 bulan

4 – 6 Bulan

3 Sedang, kejadiannya terjadi selama 6 bulan

6 – 8 Bulan

2 Jarang, Kejadiannya terjadi selama 4 bulan

8 – 12 bulan

1 Sangat Jarang, Kejadiannya terjadi selama 2 bulan

Untuk menentukan kapasitas bendung dilakukan dengan kajian Analisis, begitu juga untuk mendapatkan Probabilitas / Kemungkinan lama kejadian dihitung dengan analitis.

b. Kompoen Vulnerability / Kerentanan

Tabel 3. Komponen Vulnerability / Kerentanan

Kapasitas (C) % Luas Area

Vulnerability (V)

% Jumlah Penduduk

Kemampuan untuk merespon

Prosentase perbandingan

Prosentase perbandingan Kemampuan Pemerintah

antara jlm penduduk yang

Area yang digenangi dalam menangani sedimen di

terancam dengan jumlah

dengan Area Total Bendung Siulak Deras

penduduk pemanfaat

0 - 20 %

5 0 - 20 %

1 1 x dalam 1 tahun

20 - 40 %

4 20 - 40 %

2 2 x dalam 1 tahun

40 - 60 %

3 40 - 60 %

3 3 x dalam 1 tahun

60 - 80 %

2 60 - 80 %

4 4 x dalam 1 tahun

80 - 100 %

1 80 - 100 %

5 6 x dalam 1 tahun

Untuk mentukan persentase luasan area dan persentase jumlah penduduk dilakukan dengan Analisis sedangkan Kemampuan untuk merespon dilakukan dengan interviu.

c. Perhitungan Yang digunakan Rumus : R = H x V

H = (Kapasitas + Probabilitas) / 2

V = (Persentasse luas Area + Persentase Jumlah Penduduk + Kemampuan merespon) / 3

d. Matrik Risiko

Gambar 6. Matrik Risiko

e. Kategori Risiko dan Tindakannya

Tabel 4. Kategori Risiko dan Tindakannya

Nilai

Tingkat

Faktor Risiko Tindakan

Risiko

Risiko

Mitigasi menyeluruh dan kontigensi

Kelas A ;

Sedimentasi

20 -25

planning mendesak disusun

sangat Tinggi

dilaksanakan

Mitigasi menyeluruh dan kontigensi Sedimentasi

Kelas B :

15-20

Timggi-sangat

planning harus segera disusun

tinggi

dilaksanakan

Kondisi risiko yang cukup tinggi Sedimentasi

Kelas C:

10-15

Sedang –

dipertimbangkan untuk perencanaan

Tinggi

dan mitigasi lebih lanjut

Kondisi risiko rendah dengan Sedimentasi

Kelas D:

05-10

Sedang –

tambahan mitigasi dan kontigensi

Rendah

planning sebagai saran

Kondisi risiko yang sangat rendah Sedimentasi

Kelas E:

0-5

Rendah -

namun rencana kontigensi planning

Sangat Rendah

tetap ada

3.3.5. Metode Observasi.

Metode Observasi dilakukan untuk pengambilan data-data yang dibutuhkan langsung kelapangan seperti pengukuran Data Debit Saluran dan Debit Sungai. Data debit sungai dilakukan pada aliran sungai yang masuk kebendung yang berjarak lebih kurang 100 diatas bendung, sedangkan

3.3.6. Metode Wawancara. ara.

Metode Wawancara pa a pada penelitian ini dilakukan kepada narasumber y ber yang berkompoten. Dimana ada dua permasalahan y han yang harus dilakukan wawancara untuk diminta nta keterangannya atas permasalahan yang dimaksud. ud.

