Hak Mewarisi Anak Perempuan Pada Masyarakat Angkola Di Sipirok

ABSTRAK
Rabiatul Syahriah, SH, M.Hum *
Malem Ginting,SH, M.Hum **
Intan Sakinah Siregar ***
Hukum waris (erfrecht) yaitu seperangkat norma atau aturan yang
mengatur mengenai berpindahnya atau beralihnya hak dan kewajiban (harta
kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang masih
hidup (ahli waris) yang berhak menerimanya. Atau dengan kata lain, hukum waris
yaitu peraturan yang mengatur perpindahan harta kekayaan orang yang meninggal
dunia kepada satu atau beberapa orang lain.
Permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana
hak mewarisi anak perempuan menurut hukum adat disipirok, bagaimana
pergeseran nilai hukum adat terhadap hak mewarisi anak perempuan di Sipirok
dan hambatan – hambatan apa yang ada dalam hak mewarisi anak perempuan di
Sipirok.
Hak mewarisi anak perempuan menurut hukum adat di Sipirok adalah
Holong ate yaitu Pemberian seorang bapak kepada anak perempuan sewaktu
melangsungkan perkawinan disebut holong ate. Holong ate diberikan oleh orang
tua kepada anaknya yang perempuan sewaktu perkawinan berlangsung.
Pemberian ini adalah berupa alat-alat rumah tangga sebagai bekal untuk memulai
kehidupan berumah tangga. Abit na so ra buruk ini diperoleh seorang anak

perempuan yang sudah kawin dari bapaknya terutama sesudah bapaknya
meninggal dunia. Abit na so ra buruk ini adalah semacam hak waris kepada anak
perempuan yang telah berkeluarga. Pergeseran nilai hukum adat dikarenakan
sudah banyaknya masyarakat daerah di Sipirok yang sudah merantau ke perkotaan
dan berpendidikan, selain dari pengaruh Hukum Perdata Nasional yang dianggap
lebih adil bagi semua anak dan adanya persamaan hak antara anak laki-laki dan
perempuan maka pembagian warisan pada saat ini sudah mengikuti kemauan dari
orang yang ingin memberikan warisan. Hambatan yang ada dalam hak mewarisi
anak perempuan di Sipirok karena masih ketatnya menaati budaya hukum pada
masyarakat di Sipirok, masih taatnya pengargaan dalam hukum adat di Sipirok
yaitu dalam hal masih menggunakan Hukum Patrilineal dalam pembagian harta
warisan yang lebih mengutamakan anak laki-laki dan hambatan yang ketiga yaitu
kurangnya Pemahaman masyarakat tentang Penerapan Yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 yang sudah menyamakan
kedudukan hak waris anak perempuan dan hak waris laki-laki pada masyarakat
batak.
Keywords: Hak Waris, Anak Perempuan, Sipirok

*
**

***

Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mahasiswa Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara