ANALISIS EKONOMI POLITIK TENTANG PERBURU

Analisis Ekonomi Politik Tentang Perburuan Rente di Indonesia

Paskal Hamonangan T.
170810130020
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Politik
2013

1

Kata Pengantar
Makalah ini disusun guna pemenuhan salah satu komponen penilaian mata kuliah
ekonomi politik pada program studi S1 Ilmu Politik FISIP UNPAD. Makalah ini juga
merupakan salah satu kajian teoritis tentang perburuan rente. Makalah ini juga bertujuan
sebagai sarana bahan diskusi dan kajian keilmuan bagi mahasiswa pada umumnya dan
mahasiswa Ilmu Politik khususnya. Tak lupa penulis meminta bantuan berupa pemberian
saran dan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar berguna bagi penulis untuk semakin
memperbaiki kemampuan penulis dalam membuat dan menyusun sebuah makalah.
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Jatinangor, 21 Desember 2015

Hormat Saya

Penulis

2

DAFTAR ISI
Cover .....................................................................................................................

1

Kata pengantar ....................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................. 3
Pendahuluan ........................................................................................................... 4
Landasan Teori ....................................................................................................... 6
Pembahasan ............................................................................................................ 9
Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
Daftar pustaka ......................................................................................................... 16


3

Analisis Ekonomi Politik Tentang Perburuan Rente di Indonesia

Pendahuluan

Latar belakang pembuatan makalah ini saya akui, saya tertarik dengan pemberitaan di
media saat saat ini ketika seorang ketua pimpinan lembaga negara menurut banyak pihak
telah menjadi pemburu rente. Hal ini bermula ketika seorang pengusaha yang saat itu
perusahaan yang dipimpinnya sedang berusaha untuk mendapatkan perpanjangan kontrak
kerja, lalu seorang ketua pimpinan lembaga negara datang dan menjanjikan kepada
pengusaha tersebut dapat memberikan perpanjangan kontrak kerja kepada perusahaannya dan
meminta imbalan yaitu berupa saham di perusahaan tersebut, termasuk saham di proyek yang
lain, walaupun dilihat dari kewenangan/otoritas dari lembaga negara yang dipimpinnya
tersebut tidak bisa mengeluarkan ijin perpanjangan kontrak tersebut.
Bahkan Peneliti Indonesian Institute for Development and Democracy (Inded) Arif
Susanto menegaskan bahwa fungsi DPR di bawah kepemimpinan Ketua DPR Setya Novanto
berubah menjadi pemburu rente. Hal ini terkait rekaman percakapan Setya meminta 20
persen saham perseroan dan meminta jatah 49 persen saham proyek Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA) Urumuka, Papua pada PT Freeport Indonesia (PTFI). “Ini bisa dibawa ke
ranah hukum. Tidak ada prestasi besar Setya Novanto di DPR. Dewan Perwakilan Rakyat
diubahnya menjadi dewan pemburu rente,” kata Arif di Kedai Kopi Deli, Jalan Sunda,
Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (19/11). 1
Bila kita coba mengindentifikasi masalah tentang perburuan rente di Indonesia kasus
yang saat ini sedang ramai bukanlah yang pertama kali yang ada di Indonesia, ada beberapa
kasus perburuan rente di Indonesia, contoh kasus pada zaman reformasi, yaitu perburuan
rente yang terjadi di Kabupaten Buol, Pada kasus ini korupsi dilakukan oleh Bupati Buol,
Amran Batalipu, yang sudah divonis 7 tahun enam bulan penjara serta membayar denda
sebesar Rp 300 juta subsider satu tahun penjara pada 11 Februari 2013. Amran terbukti
menerima Rp. 3 miliar dari pengusaha dan mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat
Hartati Murdaya terkait pengurusan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan sawit. Amran
menerima uang Rp. 3 miliar dari pihak PT HIP yang meminta Amran membuat surat
1 http://www.intelijen.co.id/di-era-setya-novanto-dpr-jadi-dewan-pemburu-rente/

4

rekomendasi izin usaha perkebunan (IUP) yang ditujukan kepada Gubernur Sulawesi Tengah,
serta surat rekomendasi kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional terkait hak guna usaha
(HGU) atas lahan seluas 4.500 hektar milik PT CCM/PT HIP 2.

