Proporsi Maloklusi Dental pada Pasien Asimetri Mandibula yang Dirawat di Klinik Ortodonsia RSGMP FKG USU Chapter III VI

27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional
yaitu untuk melihat proporsi maloklusi dental pada pasien asimetri mandibula yang
dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Departemen Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Jalan
Alumni No. 2 Kampus USU, Medan. Penelitian dimulai dari bulan Januari 2017
sampai dengan April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah data rekam medik pasien asimetri mandibula yang sedang
mencari perawatan ortodonsia di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU. Pada
penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.


3.3.2 Sampel
Besar jumlah sampel untuk memperoleh proporsi asimetri mandibula pada
kelompok kasus dan kontrol adalah sebagai berikut:40

Universitas Sumatera Utara

28

Keterangan:
P1 = Proporsi asimetri mandibula skeletal di Jakarta (14.1%)12
P2 = Proporsi asimetri mandibula di North Carolina, Amerika Serikat (74.1%)8
Besar sampel minimal pada tiap kelompok adalah 21 orang. Besar sampel ini
ditambah sebesar 10% menjadi 25 orang sampel pada kelompok asimetri dan 25
orang sampel pada kelompok non asimetri.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi
 Radiografi panoramik masih berkualitas baik terutama pada regio yang akan
diteliti
 Model studi masih dalam keadaan baik

 Gigi permanen masih lengkap sampai molar 2 berdasarkan analisis
radiografi

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi
 Memiliki riwayat perawatan ortodonsia
 Memiliki karies yang besar ataupun radiks

Universitas Sumatera Utara

29
 Riwayat trauma pada wajah
 Ada kelainan kongenital seperti celah bibir dan palatum
 Pasien sindrom yang membutuhkan perawatan interdisiplin

3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel
Adapun variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini, antara lain:
 Variabel bebas

: Asimetri mandibula


 Variabel terikat

: Maloklusi dental

 Variabel terkendali

: Usia ≥18 tahun

 Variabel tak terkendali

: Jenis kelamin dan ras

Universitas Sumatera Utara

30
3.4.2 Definisi Operasional
No
1


Variabel
Kesimetrisan
tinggi kondilus
mandibula dalam
arah vertikal

Defenisi Operasional
Keadaan yang berkaitan
dengan perbedaan ukuran
tinggi kondilus sisi kanan
dan kiri.

2

Maloklusi dental

Diagnosis
maloklusi
crossbite, openbite, dan
deepbite di regio anterior

maupun
posterior
dan
hubungan molar.
Crossbite: Posisi gigi atas
dan gigi bawah tersusun
berlawanan dari susunan
normal yang tepat.
Openbite: Adanya ruangan
oklusal atau insisal dari gigi
saat rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan oklusi
sentrik.

Cara Pengukuran
Mengukur tinggi kondilus
sisi kanan dan kiri pada
OPG lalu dihitung dengan
menggunakan
formula

|(R-L)/(R+L)|*100%.

Hasil Pengukuran
Skala ukur
Metode Habets dkk., yang Nominal
dimodifikasi oleh Kjellberg
dkk.,
0 = Simetri adalah keadaan
bila [selisih tinggi kondilus
mandibula kanan dan kiri]
x 100% ≤ 6%.
1 = Asimetri adalah keadaan
bila [selisih tinggi kondilus
kanan dan kiri mandibula]
x 100% > 6%.

Model studi dan rekam
medik
0= Tidak Ada
1= Ada

Model studi dan rekam
medik

0= Tidak Ada
1= Ada

Nominal

Nominal

Universitas Sumatera Utara

31
No

Variabel

Defenisi Operasional
Deepbite: Keadaan dimana
jarak menutupnya bagian

insisal gigi insisivus maksila
terhadap insisal gigi insisivus
mandibula
dalam
arah
vertikal melebihi 2-4 mm.
Hubungan molar Klas I: cusp
mesiobuccal molar pertama
rahang atas kontak dengan
buccal groove molar pertama
rahang bawah ketika oklusi
sentrik.
Hubungan molar Klas II:
Cusp mesiobuccal molar satu
rahang atas kontak dengan
ruang
diantara
cusp
mesiobuccal molar satu
rahang bawah dan dengan

bagian distal premolar dua
rahang bawah.
Hubungan molar Klas II
subdivisi: hubungan molar
klas II pada satu sisi
sedangkan disisi lainnya klas
I.

Cara Pengukuran
Model studi dan rekam
medik

Model studi dan rekam
medik

Model studi dan rekam
medik

Model studi dan rekam
medik


Hasil Pengukuran

Skala ukur

0= Tidak Ada
1= Ada

Nominal

0= Klas I
1= Klas II
2= Klas II subdivisi
3= Klas III
4= Klas III subdivisi

Kategorik

0= Klas I
1= Klas II

2= Klas II subdivisi
3= Klas III
4= Klas III subdivisi

Kategorik

0= Klas I
1= Klas II
2= Klas II subdivisi
3= Klas III
4= Klas III subdivisi

Kategorik

Universitas Sumatera Utara

32
No

3

Variabel

Usia

Defenisi Operasional
Hubungan molar Klas III:
Cusp mesiobuccal dari molar
pertama rahang atas kontak
ke ruang interdental dimana
lebih ke distal dari cusp
distal molar pertama rahang
bawah dan lebih ke mesial
dari cusp mesial molar kedua
rahang bawah.
Hubungan molar Klas III
subdivisi: hubungan molar
klas III pada satu sisi dan
klas I di sisi lainnya.

Cara Pengukuran
Model studi dan rekam
medik

Hasil Pengukuran
0= Klas I
1= Klas II
2= Klas II subdivisi
3= Klas III
4= Klas III subdivisi

Skala ukur
Kategorik

Model studi dan rekam
medik

0= Klas I
1= Klas II
2= Klas II subdivisi
3= Klas III
4= Klas III subdivisi
≥18 tahun

Kategorik

Satuan
waktu
yang Rekam Medik
mengukur waktu keberadaan
suatu makhluk, diukur sejak
dia lahir hingga waktu umur
itu dihitung.

Rasio

Universitas Sumatera Utara

33
3.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Tracing Box
2. Rol Segitiga
3. Busur Derajat
4. Penggaris
5. Gunting
6. Selotip
7. Kalkulator
8. Alat tulis

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Model studi
2. OPG
3. Kertas asetat tracing (tebal 0.003 inchi)

A

Gambar 13.

B

C

D

Alat yang digunakan. (A) Tracing box, (B) Rol segitiga, (C)
Gunting dan selotip, (D) Pensil, pulpen, penghapus, penggaris,
busur dan kalkulator.

Universitas Sumatera Utara

34

A

B

C

Gambar 14. Bahan yang digunakan. (A) OPG, (B) Kertas asetat tebal 0.003 inchi,
(C) Model studi

3.6 Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang
Kesehatan, surat izin dari RSGMP Fakutas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.
2. Setelah surat izin diperoleh, peneliti mengumpulkan data rekam medik berupa
status pasien, apel gigi, OPG, dan model studi pasien sebelum menerima perawatan
ortodosia di RSGMP FKG USU.
3. Dilakukan tracing OPG pada tracing box dan dilakukan analisis asimetri
mandibula dalam arah vertikal dengan menggunakan metode Habets modifikasi
Kjellberg dkk secara intraobserver.
4. Peneliti membuat outline kondilus dan ramus ascendens dari kedua sisi
mandibula di atas kertas asetat. Garis ramus line (RL) dibentuk dari titik pada
permukaan kondilus yang paling lateral ke titik di permukaan paling lateral dari
ramus ascenden. Selanjutnya garis pada batas bawah mandibula disebut mandibular
line (ML). Garis tegak lurus ditarik dari permukaan yang paling superior pada
kondilus mandibula (co). Kondilus mandibula (co) merupakan garis tegak lurus
terhadap RL yang ditarik dari permukaan paling superior dari kondilus dan disebut
co’. sedangkan insisura mandibula (inc’) merupakan titik yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara

35
perpotongan tegak lurus angular notch dan ramus line yang membentuk sudut 900.
Perpotongan antara garis RL dan ML disebut titik gonion (go). Refleksi dari go
terhadap RL secara tegak lurus disebut go’. Tinggi kondilus dihitung dari jarak antara
co’ ke inc’ dan tinggi ramus mandibula dihitung dari jarak inc’ ke go’. Sedangkan
tinggi total kondilus dan ramus dihitung dari jarak co’ ke go’. (Gambar 15).

Gambar 15. Pengukuran tinggi kondilus pada OPG berdasarkan metode Habets yang
dimodifikasi oleh Kjellberg dkk
5. Semua pengukuran dibuat dalam satuan milimeter (mm).
6. Untuk menentukan kesimetrian antara kondilus mandibula pada foto
panoramik, formula yang digunakan yaitu │(R-L)/(R+L) x100%│
7. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis.
8. Peneliti memeriksa model studi pasien untuk melihat maloklusi.
9. Setelah data hasil radiografi panoramik dan model studi dari semua sampel
telah diperoleh, peneliti melakukan pengolahan data.

3.7 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan disajikan dalam bentuk
tabel.

Universitas Sumatera Utara

36
3.8 Analisis Data
Analisis dilakukan dengan pengukuran tinggi kondilus pada radiografi
panoramik pasien dan pemeriksaan maloklusi dental pada model studi. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan menyajikan data dalam bentuk frekuensi dan
persentase.

3.9 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
3.9.1 Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etik yang bersifat internasional dan
nasional.

Universitas Sumatera Utara

37
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat proporsi maloklusi dental pada
pasien asimetri mandibula yang ditandai dengan asimetri kondilus mandibula dalam
arah vertikal pada data rekam medik pasien sebelum perawatan ortodonsia. Data
rekam medik dalam penelitian ini meliputi data demografi yang mencakup usia dan
jenis kelamin, apel gigi, OPG, dan model studi sebelum perawatan ortodonsia yang
lengkap dari pasien yang datang berobat ke RSGMP FKG USU. Sampel penelitian
ini adalah 83 data sekunder dari subjek penelitian dengan distribusi sampel laki-laki
sebesar 21.7% (n=18) dan perempuan sebesar 78.3% (n=65) berdasarkan data rekam
medik. Rentang usia sampel penelitian adalah 18-25 tahun dengan rerata 21.04±1.8
tahun (tabel 2).

Tabel 1. Distribusi jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia
Jenis Kelamin
Laki-laki

Usia (tahun)

Perempuan

n

%

n

%

18

21.7

65

78.3

Rerata

Simpang Baku

21.04

1.804

Tabel 2 menunjukkan rerata IAK pada sampel dengan uji-t. Untuk menghindari
kesalahan pengukuran, 20 OPG diiuji secara intra-observer dengan menggunakan
prosedur yang sama dimana hasil pengukuran observer 1 dibandingkan dengan hasil
pengukuran observer 2. Berdasarkan hasil uji-t tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara observer 1 dan observer 2 dengan nilai p=0.347 (p>0.05).

Universitas Sumatera Utara

38
Tabel 2. Hasil uji-t intra-observer pengukuran rerata IAK
Indeks Asimetri

n

Rerata

Simpang Baku

Observer 1

20

4.707

4.726

Observer 2

20

5.295

4.399

P
0.347

*Perbedaan bermakna (p < 0,05)

Tabel 3 menunjukkan rerata tinggi total kondilus kanan sampel sebesar 23.38
± 4.45, kondilus kiri sampel sebesar 24.21 ± 4.55, dan IAK sebesar 5.295±4.399.
Rerata tinggi total kondilus kiri lebih besar dibandingkan dengan tinggi kondilus
kanan.

