Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Mioma Uteri pada Wanita Usia Subur di RS dr. Pirngadi Medan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian mioma uteri pada wanita usia subur. Mioma uteri
adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos,
jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi
kejadian ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :


Umur



Usia menarche



Paritas




Indeks Massa Tubuh (IMT)



Riwayat keluarga



Pola menstruasi



Penggunaan kontrasepsi

Kejadian
mioma uteri


Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Universitas Sumatera Utara

3.2 Definisi Operasional
No

Faktor-faktor

Definisi operasional

Alat ukur

Hasil ukur

Skala

yang
mempengaruhi
1


Umur

Umur

adalah Lembar
hidup checklist

lamanya
wanita

usia

2. 30-34

mengalami

tahun

mioma uteri di RS


3. 35-39

dr. Pirngadi Medan

tahun

dalam tahun dihitung

4. 40-44

sejak dilahirkan.
Usia menarche Usia
wanita
subur

tahun

menarche Lembar


usia adalah usia wanita checklist
penderita
uteri

di

mioma
RS

Ordinal

tahun

subur

saat

2

1. 25-29


dr.

Pirngadi Medan saat
haid atau menstruasi

1. >13

Ordinal

tahun
2. 11-13
tahun
3. 13 tahun

12

35,3

11-13 tahun


16

47,1

3 anak

2

5,9

1-3 anak

14

41,2

Tidak ada anak

18


52,9

5.1.5. Faktor IMT ( Indeks Massa Tubuh)
Hasil penelitian menunjukkan IMT (Indeks Massa Tubuh) wanita usia subur
penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS Dr. Pirngadi Medan mayoritas
normal yaitu pada rentang 18,5-24,9 kg/m2 sebanyak 18 responden (52,9%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan persentase IMT (Indeks Massa Tubuh) wanita
usia subur penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS Dr.
Pirngadi Medan (n=34)
IMT

Frekuensi

Persentase (%)

< 18,5 kg/m2

4


11,8

18,5-24,9 kg/m2

18

52,9

>24,9 kg/m2

12

35,3

5.1.6. Faktor riwayat keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita usia subur penderita mioma uteri
yang pernah dirawat di RS Dr. Pirngadi Medan mayoritas ada memiliki riwayat
keluarga penderita mioma uteri yaitu sebanyak 18 responden (52,9%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan persentase riwayat keluarga pada wanita usia
subur penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS Dr. Pirngadi
Medan (n=34)
Riwayat keluarga

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak Ada

16

47,1

Ada

18


52,9

5.1.7. Faktor pola menstruasi
Hasil penelitian menunjukkan pola menstruasi wanita usia subur penderita
mioma uteri yang pernah dirawat di RS Dr. Pirngadi Medan mayoritas normal
sebanyak 22 responden (64,7%).
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan persentase pola menstruasi wanita usia subur
penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS Dr. Pirngadi Medan
(n=34)
Pola menstruasi

Frekuensi

Persentase (%)

Kurang dari normal

5

14,7

Normal

22

64,7

Lebih dari normal

7

20,6

5.1.8. Faktor penggunaan kontrasepsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita usia subur penderita mioma uteri
yang pernah dirawat di RS Dr. Pirngadi Medan mayoritas tidak menggunakan alat
kontrasepsi yaitu sebanyak 26 responden (76,5%).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi dan persentase penggunaan kontrasepsi pada
wanita usia subur penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS Dr.
Pirngadi Medan (n=34)

Penggunaan Kontrasepsi

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak menggunakan

26

76,5

Pil

5

14,7

Suntik

2

5,9

Implant

1

2,9

Menggunakan

5.1.9. Analisa Multivariat
Uji t dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji apakah
variabel-variabel bebas tersebut mempengaruhi variabel terikatnya. Pembacaan
hasil pada uji t pada tabel Coefficientsa adalah apabila nilai prob. t hitung
(ditunjukkan pada kolom sig) lebih kecil dari α = 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya, sedangkan apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari α = 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikatnya. Dan jika dari hasil uji-t dijumpai lebih dari satu
variabel yang signifikan, maka variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah
variabel yang memiliki nilai beta terbesar untuk melihat pengaruh yang paling
dominan pengaruhnya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.9 Pengaruh faktor umur, usia menarche, paritas, Indeks Massa Tubuh
(IMT), riwayat keluarga, pola menstruasi, dan penggunaan kontrasepsi
terhadap kejadian mioma uteri pada wanita usia subur yang pernah
dirawat di RS dr. Pirngadi Medan.
Faktor-faktor yang

Sig.