Pola perburuan atas lisensi ini adalah bentuk dari rent seeking, dan kemudian menjadi
korupsi saat itu dilakukan di luar arena formal dan publik, dan juga adanya sejumlah uang
yang diberikan dalam proses lobi. Bentuk seperti ini yang umumnya terjadi dalam pola
korupsi di era reformasi. Data korupsi yang terjadi selama sepuluh terakhir menunjukan
bahwa menurut perkaranya, korupsi terbesar dilakukan karena adanya penyuapan (170
kasus), pengadaan barang dan jasa (115 kasus), pungutan (14 kasus) dan perijinan (13
kasus)3.
Memang bila dilihat dari satu contoh kasus tersebut ternyata perburuan rente
merupakan pintu masuk dari kejahatan selanjutnya yaitu tindak pidana korupsi, karena ketika
perburuan rente yaitu ketika hak monopoli yang diberikan negara kepada pengusaha, maka
proses lobi akan dilalui oleh para pengusaha untuk menyakinkan negra memberikan hak
monopolinya kepada pengusaha, ini juga bukan hanya sekedar pembicaraan tapi juga
membahas imbalan yang dijanjikan pengusaha kepada negara, dan kesempatan ini
dimanfaatkan oleh kedua belah pihak yaitu pihak pengusaha mendapatkan hak monopoli
yang dimiliki oleh negara, dan negara yang diwakilkan oleh seorang/sekelompok orang yang
memiliki otoritas/wewenang untuk memberikan hak monopoli negara dapat memperkaya
dirinya sendiri baik individu/kelompok.
Tujuan dari makalah ini adalah memberikan kita gambaran bagaimana perburuan
rente terjadi di Indonesia, yang menjadi point penting adalah bagaimana cara mengatur
hubungan antara pihak swasta/pengusaha dengan pihak pemerintah/birokrasi. Sesungguhnya

bahwa sektor publik harus dimilki oleh setiap publik/individu yang masuk kedalam teritori
sektor publik tersebut, bila ada persaingan dalam sektor publik tersebut haruslah terjadi
karena persaingan yang sehat sehingga terjadi pemerataan kepada setiap individu, tidak bisa
hanya dimiliki oleh seseorang/sekolompok orang yang menguasai sektor publik dan
mendapatkannya bukan melewati persaingan yang sehat,bebas, dan terbuka/transparan.
Dan ini juga dapat menimbukan manfaat bagi kita semua karena bila kita dapat
mengatur proporsi ideal dari pihak swasta/pengusaha dan pemerintah maka keuntungan dapat
diperoleh oleh masyarakat dan pemerintah. Yaitu masyarakat mendapatkan kesempatan untuk
2 http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=326&l=kabupaten-buol
3 http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-jenis-perkara

5

kehidupan yang lebih layak dengan pemanfaatan sektor publik yang lebih terbuka/transparan,
pemerintah dapat mengurangi pekerjaannya untuk permasalahan kesenjangan sosial/ekonomi
yang ada di masyarkat karena sektor publik dikuasai oleh publik, selain itu mungkin
kepercayaan publik yang menurun karena kurangnya hubungan yang ideal antara swasta
dengan pemerintah dapat menjadi meningkat karena hubungan yang ideal tersebut, yang
contoh nyatanya adalah bagaimana partisipatori dari masyarkat terhadap aktifitas yang
dilakukan pemerintah itu akan terlihat dampaknya.


Landasan Teori

Bentuk-Bentuk pendapatan menurut Adam Smith:
 Pertama adalah Keuntungan atau laba (Profits) diperoleh dari suatu usaha atau
bisnis yang mengandung resiko. Pelaku bisnis yang menginvestasikan modal,
keahlian dan berbagai input lainnya tidak dapat menjamin bahwa modalnya
akan kembali. Oleh karena itu, dalam bisnis yang menanggung resiko adalah
setiap pelaku usaha dituntut untuk efisien karena pasar yang dihadapi sangat
bersaing sehingga satu sama lain tidak saling mempengaruhi harga,
mekanisme harga secara spontan terbentuk di pasar. Dalam persaingan
sempurna, perusahaan yang masuk dan yang keluar berlangsung dengan
mudah sesuai dengan kemampuan dan tingkat efisiensi masing-masing pelaku
 Kedua adalah Upah (Wages), merupakan bentuk pendapatan yang tercipta
karena seseorang bekerja berdasarkan keterampilan dan keahliannya. Berbeda
dengan laba,upah tidak merupakan cermin dari resiko. Seseorang dapat
menciptakan pendaptan dari upah tanpa harus berhadapan dengan resiko dari
suatu bisnis yang sudah dtanggung oleh perusahaan atau pengusaha. Oleh
karena itu,upah lebih merupakan cermin dari tingkat produktivitas yang
biasanya sejalan dengan investasi modal atau keuangan pada sumber daya

manusia (pendidikan, latihan, kejujuran, kecermatan, dan sebagainya). Dengan
demikian tingkat upah akan bervariasi sesuai dengan nilai sumber daya
manusia tersebut.

6

 Ketiga adalah Sewa atau rente (Rents), merupakan bentuk pendapatan yang
palng mudah dibandingkan dengan kedua jenis pendapatan di atas, karena
tidak menanggung resiko serta tidak perlu mengerahkan keterampilan untuk
memperolehnya. Jadi cara ketiga untuk memperoleh pendaptan merupakan
cara paling mudah dibandingkan cara pertama dan cara kedua4
Namun, untuk kepentingan analisis ekonomi politik, maka pengertian rente
ditransformasikan sebagai suatu sifat pelaku bisnis untuk memudahkan cara memperoleh
keuntungan dengan menggunakan modal yang menjadi hak milik orang lain atau hak milik
publik untuk keuntungannya sendiri (rent seeking behavior). Dalam pengertian ini rente (rent)
diartikan lebih kritis dan menjadi negatif artinya karena input atau modal yang dipakai bukan
hak milik sendiri. Sementara itu, rente (sewa) dalam arti yang netral atau positif adalah
bentuk pendapatan yang diperoleh dari modal (uang, mesin, rumah, dll) yang merupakan hak
milik sendiri.5
Gordon Tullock adalah ekonom pertama yang membahas teori perburuan rente

ekonomi ini (1967). Fenomena perburuan rente dipelajari pertama kali dalam hubungannya
dengan hak monopoli yang diberikan oleh Negara kepada pengusaha. Menurutnya, perburuan
rente terjadi ketika seorang pengusaha atau perusahaan mengambil manfaat atau nilai yang
tidak dikompensasikan dari yang lain dengan melakukan manipulasi terhadap lingkungan
usaha atau bisnis. Manipulasi terhadap lingkungan usaha tersebut juga terjadi karena
perebutan monopoli atas aturan main atau regulasi. Karena itu, pelaku usaha yang melakukan
lobi untuk mempengaruhi aturan lebih memihak dirinya dengan pengorbanan pihak lainnya
disebut pemburu rente (rent seekers).6
Menurut Anne Krueger (1973), pemburuan rente dalam kajian ekonomi politik berarti
perburuan pendapatan dengan cara monopoli, lisensi dan penggunaan modal kekuasaan di
dalam bisnis. Pengusaha memperoleh keuntungan dengan cara bukan persaingan yang sehat
di dalam pasar. Kekuasaan dipakai untuk mempengaruhi pasar, sehingga mengalami distorsi
untuk kepentingannya. Perilaku perburuan rente dibedakan dari perilaku mencari untung
dalam usaha atau bisnis yang sehat. Di dalam bisnis yang sehat, perusahaan menciptakan
iklim nilai dan kemudian melakukan tranksaksi yang saling menguntungkan. Tetapi, di
4 Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia
5 Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia
6 Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia

7


dalam praktik perburuan rente ekonomi, pelaku usaha mengundang kekuasaan atau
mempengaruhi kekuasaan untuk mengambil dari suatu nilai yang tidak dikompensasi. 7
Tipe tipe pemburuan rente menurut michael ross dibagi menjadi dua tipe. Pertama,
“Rent creation”,

dimana perusahaan yang mencari keuntungan yang dibuat oleh negara

dengan menyogok politisi dan birokrat. Kedua, “Rent Extraction”, dimana politisi dan
birokrat mencari keuntungan dari perusahaan dengan mengancam perusahaan dengan
peraturan-peraturan. Lalu ada satu tipe lagi yaitu rente ini diperebutkan oleh para birokrat,
yaitu “Rent Seizing”, yaitu terjadi ketika aktor-aktor negara atau birokrat berusaha untuk
mendapatkan hak mengalokasikan rente yang dihasilkan oleh institusi-institusi negara untuk
kepentingan individu atau kelompoknya. 8
Berdasarkan pendapat para ahli yang lain pemburu rente/rent seekers dapat dibagi
menjadi beberapa tipe, diantaranya:
1) Kapitalis Birokrat
Istilah “kapitalis birokrat” diciptakan sehubungan dengan situasi Negara cina, dan
sejak itu memperoleh beberapa makna yang berbeda; tetapi di sini, didefinisikan secara lebih
spesifik, yaitu:

a) Mereka yang memenuhi syarat sebagai kapitalis birokrat pernah memegang atau
masih memegang jabatan birokrat yang mereka gunakan untuk akumulasi modal
mereka.
b) Kalau mereka tidak lagi memegang jabatan birokratis, mereka mungkin masih
mempertahankan hubungan yang erat dengan pemerintah dan memanfaatkannya
untuk bisnis mereka.
c) Mereka mempunyai bisnis sendiri dan menjalankannya seperti yang dilakukan oleh
kapitalis yang lain.
2) Kapitalis Kraton
Kapitalis kraton adalah tipe rent seekers dimana keluarga kraton ikut terjun dalam
bisnis. Selain itu kapitalis kraton dapat juga digambarkan sebagai kondisi dimana para
usahawan mendekati raja untuk mempenroleh bantuan keuangan seperti yang mereka lakukan
dengan pemerintah dewasa ini.

7 Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia
8 http://www.scribd.com/doc/118391055/PEMBURU-RENTE-RENT-SEEKING-EPP-KEL-6#scribd

8

3) Keluarga Presiden.

Suatu kondisi dimana keluarga presiden ikut terjun dalam bisnis baik itu melalui
investasi, mendirikan perusahaan sendiri, dan lain sebagainya. Mereka memanfaatkan jabatan
dan kekuasaan yang mereka miliki untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain
itu, “keluarga presiden” dapat juga digambarkan sebagai kondisi dimana para usahawan
mendekati presiden untuk memperoleh keuntungan baik lewat sumbangan dan, maupun
proteksi regulasi.

