KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF

  ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  Disusun oleh :

  ISTIANAH LIS HIKMAWATI NIM 11112172 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

  

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM

BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Disusun oleh :

  

ISTIANAH LIS HIKMAWATI

NIM 11112172

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  MOTTO

                        

    

(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih

baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan

mereka adalah orang-orang yang fasik Q.S Ali Imran 3:110) PERSEMBAHAN Teruntuk kedua orang tua saya Ibu, Bapak, Mamas, Mba Zety dan Sekar yang senantiasa mendukung, memotivasi, membimbing, dan mendoakan saya.

  Keluarga besar Mbah Khanan dan seluruh saudara, yang selalu memotivasi dan mendoakan saya.

  Sahabat-sahabat saya yang sudah banyak mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini

  IMMawan dan IMMawati Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Salatiga

  Almamaterku Tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2012

  KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robil’alamin, segala curahan rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH”. Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, seperti bantuan kemudahan dalam meminjam buku-buku perpustakaan (Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan daerah Kota Salatiga). Demikian pula dalam hal bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai kalangan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas pada:

  1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhyati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  4. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.

  5. Bapak Achmad Maimun M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing, memotivasi, memberikan nasehat, arahan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN) Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

  7. Keluarga tercinta, Ibu (Suhartini), Bapak (Sadar Wahyono), Mamas dan Istri (Dede Hikmawan dan Zety Dian Ma’ruf) yang senantiasa memotivasi, mendukung, membimbing, mendidik dengan sabar. Walau raga terpisah jauh, tapi kita akan selalu dekat dalam cinta, kasih sayang dan doa.

  8. Keluarga Pakde Imam Sutomo dan Bu Nunung, yang selalu memotivasi, membimbing, menasehati, memberi doa, dan membantu penulis sampai saat ini. Serta seluruh keluarga besar Mbah Khanan dan Mbah Ambyah.

  9. Sahabat-sahabat yang telah banyak melakukan hal terbaik kepada penulis, sebagai teman dalam susah maupun senang, yang tidak akan pernah bisa tebalaskan baik budinya khususunya untuk, Mas Emon Ngatemin, Anggih Ratna Sari, Ririn Agus Triani, Ros Arianti Abbas, Pawitri, Ratna Sri Wardani, Visi Sofya H.S, dan semuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

  10. Keluarga besar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Salatiga dan kawan-kawan seperjuangan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Salatiga periode (2016-2017), Adinda-adinda

  Pimpinan Komisariat (Ahmad Dahlan, Ibnu Rusyd, Prof. Achmadi, dan Ibnu Kholdun) yang telah mendampingi, memotivasi dan memberikan pengalaman keilmuan.

  Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Bagi para pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi tulisan yang baik dikemudian hari.

  Salatiga, 17 Februari 2017 Istianah Lis Hikmawati ABSTRAK Hikmawati, Istianah Lis. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam

  Berkemajuan menurut Muhammadiyah. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.

  Kata Kunci: Konsep Pendidikan Islam dan Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah.

  Penelitian ini membahas tentang Konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah. Fokus Penelitian yang dikaji yaitu 1. Apa yang dimaksud dengan Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah? 2.

  Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan sebagainya. Selain itu penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan, untuk membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.

  Hasil penelitian bahwa pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu merupakan pendidikan Islam yang mengitegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan. Pendidikan yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan kemajuan yang holistik. Konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu sebagai refleksi nilai-nilai humanisasi, liberasi, emansipasi dan transendensi dari kandungan Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu; Pertama, humanisasi sebagai pendidikan yang membawa tranformasi sosial menuju tranformasi intelektual dan proses pembangunan karakter kemanusiaan. Kedua, liberasi yaitu pendidikan yang mampu menyadarkan masyarakat akan realitas sosial yang sudah terkontaminasi dengan budaya lokal (khususnya Hindu dan Budha). Selain itu membentuk generasi muda menjadi individu yang berpikiran maju atau modern, terhindar dari kejumudan pemikiran. Ketiga¸ emansipasi merupakan pembebasan perbudakan, atau per-samaan hak baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan memberikan kebebasan untuk individunya berkembang dan memanfaatkan potensi diri. Serta tidak adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan. Keempat, transendensi (proses mempercayai yang bernuansa abstrak, ghaib). Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menyeimbangkan pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan lebih menekankan kepada pembinaan moralitas untuk awal pembentukan kerpibadian yang sempurna (insan kamil) dan menjadi individu yang rahmatan lil ‘alamin. Sedangkan pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan bila dilihat secara ideologis, merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup keutamaan, kebangsaan dan kemanusian universal. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan harus mampu menyeimbangkan dan memaksimalkan peran manusia untuk dunia dan akhirat.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................ iv MOTTO ................................................................................................... v PERSEMBAHAN .................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................. vii ABSTRAK .............................................................................................. x DAFTAR ISI ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .....................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................

  6 E. Metode Penelitian ....................................................................

  7 F. Sistematika Penulisan ...............................................................

  9 BAB II PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam .....................................................

  12 B. Dasar Pendidikan Islam ............................................................

  13 C. Komponen Pendidikan Islam ...................................................

  18

  D. Pembiayaan Pendidikan ............................................................

  31 BAB III ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH A. Pengertian Islam dan Muhammadiyah ......................................

  33 B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah ...........

  37 C. Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah ..................

  44 D. Ruang lingkup Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ...

  49 BAB IV KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH

  A. Pengertian Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ..........................................................

  56 B. Dasar Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ........................................................................

  65 C. Komponen Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ..........................................................

  68 D. Pembiayaan Pendidikan .............................................................

  94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................

  97 B. Saran ......................................................................................... 101

  C. Penutup...................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR LAMPIRAN

  1. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

  2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

  3. PEDOMAN WAWANCARA

  4. TRANSKRIP WAWANCARA

  5. DOKUMENTASI

  6. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

  7. KETERANGAN SKK

  8. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia internasional, mutu pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Bahkan dengan negara tetangga yaitu Malaysia yang menduduki peringkat 65. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan indonesia berada di urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Sistem pendidikan yang dianggap terbaik di Asia adalah Jepang (Amirrachman, 2015:156).

  Jika education development index (EDI) ini sebagai ukuran tentang kualitas pendidikan yang menempatkan Indonesia pada peringkat 69 dari 127 negara, maka ketertinggalan ini tampak cukup memprihatinkan. Tanpa adanya kualitas pendidikan yang tinggi bangsa ini takkan mampu bersaing dengan negara lain.

  Banyak hal yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Berdasarkan analisis kinerja pendidikan di Indonesia juga menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan-kelemahan yang mendasar. Pertama, bidang manajemen dan ketatalaksanaan sekolah, termasuk perguruan tinggi, Kedua, bidang pendanaan, dan yang Ketiga, berkaitan dengan masalah kultural (Danim, 2003).

  Selain itu yang menjadikan rendahnya pendidikan yaitu komponen pendidikan itu sendiri. Hal ini menyebabkan banyak permasalahan, seperti kualitas pendidikan yang rendah, SDM yang kurang dan banyaknya penyimpangan moral. Bagaimana nasib bangsa Indonesia di masa yang akan datang jika kondisi pendidikan terus seperti itu.

  Pendidikan di era global dihadapkan pada beberapa tantangan. Menurut Zamroni, dampak globalisasi terhadap pendidikan setidaknya tampak pada tiga kecenderungan. Pertama, munculnya kecenderungan dan komoditisasi atas pendidikan. Kedua, globalisasi melahirkan spirit internasionalisasi di lembaga pendidikan. Itu berarti pendidikan pun perlu distandarisasi guna meningkatkan daya saing global. Ketiga¸munculnya kondisi dimana kemampuan bangsa untuk hidup dalam era global tidak lagi ditentukan oleh modal yang berupa fisik seperti kekayaan. Tetapi menggunakan ilmu pengetahuan, jaringan kerja sama dan watak atau moral yang dimiliki bangsa. Kualitas Sumber daya manusia lebih dipentingkan dari kekayaan (Amirrachman, 2015:157).

  Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan suatu masyarakat atau bangsa maka akan diikuti semakin baiknya kualitas masyarakat atau bangsa tersebut. Dengan kata lain, pendidikan dapat menjadi tolok ukur kualitas dan kemajuan suatu bangsa.

  Hal tersebut tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 dijelaskan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI nomor 20 tahun 2003:5).

