PROPOSAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI AGRIB
PROPOSAL
STUDI KELAYAKAN INVESTASI AGRIBISNIS
PELATIHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Disusun oleh :
Nama
: Ibnu Muchtar Rosyidi
Kelas
: Agribisnis 6C
NIM
: H0812080
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program terkait pertanian di Indonesia telah diformulasi oleh
Kementrian Pertanian dalam wujud “Empat Sukses Program Pembangunan
Pertanian”
yaitu:
(1)
Pencapaian
Swasembada
dan
Swasembada
berkelanjutan, (2) Peningkatan Diversifikasi Pangan, (3) Peningkatan Nilai
Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta (4) Peningkatan Kesejahteraan Petani
Pertanian.
Pengembangan pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah
hasil pertanian seperti jerami padi merupakan aktivitas yang relevan dengan
empat sukses program pembangunan pertanian di atas, terutama pada empat
sukses yang pertama (swasembada berkelanjutan) dan empat sukses yang ke
tiga (peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor) serta empat sukses
yang ke empat ( peningkatan kesejahteraan petani)
Undang-undang SP3K nomor 16 tahun 2006 juga mengamanahkan
bahwa kegiatan penyuluhan harus memperhatikan kondisi lingkungan, agar
lingkungan pertanian tetap terjaga, lestari dan semakin meningkat kualitasnya
setelah di hujani pupuk dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan
degradasi lahan.
Selanjutnya, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang merupakan komponen dari sistem pembangunan pertanian
secara keseluruhan di Indonesia juga dituntut untuk memberi kontribusi demi
tercapainya empat sukses program pertanian tersebut serta berusaha
mengembangkan inovasi dalam memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti
jerami padi dalam mendukung pertanian Indonesia yang berkelanjutan
(Sustainable Agriculture of Indonesia).
Berdasarkan pemikiran tersebut, saya mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang saat ini berada di semester VI akan
melaksanakan Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dengan Pembuatan Pupuk
Organik. Pelatihan yang di tujukan untuk pengurus kelompok tani, gabungan
kelompok tani, dan penyuluh pertanian.
Kegiatan pelatihan tersebut akan dilaksanakan di Desa Jetis Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo. Alasan utama dipilihnya lokasi tersebut adalah;
petani setempat belum memanfaatkan jerami padi hasil budidaya sebelumnya
untuk memperbaiki struktur tanah lahan usaha. Selain itu belum tumbuhnya
kesadaran petani dalam melaksanakan usaha tani dengan orientasi sadar
lingkungan. Alasan lain, adalah kurangnya sosialisasi penyuluh kepada petani
dan masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan pertanian agar tetap
lestari.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pelatihan pertanian berkelanjutan ini adalah
sebagai berikut:
1. Petani memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan pertanian
2. Petani diharapkan dapat memanfaatkan jerami padi yang dihasilkan dari
usahataninya menjadi pupuk organik.
3. Petani mendapatkan nilai tambah yang lebih baik melalui peningkatan
penghasilan tambahan
4. Penyuluh memiliki spirit untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment)
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan
demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan
dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan
dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan
keterampilan kerja. (Simanjuntak, 2005)
Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah
perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan
kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan
berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai
keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil
dalam pekerjaannya. (Ivancevich, 2008)
Definisi lain menyatakan bahwa pelatihan adalah Proses mengajarkan
karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah
satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia
kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti
pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat
perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelatihan merupakan upaya
yang dilakukan oleh organisasi tertentu (pemerintah, swasta, NGO dan
organisasi lainnya) dalam rangkain meningkatkan mutu sumberdaya manusia
terutama meningkatnya keterampilan dan kinerja.
B. Tujuan Pelatihan
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan
keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih
efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional, (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga
menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman sesama dan dengan
manajemen (pimpinan).
C. Komponen
Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh
Mangkunegara (2005) terdiri dari : 1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan
pengembangan harus jelas dan dapat di ukur, 2) Para pelatih (trainer) harus
ahlinya yang berkualitas memadai (profesional), 3) Materi pelatihan dan
pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai, 4)
Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
D. Tahapan
Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam
pelatihan dan pengembangan meliputi:
1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Kegiatan identifikasi pelatihan diperlukan untuk menyiapkan
rencana/program
pelatihan. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan
diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan anggaran untuk pelatihan.
Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak
atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, sebagai
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Menggali informasi langsung dari masyarakat sasaran melalui diskusi
kelompok yang terfokus. Dalam hal ini perlu diadakan suatu
pertemuan/diskusi khusus antara kelompok masyarakat sasaran dengan
fasilitator/penyuluh. Dalam diskusi ini ditanyakan, apa masalah yang
dihadapi oleh kelompok masyarakat tersebut, pengetahuan atau
keterampilan apa yang dibutuhkan oleh mereka dan apakah perlu ada
pelatihan bagi mereka. Perlunya pelatihan biasanya terkait dengan
permasalahan yang dihadapi oleh kelompok dalam melaksanakan
kegiatannya. Usul perlunya pelatihan datang dari kelompok masyarakat
itu sendiri, demikian pula jenis pelatihannya.
b. Menggali
informasi
melaui
kegiatan
Pengkajian
Desa
Secara
Partisipatif/Participatory Rural Appraisal (PRA). Melalui pelaksanaan
PRA yang dilanjutkan dengan pembuatan rencana-rencana peningkatan
kegiatan di tingkat kelompok dapat diperoleh informasi kebutuhan
pelatihan yang berasal dari masyarakat sendiri.
c. Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh
masyarakat/anggota
kelompok
tani/masyarakat,
disertai
dengan
pengamatan langsung terhadap kondisi masyarakat/kelompok tersebut.
d. Penelitian konvensional yang dilakukan oleh ahli. Melalui penelitian
terhadap masyarakat yang bersangkutan yang mencakup tingkat
pengetahuan dan tingkat keterampilan masyarakat dalam melakukan
usahanya yang berkaitan dengan kehutanan dapat diperoleh informasi
mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih
perlu dikonsultasikan lagi dengan pemuka/kelompok masyarakat
tersebut untuk memperoleh kepastian pelatihan yang diperlukan.
2. Pemilihan Bentuk Dan Jenis Pelatihan
Berdasarkan hasil diskusi atau penggalian informasi melalui
pelaksanaan PRA atau wawancara dapat diketahui adanya kebutuhan
pelatihan atau pelatihan yang diinginkan oleh kelompok masyarakat tadi.
Jika ada beberapa usulan jenis pelatihan sedangkan dana untuk itu terbatas,
maka perlu dilakukan pemilihan jenis pelatihan yang menjadi prioritas
untuk dilaksanakan. Pemilihan jenis pelatihan dilakukan melalui suatu
diskusi dengan masyakat yang bersangkutan dalam suatu pertemuan
khusus. Juga disesuaikan dengan ketersediaan dana.
3. Penyusunan Kurikulum Dan Silabus Pelatihan
Pada pelatihan formal jangka pendek maupun jangka panjang, perlu
dibuat kurikulum dan silabusnya. Dalam kurikulum mata ajaran yang akan
diberikan pada pelatihan biasanya terdiri dari dua kelompok yakni :
a. Kelompok Inti
Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran
utama dan sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kegiatan yang
dilatihkan atau untuk melakukan kegiatan dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapi.
b. Kelompok Penunjang
Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran
yang sebaiknya dikuasai peserta pelatihan yang berguna untuk
menunjang pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
kegiatan yang dilatihkan. Bagi mata pelajaran yang diperlukan
silabusnya terdiri dari teori dan praktek.
4. Modul Pelatihan
Pada pelatihan formal diperlukan perencanaan yang detail, selain
perlu disiapkannya kurikulum dan silabus, juga diperlukan modul
pelatihan. Untuk itu perlu disusun modul dari tiap mata ajaran yang
diberikan.
5. Metodologi Pembelajaran
Pelatihan masyarakat merupakan pendidikan non formal, dengan
demikian sifatnya berbeda dengan pendidikan formal yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah. Dalam pelatihan non formal bagi orang dewasa, ada
karakteristik peserta yang harus diperhatikan yakni :
a. Orang dewasa mempunyai pengalaman dan pengalaman masing-masing
orang berbeda satu sama lain.
b. Lebih suka menerima saran-saran daripada digurui.
c. Biasanya menilai dirinya lebih rendah daripada kemampuan sebenarnya
yang ada pada dirinya.
d. Biasanya lebih menyenangi hal-hal yang bersifat praktis.
e. Biasanya membutuhkan waktu belajar yang relatif lama, membutuhkan
suasana akrab dan menjalin hubungan yang erat.
f. Lebih suka dihargai daripada disalahkan.
g. Hanya mau belajar dengan baik jika mereka menganggapnya perlu bagi
mereka.
h. Lebih memperhatikan hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi
kebutuhannya.
i. Menyukai cara belajar yang melibatkan peran mereka.