4) Kapitalis Konco.
Para kapitalis konco atau (crony kapitalist) adalah usahawan sektor swasta yang
memperoleh keuntungan besar dari hubungan erat dengan kepala negara. Hubungan erat
disini lebih kepada hubungan persahabatan. Para kapitalis seperti Benedicto,Eduardo
Cojuangco, Rodulfo Cuenca, Herminio Disini, Antonio Floirendo dan Ricardo Selveriosering
disebut menjadi konco-konco Marcos. Banyak diantara konco-konco Marcos telah
mendirikan bisnis sebelum undang-undang darurat.
5) Spekulator.
Bila spekulator di definisikan sebagai seseorang yang mengambil resiko demi peluang
memperoleh keuntungan, maka semua usahawan adalah spekulator, karena semua investasi
pasti mengandung resiko. Agar memenuhi syarat sebagai spekulator, ia harus mengambil
resiko besar demi peluang memperoleh keuntungan yang besar. Usahawan yang pergi ke
Kasino dengan sejumlah besar uang merupakan pola dasarnya. 9
Pembahasan
Pemburu rente sudah ada di Indonesia sudah ada sejak zaman orde baru, pemburu
rente bisa kita artikan sebagai perilaku seorang pengusaha yang memperoleh keuntungan
dengan sama sekali tidak memberikan keuntungan dengan produktifitas perekonomian tetapi
malah menimbulkan tambahan kerugian kepada masyarakat, tidak adanya keuntungan kepada
produktifitas perekonomian dapat dilihat dari tingginya “High cost economy” sehingga
melambatnya roda perekonomian negara

9 http://www.scribd.com/doc/118391055/PEMBURU-RENTE-RENT-SEEKING-EPP-KEL-6#scribd

9

Adanya perburuan rente di suatu negara akan menhambat pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi suatu negara, adanya pemburu rente (rent seeking) akan
menyebabkan lebarnya jurang kemiskinan antara yang miskin dan kaya. Hal ini dikarenakan
tidak adanya aturan yang tegas tentang akses kesejahteraan bagi yang miskin. Regulasiregulasi/peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah cenderung pro terhadap para
pemodal dan mengabaikan proteksi terhadap rakyat kecil. Sumber-sumber utama ekonomi
hanya dikuasai oleh kaum-kaum elite sehingga monopoli perkonomian tidak bisa
dihindarkan.
Contoh contoh kasus perburuan rente di Indonesia menurut tipe-tipe Michael Ross,
yang pertama adalah tipe “rent creation”, cerita bermula dari Pada September 2014, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Gubernur Riau, Annas Maamun, setelah pria
berusia 72 tahun itu menerima uang suap dari pengusaha sawit. Sebuah video penangkapan
Annas memperlihatkan pria tersebut duduk dengan canggung di antara tumpukan uang kertas.
“Apakah uang ini milik Anda?” tanya petugas KPK. ”Ya,” jawab Annas. ”Dari mana Anda
memperolehnya?” tanya sang petugas KPK lagi. “Bonus Tahun Baru,” kata Annas.
Ketika kasus Annas Maamun digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di
Bandung, jawaban tersebut tidak dipercaya hakim. Annas pun dijatuhi hukuman penjara
selama enam tahun, pada Juni lalu. Dalam rangkaian sidang, terungkap bahwa uang yang
diperoleh Annas berasal dari pebisnis sawit, Gulat Medali Emas Manurung, yang kala itu
merupakan Kepala Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia cabang Riau. Uang dari Gulat
dimaksudkan agar Annas mengalih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit di
Kabupaten Kuantan Singingi seluas 1.188 hektare dan di Kabupaten Rokan Hilir seluas 1.214
hektare.10
Yang kedua tipe adalah “rent extraction” yaitu kasus industri burung walet, dimana
industri ini merupakan industri rakyat yang telah secara turun-temurun. Proses budidaya dan
pengolahan produk sarang burung walet ini mulai dilakukan secara tradisional di gua-gua
alam dan secara bertahap dibudidayakan dirumah rumah penduduk dengan arsitektur tertentu,
yang memungkinkan walet betah tinggal didalamnya
Karena pasar ekspor sangat menjanjikan, maka produsen pada berbagai level semakin
banyak sehingga satu sama lain tidak dapat mempengaruhi harga. Tingkat efisiensi pasar
tercipta lewat proses persaingan yang sehat diantara produsen, yang menjual pada
10 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151017_indonesia_korupsi_asap

10

pengumpul, pengolah, dan pada akhirnya ke pihak eksportir. Sarang burung walet akhirnya
barang ekonomis yang bernilai.
Dilain pihak, pelaku-pelaku pembeli pada tingkat lokal juga semakin banyak karena
pasar luar negeri yang menjanjikan tadi. Artinya, mekanisme pembentukan harga terjadi
karena pembeli dan penjual yang saling tidak mempengaruhi satu sama lain. Hanya tingkat
efisiensi pada penjual dan pembeli secara bertahap dapat meningkatkan efisiensi pasar,
dengan demikian produksi burung walet secara maksimal dapat dilakukan oleh masyarakat.
Proses perbaikan sistem komoditi dan struktur pasar sarang burung walet ini akhirnya
bersaing secara atomistik dimana penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi penjual
lainnya di pasar. Dimana penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi penjual lainnya
di pasar. Mekanisme harga di level pengumpul dibentuk di pasar secara bersaing, yang
menggiring produsen untuk melakukan efisiensi secara teratur.
Lalu apa yang dilakukan pemerintah dan kelompok kepentingan terhadap pasar
komoditi ini? Kelompok kepentingan ASBI (Asosiasi Sarang Burung Walet Indonesia) masuk
sebagai pendistorsi pasar. Asosiasi ini telah berupaya melakukan monopoli perdagangan
ekspor sarang burung walet menggunakan monopoli perdagangan ekspor sarang burung walet
dengan menggunakan instrumen pemeriksaan Surat Izin Ekspor (SIE), yang dikeluarkan
PHPA. Tujuan SIE sebenarnya dilakukan untuk pelestarian alam, tetapi diubah menjadi alat
perburuan rente yang harus dibayar produsen/eksportir sebesar Rp 150 ribu/KG

11

Selain itu, masyarakat mengalami kerugian karena gejolak harga akibat ketidakpastian
pembelian oleh eksportir setelah ada isu monopoli tersebut. Distorsi ini memang tidak
berlangsung lama tetapi jelas motif dari monopoli tersebut tidak lain sebagai ulah para
pemburu rente. Namun reaksi keras masyarakat dapat menggagalkan usaha pemburuan rente
yang merugikan masyarakat ini.11
Yang ketiga adalah tipe “rent seizing” yaitu perebutan rente oleh para birokrasi contoh
nyata hal itu di Indonesia adalah Petral (Pertamina Energy Trading LTD), dimana petral yang
sudah ada sejak 1969 yang tugas awalnya menjual minyak semenjak 2004 menjual minyak
telah membuat banyak kerugian di Indonesia sendiri. Tapi lembaga ini tetap eksis selama
puluhan tahun hingga mei 2015 kemarin dibubarkan setelah audit dari tim reformasi tata
kelola migas, bukan hal yang baru bila petral dianggap sangat merugikan negara,
Sebelumnya, Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri sempat menyebutkan
beberapa pihak yang terlibat dalam pembentukan Petral. "Kalau ada waktu kami ingin bicara
lebih detail Petra Oil dulu. Dari Zaman Pak Harto dulu, pemegang sahamnya siapa saja. Kan
40% Pertamina, 20% Tommy Soeharto, 20% Bob Hasan, sisanya yayasan karyawan
Pertamina. Dari situ bisa dilihat kenapa dari pemerintah sebelumnya membentuk Petral,
kenapa harus didirikan di Hong Kong," tuturnya.12
Ini merupakan gambar sejarah perjalanan Petral (Pertamina Energy Trading LTD).13

11 Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia
12 http://finance.detik.com/read/2014/12/05/110418/2768587/1034/mengungkap-sejarah-petral
13 http://finance.detik.com/read/2015/11/09/152234/3066050/1034/melongok-sejarah-petral-di-bisnis-bbm