4. HASIL DAN PEMBAH AHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Kapasitas Bendung Siu g Siulak Deras Menampung Sedimen

a. Volume Bendung Siulak D k Deras

Dari data sekunder yang di didapat untuk Bendung Siulak Deras adalah: Elevasi Dasar Mercu : 887,5 887,500 M Dpl Elevasi Top Mercu

: 892,000 M Dpl

Tinggi Mercu

: 892,000 – 887,500 = 4,50 m

Lebara Bendung

: 30,00 m

Panjang Bendung

: 43,70 m

Volume Bedung

: 30,00 m x 43,70 m x 4,50 m : 5.899,50 M3

Gambar 7. Typical Mercu

b. Perhitungan Angkutan Se Sedimen

Untuk menghitung a angkutan sedimen yang mengalir ke Bendung ung Siulak Deras dapat menggunakan beberapa rumus us pendekatan dalam penelitian ini dibatasi mengg nggunakan rumus Meyer – Petter Muller dan rumus Schoc hocklitsch , untuk sebagai pendukung perhitungan te n tersebut diperlukan data- data sebagai berikut: Data Sungai Batang Merao da o dari hasil pengukuran: Lebar Sungai (B)

= 6,5 m

Tinggi Air (H)

= 0,47 m

Kecepatan Aliran (U)

= 0,7578 m/dt

Kemiringan Sungai (S) = 0,002

c. Rumus Meyer – Peter :

= Berat Jenis Air

= 1000 Kg/m3

γs = Berat Jenis Sedimen = 2650 Kg/m3 Rb = H=d = Jari-jari hidrolis = Tinggi air = 0,47 m k/k’

= diambil 1

D -3 = Diameter Pasir = 0,85 mm = 0,85 x 10

B = Lebar Sungai = 6,5 m ῤ

= Rapat Jenis Air (1)(0,47). (1) /

(0,85x(10) )(2,65 − 1,00) 9,8 (0,85x(10) )(2,65 − 1,00) 0,4733

337,4456 = 832,9682 qB q’B 2/3

= 382,6500/ 832,9682 q’B

= 0,2578 kg/(dt)(m)

qB = 0,4141 kg/(dt)(m) QB

= 7,6 x 0,4141 = 3,1473 kg/dt

Volume pengangkutan Sedimen (t= 60 menit) QS = ( γ – γ) 3600

QS = 3600 QS = 6,8668 m3/jam

d. Rumus Schocklitsch :

qB = 2500S 3/2 (q – qc)

qc = S /

QB = B . qB

Dimana : S = Kemiringan Sungai = 0,002 U = Kecepatan Aliran = 0,398 m/dt

D = Kedalaman Aliran = 0,473 m Maka: q

= 0,473 x 0,398 = 0,1884 m3/(detik)(m)

0,00543 = 0,00304 kg / (detik)(m)

qB = 2500 x 0,002 3/2 (0,1884 – 0,00304) = 1,3108

QB = 7,60 x 1,3108 = 1,4088 kg/(detik)(m) Volume pengangkutan Sedimen (t= 60 menit) QS = ( γ – γ) 3600

QS =

QS = 3,0738 m 3 /jam Dari kedua metode tersebut diambil nilai rata-ratanya :

Angkutan Sedimen (QS) =

2 = 4,9703 m 3 /jam

= 119,29 m 3 / hari

Jadi volume angkutan sedimen per hari adalah = 119, 29 m 3 Jika Volume tampungan bendung = 5.899,5 m 3

Maka bendung akan penuh terisi sedimen selama = 49 hari atau 1,65 bulan Dari perhitungan diatas maka “Kapasitas Bendung menampung sedimen akan terisi penuh dalam waktu 1,65 bulan atau kurang dari 2 bulan, jadi skornya adalah 5 (lima).”

