Proporsi Maloklusi Dental pada Pasien Asimetri Mandibula yang Dirawat di Klinik Ortodonsia RSGMP FKG USU

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap individu dalam suatu populasi memiliki berbagai karakteristik atau
perbedaan sehingga masing-masing terlihat unik. Variasi ukuran, bentuk, hubungan
dental, skeletal, serta struktur jaringan lunak wajah merupakan faktor penting untuk
menunjukkan

perbedaan

identitas

masing-masing

individu.1,2,3 Kesimetrisan

sempurna pada wajah dan tubuh merupakan suatu konsep teoritis yang jarang
dijumpai pada makhluk hidup dikarenakan adanya faktor biologis dan gangguan
lingkungan yang memengaruhi proses perkembangan.1-4 Perbedaan antara sisi kiri

dan kanan akan terbentuk secara alami pada objek yang memiliki sisi bilateral.
Simetri berasal dari bahasa Yunani “symmetria” yang berarti ukuran yang sama.1,2,4
Menurut Stedman’s Medical Dictionary, simetri adalah suatu kondisi dimana terdapat
kesesuaian ukuran, bentuk, dan susunan pada bidang, titik atau garis pada satu sisi
dengan sisi lainnya.1,3,5
Asimetri berarti ketidakseimbangan ukuran, bentuk, dan susunan pada bidang,
titik atau garis pada satu sisi dengan sisi lainnya. Asimetri pada wajah dan lengkung
gigi adalah fenomena yang dapat ditemui hampir pada seluruh individu sehingga saat
ini asimetri dengan batas-batas tertentu masih dianggap seimbang secara klinis dan
dinilai normal.1-5Asimetri wajah dapat terjadi pada bagian sepertiga atas, sepertiga
tengah, dan sepertiga bawah wajah karena pertumbuhan kranial, maksila, dan
mandibula saling berhubungan satu sama lain.4,6 Bruce dan Hayward (cit.
Dwinursanty dkk.,) berpendapat asimetri wajah yang paling sering terjadi adalah
asimetri wajah yang diikuti dengan bertambahnya ukuran mandibula secara unilateral
dan kondilus yang asimetri sehingga mengakibatkan derajat penyimpangan dagu
yang bervariasi.7
Hasil penelitian Servet dan Profit pada 1460 pasien yang dirawat di klinik
dentofasial University of North Carolina menunjukkan 34% (n=495) pasien memiliki
asimetri wajah secara klinis. Dari 34% (n= 495) pasien asimetri wajah, 5% (n=23)


Universitas Sumatera Utara

2
asimetri terdapat pada sepertiga wajah atas, 36% (n=178) pada sepertiga wajah
tengah (terutama pada hidung), dan 74% (n=365) pada sepertiga wajah bawah.8
Asimetri pada sepertiga wajah bawah lebih sering ditemukan dan dikenal dengan
istilah asimetri mandibula.4,9,10 Tingginya persentase asimetri pada sepertiga wajah
bawah ini terjadi karena perkembangan mandibula yang paling terakhir selesai dan
strukturnya yang didukung oleh jaringan lunak.2,4,8
Asimetri mandibula berpengaruh langsung pada penampilan wajah dan juga
menyebabkan masalah fungsional karena peranannya dalam sistem stomatognasi.9,10
Secara garis besar, etiologi dari asimetri mandibula disebabkan oleh trauma misalnya
fraktur kondilus, gangguan fungsional yaitu pergeseran mandibula, gangguan
perkembangan seperti hemifacial microsomia dan torticollis, keadaan patologis yaitu
tumor dan kista, infeksi, dan resorpsi kondilus.2,11
Asimetri kondilus juga menjadi salah satu penyebab terjadinya asimetri
mandibula karena regio yang memiliki potensi pertumbuhan tertinggi di mandibula
adalah tulang rawan kondilus.5,9,12-16 Cedera pada tulang rawan kondilus selama
periode pertumbuhan dapat mengganggu potensi pertumbuhan mandibula ke bawah
dan ke depan sehingga deviasi mandibula ke sisi yang terkena.4,9,11,12

Keasimetrisan pada kondilus mandibula dapat dilihat dengan menggunakan
radiografi panoramik (OPG), sefalometri lateral (SL), sefalometri postero-anterior
(PA), submentovertex, Single Photon Emission Computed Tomography (SPEC), dan
Cone Beamed Computed Tomography (CBCT).1,3,10 Dibandingkan dengan radiografi
yang lain, OPG memiliki paparan radiasi yang lebih minimal serta dapat
menggambarkan struktur mandibula bersamaan dengan kondisi dentoalveolar serta
kondisi gigi geligi yang mencakup trauma, lesi, penyakit gigi dan tulang, lokasi molar
tiga, dan persistensi gigi. Evaluasi struktur mandibula yang mencakup kondilus,
ramus, dan korpus mandibula tidak dapat dilakukan dengan menggunakan sefalometri
lateral karena adanya tumpang tindih strukur bilateral antara sisi kiri dan kanan. OPG
dilaporkan dapat memberikan informasi dalam dimensi vertikal dan sagital antara
kedua rahang dengan catatan tidak ada kelainan yang parah, asimetri yang signifikan,
anomali kraniofasial, sindrom, dan agenesis gigi yang multipel.12,13 Selain itu, OPG

Universitas Sumatera Utara

3
juga lazim digunakan dalam evaluasi asimetri mandibula dalam arah vertikal
berdasarkan metode Habets dan dapat digunakan pada pasien yang menderita
gangguan STM dan variasi berbagai anatomi skeletal.5,9

Habets dkk., menemukan metode dan formula untuk evaluasi asimetri
mandibula dalam arah vertikal dengan menggunakan OPG pada 152 pasien di
Academic Centre of Dentistry, Amsterdam. Tinggi kondilus dari permukaan paling
superior ke permukaan paling lateral pada kedua sisi mandibula diukur lalu
dibandingkan untuk mendapatkan Indeks Asimetri Kondilus (IAK) dengan formula
|(R-L)/(R+L)|*100%. Perbedaan sebesar 6% antara ukuran kondilus dalam arah
vertikal pada sisi kanan dan kiri di OPG dapat diterima sebagai perubahan posisi
kepala sebesar 1 mm yang berarti mandibula dalam keadaan simetri, maka apabila
IAK >6% dianggap sebagai asimetri mandibula.14 Kesalahan penempatan posisi
kepala, pembesaran hasil radiografi, dan perbedaan hasil pengukuran yang dihasilkan
dari setiap mesin OPG menjadi alasan bagi Kjellberg dkk, memodifikasi metode
Habets yaitu dengan mengukur tinggi kondilus dari bagian yang paling superior pada
kondilus ke insisura mandibula.16,41
Asimetri mandibula dapat ditemukan pada semua tipe maloklusi dental, namun
lebih sering ditemukan pada maloklusi klas II dan klas III Angle yang ditandai
dengan pergeseran dan penyimpangan dagu karena gangguan oklusi dan selanjutnya
menyebabkan gangguan pergerakan fungsional mandibula.2,18 Taki dkk., melakukan
penelitian pada OPG 102 pasien yang mendapatkan perawatan ortodonsia di Ajman
University of Science and Technology dengan menggunakan metode dan formula
Habets dkk. Hasil yang diperoleh yaitu pasien maloklusi Klas II divisi 1 dan Klas I

menunjukkan IAK yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok
kontrol dan Klas III, dengan nilai IAK pasien maloklusi klas II divisi 1 lebih tinggi
dibandingkan pasien klas I.5 Fungsi dan aktivitas mandibula yang asimetri pada
crossbite posterior bilateral menunjukkan perkembangan mandibula yang asimetri
antara kedua sisi dan menunjukkan IAK yang lebih tinggi dari batasan 6% secara
signifikan.15 Selanjutnya tinggi kondilus juga dilaporkan lebih rendah dan
menunjukkan asimetri pada kelompok anak-anak dengan juvenile arthritis.16

Universitas Sumatera Utara

4
Scanavini dkk., melakukan penelitian tentang derajat asimetri di Brazil dengan
menggunakan tiga grup eksperimen yang terdiri dari model maksila dan mandibula
dengan rentang pasien usia 12-21 tahun. Grup pertama yaitu 60 sampel model gigi
dari pasien dengan oklusi normal, grup kedua yaitu 60 sampel model gigi dari pasien
yang memiliki maloklusi klas II divisi 1, dan grup ketiga yaitu 60 sampel model gigi
dari pasien yang memiliki maloklusi klas II divisi 2. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan asimetri pada lengkung gigi pada kelompok oklusi normal, maloklusi
klas II divisi 1, dan maloklusi klas II divisi 2. Derajat asimetri ditemukan lebih
rendah pada grup pertama dibandingkan grup lainnya, dan derajat asimetri ditemukan

lebih tinggi pada lengkung mandibula dibandingkan dengan lengkung maksila.24
Azevedo dkk., meneliti 23 subjek dengan maloklusi klas II subdivisi dan 30
subjek dengan oklusi normal di University of Sao Paulo, menemukan bahwa
komponen yang berkontribusi terhadap hubungan anteroposterior maloklusi klas II
subdivisi dengan asimetri wajah yaitu dentoalveolar. Hal yang paling memberikan
perbedaan antara kedua grup yaitu posisi distal dari molar pertama mandibula dan
posisi mesial molar pertama maksila di sisi klas II sehingga terbentuk asimetri di
sepertiga bawah wajah, pergeseran midline mandibula, dan deviasi sudut antegonial
kesisi klas II.25 Jabeen dkk., juga menemukan adanya asimetri wajah pada 30 pasien
maloklusi klas II subdivisi dan 30 pasien dengan oklusi normal di Department of
Orthodontics & Dentofacial Orthopedics, India namun grup subdivisi menunjukkan
hasil yang lebih besar. 10,5% asimetri dengan ukuran angular dan 38% asimetri
dengan ukuran linear pada sepertiga bawah wajah pasien maloklusi klas II
subdivisi.26
Beberapa studi sebelumnya juga menyebutkan bahwa maloklusi memberikan
pengaruh terhadap morfologi kondilus mandibula.5,9,14-17 Maloklusi adalah hasil dari
adaptasi orofasial terhadap berbagai faktor etiologi yaitu genetik, lingkungan, dan
faktor lokal seperti anomali gigi, kebiasaan buruk, dan kehilangan gigi yang dapat
mengakibatkan berbagai dampak yaitu masalah psikososial yang berhubungan
dengan gangguan estetika dentofasial dan gangguan fungsi oral dalam hal