RENCANA KEGIATAN
A. Tema Kegiatan
Tema dari kegiatan ini adalah Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dengan
Pembuatan Pupuk Organik
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan pelatihan ini akan dilaksankan pada tangal 7 Maret 2015, di
Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. (Jadwal pelaksanaan
kegiatan terlampir pada lampiran.1)
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari kegiatan pelatihan ini adalah; Pengurus kelompok tani,
Penyuluh petanian dan pejabat desa dan tokoh masyarakat setempat.
D. Input (Masukan)
Input atau masukan sumberdaya yang mendukung pelaksanaan kegiatan
pelatihan ini antara lain:
1. Kurikulum
dan
buku
panduan
pelatihan
pertanian
berkelanjutan
(pembuatan pupuk organik)
2. Sumberdaya Manusia, yang terdiri dari:
a. Mahasiswa Fakultas Pertanian UNS yang telah terlatih dan menjadi
panitia dalam melaksanakan penyuluhan pertanian berkelanjutan
terutama dalam pembuatan pupuk organik jerami (Susunan panitia
terlampir pada lampiran. 2)
b. Sarana dan prasarana pelatihan.
c. Anggaran Fakultas Pertanian UNS untuk praktikum dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 732.000,00 dan bantuan ATK dari Jurusan
Penyuluhan Pertanian sebesar Rp. (Rincian biaya terlampir pada
lampiran.3)
E. Output (Hasil Keluaran)
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah
terlaksananya kegiatan pelatihan pertanian berkelanjutan di Desa Jetis
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
F. Outcome (Hasil Kegiatan)
Outcome atau hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini adalah sebagai
berikut:
1. Menghasilkan petani inovator orang yang bergerak dalam pengembangan
pertanian berkelanjutan terutama dalam memanfaatkan jerami padi
menjadi komoditas bernilai tambah.
2. Menghasilkan petani yang terampil dalam pemanfaatan limbah jerami padi
menjadi pupuk organik
3. Menghasilan penyuluh yang aktif dalam pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan
4. Mendapat dukungan dari
tokoh masyarakat utama desa dalam
pengembangan usaha tani berbasis pertanian berkelanjutan.
G. Impact (Dampak)
Dampak yang nanti diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini
antara lain;
1. Beralihnya petani di Desa setempat dari pelaksanaan usaha tani
konvensional menuju usaha tani yang ramah lingkungan.
2. Meningkatnya pendapatan petani melalui produksi pupu organik dan
3. Berkurangnya ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
H. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pelatihan meliputi; persiapan administratif
dan edukatif, pelaksanaan dan pelaporan pelatihan, tahapan tersebut telah
dirinci seperti dibawah ini:
1. Persiapan administratif dan edukatif, terdiri dari:
a.
Menyiapkan surat edaran tentang adanya program pelatihan
b.
Membuat surat keputusan (SK) penyelenggaraan pelatihan
c.
Menyiapkan buku pedoman/petunjuk
d.
Undangan peserta pelatihan
e.
Menentukan Pelatih (Tutor)
f.
Menyiapkan blanko daftar hadir dan identitas peserta
g.
Menyiapkan perlengkapan diklat (alat tulis, peta singkap, laptop
dll)
h.
Mempersiapkan perlengkapan penunjang (sound system dll )
i.
Menyusun kebutuhan biaya
2. Pelaksanaan Kegiatan, tahapannya adalah sebagai berikut:
a.
Pembukaan dan perkenalan
b.
Dinamika kelompok
c.
Penyampaian materi
d.
Praktikum
e.
Penutupan
3. Evaluasi, pekerjaan dalam evaluasi antara lain:
a.
Membuat laporan hasil kegiatan
b.
Membuat rencana tindak lanjut (RTL)
I. Materi
Materi yang akan sampaikan dalam pelatihan ini adalah dinamika
kelompok, pertanaian berkelanjutan (urgensi, dan manfaat), tahapan
pembuatan pupuk organik dan praktikum cara membuat pupuk organik dari
EM 4 dan Promi.