4.1.2. Probabilitas atau Kem emungkinan Lama Kejadian

Dari hasil opservasi da i dan wawancara lapangan terhadap penjaga bendu ndung menyatakan bahwa Operasional dan Pemeliharaan aan dilaksanakan setiap bulan April atau Mei dan O n Oktober atau November, pada saat itu bendung di bers bersihkan dengan cara pengerukan sedimentasi, sehi ehingga tampungan air di bendung menjadi 100%, seme mentara itu dalam waktu dua bulan kemudian bend bendung akan penuh berisi sedimen lagi. Untuk selanjutny utnya dapat dibuatkan perbandingan antara tinggi gi sedimen dan tinggi air dibendung berdasarkan asums msi diatas seperti pada Tabel 5. dibawah ini:

Tabel el 5. Tinggi Sedimen dan Air Dalam Satu Tahun un

Perbandingan Pe Bulan

Tinggi Sedimen

Tinggi Air

Ting inggi Sedimen Dengan Mercu Deng Januari

0 100,00 April (Pengerukan)

0 100,00 Oktober (Pengerukan) n)

Untuk lebih jelas Juga dapat di t dilihat keadaan tinggi sedimen dan tinggi air dalam lam grafik dibawah ini:

Grafik fik 1. Tinggi Sedimen dan Air Dalam Satu Tahun ahun

Dari tabel dan grafik diatas dapat diuraikan bahwa sedimentasi akan penuh sampai di top mercu pada bulan Desember s/d Maret dan Juni s/d September , jadi jika di jumlahkan ada 8 (delapan) bulan dalam setahun sedimen penuh di Bendung Siulak Deras.

Jika di tinjau dari komponen bahaya yaitu Lama kejadian penumpukan sedimen pada bendung diatas 80% dari tinggi Bendung untuk setiap tahunnya adalah katagori “Sering, Kejadian

terjadinya selama 8 bulan” dengan skor 4 (empat).

4.1.3. Persentase Luas Area

Persentase luas area yang dimaksud adalah “Persentase perbandingan jumlah area yang terdampak terhadap jumlah area pemanfaat”

A. Perhitugangan Debit Existing

Perhitungan debit exiting dapat dilakukan dengan cara percobaan yang dilakukan dilapangan, Debit yang dihitung adalah debit pada saluran Primer Kiri dan Saluran Primer Kanan, adapun langkah- langkah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1). Perhitungan Kecepatan aliran

Percobaan perhitungan kecepatan aliran dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu lokasi. Dikarenakan saluran pembaya ada dua yaitu saluran primer kiri dan saluran primer kanan, maka total percobaan ada enam kali, dengan menggunakan persamaan berikut kita dapatkan kecepatan aliran.

= Dimana :

V = Kecepatan Aliran = Va x Koef (m/dt) Va = Kecepatan Arus (m/dt)

Koef = Koefisien aliran = 0,65 L

= Panjang lintasa (m) T

= waktu yang ditempuh (dt) Selengkapnya untuk hasil percobaan dapat dilihat pada tabel 6. dibawah ini:

Tabel 6. Perhitungan Kecepatan Aliran

panjang Waktu Tinggi Kecepatan Kecepatan Lokasi

Data

Pelampung

Lintasan Tempuh Muka

Arus Aliran

(m)

(detik) Air (m)

(m/dt) (m/dt)

1,170 0,760 Sal.

1 Bola Pimpong

2 Bola Pimpong

3 Bola Pimpong

1 Bola Pimpong

2 Bola Pimpong

3 Bola Pimpong

Rata-rata

2). Perhitungan Luas Penampang Basah (A)

Setelah didapat kecepaatan aliran untuk selanjutnya dilakukan perhitungan luas penampang basah dengan menggunakan persamaan berikut:

A = (b + m x h) x h

Dimana :

A = Luas Penampang Basah (m2)

b = Lebar dasar saluran (m)

h = Tinggi air (m) m

= kemiringan talud jadi : selengkapnya perhitungan luas penampang basah dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Perhitungan Luas Penampang Basah

luas No

Saluran (m)

(m2)

1 Sal. Primer Kiri

0 1,080 Sumber : Hasil Perhitungan

2 Sal. Primer Kanan

3) Perhitungan Debit Existing (Q)

