Analisis Tindak Tutur dalam Acara Variety Show Running Man 《奔跑吧兄弟》: Kajian Pragmatik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang penelitian yang relevan, konsep yang digunakan
serta landasan teori yang menjadi unsur pokok mendasar dalam penelitian ini.
Berikut adalah penjelasan tentang ketiganya.
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai kajian tindak tutur sudah pernah diteliti oleh beberapa
peneliti. Sepengetahuan penulis, beberapa di antaranya dilakukan oleh:
Pricilya (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur dalam
Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan Kasus Papa Minta Saham: Kajian
Berdasarkan Daya Prakmatiknya” mendeskripsikan tentang jenis-jenis tindak
tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam Sidang Mahkamah
Kehormatan Dewan Kasus Papa Minta Saham. Penelitian tersebut menggunakan
teori tindak tutur oleh Wijana. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Sumber data penelitian tersebut berupa peristiwa tutur dalam Sidang
Mahkamah Kehormatan Dewan Kasus Papa Minta Saham yang direkam secara
audiovisual dalam bentuk vidio yang diperoleh dari situs internet youtube.com
dengan cara mengunduhnya. Teknik analisis data yang digunakan terdiri atas tiga
langkah, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan yang
disebut sebagai deskriptif evaluatif. Penelitian tersebut memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi penulis dalam memahami jenis-jenis tindak tutur lokusi,

ilokusi dan perlokusi. Selain itu, konsep dan pembahasan penelitian tersebut
memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis

8
Universitas Sumatera Utara

dalam menyusun kerangka penelitian. Adapun perbedaan penelitian yang telah
dilakukan dengan penelitian ini adalah teori dan objek penelitian yang berbeda
yakni penelitian ini memfokuskan pada teori tindak tutur oleh Searle dan Leech,
dan dalam pengumpulan data menggunakan metode simak.
Sūn (2015) dalam jurnal yang berjudul 言语行为理论视角下对《八月之
光》的解读Yányǔ xíngwéi lǐlùn shìjiǎo xià duì 《bā yuè zhī guāng 》de jiědú
(Analisis Novel 《bā yuè zhī guāng》Berdasarkan Perspektif Teori Tindak Tutur)
menjelaskan tentang hubungan antara karakter penokohan dengan hubungan
sosial dalam novel yang menghasilkan adanya daya tindak tutur dalam
komunikasi. Tindak tutur yang dihasilkan yaitu tindak tutur asertif, direktif,
komisif, ekspresif dan deklaratif, sesuai dengan teori tindak tutur oleh Searle.
Penelitian tersebut memberikan kontribusi dalam memahami hubungan kata-kata
yang memiliki daya tindak tutur. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
ini adalah objek kajiannya, yaitu penelitian ini meneliti acara variety show yang

berbentuk lisan.
Anggraeni (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
dalam Acara Indonesia Lawyers Club TV One”

mendeskripsikan jenis-jenis

tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang digunakan oleh pembawa acara dan
para narasumber yang diundang pada acara Indonesia Lawyers Club. Teori yang
digunakan adalah teori tindak tutur oleh Wijana. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian jenis deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan
cara menyadap dialog dengan merekam isi pembicaraan menggunakan taperecorder sebagai alat untuk merekam. Untuk analisis data menggunakan
metodepadan ekstralingual. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang

9
Universitas Sumatera Utara

membantu penulis dalam memahami jenis-jenis tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
perlokusi pada acara Indonesia Lawyears Club di TV one. Adapun perbedaan
penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian, teori
yang digunakan,


