Laporan Kecepatan Disolusi Farmasi Fisik
KECEPATAN DISOLUSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan obat yang dihasilkan dalam bidang Farmasi, sebelum dilepas
di pasaran harus melalui beberapa pengujian untuk menstandarisasi dan
menjamin kualitas segala aspek sediaan. Pengujian sediaan farmasi
termasuk salah satunya adalah uji disolusi. Uji disolusi dapat dijadikan kontrol
pengembangan formulasi obat dan kualitas. Hal ini tidak hanya dapat
digunakan sebagai alat utama untuk memantau konsistensi dan stabilitas
produk obat tetapi juga sebagai teknik yang relatif cepat dan murah untuk
memprediksi penyerapan in vivo suatu sediaan obat. (Santi, 2016 : 144)
Uji disolusi memberikan gambaran perubahan jumlah zat aktif yang
terlarut di dalam medium. Laju disolusi atau kecepatan melarutnya suatu obat
sangat penting karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarutnya sebelum
diserap ke dalam tubuh. Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara
apapun, harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya.
Senyawa
senyawa
yang
relatif
tidak
dapat
dilarutkan
biasanya
memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan
respon terapeutik yang minimum. isolusi obat sehingga mahasiswa dapat
menerapkannnya dalam pengujian sediaan akhir farmasi yang telah dibuat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
karena pada dasarnya obat yang dikonsumsi untuk dapat berefek pada
tempat kerjanya, maka obat harus
mengalami proses disolusi dalam cairan tubuh manusia. Melihat pentingnya
ilmu di atas maka diperlukan penjelasan mengenai disolusi obat. (Santi, 2016
: 144)
B. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh suhu
terhadap
kecepatan disolusi zat dan mengetahui kecepatan pengadukan
terhadap kecepatan disolusi zat.
C. Tujuan Pratikum
Adapun
tujuan
dilakukannya
praktikum
ini
yaitu
menentukan
kecepatan disolusi suatu zat, menggunakan alat penentuan kecepatan
disolusi suatu zat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Disolusi adalah proses pelepasan senyawa obat dari sediaan dan
melarut dalam media pelarut. Disolusi mengacu pada proses ketika fase
padat (misalnya tablet atau serbuk) masuk ke dalam fase larutan, seperti air.
Intinya, ketika obat melarut, partikel-partikel padat memisah dan molekul
demi molekul bercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari
cairan tersebut. Kecepatan disolusi adalah jumlah zat aktif yang dapat larut
dalam waktu tertentu pada kondisi antar permukaan cair-padat, suhu dan
komposisi media yang dibakukan. (Santi, 2016 : 124). Efesiensi disolusi
adalah keadaan dimana menggambarkan jumlah obat yang dilepaskan pada
waktu tertentu (Sinko, 2011, 204 : 429).
Disolusi merupakan proses bergantung waktu atau kinetik yang
menggambarkan tahap akhir pelepasan obat, yang pada akhirnya dibutuhkan
sebelum obat dapat diabsorpsi atau memberikan efek farmakologis .setelah
bentuk sediaan padat, seperti tablet, diberikan melalui mulut pasien, sediaan
ini mula-mula harus berdisintegrasi menjadi pecahan partikel besar
selanjutnya terjadi deagregasi dan membebaskan partikel-partikel individual
Untuk bentuk sediaan pelepasan segera, kecepatan transit melewati usus
dan profil permeabilitas usus halus terhadap obat menentukan kecepatan
dan besar absorbsi obat (Sinko, 2011:437).
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh
sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan.ketersediaan zat aktif biasanya
ditetapkan oleh kecepatan pelepasan aktif dari bentuk sediaannya biasanya
ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya (Amir,
2007:221).
Penentuan permukaan kecepatan kelarutan suatu zat padat dilakukan
dengan metode : (Ansel 1989: 54 ).
a. Metode suspensi bubuk zat padat digunakan / ditambahkan pada pelarut
pada pergantian nama ekstrak terhadap luas permukaan partikelnya.
b. Metode permukaan konstan zat ditambahkan pada suatu wadah yang
diketahui luasnya hingga variabel perbedaan luas permukaan efektif dapat
dihilangkan.