Selanjutnya dilakukan perhitungan debit existing pada masing saluran kiri dan kanan, dengan menggunakan persamaan:

Q=VxA

Dimana : Q

= Debit existing (m3/dt)

V = Kecepatan aliran (m/dt)

A = Luas Penampang Basah (m2) Untuk perhitungan lengkap dapat dilihat pada tabel 8. dibawah ini:

Tabel 8. Perhitungan Debit Existing

Total

Debit Debit No

(m3/dt) (m3/dt)

(m/det)

(m2)

1 Sal. Primer Kiri

0,784 Sumber : Hasil Perhitungan

2 Sal. Primer Kanan

4) Perhitugan Luas Area Existing

Perhitungan luas areal sawah yang dapat dialiri oleh air dari sumber Irigasi Bendung Siulak Deras dapat dihitung dengan mengunakan rumus: =

Dimana :

A = Luas areal yang digenangi (Ha) Q

= Debit Air (m3/dt) Eff

= Efisiensi saluran pembawa (Primer =100%, Sekunder = 90% Tersier = 80%) IWR = Kebutuhan Air disawah (1,612 liter/dt/Ha)

Maka untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 9. dibawah ini:

Tabel 9. Perhitungan Luas Area yang dapat diairi

A Total Kode

IWR

Eff

Luas Luas No

Debit

(ltr/dt/ha)

saluran

Lokasi

(m3/dt)

Primer

Areal Areal

(Ha) (Ha)

1 Sal. Primer Kiri

100,000 498,456 Sumber : Hasil Perhitungan

2 Sal. Primer Kanan

Jadi total luas yang dapat diari saat ini adalah : 1.063,726 Ha. Dari data sekunder Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI luasan rencana awal Daerah Irigasi Siulak Deras adalah = 5.819

ha. Karena secara teknis saluran pembawa tidak selesai 100% sehingga luasan efektif yang dapat digenanggi adalah sebesar = 4.639 ha. Yang terdiri dari Saluran Primer Kiri = 2.138 Ha dan Saluran Primer Kanan 2.501 Ha. Perbandingan Luas Existing dengan Luas Total :

% Luas = (1.063,97 / 4,639,00) x 100% = 22,94 % Perbadingan luas area yang dapat diairi saat ini dengan luas area rencana dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini:

Tabel 10. Perbandingan Luas Area Existing Terhadap Luas Area Total

Perbandingan No

Lokasi

Luas

Luas Area

Saluran

Areal Total Priode Desember

Existing dg

(Ha)

(Ha)

luas total

1 Sal. Primer Kiri

2 Sal. Primer Kanan

Sumber : Hasil Perhitungan

Jadi perbandingan antara luas area yang dapat digenangi dengan luas areal pemanfaat adalah : 22,94 %

, hal ini termasuk dalam kelompok ( 20% - 40%) jadi skornya adalah 4.

Selanjutnya untuk menentukan sebaran data tahunan adalah dalam tabel 11 dan grafik 2 berikut:

Tabel 11. Luasan Areal Dalam Satu Tahun

Luas Genangan

Luas Genangan (Ha)

) 5.000,00 a

H ( 4.000,00 g a n 3.000,00

n a n 2.000,00 e

G 1.000,00

Luas Genangan

(Ha)

Lu

Grafik 2. Luas Genangan Dalam Satu Tahun

4.1.4. Persentse Jumlah Penduduk

Persentase Jumlah penduduk yang dimaksud adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang terancam dengan jumlah penduduk pemanfaat, hal ini dapat ditentukan sebagai berikut: Jumlah penduduk pemanfaat Bendung Siulak Deras terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu: 1) Kecamatan Siulak, 2) Kecamatan Siulak Mukai, 3) Kecamataan Air Hangat Barat, 4) Kecamatan Air Hangat, 5) Kecamatan Air Hangat Timur dan 6) Kecamatan Depati Tujuh. Dari data BPS ( Kerinci Dalam Angka, 2015) menyatakan 63,31 % penduduk Kabupaten Kerinci Bertani, dari yang berprofesi sebagai petani di perkirakan 75% adalah bercocok tanam padi maka dapat dihitung jumlah petani sawah untuk tiap-tiap kecamatan dilihat tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12. Jumlah Penduduk Pemanfaat Irigasi Siulak Deras Penduduk