  Islam memiliki pengaruh besar dalam perkembangan negara Indonesia. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia membawa kekhawatiran untuk generasi penerus bangsa. Kekhawatiran ini dijelaskan dalam Q.S An-Nisa 4: 9.

  

         

     

  Artinya : hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtceraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 78) Pada ayat tersebut Allah mengharuskan setiap umat untuk tidak meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya dan tak memiliki daya saing dalam kompetensi kehidupan salah satunya yaitu dalam pendidikan. Dari ayat di atas dapat dipahami betapa pentingnya mempersiapkan generasi penerus yang lebih baik melalui pendidikan.

  Adapun firman Allah yang memberi anjuran tegas kepada umat Islam agar ada sebagian dari umat Islam untuk memperdalam pengetahuan agama. Hal ini terdapat dalam salah satu firman Allah QS. At-Taubah/9: 122.

  

            

         

  

  Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka Alitu dapat menjaga dirinya.(Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 206 ).

  Karena Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam maka Islam pun mempunyai andil besar dalam bidang pendidikan. Melihat kondisi pendidikan yang masih jauh tertinggal dari negara lain, kini Muhammadiyah mulai mengedepankan konsep Islam berkemajuan yang diharapkan mampu untuk memperbaiki dan memajukan Pendidikan di Indonesia khususnya melalui Pendidikan Islam.

  Sudah satu abad Muhammadiyah berkiprah, banyak sekali kontribusi yang telah dilakukan untuk mewujudkan misinya yaitu menciptakan umat Islam yang sebenar-benarnya. Terutama dalam pendidikan dan pengajaran, orang merasa bersyukur bahwa usaha Muhammadiyah menonjol sekali. Bahkan di banyak tempat, dimana pendidikan langka atau kurang, maka Muhammadiyah dapat mengisi kekurangan itu (Mukti Ali. 1996: 143).

  Akan tetapi banyak dari masyarakat yang belum memahami konsep Islam Berkemajuan. Kalimat Islam berkemajuan sedang ramai diperbincangkan sebagai gagasan pembaharuan, yang mana secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu konsep Islam berkemajuan juga akan mempengaruhi kemajuan pendidikan Islam di Indonesia. Maka sangatlah penting untuk mengetahui hakikat dari Islam berkemajuan dan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk menjabarkan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah. Maka dengan ini peneliti mengambil judul skripsi:

  PENDIDIKAN

  ISLAM PERSPEKTIF

  ISLAM KONSEP BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

  1. Apa yang dimaksud dengan konsep Islam Berkemajuan oleh Muhammadiyah?

  2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam Berkemajuan? C. Tujuan Penelitian Dalam Penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui apa konsep Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah.

  2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam Berkemajuan.

  D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang istilah Islam berkemajuan dalam kajian bidang pendidikan.

  Sehingga mampu memberikan rmanfaat baik secara Teoritis maupun praktiknya.

  1. Secara Teoritis Penelitian ini bisa memberikan pengetahuan atau wacana serta menjadi rujukan atau referensi mengenai Islam Berkemajuan dan konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.

  2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pegangan bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan Islam. Serta menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan Islam dengan konsep Islam berkemajuan.

E. Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari penelitian yaitu: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan library research. Penelitian Pustaka

  (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan menggunakan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, ensiklopedia, jurnal, majalah, dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan topik dan masalah yang dikaji sebagai sumber datanya(Hadi,1990:9). Selain itu penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan untuk membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.

  2. Sumber Data Sumber data penelitian terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder (pendukung).

a. Sumber Data Primer

  Sumber data primer adalah data pokok yang digunakan sebagai bahan utama dalam kajian penelitian ini, berupa data-data yang berhubungan langsung dengan materi yang diteliti yaitu berjudul Islam Berkemajuan: Kyai Ahmad Dahlan dalam Catatan Pribadi Kyai Syuja’ (2009). KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah (2010), Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia (2015), Studi Ke-Muhammadiyahan (1994), Di Seputar Percakapan Pendidikan Dalam Muhammadiyah (1994), Ideologi dan Strategi Muhammadiyah (2008), Studi Kemuhammadiyahan (2006), Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (2000), Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (2014) .

b. Sumber Data Sekunder Sumber Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer.