dan teknik analisis data yang berbeda yakni penelitian ini

membahas tentang jenis dan fungsi tindak tutur pada acara variety show dengan
memfokuskan pada teori tindak tutur oleh Searle dan Leech, dan untuk analisis
data menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Wú (2013)dalam jurnal yang berjudul 《红楼梦》中的言语行为现象
《Hónglóumèng》 zhōng de yányǔ xíngwéi xiānxiàng (Jenis Tindak Tutur dalam
Novel Dream in Red Mansions)”, yang memaparkan fenomena tindak tutur pada
novel klasik Cina Dream in Red Mansions. Novel ini menceritakan tentang
percintaan yang terjadi di tengah masa dinasti Qing. Dalam komunikasi yang
terjalin diantara penokohan ini ditemukan tiga jenis tindak tutur yaitu lokusi,
ilokusi dan perlokusi sesuai dengan teori tindak tutur oleh Austin. Penelitian
tersebut memberikan kontribusi bagi penulis untuk memahami penggunaan
kalimat, kata dalam bahasa mandarin yang memiliki daya tindak tutur khususnya
dalam berkomunikasi. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan
penelitian ini adalah objek, dan teori yang digunakan berbeda. Penelitian ini
membahas tentang jenis dan fungsi tindak tutur dalam acara variety show yang
mengacu pada teori tindak tutur oleh Searle.

Syahri (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Tindak Tutur Permintaan
dalam Film Tokyo Love Story”. Penelitian ini mendeskripsikan dan menguraikan
mengenai jenis dan fungsi tindak tutur permintaan dalam bahasa jepang pada film

10
Universitas Sumatera Utara

Tokyo Love Story. Teori utama yang digunakan adalah teori Rahardi yang
membedakan jenis-jenis tindak tutur menjadi dua jenis, dan untuk menganalisis
fungsi tuturannya menggunakan pendapat Blum Kulka (1987) yang membagi
fungsi tindak tutur menjadi sembilan kelompok. Data dikumpulkan dengan
menggunakan metode simak, teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat.
Adapun kontribusi yang diberikan penelitian tersebut dalam penelitian ini ialah
menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian. Perbedaan
penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian, dan
teori yang berbeda.

11
Universitas Sumatera Utara


2.2 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada
di luar bahasa, dan yang memerlukan penggunaan akal budi untuk memahaminya
(Kridalaksana, 2008:132). Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini
sebagai berikut.
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya
studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang
dimaksudkan penutur dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah
dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri (Yule, 2006:3).
Levinson (1983) (dalam Rahardi, 2009:20) mendefinisikan pragmatik
sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks
yang dimaksud telah tergramatisir dan terkodifikasi sehingga tidak dapat pernah
dilepaskan dari struktur bahasanya. Sejalan dengan pendapat Levinson, Putrayasa
(2014:14) mendefiniksan pragmatik sebagai telaah penggunaan bahasa untuk
menuangkan maksud dalam tindakan komunikasi sesuai dengan konteks dan
keadaan pembicara. Dengan kata lain, pragmatik menelaah bentuk bahasa dengan
mempertimbangkan satuan-satuan yang menyertai sebuah ujaran: konteks lingual
(co-text) maupun konteks ekstralingual: tujuan, situasi, partisipan, dan sebagainya.

Hal tersebut juga diperjelas oleh Heatherington (dalam Tarigan, 1990:32 )
mendefinisikan pragmatik sebagai studi yang menelaah ucapan-ucapan khusus
dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada

12
Universitas Sumatera Utara

aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performasi bahasa
yang dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Pragmatik menelaah bukan
saja pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental, dialek, dan register, tetapi justru
memandang performansi ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan sosial yang
ditata oleh aneka ragam konvensi sosial.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik merupakan studi ilmu linguistik yang mempelajari kondisi penggunaan
bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteksnya. Berkenan
dengan hal itu menjadikan pragmatik memiliki kaitan erat dengan kajian tindak
tutur yang merupakan kajian yang menelaah makna, maksud atau tujuan yang
terdapat disetiap tuturan-tuturan yang disampaikan yang terikat dengan konteks.
Dalam hal ini, kajian pragmatik memberikan manfaat untuk mengetahui dan
memahami bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksud,

mengenai asumsi, serta tujuan yang ingin disampaikan melalui tuturannya.
2.2.2 Tindak Tutur
Tindak tutur (speech act) merupakan salah satu unsur kajian pragmatik
yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang
dibicarakan. Tindak tutur merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan menggunakan bahasa dalam menyampaikan maksud serta tujuan yang
ingin ia capai.
Menurut Chaer dan Agustina (2004:50) “ tindak tutur merupakan gejala
individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu”.