2 Siulak Mukai

3 Air Hangat Barat

4 Air Hangat

5 Air Hangat Timur

6 Depati VII

Dari perhitungan sebelumnya bahwa diketahui bahwa air irigasi siulak deras dapat mengalir sebesar 22,94 %, jadi jumlah penduduk yang terancam adalah :

= (100% - 22,94 %) x 39.701 = 77,06 % x 39.701 = 30.597 jiwa

Persentase jumlah penduduk terancam terdapat penduduk pemanfaat adalah: = 30.597 / 39.701

= 77,06 % ------> ( 60% - 80%) dengan skor = 4

4.1.5. Kemampuan Untuk Merespon

Yang dimaksud dengan kemampuan untuk merespon adalah kemampuan instansi terkait dalam hal ini adalah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VI dalam menyingkapi masalah sedimentasi yang terjadi pada Bendung Siulak Deras. Menurut hasil wawancara terhadap beberapa sumber yang berkompeten terhadap penanggulangan masalah sedimentasi pada Bendung Siulak Deras antara lain:

- Petugas Operasional Bendung (POB) menyatakan bahwa “ Operasional dan Pemeliharaan (O&P) Bendung Irigasi Siulak Deras ada dilaksanakan, pelaksanaanya dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan April - Mei dan bulan Oktober - November. Dengan cara pengerukan sedimentasi yang terdapat pada bendung, dan juga perbaikan terhadap komponen struktur bendung yang dianggap perlu di rehabilitas sesuai dengan anggaran yang tersedia”.

- Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi bendung menyatakan bahwa “ Pemeliharaan Bendung Siulak Deras ada dilaksanakan, pengerukan secara besar-besaran dilakukan dua kali dalam setahun yaitu awal tahun dan akhir tahun, sedangkan pengambilan atau penambangan pasir dibendung oleh masyarakat dilakukan setiap hari.”

- Ketua Induk Petani Pengguna dan Pemakai Air (IP3A) menyatakan bahwa “ Operasional dan Pemeliharaan (O&P) Bendung Siulak Deras oleh Pemerintah dilakukan dua kali dalam setahun dengan cara pembersihan sedimentasi yang ada dalam bendung, waktu pengerukan pada awal tahun dan akhir tahun, IP3A juga mengajukan surat kepada Balai Wilayah Sungai Sumatera

(BWSS) VI untuk izin pengerukan yang dilakukan oleh anggota IP3A namun namun kecembruan oleh masyarakat mengakibatkan upaya yang dilakukan IP3A terhenti.”

- Pengamat Jaringan Irigasi (Dinas PU Kabupaten Kerinci) menyatakan bahwa “ Pemeliharaan Irigasi Siulak Deras dilakukan dua kali dalam satu tahun, yang dikerjakan berdasarkan anggaran yang dikeluarkan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera VI, sebagai pelaksana Operasional dan Pemeliharaan di serahkan kepada Kasi O&P Dinas PU Kabupaten Kerinci Bidang Sumber Daya Air berdaskan Mou antara Dinas PU Kabupaten Kerinci dan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI.”

- Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI, menyatakan bahwa “ untuk tahun 2017 tidak dianggarkan Pemeliharaan Bendung Siulak Deras dikarenakan dana yang digunakan tidak efektif, terkesan mubazir karena baru saja di keruk satu bulan sudah penuh terisi sedimen kembali, lebih lanjut mengatakan Seharusnya untuk menjaga sedimen agar tidak menumpuk di bendung diminta Petugas Operasonal Bendung (POB) membuka pintu penguras sedimen setiap saat sewaktu sedimen penuh dalam bendung”.

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Bendung Irigasi Siulak Deras sebagai berikut:

1. Selama ini pemeliharaan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pertama pada bulan April – Mei dan pemeliharaan kedua bulan Oktober – November.

2. Untuk tahun 2017 tidak dianggarkan dana Operasional dan Pemeliharaan Bendung karena dinilai tidak efektif.

3. Terlihat ketidak mampuan instansi terkait dalam menangani masalah sedimentasi di Bendung Siulak Deras.

“Jadi kemampuan merespon pemerintah dalam menangani sedimen di Bendung Siulak Deras adalah 2 x dalam 1 tahun maka skornya 4”

4.1.6. Perhitungan Indeks Risiko :

Resume : Komponen Hazard:

1. Kapasitas Bendung “ kurang dari 2 bulan, dengan skor = 5”

2. Probabilitas / Kemungkinan lama kejadian “Sering, kejadiannya terjadi selama 8 bulan, dengan skor 4.” Komponen Vulnerability:

1. Persentase luas Area “ 20– 40% dengan skor = 4.”

2. Persentase Jumlah Penduduk “ 60 – 80% dengan skor = 4.”

3. Kemampuan untuk merespon “ 2 x dalam 1 tahun dengan skor 4.” R=HxV =(5+4)x(4+4+4)

= 4,5 x 4,0 = 18,00

4.2. Pembahasan

Dari kajian diatas didapatkan indeks risiko yaitu 18,00 jika di masukan kematrik risiko maka kategori (15 – 20) dengan tingkat risiko “Kelas B, Tinggi - Sangat Tinggi. Maka tindakannya adalah

Mitigasi menyeluruh dan kontigensi planning harus segera disusun dilaksanakan.” Diharapkan pemerintah segera membuat rencana mitigasi, yang bertujuan untuk mengurangi risiko bencana berupa tingginya laju sedimentasi yang berdampak kerugian pendapatan petani. Dengan membuat perencanaan jangka panjang dan rencana biaya tak terhingga., perencanaan dapat berupa struktur ataupun non struktur. Untuk perencanaan strutur bisa berupa:

- Pengerukan Bendung dan Check DAM secara berkala. - Pembuatan Check DAM pada daerah tertentu di sepanjang Sungai Batang Merao. - Revitalisasi Suplesi yang berpotensi - Pembuatan Turap di pingir sungai yang terdapat permukiman - Reboisasi bagian hulu sungai - Penertiban permukiman dan pembatan saluran drainase.

Sedangkan untuk Perecanaan Non Struktur bisa berupa: - Sosialisasi larangan Penenbangan hutan untuk lahan pertanian. - Sosialisasi bahaya sedimentasi - Sosialisasi pola tanam pertanian pada daerah lereng. - Penertiban Galian C di daerah hulu.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari kajian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

- 3, Angkutan sedimen per hari adalah = 119, 29 m Jika Volume tampungan bendung = 5.899,5 m Maka bendung akan penuh terisi sedimen selama = 49 hari atau 1,65 bulan;

- Total luas yang dapat diari saat ini adalah : 1.063,726 Ha. Sedangkan luasan efektif yang digenanggi adalah sebesar = 4.639 ha. Jadi luasan yang dapat digenangi adalah : 22,94 %; - Persentase jumlah penduduk terancam terdapat penduduk pemanfaat adalah :77,06%; - Indeks risiko Sedimentasi pada Bendung Siulak Deras Terhadap Kecukupan Debit Air disawah

yaitu 18,00.

5.2. SARAN

Perlu adanya perencanaan dan mitigasi yang lebih lanjut guna untuk mengatasi masalah sedimentasi yang cukup tinggi, keterlibatan pemerintah baik Provinsi Jambi maupun Kabupaten Kerinci sangat diharapkan sehingga permasalahan sedimentasi pada bendung Siulak Deras dapat teratasi sehingga tidak berpengaaruh terhadap perekonomian masyarakat pengguna air irigasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Kerinci Tahun 2012-2032 . Anonim, 2014. Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VI. 2014 Andinegara, Subary. 2005. Volume Angkutan Sedimen Dipengaruhi oleh Kecepatan Aliran Kajian

Laboratorium . Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil. Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press Asdak, Chay.

2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Gadja Mada University Press Bella, Resnie. 2014. Analisis Perhitungan Muatan Sedimen (Bed Load) Pada Muara sungai Lilin Kabupaten Musi – Banyuasin . Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. BPS Kabupaten Kerinci, 2015, Kerinci Dalam Angka 2015, Kerinci Hadi, Sri. 1982. Analisa Hidrologi Penerbit Nafiri Offset Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan & Air Strategi Pendekatan dan

Pendayagunaannya. Papas Sinar Sinanti. Jakarta Jayusri, 2012, Analisis Potensi Erosi Pada DAS Belawan Menggunakan Sitem Informasi Geografis,

Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Jun, Du et al. 2011. Impacts of socio-economic factor on sediment yield in the Upper Yangtze River. Journal of Geograpical Sciences. Linsley Ray K dan Joseph B Franzini, 1991, Teknik Sumber Daya Air, Penerbit Erlangga, Jakarta Litbang Dephut. 1999. Laporan studi Pengaruh Karakteristik DAS dan Dampak Pelaksanaan RLKT

terhadap Tata Air di Jawa Timur dan Jawa Tengah. BTP DAS Surakarta. Kimwage, R.J et al. 2007 on sediment loading into lake vivtoria using swat model: a case pf simiyu catchment tanzania, Modelling the impact of land use changes. Jurnal. Kuwandari, Septian Agusning, et al. 2012. Mobilitas sosial nelayang pasca sedimentasi daerah aliran sungai (DAS) . Jurnal Sosiolagi Pedesaan. Msy Efrodina R Alie, 2015. Kajian Erosi Lahan Pada DAS Dawas Kabupaten Musi Banyuasin – Sumatera Selatan . Jurnal. Muntohar, Agus Setyo. 2012. Penilaian Risiko Bencana. Departemen Of civil Engineering- yogyakarta. Mulyanto. 2007. Sungai Fungsi dan Sifat-sifatnya. Grahaa Ilmu. Yogyakarta Sinaga R, 2007. Tesis. S2 Prodi Ilmu Lingkungan PPS Univ. Sebelas Maret Surakarta. Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta; Penerbit Djambatan. Suhartanto, Ery. 2008. Panduan AVSWAT 2000 dan Aplikasinya dibidang Teknik Sumber Daya

Air. Malang. Asrori Malang Supirin, 2002, Pelestarian Sumber Daya Air, Andi, Yoyakarta Triono, rio dkk.2016. Analisis Laju Sedimentasi Terhadap Ketersediaan Air Irigasi dan Arahan

Konservasi pada Bendung Lakitan . Jurnal teknik pengairan. Utomo Hadi, Wani. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang UNDP/UNDRO, 1995, Introduction to Hazard 2nd Edition, Disaster Mangement Training

Programme, University Wisconsin, US. UNESCO/ISDR dan LIPI, 2006, Kajian Kesiapsiagaan masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami ,. Jakarta Putri, ade pradipta, 2012. Pengarus Perubahan Pola Tata Guna Lahan terhadap Sedimentasi di Hulu Sungai ular . Jurnal Wahid, A. 2006. Analisis karakteristik sedimentassi di waduk PLTA Bakaru. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Zayinul Farhi, 2012. Tingkat Kerentanan dan Indeks Kesiapsiagaan masyarakat Terhadap Bencana Tanah Longsor di Kecamatan bantarkawung Kabupaten Brebes . Jurnal

24