J. Instuktur atau Tutor Pelatihan
Instruktur atau tutor diharapkan dapat memaparkan lebih jelas pokokpokok materi yang akan disajikan dan juga mampu menjadi motivator,
katalisator dan dinamisator, para instruktur dalam pelatihan ini adalah sebagai
berikut:
1. Hanung, materi yang akan disampaikan adalah Konsep Pertanian
Berkelanjutan
2. Angga, pembawa materi Macam-macam Teori Pembuatan Pupuk Organik.
3. Bayu, pembawa materi langkah pembuatan Pupuk Organik (Praktikum)
4. Bagas, pembawa materi Dinamika Kelompok
5. Acara ini dipimpin dan diarahkan oleh ketua kelompok, yaitu Ibnu
K. Kebutuhan Sarana Pelatihan
Saran yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan dari pelatihan pertanian
berkelanjutan ini adalah sebagaia berikut:
1. Kebutuhan sarana pendukung dalam proses penyelenggaraan diklat
a. Undangan
b. Spanduk tema
c. Peta singkap
d. Kertas koran
e. Spidol
f. Pena + buku catatan (untuk peserta)
2. Kebutuhan Teknologi dalam Pelatihan
a. satu buah Infokus
b. satu buah laptop
c. satu buah mic
d. Satu unit soundsystem sederhana
e. Alat dan bahan praktikum (Jerami, EM 4, dan Promi serta bahan lain
yang diperlukan)
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Pelatihan
JADWAL KEGITAN PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Hari/ Tanggal
Jenis Kegiatan
Sabtu/7 Maret 2015 Persiapan
Waktu (WIB) Keterangan
07.30-08.00
Panitia
Pelaksanaan
08.00-08.30
Panitia
Pengisian absensi
08.30 – 09.00 Pejabat
Pembukaan
09.00 – 09.15 Snack
Istirahat
09.15 – 09.45 Bermain peran
Penyampaian Materi
09.45 – 10.30 Teoritis
Pembuatan Pupuk
Organik
10.30 – 11.30
Praktikum
Membuat pembukuan
Kelompok
11.30 – 12.00
Pejabat
Penutupan
12.00 – 12.15 Panitia
Mempersiapkan seluruh
perlengkapan yang
dibutuhkan termasuk
tempat, dsb
Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN
PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Panitia Inti:
Ketua Pelaksana
: Ibnu
Sekretaris
: Angga
Bendahara
: Bayu
Panitia Acara :
Sie Acara
: Hanung
Sie Perlengkapan
: Sukma
Sie Akomodasi
: Kiki
Sie Dokumentasi
: Bagas
Lampiran 3. Rincian Kebutuhan Biaya.
RINCIAN KEBUTUHAN BIAYA
No. Rincian Kebutuhan
a.
Bagian
Perlengkapan
Spanduk tema
ATK administrasi panitia
Dokumentasi
ATK Peserta
Kertas koran (Blank)
Spidol permanen
Jumlah a
b.
Bagian Konsumsi
Snack
Makan
Jumlah b
c.
Bagian Acara
1.
Honor Narasumber
2.
Honor Panitia
Jumlah c
d.
Akomodasi
1.
Sewa Tempat
2.
Biaya Transportasi Peserta
3.
Biaya Transportasi Pejabat
4.
Uang saku peserta
5.
Biaya Transportasi Panitia
Jumlah d
Jumlah a+b+c+d
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Satuan
1 buah
1 paket
1 paket
10 paket
25 lembar
3 buah
Harga (Rp) Jumlah (Rp)
50.000,007.000,007.000,00
1.000,00
10.000,00
50.000,007.000,0070.000,00
25.000
30.000,00
182.00,00
5.000,00
15.000,00
100.000,00
300.000,00
400.000,00
4 orang
7 Orang
-
-
1 paket
10 orang
3 orang
10 orang
7 orang
50.000,00
-
150.000,00
150.000,00
732.000,00
20 dus
20 dus
DAFTAR PUSTAKA
H. Malayu S.P. Hasibuan, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara. Jakarta
Ivancevich, John. 2008. Organizational behavior and management. McGrawHill/ The McGraw-Hill Companies, Inc. Boston.
Mangkunegara, Anwar. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. FE UI. Jakarta.
Suandi Achmad dan Ida. 2005. Modul Manajemen Pelatihan, STPP Bogor
Tjutju Yuniarsi dan Suwanto. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alfabeta.
Bandung
STUDI KELAYAKAN INVESTASI AGRIBISNIS
PELATIHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Disusun oleh :
Nama
: Ibnu Muchtar Rosyidi
Kelas
: Agribisnis 6C
NIM
: H0812080
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program terkait pertanian di Indonesia telah diformulasi oleh
Kementrian Pertanian dalam wujud “Empat Sukses Program Pembangunan
Pertanian”
yaitu:
(1)
Pencapaian
Swasembada
dan
Swasembada
berkelanjutan, (2) Peningkatan Diversifikasi Pangan, (3) Peningkatan Nilai
Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta (4) Peningkatan Kesejahteraan Petani
Pertanian.
Pengembangan pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah
hasil pertanian seperti jerami padi merupakan aktivitas yang relevan dengan
empat sukses program pembangunan pertanian di atas, terutama pada empat
sukses yang pertama (swasembada berkelanjutan) dan empat sukses yang ke
tiga (peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor) serta empat sukses
yang ke empat ( peningkatan kesejahteraan petani)
Undang-undang SP3K nomor 16 tahun 2006 juga mengamanahkan
bahwa kegiatan penyuluhan harus memperhatikan kondisi lingkungan, agar
lingkungan pertanian tetap terjaga, lestari dan semakin meningkat kualitasnya
setelah di hujani pupuk dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan
degradasi lahan.
Selanjutnya, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang merupakan komponen dari sistem pembangunan pertanian
secara keseluruhan di Indonesia juga dituntut untuk memberi kontribusi demi
tercapainya empat sukses program pertanian tersebut serta berusaha
mengembangkan inovasi dalam memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti
jerami padi dalam mendukung pertanian Indonesia yang berkelanjutan
(Sustainable Agriculture of Indonesia).
Berdasarkan pemikiran tersebut, saya mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang saat ini berada di semester VI akan
melaksanakan Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dengan Pembuatan Pupuk
Organik. Pelatihan yang di tujukan untuk pengurus kelompok tani, gabungan
kelompok tani, dan penyuluh pertanian.
Kegiatan pelatihan tersebut akan dilaksanakan di Desa Jetis Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo. Alasan utama dipilihnya lokasi tersebut adalah;
petani setempat belum memanfaatkan jerami padi hasil budidaya sebelumnya
untuk memperbaiki struktur tanah lahan usaha. Selain itu belum tumbuhnya
kesadaran petani dalam melaksanakan usaha tani dengan orientasi sadar
lingkungan. Alasan lain, adalah kurangnya sosialisasi penyuluh kepada petani
dan masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan pertanian agar tetap
lestari.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pelatihan pertanian berkelanjutan ini adalah
sebagai berikut:
1. Petani memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan pertanian
2. Petani diharapkan dapat memanfaatkan jerami padi yang dihasilkan dari
usahataninya menjadi pupuk organik.
3. Petani mendapatkan nilai tambah yang lebih baik melalui peningkatan
penghasilan tambahan
4. Penyuluh memiliki spirit untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment)
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan
demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan
dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan
dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan
keterampilan kerja. (Simanjuntak, 2005)
Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah
perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan
kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan
berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai
keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil
dalam pekerjaannya. (Ivancevich, 2008)
Definisi lain menyatakan bahwa pelatihan adalah Proses mengajarkan
karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah
satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia
kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti
pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat
perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelatihan merupakan upaya
yang dilakukan oleh organisasi tertentu (pemerintah, swasta, NGO dan
organisasi lainnya) dalam rangkain meningkatkan mutu sumberdaya manusia
terutama meningkatnya keterampilan dan kinerja.
B. Tujuan Pelatihan
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan
keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih
efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional, (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga
menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman sesama dan dengan
manajemen (pimpinan).
C. Komponen
Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh
Mangkunegara (2005) terdiri dari : 1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan
pengembangan harus jelas dan dapat di ukur, 2) Para pelatih (trainer) harus
ahlinya yang berkualitas memadai (profesional), 3) Materi pelatihan dan
pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai, 4)
Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
D. Tahapan
Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam
pelatihan dan pengembangan meliputi:
1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Kegiatan identifikasi pelatihan diperlukan untuk menyiapkan
rencana/program
pelatihan. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan
diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan anggaran untuk pelatihan.
Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak
atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, sebagai
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Menggali informasi langsung dari masyarakat sasaran melalui diskusi
kelompok yang terfokus. Dalam hal ini perlu diadakan suatu
pertemuan/diskusi khusus antara kelompok masyarakat sasaran dengan
fasilitator/penyuluh. Dalam diskusi ini ditanyakan, apa masalah yang
dihadapi oleh kelompok masyarakat tersebut, pengetahuan atau
keterampilan apa yang dibutuhkan oleh mereka dan apakah perlu ada
pelatihan bagi mereka. Perlunya pelatihan biasanya terkait dengan
permasalahan yang dihadapi oleh kelompok dalam melaksanakan
kegiatannya. Usul perlunya pelatihan datang dari kelompok masyarakat
itu sendiri, demikian pula jenis pelatihannya.
b. Menggali
informasi
melaui
kegiatan
Pengkajian
Desa
Secara
Partisipatif/Participatory Rural Appraisal (PRA). Melalui pelaksanaan
PRA yang dilanjutkan dengan pembuatan rencana-rencana peningkatan
kegiatan di tingkat kelompok dapat diperoleh informasi kebutuhan
pelatihan yang berasal dari masyarakat sendiri.
c. Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh
masyarakat/anggota
kelompok
tani/masyarakat,
disertai
dengan
pengamatan langsung terhadap kondisi masyarakat/kelompok tersebut.
d. Penelitian konvensional yang dilakukan oleh ahli. Melalui penelitian
terhadap masyarakat yang bersangkutan yang mencakup tingkat
pengetahuan dan tingkat keterampilan masyarakat dalam melakukan
usahanya yang berkaitan dengan kehutanan dapat diperoleh informasi
mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih
perlu dikonsultasikan lagi dengan pemuka/kelompok masyarakat
tersebut untuk memperoleh kepastian pelatihan yang diperlukan.
2. Pemilihan Bentuk Dan Jenis Pelatihan
Berdasarkan hasil diskusi atau penggalian informasi melalui
pelaksanaan PRA atau wawancara dapat diketahui adanya kebutuhan
pelatihan atau pelatihan yang diinginkan oleh kelompok masyarakat tadi.
Jika ada beberapa usulan jenis pelatihan sedangkan dana untuk itu terbatas,
maka perlu dilakukan pemilihan jenis pelatihan yang menjadi prioritas
untuk dilaksanakan. Pemilihan jenis pelatihan dilakukan melalui suatu
diskusi dengan masyakat yang bersangkutan dalam suatu pertemuan
khusus. Juga disesuaikan dengan ketersediaan dana.
3. Penyusunan Kurikulum Dan Silabus Pelatihan
Pada pelatihan formal jangka pendek maupun jangka panjang, perlu
dibuat kurikulum dan silabusnya. Dalam kurikulum mata ajaran yang akan
diberikan pada pelatihan biasanya terdiri dari dua kelompok yakni :
a. Kelompok Inti
Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran
utama dan sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kegiatan yang
dilatihkan atau untuk melakukan kegiatan dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapi.
b. Kelompok Penunjang
Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran
yang sebaiknya dikuasai peserta pelatihan yang berguna untuk
menunjang pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
kegiatan yang dilatihkan. Bagi mata pelajaran yang diperlukan
silabusnya terdiri dari teori dan praktek.
4. Modul Pelatihan
Pada pelatihan formal diperlukan perencanaan yang detail, selain
perlu disiapkannya kurikulum dan silabus, juga diperlukan modul
pelatihan. Untuk itu perlu disusun modul dari tiap mata ajaran yang
diberikan.
5. Metodologi Pembelajaran
Pelatihan masyarakat merupakan pendidikan non formal, dengan
demikian sifatnya berbeda dengan pendidikan formal yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah. Dalam pelatihan non formal bagi orang dewasa, ada
karakteristik peserta yang harus diperhatikan yakni :
a. Orang dewasa mempunyai pengalaman dan pengalaman masing-masing
orang berbeda satu sama lain.
b. Lebih suka menerima saran-saran daripada digurui.
c. Biasanya menilai dirinya lebih rendah daripada kemampuan sebenarnya
yang ada pada dirinya.
d. Biasanya lebih menyenangi hal-hal yang bersifat praktis.
e. Biasanya membutuhkan waktu belajar yang relatif lama, membutuhkan
suasana akrab dan menjalin hubungan yang erat.
f. Lebih suka dihargai daripada disalahkan.
g. Hanya mau belajar dengan baik jika mereka menganggapnya perlu bagi
mereka.
h. Lebih memperhatikan hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi
kebutuhannya.
i. Menyukai cara belajar yang melibatkan peran mereka.
RENCANA KEGIATAN
A. Tema Kegiatan
Tema dari kegiatan ini adalah Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dengan
Pembuatan Pupuk Organik
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan pelatihan ini akan dilaksankan pada tangal 7 Maret 2015, di
Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. (Jadwal pelaksanaan
kegiatan terlampir pada lampiran.1)
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran dari kegiatan pelatihan ini adalah; Pengurus kelompok tani,
Penyuluh petanian dan pejabat desa dan tokoh masyarakat setempat.
D. Input (Masukan)
Input atau masukan sumberdaya yang mendukung pelaksanaan kegiatan
pelatihan ini antara lain:
1. Kurikulum
dan
buku
panduan
pelatihan
pertanian
berkelanjutan
(pembuatan pupuk organik)
2. Sumberdaya Manusia, yang terdiri dari:
a. Mahasiswa Fakultas Pertanian UNS yang telah terlatih dan menjadi
panitia dalam melaksanakan penyuluhan pertanian berkelanjutan
terutama dalam pembuatan pupuk organik jerami (Susunan panitia
terlampir pada lampiran. 2)
b. Sarana dan prasarana pelatihan.
c. Anggaran Fakultas Pertanian UNS untuk praktikum dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 732.000,00 dan bantuan ATK dari Jurusan
Penyuluhan Pertanian sebesar Rp. (Rincian biaya terlampir pada
lampiran.3)
E. Output (Hasil Keluaran)
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah
terlaksananya kegiatan pelatihan pertanian berkelanjutan di Desa Jetis
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
F. Outcome (Hasil Kegiatan)
Outcome atau hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini adalah sebagai
berikut:
1. Menghasilkan petani inovator orang yang bergerak dalam pengembangan
pertanian berkelanjutan terutama dalam memanfaatkan jerami padi
menjadi komoditas bernilai tambah.
2. Menghasilkan petani yang terampil dalam pemanfaatan limbah jerami padi
menjadi pupuk organik
3. Menghasilan penyuluh yang aktif dalam pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan
4. Mendapat dukungan dari
tokoh masyarakat utama desa dalam
pengembangan usaha tani berbasis pertanian berkelanjutan.
G. Impact (Dampak)
Dampak yang nanti diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini
antara lain;
1. Beralihnya petani di Desa setempat dari pelaksanaan usaha tani
konvensional menuju usaha tani yang ramah lingkungan.
2. Meningkatnya pendapatan petani melalui produksi pupu organik dan
3. Berkurangnya ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
H. Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pelatihan meliputi; persiapan administratif
dan edukatif, pelaksanaan dan pelaporan pelatihan, tahapan tersebut telah
dirinci seperti dibawah ini:
1. Persiapan administratif dan edukatif, terdiri dari:
a.
Menyiapkan surat edaran tentang adanya program pelatihan
b.
Membuat surat keputusan (SK) penyelenggaraan pelatihan
c.
Menyiapkan buku pedoman/petunjuk
d.
Undangan peserta pelatihan
e.
Menentukan Pelatih (Tutor)
f.
Menyiapkan blanko daftar hadir dan identitas peserta
g.
Menyiapkan perlengkapan diklat (alat tulis, peta singkap, laptop
dll)
h.
Mempersiapkan perlengkapan penunjang (sound system dll )
i.
Menyusun kebutuhan biaya
2. Pelaksanaan Kegiatan, tahapannya adalah sebagai berikut:
a.
Pembukaan dan perkenalan
b.
Dinamika kelompok
c.
Penyampaian materi
d.
Praktikum
e.
Penutupan
3. Evaluasi, pekerjaan dalam evaluasi antara lain:
a.
Membuat laporan hasil kegiatan
b.
Membuat rencana tindak lanjut (RTL)
I. Materi
Materi yang akan sampaikan dalam pelatihan ini adalah dinamika
kelompok, pertanaian berkelanjutan (urgensi, dan manfaat), tahapan
pembuatan pupuk organik dan praktikum cara membuat pupuk organik dari
EM 4 dan Promi.
J. Instuktur atau Tutor Pelatihan
Instruktur atau tutor diharapkan dapat memaparkan lebih jelas pokokpokok materi yang akan disajikan dan juga mampu menjadi motivator,
katalisator dan dinamisator, para instruktur dalam pelatihan ini adalah sebagai
berikut:
1. Hanung, materi yang akan disampaikan adalah Konsep Pertanian
Berkelanjutan
2. Angga, pembawa materi Macam-macam Teori Pembuatan Pupuk Organik.
3. Bayu, pembawa materi langkah pembuatan Pupuk Organik (Praktikum)
4. Bagas, pembawa materi Dinamika Kelompok
5. Acara ini dipimpin dan diarahkan oleh ketua kelompok, yaitu Ibnu
K. Kebutuhan Sarana Pelatihan
Saran yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan dari pelatihan pertanian
berkelanjutan ini adalah sebagaia berikut:
1. Kebutuhan sarana pendukung dalam proses penyelenggaraan diklat
a. Undangan
b. Spanduk tema
c. Peta singkap
d. Kertas koran
e. Spidol
f. Pena + buku catatan (untuk peserta)
2. Kebutuhan Teknologi dalam Pelatihan
a. satu buah Infokus
b. satu buah laptop
c. satu buah mic
d. Satu unit soundsystem sederhana
e. Alat dan bahan praktikum (Jerami, EM 4, dan Promi serta bahan lain
yang diperlukan)
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Pelatihan
JADWAL KEGITAN PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Hari/ Tanggal
Jenis Kegiatan
Sabtu/7 Maret 2015 Persiapan
Waktu (WIB) Keterangan
07.30-08.00
Panitia
Pelaksanaan
08.00-08.30
Panitia
Pengisian absensi
08.30 – 09.00 Pejabat
Pembukaan
09.00 – 09.15 Snack
Istirahat
09.15 – 09.45 Bermain peran
Penyampaian Materi
09.45 – 10.30 Teoritis
Pembuatan Pupuk
Organik
10.30 – 11.30
Praktikum
Membuat pembukuan
Kelompok
11.30 – 12.00
Pejabat
Penutupan
12.00 – 12.15 Panitia
Mempersiapkan seluruh
perlengkapan yang
dibutuhkan termasuk
tempat, dsb
Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN
PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Panitia Inti:
Ketua Pelaksana
: Ibnu
Sekretaris
: Angga
Bendahara
: Bayu
Panitia Acara :
Sie Acara
: Hanung
Sie Perlengkapan
: Sukma
Sie Akomodasi
: Kiki
Sie Dokumentasi
: Bagas
Lampiran 3. Rincian Kebutuhan Biaya.
RINCIAN KEBUTUHAN BIAYA
No. Rincian Kebutuhan
a.
Bagian
Perlengkapan
Spanduk tema
ATK administrasi panitia
Dokumentasi
ATK Peserta
Kertas koran (Blank)
Spidol permanen
Jumlah a
b.
Bagian Konsumsi
Snack
Makan
Jumlah b
c.
Bagian Acara
1.
Honor Narasumber
2.
Honor Panitia
Jumlah c
d.
Akomodasi
1.
Sewa Tempat
2.
Biaya Transportasi Peserta
3.
Biaya Transportasi Pejabat
4.
Uang saku peserta
5.
Biaya Transportasi Panitia
Jumlah d
Jumlah a+b+c+d
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Satuan
1 buah
1 paket
1 paket
10 paket
25 lembar
3 buah
Harga (Rp) Jumlah (Rp)
50.000,007.000,007.000,00
1.000,00
10.000,00
50.000,007.000,0070.000,00
25.000
30.000,00
182.00,00
5.000,00
15.000,00
100.000,00
300.000,00
400.000,00
4 orang
7 Orang
-
-
1 paket
10 orang
3 orang
10 orang
7 orang
50.000,00
-
150.000,00
150.000,00
732.000,00
20 dus
20 dus
DAFTAR PUSTAKA
H. Malayu S.P. Hasibuan, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara. Jakarta
Ivancevich, John. 2008. Organizational behavior and management. McGrawHill/ The McGraw-Hill Companies, Inc. Boston.
Mangkunegara, Anwar. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. FE UI. Jakarta.
Suandi Achmad dan Ida. 2005. Modul Manajemen Pelatihan, STPP Bogor
Tjutju Yuniarsi dan Suwanto. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alfabeta.
Bandung