Beta

mempengaruhi
Umur

0,006

0,619

Usia menarche

0,701

0,144

Paritas

0,009

0,584

Indeks Massa Tubuh (IMT)

0,092

0,290

Riwayat Keluarga

0,019

0,501

Pola Menstruasi

0,253

0,211

Penggunaan Kontrasepsi

0,917

0,011

Hasil uji analisa menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan
program komputer diperoleh bahwa faktor umur (p = 0,006), paritas (p = 0,009)
dan riwayat keluarga (p = 0,019) < α = 0,05. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan dari ketiga faktor tersebut terhadap kejadian mioma
uteri. Dan faktor yang paling dominan pengaruhnya adalah faktor umur dengan
nilai ß = 0, 619.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Faktor Umur
Distribusi penderita mioma uteri berdasarkan kelompok umur terbanyak
ditemukan sebesar 19 orang (55,9%) dari total 34 kasus pada kelompok usia 40 44 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian pada faktor umur, menunjukan bahwa memang benar umur
berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri. Mioma uteri terjadi pada wanita usia
reproduktif dan sangat jarang ditemukan pada umur di bawah 20 tahun. Hal ini
sesuai dengan buku yang dituliskan oleh Breech (2003) yang berjudul Leymioma
Utery and Myomectomi mengatakan bahwa pada perempuan,mioma uteri sering
ditemukan pada umur di atas 40 tahun, tetapi sangat sulit ditemukan pada umur 20
tahun. Penelitian oleh Wiknjosastro (2005) juga menyatakan bahwa frekuensi
kejadian mioma uteri paling tinggi antara umur 40 – 50 tahun.
Analisa pada kelompok umur 25 -29 tahun (14,7%) dan 40 – 44 tahun (55,9%)
yaitu terdapat peningkatan insiden mioma uteri sebesar 3,8 kali lipat dari kedua
kelompok umur tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Marshall (2006) yang
mengatakan bahwa terdapat peningkatan sebesar 5,2 kali lipat dari kelompok
umur 40 – 44 tahun (22,5%) jika dibandingkan dengan kelompok umur 25 – 29
tahun (4,3%) dari 1000 kasus mioma uteri.
Analisa data pada kelompok umur 40 – 44 tahun (55,9%), yaitu merupakan
kelompok umur dengan jumlah kasus mioma tertinggi. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, mioma uteri adalah tumor yang terjadi pada usia reproduktif dan
sebagian besar bersifat asimptomatis. Mioma uteri kemudian bertumbuh dan
berkembang ditandai dengan peningkatan massa tumor hingga cukup besar untuk
menimbulkan gejala klinis.
Hasil penelitian juga didapatkan bahwa sebanyak 10 responden yang berumur
35-39 tahun. Menurut Thomason (2008), mioma uteri sering terjadi pada wanita
dengan umur lebih dari 30 tahun. Peningkatan risiko ini, terkait dengan

Universitas Sumatera Utara

peningkatan stimulasi estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Namun, kejadian
mioma uteri pada usia ini sering tidak terdeteksi karena masih cukup kecil untuk
menimbulkan gejala. Seiring bertambahnya usia maka mioma dapat berkembang
sehingga menimbulkan gejala pada umur di atas 40 tahun. Hal ini tentu saja
menjadi penyumbang angka terhadap kejadian mioma uteri.
Frekuensi wanita usia subur yang mengalami mioma uteri yang pernah
dirawat di RS dr. Pirngadi Medan pada kelompok usia 25-29 tahun adalah
sebanyak 5 orang. Menurut Marquad (2008) pertumbuhan dan perkembangan
mioma uteri sering dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat.
Namun, ada beberapa kasus ditemukan pada usia di bawah 30 tahun. Hal ini
terjadi karena sekresi hormon estrogen oleh ovarium yang tidak seimbang yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pola hidup, lingkungan, dan faktor
keturunan.
5.2.2. Faktor usia menarche
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi usia
menarche pada wanita usia subur yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi Medan
mayoritas pada kategori usia 11 – 13 tahun yaitu sebanyak 16 orang (47,1%) . Hal
ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Donna (2003) yang
menyatakan peningkatan risiko 25 % terjadinya mioma uteri pada usia menarche
< 11 tahun dibandingkan dengan usia menarche pada umur 12 dan 13 tahun. Hasil
penelitian ini juga tidak sesuai dengan yang dilakukan Parker (2007) bahwa
menarche dini ( 3 anak. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Trikurniasari (2010) yang menyatakan bahwa dari 114