13
Universitas Sumatera Utara

Tarigan (2009: 31) menyatakan bahwa telaah mengenai bagaimana cara
kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah
mengenai tindak tutur (speech act). Dalam menelaah tindak tutur ini pula kita
harus benar-benar mengetahui betapa pentingnya konteks ucapan atau ungkapan
dalam mendukung proses penelitian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas

atau tindakan dalam ujaran-ujaran yang memiliki makna, maksud serta tujuan
yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tuturnya sesuai dengan konteks
yang terkait.
Austin (dalam Leech,1993:316) mengklasifikasikan tindak tutur dalam
tiga jenis tindakan, yaitu tindak lokusi (melakukan tindakan mengatakan sesuatu),
tindak ilokusi (melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu), dan tindak
perlokusi (melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu).
2.2.3 Running Man《奔跑吧兄弟》sebagai Sebuah Acara Variety Show
2.2.3.1 Variety Show
Acara varietas (bahasa Inggris: variety show) merupakan program acara
televisi yang dikenal sebagai ragam seni atau ragam hiburan yang terdiri dari
berbagai pertunjukkan, dan biasanya diperkenalkan oleh pembawa acara atau host.
Latief dan Utud (2015: 22) mendefinisikan variety show sebagai program
acara televisi yang memadukan berbagai format, diantaranya ialah musik, komedi,
lawak, game show, fashion show, dan interview. Keberagaman format di dalam
satu acara televisi membuat acara tersebut menjadi tidak membosankan, karena

14
Universitas Sumatera Utara


tidak selalu menayangkan satu format acara saja sehingga dapat menghibur
khalayak yang menonton.
2.2.3.2 Running Man 《奔跑吧兄弟》
Running Man (Chinese: 奔 跑 吧 兄 弟 ; pinyin: Bēnpǎo Ba Xiōngdì)
merupakan salah satu acara variety show China yang tayang di ZRTG: Zhejiang
TV. Acara ini pertama sekali dipopulerkan oleh negara Korea Selatan dengan
nama Running Man yang diproduksi oleh SBS TV. Running Man 《奔跑吧兄
弟》pertamakali dirilis pada tanggal 10 Oktober 2014. Acara ini dikategorikan
sebagai acara permainan - varietas, dimana para anggota dan bintang tamu akan
diberikan misi yang harus diselesaikan dalam memenangkan perlombaan.
Running Man 《 奔 跑 吧 兄 弟 》 syuting dua kali setahun di setiap
musimnya. Setiap tahunnya, Running Man menayangkan dua season yang terdiri
dari delapan hingga dua belas episode.Acara ini berdurasi 80 - 100 menit. Adapun
para anggota acara tersebut berjumlah tujuh orang, mereka adalah Deng Chao, Li
Chen, Zheng Kai, Wang Zulan, Luhan, Angelbaby, dan Chen He. Dalam setiap
episodenya akan hadir para bintang tamu yang turut serta ambil bagian dalam
acara tersebut. Adapun topik dari permainan tersebut selalu berganti-ganti setiap
episodenya, sesuai dengan tema yang dibawakan pada saat itu.

15

Universitas Sumatera Utara

2.3 Landasan Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat
konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis (Sugiyono,
2014:54). Adapun teori yang dipakai dalam penelitian ini sangat berkaitan erat
dengan pragmatik, yaitu teori tindak tutur berdasarkan pendapat dari Searle (1969)
serta teori fungsi tuturan oleh Leech (1993).
2.3.1 Teori Tindak Tutur
Teori tindak tutur pertamakali diperkenalkan oleh J.L Austin. Austin
(dalam Leech, 1993:280) menganggap bahwa semua tuturan merupakan sebuah
tindakan dan tidak sekadar mengatakan sesuatu. Pendapat tersebut diperjelas
dalam (Sumarsono dan Partana, 2002:323) menurut Austin, mengucapkan sesuatu
adalah melakukan sesuatu, dan bahasa atau tutur dapat dipakai untuk membuat
kejadian karena kebanyakan ujaran, yang merupakan tindak tutur, mempunyai
daya-daya atau tindakan. Dalam pembagian tindak tutur, Austin (dalam Leech,
1993:316) membagi tindak tutur dalam tiga jenis tindakan sebagai berikut:
1. Tindak Lokusi
Tindak Lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur untuk
mengatakan sesuatu, biasanya disebut sebagai The Act of Saying

Something, dimana tuturan tersebut sejajar dengan makna proposisinya.
Tindak tutur lokusi sama sekali tidak dipermasalahkan ihwal maksud
tuturan yang disampaikan oleh penutur. Tuturan diujarkan hanya sebagai
tindak untuk menyampaikan informasi.