  Data sekunder diambil dari sumber-sumber lain, yang secara tidak langsung berkaitan dengan materi penelitian yang dilakukan. Seperti: internet, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini antara lain: Sejarah Pendidikan Islam, pengantar dasar-dasar kependidikan, KH. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya (2009), Muhammadiyah Menjemput Perubahan (2005), Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (2012), Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Mengemban Visi Muhammadiyah (2009), Majalah Suara Muhammadiyah, Pendapat para tokoh Muhammadiyah di Salatiga.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara membaca, mengkaji, memahami, dan melakukan wawancara serta menganalisis data yang dapat diperoleh dari buku, skripsi, jurnal, majalah, artikel, surat kabar, hasil wawancara dan dokumen lainnya yang mendukung penelitian ini baik dari sumber data primer maupun sekunder.

4. Teknik Analisis Data

  Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan yaitu library research. Maka data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa dengan menggunakan teknik analisis isi (content analyze) yaitu upaya untuk menafsirkan isi, ide, atau gagasan serta konsep Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah yang kemudian dianalisis dalam konteks pendidikan Islam. Dengan menggunakan metode ini maka prosedur kerja yang dilakukan yaitu menentukan maksud atau makna dari istilah Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Selanjutnya penulis akan menganalisis konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.

F. Sistematika Penulisan

  Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda. Secara rinci masing-masing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut:

  Bab I merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah dari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II Pendidikan Islam berisi tentang Pengertian Pendidikan Islam, Dasar pendidikan Islam, Komponen Pendidikan Islam, dan Pembiayaan Pendidikan. Bab III Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, berisi tentang Pengertian Islam dan Muhammadiyah, Deskripsi Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Ruang lingkup Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.

  Bab IV Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah. Dalam bab ini penulis menjabarkan Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, yang berisi tentang Deskripsi Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, Dasar Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Komponen Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Pembiayaan Pendidikan, yang didukung oleh pendapat para tokoh tentang kemajuan pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.

  Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran serta riwayat hidup penulis.

  BAB II PENDIDIKAN ISLAM Pendidikan Islam dalam teori dan praktik selalu mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam secara teoritik memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berisi nalar, melainkan juga wahyu ini ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan firman Allah SWT. Terkait dengan masalah pendidikan, kombinasi ini menjadi ciri khas pendidikan Islam yang tidak dimiliki oleh konsep pendidikan pada umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan dan budaya (Assegaf, 2014: 2).

  Pendidikan dimulai dari Proses belajar yang merupakan aktivitas tak terpisahkan dari kehidupan manusia, yang dapat terjadi di mana pun kita berada.

  Seperti di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kerja dan lain sebagainya. proses belajar tersebut dinamakan sebagai pendidikan. Islam mengenal pendidikan dengan pengertian yang menyeluruh yaitu sebagai pengembangan jasmani, akal, rohani, emosi, dan akhlak. Islam memandang bahwa pendidikan tidak hanya dapat diperoleh di sekolah namun bisa di luar sekolah. Seperti di rumah, di lingkungan masyarakat, di jalan, dan lain-lain. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai pemindahan pengetahuan dari generasi tua ke generasi muda untuk menjaga pengetahuan yang ada atau bisa disebut sebagai transfer ilmu.

  Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama, karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam menjadikan agama Islam mempunyai peran besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat tidak hanya membutuhkan pendidikan umum namun juga membutuhkan pendidikan agama yaitu pendidikan Islam.

  Aktivitas kependidikan Islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah Iqra’ (membaca, merenungkan, menelaah, meneliti, mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan (Muhaimin, 2012). Hingga sekarang eksistensi pendidikan Islam terus menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan.

A. Pengertian Pendidikan Islam

  Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah di bumi. Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” menunjukkan itu pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang khusus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan Islam.

  Menurut Marimba (1989:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Tafsir, 2014:24). Sedangkan Kata “Pendidikan” dalam bahasa Arab berkaitan atau dekat dengan tiga terma, yaitu ta’lim, tarbiyah atau ta’dib (Shobron, 2009:266). Kata “ta’lim” lebih condong pada aspek pengetahuan kognitif, “tarbiyah” lebih menekankan pada pembeliharaan dan asuhan dengan kasih sayang, dan ta’dib menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Shobron, 2009:279).

  Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Muhammad Quthb yaitu sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, baik dari segi jasmani maupun ruhani, baik dari kehidupan fisik maupun mentalnya dalam melaksanakan kegiatannya di Bumi ini. Dalam hal ini Quthb memandang pendidikan Islam sebagai suatu aktifitas yang berusaha memahami diri manusia secara total melalui berbagai pendekatan dalam rangka menjalankan kehidupan dunia (Idi. 2006: 47).

  Achmadi, pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Abdullah. 2001:39). Rumusan definisi ini menggambarkan upaya mengarahkan kepada pengembangan fitrah dan pembentukan manusia seutuhnya yang sesuai dengan norma Islam. Segala usaha atau ikhtiar dilakukan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insani.

B. Dasar Pendidikan Islam

  Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan (Daradjat, 2011:19). Dasar Pendidikan Nasioanal terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Suwarno, 2006).

  Secara yuridis lembaga pendidikan Islam semakin kokoh setelah terbit UU No. 2 Tahun 1989 yang secara eksplisit menyebutkan pendidikan keagaaman termasuk dalam Sisdiknas (Pasal 11 dan 39) hal ini dikuatkan dalam UU No. 20 tahun 2003, pasal 15, 17, 18, 30, dan 37 (Rohyani, 2015:74). Dengan kekuatan tersebut diharapkan perkembangan kemajuan pendidikan Islam akan semakin meningkat.

  Sedangkan pendidikan Islam sejak awal perkembangannya telah berdiri tegak di atas dua sumber pokok yang amat penting yaitu Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Di dalam kitab suci ini terkandung ayat mufasshalaat (terinci) dan ayat-ayat Mubayyinaat (yang memberikan bukti-bukti kebenaran) yang mendorong kepada orang untuk belajar membaca dan menulis serta untuk menuntut ilmu, memikirkan, merenungkan dan menganalisis ciptaan langit dan bumi. Oleh karena itu maka tujuan da’wah Islamiyah adalah untuk memberi cahaya terang kepada hati nurani dan pikiran serta menambah kemampuan umat Islam dalam melakukan proses pengajaran dan pendidikan. Karena Rasullah SAW sendiri diutus pertama-tama untuk menjadi pendidik dan beliau adalah guru yang pertama dalam Islam (Al Jumbulati, 1994: 1).

  Ada beberapa landasan atau dasar dari pendidikan Islam (Rosyadi, 2004) antara lain:

a) Al-Qur’an

  Al Qur’an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah, dan karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka. Sebenarnya, Al Qur’an merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril. Al Qur’an tidak diwahyukan secara keseluruhan, akan tetapi turun secara sebagian-sebagian, sesuai dengan timbulnya kebutuhan, dalam masa kira-kira dua puluh tiga tahun.

  Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur bertujuan untuk memecahkan setiap problema yang timbul di masyarakat. Dan juga menunjukkan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah mustahil, karena Al Qur’an turun menjadi petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.

  Al Qur’an menjadi petunjuk manusia untuk menjalankan kehidupan dan mengatasi problem yang ada. Kebenarannya tidak dapat diragukan lagi terutama sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaiamana dalam Q.S Al Baqarah 2: 2 yang artinya “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. Dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan petunjuk yaitu segala aktifitas manusia termasuk di dalamnya mengenai pendidikan Islam.

b) As Sunnah

  As Sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al Qur’an. As Sunnah ini sebagai petunjuk dalam segala aktifitas. Karena Rosulullah sebagai pendidik pertama yang mengajarkan segala sesuatu kepada manusia. Dijadikannya As Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak terlepas dari fungsi As Sunnah itu sendiri terhadap Al Qur’an. Fungsi As Sunnah terhadap Al Qur’an adalah sangat penting yaitu a) As Sunnah menerangkan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum. maka dengan sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan. b) Sunnah mengkhidmati Al Qur’an. Memang As Sunnah menjelaskan mujmal Al Qur’an, menerangkan musykilnya dan memanjangkan keringkasannya (Rosyadi, 2004:155).

  Allah telah menyuruh umatnya untuk menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman dalam melangsungkan kehidupan. Begitu juga dalam pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah. Perintah ini terdapat dalam salah satu Firman Allah Q.S An Nisa/4:59 (Shobron. 2009:269).