pengunyahan, penelanan, dan bicara, serta rentan terkena trauma dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

5
periodontal.19-21 Maloklusi menurut World Health Organization (WHO) adalah cacat
atau kelainan yang menghambat fungsi sehingga dapat menjadi hambatan bagi
kesehatan fisik maupun emosi pasien, sehingga pasien memerlukan perawatan.19,22
Secara garis besar maloklusi dibagi menjadi 3 bagian yaitu maloklusi intralengkung, maloklusi inter-lengkung, dan maloklusi skeletal. Maloklusi intra-lengkung
mencakup variasi dari posisi tiap gigi dan dapat memengaruhi sekelompok gigi dalam
satu lengkung rahang seperti inklinasi lebih ke distal/mesial/lingual/bukal, pergeseran
ke mesial/distal/lingual/bukal, oklusi supra versi/infra versi, rotasi gigi, maupun
transposisi. Maloklusi inter-lengkung terdiri dari malrelasi antar lengkung gigi pada
basis tulang skeletal yang berhubungan normal. Maloklusi ini dapat terjadi dalam
arah sagital, transversal, dan vertikal. Maloklusi skeletal disebabkan karena
abnormalitas pada maksila atau mandibula berupa ukuran, posisi, maupun hubungan
antar rahang.22,23 Hal ini menjadi tanggung jawab klinisi untuk menegakkan
diagnosis, melakukan tindakan pencegahan, dan perawatan terhadap segala bentuk
maloklusi


berkaitan

dengan

tujuan

perawatan

yaitu

mendapatkan

dan

mempertahankan relasi oklusi yang fisiologis dengan kesimetrisan wajah dan struktur
kraniofasial yang seimbang.2,12
Deteksi dini maloklusi oleh para klinisi diperlukan untuk mencegah
berkembangnya asimetri mandibula melalui pemeriksaan klinis dan radiografi
panoramik yang lazim digunakan dalam kedokteran gigi karena asimetri dapat
mempersulit penatalaksanaan kasus maloklusi.12 Pada penelitian ini diharapkan akan

diperoleh suatu data tentang proporsi maloklusi dental pada pasien asimetri
mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu
1.

Berapa proporsi asimetri kondilus mandibula pada pasien yang dirawat di

klinik ortodonsia RSGMP FKG USU?
2.

Berapa proporsi crossbite pada pasien yang memiliki dan yang tidak

memiliki asimetri mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU?

Universitas Sumatera Utara

6
3.


Berapa proporsi openbite pada pasien yang memiliki dan yang tidak

memiliki asimetri mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU?
4.

Berapa proporsi deepbite pada pasien yang memiliki dan yang tidak

memiliki asimetri mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU?
5.

Berapa proporsi hubungan molar pada pasien asimetri mandibula yang

dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proporsi asimetri kondilus mandibula pada pasien yang
dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU
2. Untuk mengetahui proporsi crossbite pada pasien yang memiliki dan yang
tidak memiliki asimetri mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG

USU
3. Untuk mengetahui proporsi openbite pada pasien yang memiliki dan yang
tidak memiliki asimetri mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG
USU
4. Untuk mengetahui proporsi deepbite pada pasien yang memiliki dan yang
tidak memiliki asimetri mandibula yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG
USU
5. Untuk mengetahui proporsi hubungan molar pada pasien asimetri mandibula
yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USU

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis adalah :
a. Dapat digunakan untuk menambah informasi dalam hal tinggi kondilus,
proporsi maloklusi dental, dan hubungan molar pasien asimetri mandibula di klinik
ortodonsia RSGMP FKG USU.
b. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah data penelitian dan
bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

7
c. Dapat menambah informasi tentang seberapa besar dampak maloklusi
terhadap terjadinya asimetri mandibula.

Manfaat praktis adalah :
a. Memberikan informasi bagi klinisi dalam menegakkan diagnosis dan
rencana perawatan yang tepat untuk kasus maloklusi yang disertai dengan asimetri
mandibula.
b. Memberikan informasi bagi pasien mengenai pentingnya perawatan
ortodonsia interseptif yang berfungsi untuk mencegah asimetri mandibula semakin
berkembang.

Universitas Sumatera Utara