Terdapat beberapa alat disolusi dengan berbagai tipe yaitu (Santi,
2016 : 127):
a. Alat uji disolusi menurut Farmakope Indonesia edisi 4:
1. Alat uji disolusi tipe keranjang (basket).
2. Alat uji disolusi tipe dayung (paddle).
b. Alat uji pelepasan obat
1. Alat uji pelepasan obat berupa keranjang (basket).
2. Alat uji pelepasan obat berupa dayung (paddle).
3. Alat uji pelepasan obat berupa reciprocating cylinder.
4. Alat uji pelepasan obat berupa flow through cell.
5. Alat uji pelepasan obat berupa paddle over disk.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
6. Alat uji pelepasan obat berupa silinder (cylinder).
7. Alat uji pelepasan obat berupa reciprocating holder.
Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa sifat fisikakimia termasuk bentuk kimia, kebiasaan kristal, ukuran partikel, kelarutan,
luas
permukaan
dan
sifat-sifat
pembahasan.
Bila
data
kelarutan
kesetimbangan dirangkaikan, maka eksperimen disolusi dapat membantu
mengindentifikasi daerah masalah biovailabilitas potensial (Lachman, 1994 :
659).
Mekanisme disolusi tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau
reaktivitas partikel-partikel padat pelarut kedalam zat cair ,dengan mengalami
dua langkah berturut-turut – turut yang pertama larutan zat padat pada
permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikel
yang kedua difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair (Genarro,
1990: 121).
Menurut Nayes dan Whitney ialah kecapatan suatu padatan menurut
dalam suatu pelarut dinyatakan secara kuantitatif oleh nayes dan whitney
pada tahun 1897. Kemudian diuraikan oleh para peneliti 1085 persamaan
tersebut ialah:
dm
dt
=
Ds
n
(cs-c)
dc
dt
=
Ds
Vn
(cs-c)
Dimana m adalah massa zat terlarut yang sekima waktu, dm/dt
adalah kecepatan solusi massa (massa/waktu) D adalah koefisien difusi zat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
terlarut dalam larutan. S adalah luas permukaan padatan yang terpanjangi,
n adalah tebal lapisan difusi. G adalah kelarutan (yakni konsentrasi senyawa)
dalam larutan jenuh pada permukaan dan pada temperatur percobaan). Dan
c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan baik pada waktu (t) kuantitas,
dc / dt adalah kecepatan disolusi dan v adalah larutan
(Sinko, 2011: 427).
Kamponen cairan lambung dan usus yang biasanya digunakan untuk
pengujian disolusi tablet yaitu umurnya pada asam lambung dan obat serta
adalah batas lemah . kemudian sifat khusus dari obat serta komposisi biologi
dan membuat mempunyai suatu penting pada proses perbaikan tersebut.
(Martin, 2008 : 274 ).
Tujuan sebagian besar monografi disolusi dalam farmakope adalah
untuk menetapkan prosedur evaluasi konsistensi disolusi produk obat dari
bets ke bets. Kesamaan karateristik disolusi suatu produk tertentu dari betsbets yang berbeda mengimplimasikan bahwa produk itu memiliki kinerja yang
serupa dalam tubuh manusia (Sinko, 2011:441). Uji disolusi dalam bidang
Farmasi memegang peranan penting yaitu (Santi, 2016 : 127) :
a. Uji
disolusi
digunakan
untuk
dalam
bidang
industri;
dalam
pengembangan
produk baru, untuk pengawasan mutu, dan untuk membantu menentukan
kesetersediaan hayati.
b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan, seperti adanya aturan
biofarmasetika, telah menegaskan pentingnya disolusi.
c. Karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk
obat yang memuaskan.
d. Uji disolusi digunakan
untuk
mengontrol
kualitas
terjaminnya
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
dan
menjaga
KECEPATAN DISOLUSI
standar dalam produksi tablet.
e. Uji disolusi untuk mengetahui terlarutnya zat aktif dalam waktu tertentu
menggunakan alat disolution tester sehingga bisa menentukan waktu
paruh dari sediaan tersebut.
B. Uraian Bahan
1. Air suling (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi
: AQUADESTILLATA
Nama lain
: Air suling/Aquadest
Berat molekul
: 18,02
Rumus kimia
: H2O
Rumus struktur
: H – O—H
Pemerian
: Jernih, tak berwarna, tak berbau
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai zat pelarut
2. Natrium hidroksida ( Ditjen POM,1979 : 412)
Nama resmi
: Natrii Hidroksidum
Nama lain
: Natrium hidroksid
RM
: NaOH
BM
: 40,0
Pemerian
: Putih atau praktis putih, massa
melebur,
berbentuk
pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain,
keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Kelarutan
: mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: sebagai pereaksi
3. Parasetamol (Ditjen POM, 1979 : 37)
Nama Resmi
: ACETAMINOPHENUM
Nama Lain
: Asetaminofen Parasetamol
Berat Molekul
: 151,16
Rumus Molekul
: C8H9NO2
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol
P;
larut
dalam
larutan
alkali
hidroksida
Penyimpanan
: Dalam wadahtertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan
: Analgetikum; antipiretikum.
C. Prosedur Kerja (Anonim, 2018)
a. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
1. Isi gelas kimia 50 mL dengan air,
2. Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 30°C,
masukkan 500 mg parasetamol dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
3. ,Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
4. Tentukan kadar parasetamol yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian lakukan dengan air suling.
5. Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 40°C dan suhu 50°C
6. Tabelkan hasil yang diperoleh
7. Buat kurva antara kondisi parasetamol yang diperoleh dengan waktu
untuk setiap satuan waktu (dalam satuan grafik).
b. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
1. Isi gelas kimia 50 mL dengan air,
2. Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 30°C,
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
masukkan 1 g parasetamol dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
3. Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
4. Tentukan kadar parasetamol yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap
waktu
terhadap
pengenceran
yang
dilakukan
karena
penggantian lakukan dengan air suling.
5. Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 75 dan kecepatan
100 rpm
6. Tabelkan hasil yang diperoleh
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakaan pada praktikum kali ini adalah botol
semprot, gelas ukur, gelas ukur 50, gelas ukur 100 , kertas saring,
spektofotometer, timbangan, waterbath saker.
B. Bahan yang Digunakan
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalaah air,
Aspirin, dan larutan NaOH
C. Cara Kerja
Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
1. Isi gelas kimia 50 mL dengan air, saring dengan menggunakan kertas
saring agar air yang digunakan jernih
2. Atur waterbath shaker pada suhu 40°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 40°C,
masukkan 1,05 g aspirin dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan
50 rpm
3. ,Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
4. Tentukan kadar aspirin yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian
lakukan dengan air suling.
5. Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 50°C dengan aspirin 1,02
gram
6. Tabelkan hasil yang diperoleh
7. Buat kurva antara konsentrasi aspirin yang diperoleh dengan waktu untuk
setiap satuan waktu (dalam satuan grafik).
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data hasil percobaan
B. Pembahasan
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum dan
hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium agar tidak terjadi kesalahan
yang tidak diinginkan.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Syarif. dr, dkk., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi kelima. Gaya baru :
Jakarta .
Annonim, 2018. Penuntun Raktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan farmasi Edisi I. UI Press :
Jakarta.
Alfred Martin, 2008. Farmasi Fisik dalam Ilmu farmasetik Edisi III Jilid 2, UI :
Jakarta
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia; Edisi III. Departemen Kesehatan
RI: Jakarta.
Genarro, A. R., 1990, Remingto’s Pharmaceutical Sciences Edisi 18 th, Marck
Publishing Company, Easton Pensylvania.
Lachman , Leon, dkk., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri I Edisi III. UI
Press : Jakarta .
Santi, Sinila, 2016. Farmasi Fisik. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta
Sinko, Patrick J, 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. EGC: Jakarta.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
LAMPIRAN
Lampiran I. Skema Kerja
Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
Isi gelas kimia 50 mL dengan air, saring dengan menggunakan kertas
saring agar air yang digunakan jernih
Atur waterbath shaker pada suhu 40°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 40°C,
masukkan 1,05 mg Aspirin dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan
50 rpm
Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25,
30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel, segera
digantikan dengan 5 mL air.
Tentukan kadar aspirin yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian lakukan dengan air suling.
Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 50°C dengan sampel
aspirin 1,02 g
Tabelkan hasil yang diperoleh
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Buat kurva antara kondisi Aspirin yang diperoleh dengan waktu untuk
setiap satuan waktu (dalam satuan grafik).
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
Isi gelas kimia 50 mL dengan air
Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 30°C,
masukkan 1 g parasetamol dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
Tentukan kadar parasetamol yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian
lakukan dengan air suling.
Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 75 dan kecepatan 100
rpm
Tabelkan hasil yang diperoleh
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Lampiran II. Gambar
Sampel
Vial
Proses saat pengambilan larutan dan digantikan dengan aquades
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan obat yang dihasilkan dalam bidang Farmasi, sebelum dilepas
di pasaran harus melalui beberapa pengujian untuk menstandarisasi dan
menjamin kualitas segala aspek sediaan. Pengujian sediaan farmasi
termasuk salah satunya adalah uji disolusi. Uji disolusi dapat dijadikan kontrol
pengembangan formulasi obat dan kualitas. Hal ini tidak hanya dapat
digunakan sebagai alat utama untuk memantau konsistensi dan stabilitas
produk obat tetapi juga sebagai teknik yang relatif cepat dan murah untuk
memprediksi penyerapan in vivo suatu sediaan obat. (Santi, 2016 : 144)
Uji disolusi memberikan gambaran perubahan jumlah zat aktif yang
terlarut di dalam medium. Laju disolusi atau kecepatan melarutnya suatu obat
sangat penting karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarutnya sebelum
diserap ke dalam tubuh. Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara
apapun, harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya.
Senyawa
senyawa
yang
relatif
tidak
dapat
dilarutkan
biasanya
memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan
respon terapeutik yang minimum. isolusi obat sehingga mahasiswa dapat
menerapkannnya dalam pengujian sediaan akhir farmasi yang telah dibuat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
karena pada dasarnya obat yang dikonsumsi untuk dapat berefek pada
tempat kerjanya, maka obat harus
mengalami proses disolusi dalam cairan tubuh manusia. Melihat pentingnya
ilmu di atas maka diperlukan penjelasan mengenai disolusi obat. (Santi, 2016
: 144)
B. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh suhu
terhadap
kecepatan disolusi zat dan mengetahui kecepatan pengadukan
terhadap kecepatan disolusi zat.
C. Tujuan Pratikum
Adapun
tujuan
dilakukannya
praktikum
ini
yaitu
menentukan
kecepatan disolusi suatu zat, menggunakan alat penentuan kecepatan
disolusi suatu zat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Disolusi adalah proses pelepasan senyawa obat dari sediaan dan
melarut dalam media pelarut. Disolusi mengacu pada proses ketika fase
padat (misalnya tablet atau serbuk) masuk ke dalam fase larutan, seperti air.
Intinya, ketika obat melarut, partikel-partikel padat memisah dan molekul
demi molekul bercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari
cairan tersebut. Kecepatan disolusi adalah jumlah zat aktif yang dapat larut
dalam waktu tertentu pada kondisi antar permukaan cair-padat, suhu dan
komposisi media yang dibakukan. (Santi, 2016 : 124). Efesiensi disolusi
adalah keadaan dimana menggambarkan jumlah obat yang dilepaskan pada
waktu tertentu (Sinko, 2011, 204 : 429).
Disolusi merupakan proses bergantung waktu atau kinetik yang
menggambarkan tahap akhir pelepasan obat, yang pada akhirnya dibutuhkan
sebelum obat dapat diabsorpsi atau memberikan efek farmakologis .setelah
bentuk sediaan padat, seperti tablet, diberikan melalui mulut pasien, sediaan
ini mula-mula harus berdisintegrasi menjadi pecahan partikel besar
selanjutnya terjadi deagregasi dan membebaskan partikel-partikel individual
Untuk bentuk sediaan pelepasan segera, kecepatan transit melewati usus
dan profil permeabilitas usus halus terhadap obat menentukan kecepatan
dan besar absorbsi obat (Sinko, 2011:437).
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh
sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan.ketersediaan zat aktif biasanya
ditetapkan oleh kecepatan pelepasan aktif dari bentuk sediaannya biasanya
ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya (Amir,
2007:221).
Penentuan permukaan kecepatan kelarutan suatu zat padat dilakukan
dengan metode : (Ansel 1989: 54 ).
a. Metode suspensi bubuk zat padat digunakan / ditambahkan pada pelarut
pada pergantian nama ekstrak terhadap luas permukaan partikelnya.
b. Metode permukaan konstan zat ditambahkan pada suatu wadah yang
diketahui luasnya hingga variabel perbedaan luas permukaan efektif dapat
dihilangkan.
Terdapat beberapa alat disolusi dengan berbagai tipe yaitu (Santi,
2016 : 127):
a. Alat uji disolusi menurut Farmakope Indonesia edisi 4:
1. Alat uji disolusi tipe keranjang (basket).
2. Alat uji disolusi tipe dayung (paddle).
b. Alat uji pelepasan obat
1. Alat uji pelepasan obat berupa keranjang (basket).
2. Alat uji pelepasan obat berupa dayung (paddle).
3. Alat uji pelepasan obat berupa reciprocating cylinder.
4. Alat uji pelepasan obat berupa flow through cell.
5. Alat uji pelepasan obat berupa paddle over disk.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
6. Alat uji pelepasan obat berupa silinder (cylinder).
7. Alat uji pelepasan obat berupa reciprocating holder.
Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa sifat fisikakimia termasuk bentuk kimia, kebiasaan kristal, ukuran partikel, kelarutan,
luas
permukaan
dan
sifat-sifat
pembahasan.