16
Universitas Sumatera Utara

Contoh:
我每天开车去学校。
Wǒ měitiān kāichē qù xuéxiào.
Setiap hari saya mengendarai mobil ke sekolah.
Tuturan di atas merupakan tindak tutur lokusi. Tindak tutur
tersebut didasarkan pada penggunaan kata 我 Wǒ “saya” sebagai subjek
atau seseorang yang menjadi penutur, 每 天 měitiān menunjukan
keterangan waktu “setiap hari” , 开车 kāichē “mengendarai mobil”, pergi
去 qù “ke” suatu tempat yaitu 学校 xuéxiào yang artinya “sekolah” .
Dengan demikian, tuturan tersebut hanya menunjukkan suatu pernyataan
bahwa “setiap hari saya mengendarai mobil ke sekolah” tanpa
mengidentifikasikan daya efek kepada mitra tuturnya.

2. Tindak Ilokusi
Tindak Ilokusi (Ilocutionary act) adalah tindak tutur

yang

berfungsi dalam mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga
digunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini biasanya disebut
sebagai The Act of Doing Something, dimana tuturannya memiliki daya
maksud dan tujuan.
Selanjutnya Chaer dan Agustina (2004:53)memaparkan tindak
ilokusi sebagai tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan
kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya
berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terimakasih, menyuruh,
menawarkan, dan menjanjikan. Kalau tindak tutur lokusi hanya berkaitan
dengan makna, maka tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai, yang

17
Universitas Sumatera Utara

dibawakan oleh preposisinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang memiliki daya efek kepada
mitra tuturnya.
Contoh:
邓超
Deng Chao
Deng Chao

: 涵哥进来吧!
: Hán gē jìnlái ba!
: kak Han masuklah!

Tuturan di atas memiliki daya ilokusi perintah. Tuturan ini
diujarkan oleh seorang penutur yaitu Deng Chao yang awalnya melihat
petutur yaitu kak Han mengendap-endap di luar ruangan. Pada saat
melihat kak Han, Deng Chao kemudian menyuruhnya untuk masuk ke
dalam ruangan. Tindak tutur ilokusi perintah ditandai dengan tuturan yang
menggunakan kata 吧 ba, dalam bahasa Mandarin kata ba merupakan kata
bantu modus yang dipakai di akhir kalimat untuk menyatakan mohon,
perintah, dan sebagainya. Penggunaan kata 吧 ba dalam konteks tuturan
di atas diterjemahkan “lah”, yang bermakna perintah, agar seseorang
melakukan sesuatu.

3. Tindak Perlokusi
Tindak Perlokusi (perlocutionary act) adalah tindak tutur yang
pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Tindak
tutur ini disebut sebagai The Act of Affecting Some One.
Yule (1996:84) mendefinisikan tindak perlokusi adalah dimana
penutur menuturkan dengan asumsi bahwa pendengar akan mengenali
akibat yang ditimbulkan dari yang dipertuturkan.

18
Universitas Sumatera Utara

Contoh:
A
A
A
B
B
B

: 你能把门关上吗?
: Nǐ néng bǎmén guānshàng ma?
: Bisakah kamu menutup pintu itu?
: 等会儿,我把门关上。
: Děng huì er, wǒ bǎmén guānshàng。
:Sebentar, biar aku tutup.
Tuturan di atas adalah tindak tutur ilokusi yang memiliki efek

perlokusi bagi pendengarnya. Pada kalimat pertama 你能把门关上吗?
Nǐ néngbǎmén guānshàng ma? menunjukkan tindak tutur ilokusi direktif,
yaitu tindak tutur yang dimaksudkan untuk menimbulkan efek berupa
tindakan yang ditandai dengan kata 能 yang artinya “bisakah” bermakna
meminta agar pintu ditutup. Setelah penutur menuturkan kalimat tersebut,
efek perlokusi yang muncul adalah petutur segera menutup pintu.