Universitas Sumatera Utara

wanita kasus mioma uteri yang diteliti terbanyak dengan urutan sebagai berikut :
nullipara yaitu 28 kasus (24,55%), primipara yaitu 24 kasus (21,05%), paritas dua
sebanyak 23 kasus (19,30%), paritas tiga sebanyak 22 kasus (19,30%), paritas
empat sebesar 10 kasus (8,77%), paritas lima sebanyak 6 kasus (5,26%), dan pada
multigrande hanya ditemukan 1 kasus (0,88%). Dapat disimpulkan bahwa wanita
yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya
perkembangan mioma dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah hamil atau
satu kali hamil.
5.2.4. Faktor IMT ( Indeks Massa Tubuh)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas wanita usia subur penderita
mioma uteri yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi Medan memiliki Indeks
Massa Tubuh (IMT) normal 18,5 – 24,9 kg/m2 sebanyak 18 orang (52,9%).
Penelitian ini tidak sama dengan penelitan yang dilakukan oleh Parker (2009)
yang menyatakan bahwa peningkatan mioma uteri terjadi 21% pada wanita
dengan indeks massa tubuh lebih dari normal. Hal ini terjadi karena peningkatan
konversi androgen adrenal yang menyebabkan peningkatan estrogen yang
menyebabkan mioma uteri. Penelitian ini juga tidak sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nisak (2014) yang menyatakan bahwa kejadian mioma uteri
terbanyak pada wanita dengan Indeks Massa Tubuh lebih dari normal yaitu
sebanyak 63,2 %. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya faktor yang
mempengaruhi Indeks Massa Tubuh wanita usia subur penderita mioma uteri
yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi Medan seperti asupan gizi yang
dikonsumsi, genetik, serta status sosial ekonominya.

Universitas Sumatera Utara

Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari normal berdasarkan data penelitian
terdapat 12 responden (35,3%). Eduardo (2001) menyatakan bahwa Indeks Massa
Tubuh lebih dari normal berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri dan hanya
sedikit wanita penderita mioma uteri yang memiliki Indeks Massa Tubuh kurang
dari normal. Hal ini sesuai dengan hasil pada penelitian ini dimana hanya terdapat
4 responden (11,8%) yang memiliki Indeks Massa Tubuh kurang dari normal.
5.2.5. Faktor riwayat keluarga
Analisa data distribusi frekuensi pada faktor riwayat keluarga menunjukkan
bahwa kejadian mioma uteri dipengaruhi oleh faktor tersebut. Pada wanita usia
subur penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi Medan
terdapat 18 orang (52,9%) yang memiliki riwayat keluarga. Hal ini sesuai dengan
penelitian Schwartz (2006) yang melakukan penilaian pada 638 perempuan yang
mengalami mioma uteri. Hasinya didapati bahwa pasien yang memiliki riwayat
keluarga lebih berisiko dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
keluarga.
5.2.6. Faktor Pola Menstruasi
Data penelitian menunjukkan bahwa pola menstuasi pada wanita usia subur
penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi Medan mayoritas
wanita dengan pola menstruasi normal yaitu sebanyak 22 orang (64,7%).
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Bieber (2006) yang menyatakan
bahwa perempuan yang mengalami menstruasi berat dan durasi siklus lebih
panjang dari 6 hari memiliki peningkatan risiko mioma uteri yang signifikan
sebesar 1,4.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian terdapat 5 responden (14,7%) yang memiliki pola menstruasi
kurang dari normal dan 7 orang (20,6%) yang memiliki pola menstruasi lebih dari
normal. Hal ini mungki terjadi karena kelainan kongenital, ganguan hormonal,
ketidak stabilan emosi serta status gizi yang berkitan dengan sosial ekonomi dan
pekerjaan.
5.2.7. Faktor penggunaan kontrasepsi
Analisa data distribusi frekuensi pada faktor penggunaan kontrasepsi
menunjukkan bahwa 26 (76,5%) wanita usia subur yang pernah dirawat di RS dr.
Pirngadi Medan tidak menggunakan. Hal ini berbanding terbalik dengan
penelitian yang dikemukakan oleh Reed (2004) yang menyatakan bahwa
penggunaan alat kontrasepsi yang berkaitan dengan hormon akan meningkatkan
risiko terjadinya mioma uteri sebesar 4 kali lipat. Hasil penelitian

ini

menunjukkan, mayoritas wanita usia subur penderita mioma uteri yang pernah di
rawat di RS dr. Pirngadi Medan tidak menggunakan kontrasepsi karena mayoritas
wanita juga tidak memiliki anak.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi pada penelitian ini ada sebanyak 8
orang (23,5%) yang terdiri dari 5 orang (14,7%) yang menggunakan kontrasepsi
oral (pil), suntikan sebanyak 2 orang (5,9%) dan 1 orang (2,9%) yang
menggunakan implant.
Anggriyani (2012) mengatakan bahwa terdapat efek lain dari penggunaaan
kontrasepsi oral terhadap traktus genetalis, seperti menimbulkan perubahanperubahan pada lendir serviks, pada motilitas tuba fallopi dan uterus. Mollie
(2015) menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan faktor

Universitas Sumatera Utara

risiko perkembangan jaringan sel imatur pada uterus. Hal ini berkaitan dengan
ketidakseimbangan kerja hormon-hormon seksual di dalam tubuh. Seperti pada
penjelasan di bab sebelumnya mioma uteri berasal dai sel imatur bukan sel matur.
Handayani (2010) menyatakan bahwa kontasepsi suntikan mengandung
hormon progesteron. Mioma uteri lebih cepat berkembang pada media yang
terdapat hormon progesteron dan estrogen dibandingkan dengan media yang
hanya terdapat estrogen saja. Margaret (2012) menyatakan bahwa penggunaan
kontrasepsi hormonal meningkatkan terjadinya kejadian mioma uteri hal ini
disebabkan oleh peningkatan konsentrasi progesteron. Peningkatan kadar
progesteron mengakibatkan peningkatan aktivitas mitosis pada mioma uteri.
5.2.8. Faktor-faktor yang berpengaruh
Dari analisa

multivariat

data

penelitian

dari ketujuh

faktor

yang

mempengaruhi kejadian mioma uteri pada wanita usia subur sesuai dengan
pembahasan di bab sebelumnya maka didapatkan beberapa faktor yang
berpengaruh yaitu faktor umur ( p = 0,006), faktor paritas (p = 0,009) dan faktor
riwayat keluarga (p = 0,019). Adapun faktor yang paling dominan pengaruhnya
adalah faktor umur dengan nilai ß = 0,619.
Faktor umur pada penelitian ini berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri
pada wanita usia subur dimana nilai p = 0,006 < α = 0,05. Dimana semakin tinggi
nilai skor umur yang berarti semakin tinggi kelompok umur dari pada penelitian
ini, maka semakin berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Liliyani (2012) di RSUD Tugurejo
Semarang yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara umur

Universitas Sumatera Utara

terhadap kejadian mioma uteri dengan nilai p = 0,007. Demikian pula dengan
penelitian yang dilakukan Haryanti (2014) di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
umur dengan kejadian mioma uteri dengan nilai p = 0,03.
Faktor paritas pada penelitian memiliki pengaruh terhadap kejadian mioma
uteri, dimana nilai p = 0,009 < α = 0,05, yaitu semakin tinggi nilai skor paritas
pada penelitian artinya semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki, maka semakin
berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri. Penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Humune (2016) di RSIA Kirana Sidoarjo terdapat
pengaruh antara paritas yang rendah terhadap kejadian mioma uteri. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnasanti (2013) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari paritas terhadap kejadian mioma
uteri di RSU PKU Muhamadiyah Bantul dengan nilai p = 0,006.
Berdasarkan hasil penelitian ini, juga didapatkan bahwa terdapat pengaruh
antara riwayat keluarga terhadap kejadian mioma uteri dengan nilai p = 0,019,
yaitu semakin tinggi nilai skor riwayat keluarga artinya terdapat keluarga yang
memiliki riwayat maka semakin berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri.
Penelitian yang dilakukan oleh

Schwartz (2006) menyatakan bahwa riwayat

keluarga sangat mempengaruhi terjadinya mioma uteri pada seorang wanita.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 34 responden yaitu
wanita usia subur penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi
Medan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat beberapa faktor yang paling dapat mempengaruhi kejadian mioma uteri
pada wanita usia subur yang pernah dirawat di RS dr. Pirngadi Medan antara lain :
umur, paritas, dan riwayat keluarga. Dan faktor yang paling dominan pengaruhnya
adalah faktor umur.
6.2. Saran
1. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan keperawatan
sebagai sumber informasi yang relevan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian mioma uteri.
2. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan keperawatan
sebagai sumber bahan edukasi kepada masyarakat akan faktor-faktor yang
mempengaruhi mioma uteri dan juga kepada pelayanan keperawatan
supaya lebih menggali lagi faktor-faktor tersebut pada saat mengkaji pasien
mioma uteri dan menuliskannya pada status pasien.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melihat pengaruh antara
data demografi yaitu suku, pendidikan dan pekerjaan terhadap kejadian
mioma uteri dan melihat pengaruh secara khusus antara penggunaan
kontrasepsi terhadap kejadian mioma uteri.

Universitas Sumatera Utara