12

Kesimpulan

13

Pemburu rente bisa jadi siapa saja yang memulai duluan baik dari kelompok
kepentingan/ swasta atau dari pemerintah, bahkan lebih tragis ada “rent seeking” yang
sengaja diperebutkan oleh para birokras. Sudah seharusnya pemerintah memberikan proporsi
yang seimbang kepada persaingan pasar supaya tercipta efisiensi pasar yang dapat
menciptakan kestabilan harga yang menguntungkan dari pembeli dan penjual
Pemerintah sudah seharusnya melindungi para masyarkat kelas bawah dan tidak lagi
melindungi hanya kelas pemodal saja dimana banyak peraturan peraturan “jebakan” dimana
itu malah menguntungkan kelompok kepentingan bahkan asing, apalagi di negara kita yang
pemerintah diamanatkan oleh undang undang untuk menguasai sektor sektor yang
menghasilkan untuk sebesar-besarnya kebermanfaatan untuk masyarakat luas.
Karena sesungguhnya perburuan rente merupakan ketidak tegasan pemerintah dalam
menegakkan aturan dasar yang sesungguhnya sudah ada, dan perburuan rente lebih hanya
menguntungkan seseorang/sekelompok orang yang menggunakan jabatan publiknya untuk
keuntungan pribadi dan banyak menimbulkan faktor faktor negatif salah satu contohnya
menhambat pergerakan ekonomi nasional karena tidak sehatnya sistem persaingan yang ada
dan menciptakan budaya konsumtif di masyarkat.

Saran
Sesungguhnya perburuan rente dapat memberikan kita visualisasi tentang
kaitan/hubungan masyarkat, pemerintah, dan sektor private/pengusaha. Dimana itu bila
diberikan regulasi yang jelas akan menciptakan siklus dibidang ekonomi yang baik, sekarang
tinggal bagaimana para pejabat publik yang memiliki kekuatan politik dapat membuat
kebijakan untuk memperkuat perekonomian di Indonesia, memang mental pejabat publik di
Indonesia menurut saya memang masih rendah dimana itu dimanfaatkan dengan baik oleh
para pengusaha untuk mengambil keuntungan, masalah sistem transparansi kebijakan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak juga belum dapat dilaksanakan dengan sempurna
karena masih banyak masyarakat yang belum paham tentang pengambilan keputusan
keputusan strategis di pemerintahan contoh masalah petral tadi, ada dua hal yang terjadi bila
terjadi perbedaan yang jauh antara akses informasi pemerintah, penguasaha, dan masyarkat.
Bila mental pejabat publik itu baik maka mereka akan melakukan edukasi kepada masyarakat
luas untuk menghilangkan perbedaan informasi yang jauh tersebut, namun bila mental
pejabat publik ini buruk maka mereka akan memanfaatkan akses informasi dan pengetahuan
14

tersebut untuk keuntungan individu/kelompoknya. Dan sudah seharusnya pemerintah
bersungguh sungguh untuk menghilangkan perburuan rente di Indonesia dengan mendidik
birokratnya lewat reformasi birokrasi, mendidik para kaum pengusaha dengan persaingan
pasar yang sehat, bebas, dan transparan. Sehingga keuntungan dan kemanfaatan diberbagai
sektor di Indonesia lebih dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Daftar Pustaka
1. http://www.intelijen.co.id/di-era-setya-novanto-dpr-jadi-dewan-pemburu-rente/
2. http://infokorupsi.com/id/geo-korupsi.php?ac=326&l=kabupaten-buol
3. http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-jenis-perkara
15

4. Rachbini, Didik J. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia
5. http://www.scribd.com/doc/118391055/PEMBURU-RENTE-RENT-SEEKING-EPP-KEL-6#scribd
6. http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151017_indonesia_korupsi_asap
7. http://finance.detik.com/read/2014/12/05/110418/2768587/1034/mengungkap-sejarahpetral
8. http://finance.detik.com/read/2015/11/09/152234/3066050/1034/melongok-sejarahpetral-di-bisnis-bbm

16