PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA GURU TIDAK TETAP DITINJAU DARI PERAN GENDER

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Emosi seperti sedih dan sakit pada umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab kemunculannya, namun tidak dengan kecemasan (Musfir, 2005).

Menurut Freud (dalam Semiun 2006) kecemasan adalah suatu perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sering dirasakan.

Rasa cemas merupakan tanggapan terhadap sebuah masalah. Bila seseorang menyadari bahwa hal-hal yang tidak berjalan dengan baik atau situasi tertentu akan berakhir tidak menyenangkan maka orang tersebut akan merasa cemas. Bagi banyak orang, hal ini akan dialami sebagai serangkaian pikiran dan citra yang mengganggu dan tidak mudah berlaku (Tallis, 1991). Bila kondisi fisik tidak sehat dan sering mengalami cemas atau depresi, maka tubuh akan cepat lelah dan tidak bersemangat, tidak mempunyai selera makan, kegemukan, lekas marah, kulit kusam dan mata memerah/sayu, sulit tidur dan sering merasa bosan (dalam Agustina, 2006).

Setiap orang pernah mengalami kecemasan dan tidak terlepas pula bagi seseorang yang berpofesi sebagai guru tidak tetap. Ketidakpastian tentang status mereka kedepan dan tuntutan kehidupan yang semakin banyak menjadi beberapa faktor utama yang menimbulkan kecemasan. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru tidak tetap menunjukkan bahwa kecemasan yang mereka rasakan muncul karena disebabkan tidak jelasnya nasib serta tidak jelasnya waktu pengangkatan mereka menjadi CPNS/PNS setelah bertahun-tahun mengabdi, tuntutan untuk


(2)

2

memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak bisa terpenuhi karena upah yang mereka terima setiap bulannya sangat sedikit, tidak adanya tunjangan yang mereka dapatkan, keterlambatan gaji yang mereka terima rata-rata setiap bulannya, kesempatan yang mereka dapatkan untuk menjadi CPNS/PNS sangatlah kecil karena terlalu banyaknya guru honorer yang ada.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Priharani (2008), tidak terdapat perbedaan antara kecemasan guru negeri dan swasta. Dimana hasil uji perbedaan yang dilakukan diketahui bahwa nilai t = 0,388 dengan nilai p = 0,700. Hal ini menandakan bahwa hipotesa yang diajukan dalam penelitian „ada perbedaan kecemasan guru honorer negeri dan swasta’ ditolak. Namun demikian jika dilihat dari hasil perhitungan nilai mean guru negeri lebih tinggi daripada guru swasta.

Anom. (2011), Pengelola Tunjangan Fungsional Subsidi Dinas Pendidikan Kota Makassar Sitti Hanidah menginformasikan, di tahun 2011 ini pemberian tunjangan guru honorer TK belum ada. Kecemasan ratusan guru honorer Taman Kanak-kanak (TK) yang terancam tidak mendapatkan insentif sepertinya bakal jadi kenyataan, merekapun bakal gigit jari karena tunjangannya tidak dibayar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bastian (2006), dibutuhkan waktu 60 menit untuk mengajar satu mata pelajaran. Sehingga jumlah mengajar standar per hari (7 jam) adalah 7 kali mata pelajaran yang diajarkan. Jika gaji pokok adalah Rp7.000 per hari (=7 jam), maka tarip mengajar per mata pelajaran adalah Rp1.000 (Rp7.000: 7). Guru yang tidak dapat menghasilkan jumlah mengajar per hari tetap dijamin mendapatkan gaji Rp7.000 per hari. Akan tetapi, bila ada 9 mata pelajaran yang disampaikan ke murid dalam seharinya (ada kelebihan 2 mata pelajaran), upahnya dihitung sebagai berikut:

Gaji pokok perhari = Rp7.000 Insentif = 2 x Rp1.000 (Rp7.000:7) = Rp2.000 Gaji yang seharusnya diterima per hari = Rp9.000


(3)

3

Sedangkan untuk gaji lembur guru/ karyawan sekolah tergantung aturan dalam setiap institusi, termasuk institusi pendidikan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam (misalkan ditetapkan 40 jam per minggu) maka karyawan tersebut berhak menerima uang lembur dalam premi lembur. Misalnya dalama satu minggu seorang karyawan bekerja selama 44 jam dengan tarif upah (dalam jam kerja biasa maupun lembur) Rp1.000 per jam, premi lembur dihitung 50% dari tarif gaji. Gaji karyawan tersebut dihitung sebagai berikut:

Jam biasa 40 x Rp1.000 = Rp40.000 Lembur 4 x Rp1.000 = Rp 4.000 Premi lembur 4 x Rp500 = Rp 2.000 Jumlah gaji guru tersebut dalam satu minggu= Rp46.000

Anom. (2011), Perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan para guru yang berstatus honorer masih sangat rendah. Hal tersebut dibuktikan masih minimnya upah atau gaji yang dibayarkan pemerintah kepada para guru tersebut meskipun jam mengajar sudah sesuai layaknya guru PNS. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistiyo mengatakan, pihaknya menemukan banyak guru non-PNS yang bekerja penuh waktu dari senin sampai sabtu, namun ternyata banyak yang memperoleh penghasilan hanya Rp200.000 per bulan. “Itu pelecehan profesi guru. Memang banyak guru yang sangat tulus mengabdi berapa pun honor yang diterima. Tetapi, itu tidak manusiawi dan sangat tidak layak, dibandingkan dengan kebutuhannya sebagai manusia, apalagi sudah berkeluarga dan harus menyekolahkan anaknya”.

Awaludin. (2011), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mendesak pemerintah menyelesaikan kasus tenaga honorer secara bijak dan adil. Menurut Sidik “Mereka tidak ada pesangon dan tidak ada proses penyelesaiannya, ini sangat mengancam hak mereka, mereka juga sama-sama sarjana, pemerintah dinilai sangat tidak adil terhadap nasib guru honorer, banyak contoh tenaga honorer yang tidak jelas nasibnya, banyak dari guru honorer yang menjadi korban dari semua ini, ada yang 19 tahun mengabdi akhirnya melacurkan diri”.


(4)

4

Pada waktu yang bersamaan dikemukakan oleh Awaludin (2011), para tenaga honorer menuntut keadilan kepada pemerintah terkait terbitnya RPP perubahan kedua atas PP 48 tahun 2005. Pasalnya, dalam RPP ini guru honorer kategori dua akan ditumbangkan secara sistematis dan massal oleh rekayasa atau konspirasi pemerintah dalam aturan baru tersebut, “pemerintah coba transparan tentang ini, jangan membuat kami lebih menderita lagi, 22 tahun lebih kami mengabdi kepada negara dengan honor Rp80.000 per bulan, namun sebenarnya pemerintah telah memperbudakkan tenaga honorer kategori II dengan memeras keringatnya, tenaga honorer kategori II siap melakukan test untuk menjadi CPNS. Ujar Nur Aini selaku Koordinator Panitia Pergerakan Nasional Honorer Indonesia Kategori II (PNHIK-II).

Selain dari overloadnya guru tidak tetap di seluruh Indonesia seperti yang disampaikan Anom. (2009), Direktur Profesi Pendidik Ditjen PMPTK mengatakan bahwa jumlah guru honorer di Indonesia saat ini 922.308 orang. Rinciannya, guru honorer di sekolah negeri 472.475 orang dan sekolah swasta 449.833. Jumlah itu tersebar di seluruh kabupaten/kota. Jika dirinci lagi, guru honorer yang berada di sekolah negeri terdiri atas guru bantu (GB) 55.748 orang, guru honorer daerah (GHD) 51.930 orang, dan guru tidak tetap (GTT) 362.030 orang. Sedangkan guru honorer yang tersebar di sekolah swasta terdiri atas guru bantu 21.324 orang, GHD 10.082 orang, GTT 218.04 orang, dan guru tetap yayasan (GTY) 199.036 orang.

Sahara. (2009), mengatakan bahwa kecemasan bisa terjadi pada siapa saja baik itu laki-laki maupun perempuan. Untuk perempuan ada dua faktor yang menyebabkan kecemasan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tugas dan peranan wanita dalam rumah tangga dengan berbagai permasalahannya. Tekanan setiap hari yang tidak pernah berakhir di rumah, mengatur jadwal kewajiban mereka terhadap anak-anak, masyarakat, kehidupan religius dan tanggung jawab pekerjaan, menyebabkan mereka mengalami overload atau hot reactor. Faktor eksternal, yaitu pengabdian diri seorang wanita terhadap suami dan anak-anak menyebabkan ia sendiri tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Akibatnya ia merasa kosong, marah, dan frustasi karena pilihan hidup yang telah dilakukannya. Tugas seorang ibu di rumah juga sangat luas dan tidak


(5)

5

terbatas oleh waktu. Tugas seorang ibu juga adalah sebagai guru, perawat, ahli diet, ahli psikologi, sopir, pelatih, orang yang berpegang pada disiplin, penjahit wanita, ahli dekorasi interior. Witkin seorang konselor wanita mengungkapkan bahwa kecemasan yang dialami wanita dapat berkaitan dengan perkembangan fisiknya, perubahan peran dan dengan psikologisnya. Perubahan peran wanita ini menimbulkan beberapa tekanan sebagai akibat dari keputusan suami bahwa istri memasuki lapangan kerja namun tetap memelihara hubungan mereka sebagai suami istri. Tekanan yang bersifat eksternal disebabkan oleh lingkungan masyarakat. Walaupun istri tidak memiliki pekerjaan di luar rumah, tekanan yang ditimbulkan oleh masyarakat dapat menimbulkan stres berat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Trismiati (2007) ditemukan bahwa adanya perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara pria dan wanita yang menjadi akseptor kontrasepsi mantap, dengan wanita akseptor kontrasepsi mantap lebih tinggi tingkat kecemasannya daripada pria akseptor kontrasepsi mantap. Hasil ini mendukung beberapa penelitian dari beberapa ahli yang mengatakan bahwa wanita lebih pencemas daripada pria (Maccoby dan Jacklin, 1974). Demikian pula dengan hasil penelitian (Leary, 1983) yang menyatakan bahwa wanita memiliki skor yang lebih tinggi dalam pengukuran ketakuatan dalam situasi sosial dibanding pria, serta penelitian Mayers (1983), Power (dalam Mayers, 1983), penelitian James dan Cattel (dalam Smith, 1968) yang menunjukan bahwa secara umum wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya dibanding pria (dalam Trismiati 2007).

Sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru tidak tetap laki-laki dalam konteks keluarga, ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu selain bertanggungjawab di sekolah, seorang guru tidak tetap „laki -laki’ juga bertanggungjawab dalam keluarga sebagai kepala rumah tangga yang wajib memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari dalam keluarga seperti kebutuhan sandang pangan. Selain itu apabila seorang istri sudah memasuki dunia kerja dan lebih sukses dari suami, maka suami merasa tidak berharga dan merasa kalah pamor. Ini dikarenakan seorang suami mendapatkan upah yang lebih kecil, karir dan masa depan tidak jelas dan merasa khawatir. Akibatnya seorang suami merasa cemas,


(6)

6

minder dan tidak semangat, karena merasa posisinya sangat lemah dihadapan istri. Selain mendapatkan tekanan dari keluarga, seorang suami juga mendapatkan tekanan dari lingkungan sosial seperti mendapatkan cemohan dan sindiran dari masyarakat karena sebagai seorang suami yang lebih bertanggungjawab dalam keluarga kalah dari berbagai sisi oleh seorang istri.

Dari uraian-uraian dan dari beberapa kasus yang terjadi di atas menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang berprofesi sebagai guru tidak tetap sama-sama memiliki kecemasan terutama bagi yang sudah berkeluarga, namun kita belum tahu apakah kecemasan pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan ataupun sebaliknya. Oleh sabab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Guru Tidak Tetap Ditinjau dari Peran Gender”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah, yaitu: apakah ada perbedaan tingkat kecemasan guru tidak tetap ditinjau dari peran gender.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada guru tidak tetap ditinjau dari peran gender.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teorirtik

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada guru tidak tetap dalam mengenali kecemasan yang terjadi sehingga dapat diantisipasi dan tidak menimbulkan efek yang parah sperti tegang, stres berkepanjangan, sakit jantung, dll.