Tabel 3. Distribusi rerata dan standar deviasi tinggi total kondilus kanan dan kiri serta
IAK
Rerata ± Simpang Baku
Variabel

Tinggi Kondilus (mm)

Indeks Asimetri Kondilus
(IAK)

Tinggi kondilus kanan

23.38 ± 4.45

Tinggi kondilus kiri

24.21 ± 4.55

5.295±4.399

Tabel 4 menunjukkan dari pengukuran OPG seluruh sampel penelitian,
terlihat sebesar 56.6% (n=47) termasuk kelompok simetri dan 43.4% (n=36) termasuk
kelompok simetri. Tabel 3 menunjukkan proporsi crossbite pada kelompok simetri
sebesar 40.4% (n=19) dan pada kelompok asimetri 41.7% (n=15), proporsi openbite
pada kelompok simetri sebesar 12.8% (n=6) dan pada kelompok asimetri 13.9%
(n=5), proporsi deepbite pada kelompok simetri sebesar 29.8% (n=14) dan kelompok
asimetri 22.2% (n=8). Hal ini memperlihatkan proporsi crossbite baik crossbite
anterior dan posterior merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar 40.4% (n=19) dan
41.7% (n=15) pada kelompok simetri dan asimetri

Universitas Sumatera Utara

39
Tabel 4. Proporsi maloklusi dental pada kelompok simetri dan asimetri mandibula
Simetri

Maloklusi

n

Asimetri
%

n

%

Crossbite

19

40.4

15

41.7

Openbite

6

12.8

5

13.9

Deepbite

14

29.8

8

22.2

Tidak ada

8

17.0

8

22.2

Total

47

100

36

100

Tabel 5 menunjukkan dari 36 sampel asimetri mandibula diperoleh klasifikasi
hubungan molar klas I sebesar 16.7%, klas II 8.3%, klas II subdivisi 33.3%, klas III
27.8%, dan klas III subdivisi 13.9%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
prevalensi asimetri kondilus tertinggi ditemukan pada hubungan molar klas II
subdivisi, sebesar 33.3% (n= 12) dan paling rendah pada klasifikasi hubungan molar
klas II yaitu sebesar 8.3% (n=3).

Tabel 5. Proporsi hubungan molar pada kelompok asimetri mandibula

Asimetri

Total

Klasifikasi Hubungan Molar

n

%

Klas I

6

16.7

Klas II

3

8.3

Klas II subdivisi

12

33.3

Klas III

10

27.8

Klas III subdivisi

5

13.9

36

100

Universitas Sumatera Utara

40
BAB V
PEMBAHASAN

Asimetri mandibula merupakan salah satu deformitas kraniofasial yang ditandai
dengan pergeseran garis tengah mandibula dalam arah lateral dan secara langsung
dapat memperlihatkan tampilan wajah yang miring baik pada saat diam ataupun
tersenyum.2,4 Selain berpengaruh langsung pada penampilan wajah, asimetri
mandibula juga menyebabkan masalah fungsional karena peranannya dalam sistem
stomatognasi.2,4,8 Asimetri mandibula dilaporkan dapat ditemukan pada semua tipe
maloklusi dental dan klasifikasi hubungan molar oleh karena itu dalam penyusunan
rencana perawatan dan penatalaksanaan ortodonsia harus dilakukan secara hati-hati.
Sebelum melakukan perawatan ortodonsia perlu dilakukan pemeriksaan klinis
dan radiografi untuk mendeteksi dini maloklusi dan risiko berkembangnya asimetri
mandibula yang nantinya dapat mempersulit penatalaksanaan.2,18 Salah satu radiografi
yang dapat digunakan untuk mendeteksi asimetri mandibula dalam arah vertikal yaitu
OPG. Hal ini dikarenakan OPG memberikan hasil radiografi yang dapat diterima,
tidak invasif, biaya yang murah, dan dosis radiasi yang minimal sehingga dapat
digunakan sebagai alat untuk menilai perbedaan tinggi kondilus, ramus, dan sudut
gonial pada satu sisi dengan sisi lainnya.5,14-16
Asimetri mandibula dapat ditentukan dalam 3 (tiga) dimensi, yaitu sagital,
transversal, dan vertikal. Penelitian ini menitikberatkan asimetri mandibula dalam
arah vertikal, khususnya di regio kondilus mandibula. Penentuan kesimetrisan tinggi
kondilus mandibula dalam arah vertikal mengikuti metode Habets yang dimodifikasi
Kjelberg dkk.14,15 Tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Elslande dkk tentang
diagnosis asimetri mandibula dengan OPG, dengan mengumpulkan data dari 127
jurnal untuk dianalisis, hasilnya yaitu 11 jurnal terpilih karena hasilnya dapat diterima
dimana salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kjellberg dkk.41
Kjellberg

dkk

mengembangkan

metode

pengukuran

tinggi

kondilus

dan

menggunakan formula yang ditetapkan Habets yaitu |(R-L)/(R+L)|*100%. Batasan
kesimetrisan yang valid berdasarkan OPG adalah sebesar 6%16,41 Ini dilakukan untuk

Universitas Sumatera Utara

41
menghindari kesalahan posisi kepala, pembesaran hasil radiografi, dan perbedaan
hasil pengukuran yang dihasilkan dari setiap mesin radiografi.14,41
Sampel yang digunakan pada penelitiaan ini berusia minimal 18 tahun untuk
memastikan pertumbuhan mandibula mencapai usia maturasi.5,10,15,25 Penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Al-Taki dkk yang meneliti pengaruh perbedaan tipe
maloklusi terhadap asimetri mandibula dalam arah vertikal pada sampel usia muda
yaitu 19-28 tahun yang terbagi dalam kelompok maloklusi klas I, maloklusi klas II
subdivisi, maloklusi klas III, dan kelompok control dengan oklusi normal.5
Tabel 2 menunjukkan hasil uji intra-observer rerata IAK dimana observer
pertama merupakan observer yang berpengalaman dalam pengukuran IAK pada OPG
dan observer kedua merupakan observer utama. Uji kesesuaian intra-observer untuk
pengukuran 20 sampel tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0.05) dan
data yang 100% berada pada area 95% limit of agreement.
Tabel 3 menunjukkan rerata tinggi total kondilus kanan sampel sebesar
23.38±4.45, kondilus kiri sampel sebesar 24.21±4.55, dan IAK sebesar 5.295±4.399.
Hal ini menunjukkan rerata kondilus kiri lebih besar dari kondilus kanan. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mishra dkk pada 94 pasien
yang mendapati asimetri wajah lebih banyak ditemukan pada sisi sebelah kanan
dibandingkan sisi kiri.10 Perbedaan hasil ini disebabkan karena kriteria sampel
dimana Mishra dkk meneliti pasien yang sedang menjalani perawatan ortodonsia
dengan maloklusi klas I dan klas II sedangkan penelitian ini menggunakan sampel
yang belum pernah mendapat perawatan ortodonsia tanpa mengendalikan maloklusi.
Tabel 4 menunjukkan dari seluruh kelompok simetri, maloklusi crossbite
memiliki frekuensi dan persentase tertinggi yaitu sebesar 40.4% (n=15). Hal yang
sama juga tampak pada kelompok asimetri dimana frekuensi dan persentase crossbite
yang diperoleh merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar 41.7% (n=19). Hasil
penelitian ini sejalan dengan Ferro dkk yang menggunakan radiografi oklusal, PA
sefalo, dan OPG dari 94 pasien crossbite disertai pergeseran midline sebanyak 91.5%
didiagnosis asimetri mandibula. Ferro dkk juga melaporkan crossbite berhubungan
dengan asimetri mandibula (p=0.0001) karena adanya lengkung maksila yang lebar

Universitas Sumatera Utara

42
pada sisi crossbite berpotensi menyebabkan asimetri mandibula.35 Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Uysal dkk yang menggunakan metode
Habets pada OPG 40 pasien dengan oklusi normal, 46 pasien yang memiliki crossbite
unilateral dan 40 pasien yang memiliki crossbite bilateral. Hasil yang diperoleh yaitu
rerata IAK pada kelompok crossbite unilateral 11.04±8.17 dan crossbite bilateral
10.02±12.52. Dari rerata IAK tersebut menunjukkan kelompok pasien crossbite baik
unilateral maupun bilateral didiagnosis asimetri mandibula.15 Adaptasi mandibula
terhadap kondisi atau lokasi yang baru secara umum terlihat pada regio kondilus
karena aktifnya pertumbuhan dan perkembangan. Tingginya nilai IAK pada pasien
crossbite dikarenakan adanya disharmoni oklusi. Pergeseran kondilus secara terusmenerus di fossa glenoidalis selama masa tumbuh kembang karna adanya gangguan
oklusi menyebabkan terjadi perbedaan pada pertumbuhan kondilus kiri dan kanan.
Maloklusi crossbite yang tidak dirawat akan menyebabkan perubahan posisi kondilus
dan lintasannya sehingga pada sisi kontralateral pertumbuhan kondilus meningkat
dan mandibula deviasi ke sisi crossbite.15,35,42
Tabel 5 menunjukkan dari

sampel yang asimetri mandibula, klasifikasi

hubungan molar klas II subdivisi paling banyak ditemukan yaitu sebesar 33.3%. Hal
ini sesuai dengan Ferro dkk yang juga menemukan persentase hubungan molar klas II
subdivisi paling banyak ditemukan pada pasien asimetri mandibula yaitu sebesar
46.8% (n=44).35 Jabeen dkk meneliti 30 sampel klas II subdivisi dan 30 sampel klas I
dengan menggunakan PA sefalo untuk membandingkan derajat asimetri diantara 2
kelompok tersebut dan diperoleh hasil yang signifikan antara asimetri mandibula
secara radiografi dengan kelompok klas II subdivisi dibandingkan klas I sehingga
pada kelompok ini terdapat pergeseran midline mandibula dan sudut antegonial ke
sisi klas II.26 Cassidy dkk juga meneliti model dan sefalometri 98 pasien klas II
subdivisi dan membaginya hasilnya menjadi 3 kelompok yaitu 28% sampel tidak
mengalami pergeseran midline maksila maupun mandibula sehingga termasuk ke
kelompok asimetri posterior maksila bersifat dental, 16% sampel mengalami
pergeseran midline maksila sehingga termasuk ke kelompok asimetri anterior dan
posterior maksila bersifat dental, dan 56% sampel mengalami pergeseran mandibula

Universitas Sumatera Utara

43
sehingga termasuk ke kelompok asimetri mandibula bersifat skeletal.37 Penelitian
sebelumnya melaporkan berkurangnya panjang mandibula disisi klas II dan asimetri
hubungan molar dalam arah sagital (subdivisi). Hal ini mengakibatkan terjadinya
risiko pergeseran midline dan deviasi dagu ke arah maloklusi klas II.26,35,37

Universitas Sumatera Utara

44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proporsi kelompok simetri pada pasien yang dirawat di klinik ortodonsia
RSGMP FKG USU sebesar 56.6% (47 sampel) dan kelompok asimetri sebesar 43.4%
(36 sampel).
2. Proporsi maloklusi crossbite pada kelompok simetri yaitu sebesar 40.4% (19
sampel) sedangkan pada kelompok asimetri 41.7% (15 sampel). Maloklusi openbite
pada kelompok simetri 12.8% (6 sampel) sedangkan pada kelompok asimetri 13.9%
(5 sampel). Maloklusi deepbite pada kelompok simetri 29.8% (14 sampel) sedangkan
pada kelompok asimetri 22.2% (8 sampel). Proporsi crossbite merupakan yang paling
tinggi baik pada kelompok simetri maupun asimetri mandibula.
3. Proporsi hubungan molar pasien asimetri mandibula yaitu klas I sebesar
16.7% (6 sampel), klas II 8.3% (3 sampel), klas II subdivisi 33.3% (12 sampel), klas
III 27.8% (10 sampel), dan klas III subdivisi 13.9% (5 sampel). Hubungan molar klas
II subdivisi paling banyak ditemukan pada pasien asimetri mandibula.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar agar diperoleh hasil penelitian dengan validitas yang lebih tinggi.
2. Penelitian ini menggunakan metode Habets dkk yang dimodifikasi oleh
Kjellberg dkk, yang hanya dilakukan pada kondilus mandibula saja untuk menilai
sampel termasuk kelompok simetri ataupun asimetri. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut, pada regio mandibula yang lain seperti ramus mandibula karena asimetri dapat
juga disebabkan oleh perbedaan ramus pada kedua sisi mandibula.
3. Mengingat banyaknya orang yang melakukan perawatan ortodonsia bukan
karena kebutuhan perawatan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan indeks tingkat kebutuhan perawatan misalnya DAI (Dental Aesthetic
Index).

Universitas Sumatera Utara