Sehubungan dengan tindak tutur ilokusi, Searle (dalam Leech, 1993:164165) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi (ilocutionary act) dalam lima jenis
tindak tutur, yaitu, Asertif (Assertives), Direktif (Directives), Komisif
(Commissives), Ekspresif (Expressives), dan Deklarasi (Declarations). Berikut
penjelasan kelima tindakan tersebut.
1) Asertif (Assertives)
Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara
pada kebenaran proposisi yang diungkapkan atau diekspresikan. Misalnya,
menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat,
melaporkan.

19
Universitas Sumatera Utara

2) Direktif (Directives)
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk
menimbulkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur.
Misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.
3) Komisif (Comissives)
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang melibatkan
penuturnya terikat pada suatu tindakan dimasa depan. Misalnya,
menjanjikan, menawarkan, bersumpah.
4) Ekspresi (Expressives),
Tindak tutur ekspresi adalah tindak tutur yang mempunyi fungsi
untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur
terhadap keadaan. Misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa,
dan sebagainya.
5) Deklarasi (Declarations)
Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang mengarah pada
berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya
kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya, mengundurkan
diri, membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman,
mengucilkan/ membuang, mengangkat (pegawai) dan sebagainya.

20
Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Fungsi Tindak Tutur
Setiap situasi ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan
tertentu. Dalam hal ini, Leech (1993:162) mengatakan bahwa hubungan tindak
tutur terkait dengan tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku sopan dan
terhormat. Fungsi tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
1) Kompetitif (Competitive)
Fungsi kompetitif adalah bersaing dengan tujuan sosial. Misalnya,
memerintah, meminta, menuntut, mengemis, menolak.
2) Menyenangkan (Convival)
Fungsi ilokusi ini sejalan dengan tujuan sosial. Misalnya,
menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan
terimakasih, mengucapkan selamat.
3) Bekerjasama (Collaborative)
Fungsi ilokusi ini tidak menghiraukan tujuan sosial. Misalnya,
menyatakan, melapor, mengumumkan, mengajarkan.
4) Bertentangan (Conflictive)
Fungsi ilokusi ini bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya,
mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi.
2.4 Konteks Tuturan
Konteks tuturan merupakan bagian terpenting yang melatarbelakangi
terjadinya proses komunikasi. Konteks dapat diberi berbagai arti, antara lain
diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial
sebuah tuturan. Konteks juga dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan latar

21
Universitas Sumatera Utara

belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur dan yang membantu
petutur menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993:20).
Delly Hymes (1979) (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48-49) seorang
pakar sosiolinguistik terkenal mengatakan bahwa peristiwa tutur harus memenuhi
delapan komponen yang bila huruf-huruf pertamanya diakronimkan menjadi
SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah:
S (=Setting and Scene)
P (=Participants)
E (=Ends: purpose and goal)
A (=Act sequence)
K (=Key: tone or spirit of acts)
I (=Instrumentalies)
N (=Norms of interactions and interpretation)
G (=Genres)
Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat
tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, dan
situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda
dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
Participant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan bisa
pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan.

22
Universitas Sumatera Utara

Ends merujuk pada maksud dan tujuan penuturan. Peristiwa tutur yang
terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan kasus pekara. Namun,
para partisipant dalam peristiwa tutur itu mempuyai tujuan yang berbeda. Jaksa
ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa
terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang
adil.
Acts sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannnya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran
dalam perkuliahan umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah
berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.
Key mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan
disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong,
dengan mengejek, dan sebagainya.
Instrumentalies mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur
lisan, tertulis, melaui telegraf atau telepon. Instrumentalies ini juga mengacu pada
kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.
Norm of Interaction and Interpretation mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi,
bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran
dari lawan bicara.
Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa, dan sebagainya.

23
Universitas Sumatera Utara