(7)

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA GURU TIDAK TETAP

DITINJAU DARI PERAN GENDER

SKRIPSI

DISUSUN :

HASRURRAHMAN

07810232

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(8)

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA GURU

TIDAK TETAP DITINJAU DARI PERAN GENDER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

DISUSUN :

HASRURRAHMAN

07810232

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(9)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Guru Tidak Tetap Ditinjau Dari Peran Gender

2. Nama Peneliti : Hasrurrahman 3. NIM : 07810232 4. Fakutas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 24 Desember 2011 – 24 Januari 2012 7. Tanggal Ujian : 4 Februari 2012


(10)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji Pada tanggal 4 Februari 2012


(11)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hasrurrahman NIM : 07810232 Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

“Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Guru Tidak Tetap Ditinjau Dari Peran Gender”

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumber kutipan.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila penyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Guru Tidak Tetap Ditinjau Dari Peran Gender”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Dr. Diah Karmiati, M.Si dan ibu Linda Yani Pusfiyaninsih, S.Psi, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3. Bapak Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini 4. Kepala BAPPEDA, Kepala DINAS DIKPORA Kabupaten Lombok Utara,

beserta seluruh kepala sekolah dan guru tidak tetap yang telah memberikan ijin dan bantuan bagi penulis untuk melakukan penelitian

5. Buat ayah dan ibu tercinta “Muhammad Nur” dan “Nurkiah” yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih sayang yang tidak pernah berhenti sehingga saya memiliki semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Buat paman “Mujdi” dan paman “Sanwir” terima kasih atas dukungan, semangat dan doa’nya selama ini, buat kakak-kakakku “Hulmizatun, Umdah,


(13)

Sahurun, Abdullah, Khairi Muzakkir, Paizin, Mujtahid, Halid” yang telah banyak memberikan masukan, semangat dan bantuan-bantuan selama ini. 7. Buat adik-adikku “Hafizaturrahmi, Eni Kurniatun, Rahmatul Ula” serta buat

keponakanku “Dini Patika Sri Utami dan Salwa Khairunnnisak” yang selalu

bisa bikin saya tersenyum dan tertawa dikala saya merasa jenuh

8. Buat buk’de “Salniah” terimakasih sudah banyak meluangkan waktunya untuk membantu ibu dan bapak dalam mencari nafkah untuk membiayai sekolah dan kuliah kami selama ini

9. Buat teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas D yang selalu memberikan semangat sehingga saya termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 19 Februari 2012


(14)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

INTISARI ……….... iii

ABSTRACT ………. iv

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 6

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan ………. 7

1. Pengertian kecemasan ………... 7

2. Faktor penyebab kecemasan ………... 8

3. Macam-macam kecemasan ………... 12

4. Teori kecemasan ………... 14

5. Tingkat kecemasan ………... 16

6. Gejala kecemasan ……… 18

7. Dampak gejala kecemasan 22 B. Guru ……… 23

1. Pengertian guru ………... 23

2. Guru tidak tetap ……….. 24

3. Tugas guru ……….. 25

4. Peran guru ………... 26

5. Sikap guru ………... 27

C. Gender ……… 28

1. Pengertian gender ……… 28


(15)

D. perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Guru Tidak Tetap Ditinjau Dari

Peran Gender ………... 35

E. Kerangka Pikir ……… 40

F. Hipotesa ……….. 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ………... 41

B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ……… 41

1. Identifikasi variabel ………. 41

2. Definisi operasional ……… 42

C. Populasi dan Sampel ………. 43

1. Populasi ………... 43

2. Sampel ………. 43

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ……….. 44

1. Jenis Data ………... 44

2. Instrumen Penelitian ………... 44

E. Metode Pengumpulan Data ……….. 45

F. Validitas dan Reliabiltas ……….. 48

1. Validitas ………. 48

2. Reliabiltas ………... 52

G. Prosedur Penelitian ………... 54

1. Tahap persiapan ……….. 54

2. Tahap pelaksanaaan ……… 55

3. Tahap analisa data ………... 55

4. Tahap penulisan laporan ………. 56

H. Analisa Data ………... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ……… 57

B. Analisia Data ……….. 59


(16)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 64

B. Saran ………... 64

DAFTAR PUSTAKA ……….. 66


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Gender dan Sex ………. 30 Tabel 2.2 Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Dilihat dari Sifat,

Fungsi, Ruang Lingkup, dan Tanggungjawab ... 30 Tabel 3.1 Skor Jawaban Pernyataan Skala Liket ……… 47 Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecemasan ………... 48

Tabel 3.3 Distribusi Item Valid 50

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Kecemasan Pada Laki-laki …………... 51 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Kecemasan Pada Perempaun ………... 51 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecemasan pada Laki-laki …. 53 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Skala kecemasan pada perempuan ... 53 Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecemasan Pada Guru Tidak

Tetap Ditinjau Dari Peran Gender ……….. 54 Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ……… 57

Tabel 4.2 Perbedaan Tingkat Kecemasan Guru Tidak Tetap Ditinjau

Dari Peran Gender ……….. 58 Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Uji-t ………. 59


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

Lampiran 1 Lampiran 69

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 71

Lampiran 3 Daftar nama GTT lingkup DINAS DIBUDPORA

Kabupaten Lombok Utara tahun 2011 79

Lampiran 4 Skala Kecemasan 86

Lampiran 5 Skor jawaban subjek laki-laki 91

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas 95

Lampiran 7 Hasil Uji Relibialitas 98

Lampiran 8 Skor jawaban subjek Perempuan 102

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas 105

Lampiran 10 Hasil Uji Reliabiltas 109


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Laiala. (2006). Perbedaan tingkat kecemasan pada wanita pre menopause yang aktif dan tidak aktif mengikuti senam dalam menghadapi menopause. (studi kasus pada wanita 40- 55 tahun di RW. 5 kelurahan Margosono kota Malang). UMM

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press.

Anom. (2011). http://www.jpnn.com/?mib=berita.detail & id= 13915. Diakses 7 September 2011

Anom. (2011). http://www.jpnn.com/?mib=berita.detail & =13915. Diakses 7 September 2011

Anom. (2011). http://www.koalisiperempuan.or.id/ peran – peran gender/. Diakses 7 September 2011

Anom. (2011). http://www.beritakotamakassar.com/index.php?option=read&newsid =51725. Diakses 8 September 2011

Anom. (2009). http://organisasi.org/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-keluarga-rumah-tangga-demi-kebahagiaan-lahir-batin. Diakses 8 September 2011 Awaludin.(2011).http://news.okezone.com/read/2011/03/26/337/439188/pemerintah-

tak-adil-dengan-guru-honorer. Diakses 8 September 2011

Awaludin.(2011).http://news.okezone.com/read/2011/03/26/337/439155/pemerintah-dinilai perbudak - tenaga - honorer Diakses 8 September 2011

Atkinson dkk. (1996). Pengantar Psikologi. Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Azwar, Saifudin MA. (2010). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Bastian, Indra. (2006). Akutansi Pendidikan. Yogyakarta. Erlangga.

Budiyanto, wahyu. (t.t) http://www.scribd.com/doc/19546358/kecemasan. Diakses 8 September 2011

Darajat, Zakiah. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta. Haji Masagung.

Davidof, Linda L. (1998). Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta. Edisi 2. Erlangga. Chaplin JP. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Djamarah, Saiful Bahri. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.


(20)

Cramaruc.(t.t).ranslate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://web.ca m pbell.edu /faculty/ vandergriffk/FamGender.htm. Diakses 8 September 2011

Fahmi, Mustafha. (1997). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat 2. Jakarta. Bulan Bintang.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Theory of Personality. (terjemahan A. Supratika). Jogjakarta: Kanisius.

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Erlangga. Jakarta.

Kartono, Kartini Dr. (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung. Mandar Maju.

Kerlinger, Fred. (2000). Asas-asas dan Penelitian Behavioral. Edisi 3. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Kew, D. (2001). Anxiety and Panic Attacks (Online). http://www.derek-Kew.co.uk15k. Diakses 10 September 2011

Magar, Prashant. (t.t). http:// www. /translate peran gender.htm. Diakses 10 September 2011

Maramis,W.E. (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Universitas Airlangga.

Marboen, Ade. (2011). http://www.antaranews.com/berita/275648/mengapa-koki-lebih-banyak-laki-laki. Diakses 8 September 2011

Musfir. (2005). Konseling Terapi. Jakarta. Gema Insani

Poerwanti, E. (1998). Dimensi Riset-riset ilmiah. Malang. UMM Press

Priharani, Retnaning. (2007) perbedaan tingkat kecemasan guru negeri dan swasta dalam menghadapi masa pension. UMM.

Ramaiah, Safitri. (2003). Kecemsan Bagiamana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta. Pusataka Populer Obor.

Republik Indonesia Tentang Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2005. Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS.


(21)

Sahara. (2011). http://pembaharuankeluarga.wordpress.com/2009/01/02/kecemasan 1/. Diakses 10 September 2011

Santrock, John W. (2002). Life Span Development Perkembangan Maju Hidup. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

Sasongko, A. Tjahjo (2011). http://olahraga.kompas.com/read/2011/09/05/10065749/ Mantan.Pendekar. Wanita.Pilih.Profesi.Sopir.Taksi. Diakses 10 September 2011

Saputra, Dedi dkk. (2010). Makalah Keperawatan Dasar I. Konsep Kecemasan .http://www. scribd.com /doc/39239940/Konsep Kecemasan. Diakses 10 September 2011

Sejathi, (2011). http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2115306-sikapguru/. Diakses 10 September 2011

Semiun, Yustinus OPM. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta. Kanisius.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan jiwa. edisi 3. Terjemahan oleh Achir Yani S Hamid

Sugiyono. (2005). Satistik untuk Penelittian. Bandung. CV. Alfabeta

Suryabrata, sumadi. (1999). Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali 1995. Jakarta. EGC.

Trismiati. (2007). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap di RSUP dr. Sarjito Yogyakarta. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma.

Tuckman, Bruce W. (1991). Educational Psychology from Theory to Aplicaton. USA. Harcourt Brace Jobanovich College Publisher.

Umar, Nasaruddin. (2007). http://paramadina.wordpress.com/2007/03/16/pengertian-gender/. Diakses 10 September 2011

Uno, B Hamzah. (2007). Profesi Kependidikan. Problem. Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.

Uzer, Moh Ustman. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.


(22)

Vries, william D. (2006). Gender bukan tabu. Catatan perjalanan fasilitasi kelompok perempuan di jambi. Bogor. Center for International Forestry Research (CIFOR)

Widjono, HS. (2007). Bahasa Indonesia. Mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi. Jakarta. Grasindo

Winarsunu, Tulus. (2002). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang. UMM Press.


(1)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Gender dan Sex ………. 30 Tabel 2.2 Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Dilihat dari Sifat,

Fungsi, Ruang Lingkup, dan Tanggungjawab ... 30 Tabel 3.1 Skor Jawaban Pernyataan Skala Liket ……… 47 Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecemasan ………... 48

Tabel 3.3 Distribusi Item Valid 50

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Kecemasan Pada Laki-laki …………... 51 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Kecemasan Pada Perempaun ………... 51 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecemasan pada Laki-laki …. 53 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Skala kecemasan pada perempuan ... 53

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecemasan Pada Guru Tidak

Tetap Ditinjau Dari Peran Gender ……….. 54 Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ……… 57

Tabel 4.2 Perbedaan Tingkat Kecemasan Guru Tidak Tetap Ditinjau

Dari Peran Gender ……….. 58


(2)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

Lampiran 1 Lampiran 69

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 71

Lampiran 3 Daftar nama GTT lingkup DINAS DIBUDPORA

Kabupaten Lombok Utara tahun 2011 79

Lampiran 4 Skala Kecemasan 86

Lampiran 5 Skor jawaban subjek laki-laki 91

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas 95

Lampiran 7 Hasil Uji Relibialitas 98

Lampiran 8 Skor jawaban subjek Perempuan 102

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas 105

Lampiran 10 Hasil Uji Reliabiltas 109


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Laiala. (2006). Perbedaan tingkat kecemasan pada wanita pre menopause yang aktif dan tidak aktif mengikuti senam dalam menghadapi menopause. (studi kasus pada wanita 40- 55 tahun di RW. 5 kelurahan Margosono kota Malang). UMM

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press.

Anom. (2011). http://www.jpnn.com/?mib=berita.detail & id= 13915. Diakses 7 September 2011

Anom. (2011). http://www.jpnn.com/?mib=berita.detail & =13915. Diakses 7 September 2011

Anom. (2011). http://www.koalisiperempuan.or.id/ peran – peran gender/. Diakses 7 September 2011

Anom. (2011). http://www.beritakotamakassar.com/index.php?option=read&newsid =51725. Diakses 8 September 2011

Anom. (2009). http://organisasi.org/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-keluarga-rumah-tangga-demi-kebahagiaan-lahir-batin. Diakses 8 September 2011 Awaludin.(2011).http://news.okezone.com/read/2011/03/26/337/439188/pemerintah-

tak-adil-dengan-guru-honorer. Diakses 8 September 2011

Awaludin.(2011).http://news.okezone.com/read/2011/03/26/337/439155/pemerintah-dinilai perbudak - tenaga - honorer Diakses 8 September 2011

Atkinson dkk. (1996). Pengantar Psikologi. Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Azwar, Saifudin MA. (2010). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Bastian, Indra. (2006). Akutansi Pendidikan. Yogyakarta. Erlangga.

Budiyanto, wahyu. (t.t) http://www.scribd.com/doc/19546358/kecemasan. Diakses 8 September 2011

Darajat, Zakiah. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta. Haji Masagung.

Davidof, Linda L. (1998). Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta. Edisi 2. Erlangga. Chaplin JP. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Djamarah, Saiful Bahri. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.


(4)

Cramaruc.(t.t).ranslate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://web.ca m pbell.edu /faculty/ vandergriffk/FamGender.htm. Diakses 8 September 2011

Fahmi, Mustafha. (1997). Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat 2. Jakarta. Bulan Bintang.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Theory of Personality. (terjemahan A. Supratika). Jogjakarta: Kanisius.

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Erlangga. Jakarta.

Kartono, Kartini Dr. (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung. Mandar Maju.

Kerlinger, Fred. (2000). Asas-asas dan Penelitian Behavioral. Edisi 3. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Kew, D. (2001). Anxiety and Panic Attacks (Online). http://www.derek-Kew.co.uk15k. Diakses 10 September 2011

Magar, Prashant. (t.t). http:// www. /translate peran gender.htm. Diakses 10 September 2011

Maramis,W.E. (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Universitas Airlangga.

Marboen, Ade. (2011). http://www.antaranews.com/berita/275648/mengapa-koki-lebih-banyak-laki-laki. Diakses 8 September 2011

Musfir. (2005). Konseling Terapi. Jakarta. Gema Insani

Poerwanti, E. (1998). Dimensi Riset-riset ilmiah. Malang. UMM Press

Priharani, Retnaning. (2007) perbedaan tingkat kecemasan guru negeri dan swasta dalam menghadapi masa pension. UMM.

Ramaiah, Safitri. (2003). Kecemsan Bagiamana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta. Pusataka Populer Obor.

Republik Indonesia Tentang Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2005. Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS.


(5)

Sahara. (2011). http://pembaharuankeluarga.wordpress.com/2009/01/02/kecemasan 1/. Diakses 10 September 2011

Santrock, John W. (2002). Life Span Development Perkembangan Maju Hidup. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

Sasongko, A. Tjahjo (2011). http://olahraga.kompas.com/read/2011/09/05/10065749/ Mantan.Pendekar. Wanita.Pilih.Profesi.Sopir.Taksi. Diakses 10 September 2011

Saputra, Dedi dkk. (2010). Makalah Keperawatan Dasar I. Konsep Kecemasan .http://www. scribd.com /doc/39239940/Konsep Kecemasan. Diakses 10 September 2011

Sejathi, (2011). http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2115306-sikapguru/. Diakses 10 September 2011

Semiun, Yustinus OPM. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta. Kanisius.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan jiwa. edisi 3. Terjemahan oleh Achir Yani S Hamid

Sugiyono. (2005). Satistik untuk Penelittian. Bandung. CV. Alfabeta

Suryabrata, sumadi. (1999). Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali 1995. Jakarta. EGC.

Trismiati. (2007). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap di RSUP dr. Sarjito Yogyakarta. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma.

Tuckman, Bruce W. (1991). Educational Psychology from Theory to Aplicaton. USA. Harcourt Brace Jobanovich College Publisher.

Umar, Nasaruddin. (2007). http://paramadina.wordpress.com/2007/03/16/pengertian-gender/. Diakses 10 September 2011

Uno, B Hamzah. (2007). Profesi Kependidikan. Problem. Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.

Uzer, Moh Ustman. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Vries, william D. (2006). Gender bukan tabu. Catatan perjalanan fasilitasi kelompok perempuan di jambi. Bogor. Center for International Forestry Research (CIFOR)

Widjono, HS. (2007). Bahasa Indonesia. Mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi. Jakarta. Grasindo

Winarsunu, Tulus. (2002). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang. UMM Press.