Bila
data
kelarutan
kesetimbangan dirangkaikan, maka eksperimen disolusi dapat membantu
mengindentifikasi daerah masalah biovailabilitas potensial (Lachman, 1994 :
659).
Mekanisme disolusi tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau
reaktivitas partikel-partikel padat pelarut kedalam zat cair ,dengan mengalami
dua langkah berturut-turut – turut yang pertama larutan zat padat pada
permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikel
yang kedua difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair (Genarro,
1990: 121).
Menurut Nayes dan Whitney ialah kecapatan suatu padatan menurut
dalam suatu pelarut dinyatakan secara kuantitatif oleh nayes dan whitney
pada tahun 1897. Kemudian diuraikan oleh para peneliti 1085 persamaan
tersebut ialah:
dm
dt
=
Ds
n
(cs-c)
dc
dt
=
Ds
Vn
(cs-c)
Dimana m adalah massa zat terlarut yang sekima waktu, dm/dt
adalah kecepatan solusi massa (massa/waktu) D adalah koefisien difusi zat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
terlarut dalam larutan. S adalah luas permukaan padatan yang terpanjangi,
n adalah tebal lapisan difusi. G adalah kelarutan (yakni konsentrasi senyawa)
dalam larutan jenuh pada permukaan dan pada temperatur percobaan). Dan
c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan baik pada waktu (t) kuantitas,
dc / dt adalah kecepatan disolusi dan v adalah larutan
(Sinko, 2011: 427).
Kamponen cairan lambung dan usus yang biasanya digunakan untuk
pengujian disolusi tablet yaitu umurnya pada asam lambung dan obat serta
adalah batas lemah . kemudian sifat khusus dari obat serta komposisi biologi
dan membuat mempunyai suatu penting pada proses perbaikan tersebut.
(Martin, 2008 : 274 ).
Tujuan sebagian besar monografi disolusi dalam farmakope adalah
untuk menetapkan prosedur evaluasi konsistensi disolusi produk obat dari
bets ke bets. Kesamaan karateristik disolusi suatu produk tertentu dari betsbets yang berbeda mengimplimasikan bahwa produk itu memiliki kinerja yang
serupa dalam tubuh manusia (Sinko, 2011:441). Uji disolusi dalam bidang
Farmasi memegang peranan penting yaitu (Santi, 2016 : 127) :
a. Uji
disolusi
digunakan
untuk
dalam
bidang
industri;
dalam
pengembangan
produk baru, untuk pengawasan mutu, dan untuk membantu menentukan
kesetersediaan hayati.
b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan, seperti adanya aturan
biofarmasetika, telah menegaskan pentingnya disolusi.
c. Karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk
obat yang memuaskan.
d. Uji disolusi digunakan
untuk
mengontrol
kualitas
terjaminnya
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
dan
menjaga
KECEPATAN DISOLUSI
standar dalam produksi tablet.
e. Uji disolusi untuk mengetahui terlarutnya zat aktif dalam waktu tertentu
menggunakan alat disolution tester sehingga bisa menentukan waktu
paruh dari sediaan tersebut.
B. Uraian Bahan
1. Air suling (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi
: AQUADESTILLATA
Nama lain
: Air suling/Aquadest
Berat molekul
: 18,02
Rumus kimia
: H2O
Rumus struktur
: H – O—H
Pemerian
: Jernih, tak berwarna, tak berbau
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai zat pelarut
2. Natrium hidroksida ( Ditjen POM,1979 : 412)
Nama resmi
: Natrii Hidroksidum
Nama lain
: Natrium hidroksid
RM
: NaOH
BM
: 40,0
Pemerian
: Putih atau praktis putih, massa
melebur,
berbentuk
pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain,
keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Kelarutan
: mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: sebagai pereaksi
3. Parasetamol (Ditjen POM, 1979 : 37)
Nama Resmi
: ACETAMINOPHENUM
Nama Lain
: Asetaminofen Parasetamol
Berat Molekul
: 151,16
Rumus Molekul
: C8H9NO2
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol
P;
larut
dalam
larutan
alkali
hidroksida
Penyimpanan
: Dalam wadahtertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan
: Analgetikum; antipiretikum.
C. Prosedur Kerja (Anonim, 2018)
a. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
1. Isi gelas kimia 50 mL dengan air,
2. Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 30°C,
masukkan 500 mg parasetamol dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
3. ,Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
4. Tentukan kadar parasetamol yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian lakukan dengan air suling.
5. Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 40°C dan suhu 50°C
6. Tabelkan hasil yang diperoleh
7. Buat kurva antara kondisi parasetamol yang diperoleh dengan waktu
untuk setiap satuan waktu (dalam satuan grafik).
b. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
1. Isi gelas kimia 50 mL dengan air,
2. Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 30°C,
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
masukkan 1 g parasetamol dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
3. Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
4. Tentukan kadar parasetamol yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap
waktu
terhadap
pengenceran
yang
dilakukan
karena
penggantian lakukan dengan air suling.
5. Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 75 dan kecepatan
100 rpm
6. Tabelkan hasil yang diperoleh
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakaan pada praktikum kali ini adalah botol
semprot, gelas ukur, gelas ukur 50, gelas ukur 100 , kertas saring,
spektofotometer, timbangan, waterbath saker.
B. Bahan yang Digunakan
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalaah air,
Aspirin, dan larutan NaOH
C. Cara Kerja
Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
1. Isi gelas kimia 50 mL dengan air, saring dengan menggunakan kertas
saring agar air yang digunakan jernih
2. Atur waterbath shaker pada suhu 40°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 40°C,
masukkan 1,05 g aspirin dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan
50 rpm
3. ,Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
4. Tentukan kadar aspirin yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian
lakukan dengan air suling.
5. Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 50°C dengan aspirin 1,02
gram
6. Tabelkan hasil yang diperoleh
7. Buat kurva antara konsentrasi aspirin yang diperoleh dengan waktu untuk
setiap satuan waktu (dalam satuan grafik).
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data hasil percobaan
B. Pembahasan
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam melakukan praktikum dan
hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium agar tidak terjadi kesalahan
yang tidak diinginkan.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Syarif. dr, dkk., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi kelima. Gaya baru :
Jakarta .
Annonim, 2018. Penuntun Raktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan farmasi Edisi I. UI Press :
Jakarta.
Alfred Martin, 2008. Farmasi Fisik dalam Ilmu farmasetik Edisi III Jilid 2, UI :
Jakarta
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia; Edisi III. Departemen Kesehatan
RI: Jakarta.
Genarro, A. R., 1990, Remingto’s Pharmaceutical Sciences Edisi 18 th, Marck
Publishing Company, Easton Pensylvania.
Lachman , Leon, dkk., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri I Edisi III. UI
Press : Jakarta .
Santi, Sinila, 2016. Farmasi Fisik. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta
Sinko, Patrick J, 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. EGC: Jakarta.
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
LAMPIRAN
Lampiran I. Skema Kerja
Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
Isi gelas kimia 50 mL dengan air, saring dengan menggunakan kertas
saring agar air yang digunakan jernih
Atur waterbath shaker pada suhu 40°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 40°C,
masukkan 1,05 mg Aspirin dan hidupkan motor penggerak pada kecepatan
50 rpm
Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25,
30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel, segera
digantikan dengan 5 mL air.
Tentukan kadar aspirin yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena
penggantian lakukan dengan air suling.
Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 50°C dengan sampel
aspirin 1,02 g
Tabelkan hasil yang diperoleh
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Buat kurva antara kondisi Aspirin yang diperoleh dengan waktu untuk
setiap satuan waktu (dalam satuan grafik).
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
Isi gelas kimia 50 mL dengan air
Atur waterbath shaker pada suhu 30°C, letakkan gelas kimia ke dalam
waterbath. Jika suhu air di dalam bejana sudh mencapai suhu 30°C,
masukkan 1 g parasetamol dan hidupkan motor penggerak pada
kecepatan 50 rpm
Ambil sebanyak 5 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15,
20, 25, 30 menit setelah pengadukan. Setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 5 mL air.
Tentukan kadar parasetamol yang terlarut dari sampel dengan cara
spektofotometer. Lakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh
setiap waktu terhadap pengenceran yang dilakukan karena penggantian
lakukan dengan air suling.
Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 75 dan kecepatan 100
rpm
Tabelkan hasil yang diperoleh
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR
KECEPATAN DISOLUSI
Lampiran II. Gambar
Sampel
Vial
Proses saat pengambilan larutan dan digantikan dengan aquades
MILA ADENIA IBRAHIM
15020170004
MUTHIA ADINDA KHAIR