                                

  Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar- benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Al Qur’an dan Terjemah Departemen Agama RI, hal:88).

c) Al-Kaun

  Selain menurunkan ayat-ayat qauliyah kepada manusia melalui perantara malaikat Jibril dan nabi-nabi, Ia juga membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata, yaitu alam semesta dengan segala macam partikel dan heteroginitas. Berbagai entitas yang ada di dalamnya: langit yang begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya, laut yang begitu membahana dengan kekayaan ikan dan aneka primate yang dikandungannya, bumi yang bulat dengan segala yang dilahirkannya; pepohonan, bebukitan, gunung-gunung, berbagai macam binatang dan lain sebagainya (Rosyadi, 2004: 156).

  Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan jejak-jejak keagunganNya, ia juga merupakan himpunan-himpunan teks secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia secara mondial bagaimana bersikap dan berperilaku mulia: patuh pada kefitrian kodrat, harmoni yang begitu menentramkan, kerelaan yang tulus dalam membahagiakan umat manusia. Ditilik dari wacana pedagogis, hal itu amatlah berarti bagi kelangsungan proses pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.bukan hanya tumpukan ilmu dan kepandaian, tapi juga sikap arif dan kedewasaan jiwa (Rosyadi, 2004: 157).

d) Ijtihad

  Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan dan menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al Qur’an dan As Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al Qur’an dan As Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al Qur’an dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan setelah Rasul Allah wafat.

  Namun, ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dan para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (Daradjat, 2011:21- 22).

C. Komponen Pendidikan Islam

1. Tujuan

  Sebelum lebih jauh mengetahui tujuan pendidikan Islam, terlebih dahulu mari lihat apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah “Arah, maksud atau haluan.” Sedangkan secara terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapakan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.

  Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam beberapa jenis, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, kurikuler, dan instruksional. Atau Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu bangsa; tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan; tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu; dan tujuan Instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu (Suwarno, 2006: 33).

  Selain itu menurut ‘Atiyah Al Abrasyi, mengemukakan rincian aplikasi dari tujuan pendidikan Islam tersebut:

  1. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia.

  2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

  3. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit).

  4. Menyiapkan peserta didik dari segi professional

  5. Persiapan untuk mencari rezeki (Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2012: 8).

  Menurut al Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi yaitu: (1) insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.; (2) insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kebahagaian dunia akhirat dalam pandangan al Ghazali adalah menempatkan kebahagian dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagian yang lebih memiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang diprioritaskan (Mujib, 2006).

  Dengan demikian tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menjadikan manusia yang beriman, manusia yang shaleh, berkualitas dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2. Peserta Didik

  Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

  Dalam istilah tasawuf, peserta didik seringkali disebut dengan “murid” atau thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah “pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spriritual (mursyid)”. Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari”, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib) (Mujib, 2006: 104).

  Manusia lahir dengan membawa muatan nilai yang signifikan dalam totalitas kehidupannya, yang disebut potensi (fitrah). Fitrah manusia tidak akan berkembang dan tumbuh dengan baik tanpa adanya bimbingan faktor dari luar. Faktor luar yang paling strategis untuk menumbuh kembangkan potensi manusia adalah lewat pendidikan. Karenanya pendidikan harus memandang anak didik sebagai orang yang belum dewasa dan sedang dalam masa perkembangannya menuju kedewasaan (Rosyadi. 2004: 198)

3. Pendidik

  Dalam teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa) (Mujib, 2006:87). Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik kearah kedewasaan. Sedangkan secara akademis, pendidik adalah tenaga kerja kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Suwarno, 2006:38).

  Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murrabi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah tersebut mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang pakai dalam pendidikan dalam konteks Islam. Murrabi, merupakan orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. Mualim, orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjalaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritris dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer imu pengetahuan, internalisasi, serta implementasi (amaliah). Mu’addib yaitu orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Mudarris, orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, membrantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.Mursyid, orang yang mampu menjadi model atau sentral, identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi peserta didiknya (Mujib, 2006:92).

  Disamping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui gelarnya, seperti istilah ustadz dan al syaykh. Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).

  Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Mujib, 2006:87).

  Al Ghazali memberikan tempat terhormat profesi mengajar. Ia banyak mengutip teks AlQur’an dan al Hadits untuk memperkuat argumentasinya bahwa profesi mmerupakan tugas yang palin utama dan mulia. Al Ghazali, dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin sendiri telah menyejajarkan para pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana ditulis: