Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Mobilitas Sosial
2.1.1. Defenisi Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah bentuk perpindahan status dan peranan seseorang atau
sekelompok orang dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas sosial yang lebih
tinggi, atau dari kelas sosial yang tinggi kelas sosial yang lebih rendah (vertikal) atau
perpindahan kelas sosial dengan derajat yang searah (horizontal). Horton dan Hunt
mengartikan mobilitas sosial sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial
ke kelas sosial lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W.Mack,
mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial.Mobilitas sosial dapat berupa peningkatan
atau penurunan dari segi status dan peranan seseorang atau sekelompok orang yang
biasanya dilihat dari segi penghasilan yang diperolehnya.Tingkat mobilitas sosial
pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada masyarakat yang bersistem
kelas sosial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung
tinggi. Tetapi, sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakat feodal
atau masyarakat bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masy arakatnya akan
cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan sama sekali tidak ada.


Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Tipe- Tipe Mobilitas Sosial
Sosiologi memandang mobilitas sosial sebagai salah satu gejala yang ditujukan
pada gerak berpindahnya status sosial satu ke status sosial lainnya.Gerak sosial
diartikan sebagai gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi kelompok sosial. Struktur sosial sendiri mencakup sifat-sifat dari
hubungan antara individu dalam kelompok ini dan hubungan antara individu dan
kelompoknya. Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada 2 macam yaitu:
a. Gerak sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek-objek sosial
lainnya, dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi
yag sederajat.
b. Gerak sosial vertikal, ialah perpindahan individu atau objek sosial dari
kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang
tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, dalam gerak sosial vertikal ini
dibedakan menjadi 2 macam yaitu, gerak sosial naik (social climbing), dan
gerak sosial turun (social singking).

2.2. Mobilitas Sosial Vertikal


2.2.1. Defenisi Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas vertikal menurut Horton dan Hunt adalah suatu gerak perpindahan
dari kelas sosial satu ke kelas sosial lainnya. Mobilitas vertikal merupakan bagian
dari mobilitas sosial yang berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial

Universitas Sumatera Utara

dan biasanya termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu
atau keseluruhan kelompok (Dwi dan Bagong, 2010:208). Mudah tidaknya seseorang
melakukan mobilitas vertikal salah sdatunya ditentukan oleh kekakuan dan keluwesan
struktur sosial di mana orang itu hidup Soedjatmoko (dalam Dwi dan Bagong,
2010:209).

2.2.2. Jenis jenis mobilitas vertikal
Berdasarkan arah perpindahan individu atau objek dari kedudukan sosial ke
kedudukan sosial lainnya dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yaitu:
1.

Gerak sosial meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan
anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih

tinggi. Misalnya seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi
kepala bagian di sebuah perusahaan swasta.

2.

Gerak sosial yang menurun (sosial singking), yakni gerak pepindahan
anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang
lebih rendah posisinya. Misalnya, seorang petani yang jatuh miskin
karena gagal panen.

2.2.3. Saluran-saluran mobilitas sosial vertikal
Pitrim A. Sorokin (Dwi dan Bagong, 2010 :210-211), mengemukakan bahwa
di dalm mobilitas vertikal dapat dilakukan lewat beberapa saluran terpenting yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Angkatan bersenjata. Dalam keadaan perang di mana setiap Negara
menghendaki kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat
statusnya akan dihargai dalam amsyarakat. Karena jasanya dapat
menjatuhkan banyak korban, maka kemungkinan dapat menanjak

kedudukannya dan dapat memperoleh kekuasaan dan wewenang.
2. Lembaga-lembaga pendidikan. Pada umumnya lembaga pendidikan
dinilai merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertikal, bahkan
lembaga pendidikan formal dianggap sebagai “social elevator” yang
bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling
tinggi.
3. Lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran
mobilitas vertikal walaupun setiap agama menganggap bahwa setiap orang
mempunyai kedudukan yang sederajat,akan tetapi pemuka-pemuka agama
selalu berusaha keras untuk menaikkan mereka yang berkedudukan rendah
ke kedudukan yang tinggi.
4. Organisasi politik. Saluran ini dalam banyak kasus terbukti memberi
kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggotanya untuk naik dalam
tangga kedudukan dalam masyarakat. Bagi mereka yang pandai
beroraganisasi dalam organisasi politik mendapat kesempatan untuk
dipilih sebagai anggota dalam DPR sebagai wakil dari organisasi politik
mengorbitkannya.

Universitas Sumatera Utara


5. Organisasi ekonomi. Oragnisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang
perusahaan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluasluasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal, karena dalam
organisasi ini sifatnya relative terbuka.

2.3. Mobilitas Sosial Horizontal
2.3.1. Defenisi Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas Sosial horizontal adalahperalihan individu atau objek-objek sosial
lainnya, dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yag
sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam
mobilitas sosialnya.Ciri utama mobilitas sosial horizontal adalah lapisan sosial yang
ditempati tidak mengalami perubahan.
2.4. Mobilitas sosial petani di sentra industri
Pekerjaan industri kecil sering dipandang lebih halus dan tidak kasar
dibandingkan bertani. Seorang buruh pabrik atau biasanya dianggap sebagai
pekerjaan yang lebih halus, karena dapat bekerja di tempat yang tidak terkena panas
terik matahari, tidak terkena kotoran tanah, sedangkan bekerja di sawah atau kebun
memerlukan mereka harus keluar rumah, di bawah panas matahari, kena kotoran
tanah yang dianggap sebagai pekerjaan kasar. Selain itu, dari segi penampilan fisik

Universitas Sumatera Utara


buruh lebih gagah dibandingkan buruh tani, maka tidak jarang status sosial buruh
dipandang lebih tinggi daripada bekerja sebagai pekerjaan bertani.
Dari kajian teoritis, mobilitas sosial petani ke buruh tidak lepas dari kategorisasi
masyarakat petani dan karakteristik mentalitasnya, baik yang masih primitif, peasant,
maupun masyarakat industri yang menggambarkan masyarakat modern perkotaan
dengan segala ciri-cirinya (Setiady, 2011:535).

2.5. Petani
2.5.1. Defenisi Petani
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah
pertanian.Definisi petani menurut Anwas (dalam sulistiyono, 2015) mengemukakan
bahwa petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan
itu.Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari pengertian
pertanian.Sementara itu, pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan terus
dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa
mengakibatkan kerusakan alam.
Beberapa permasalahan dalam sistem usaha tani yaitu :
1. Pemilikan lahan sempit

Sempitnya pemilikan lahan disebabkan karena jumlah penduduk yang
semakin bertambah, dan dilain pihak terjadinya penyusutan lahan usaha
tani untuk keperluan nonpertanian.

Universitas Sumatera Utara

2. Keterbatasan teknologi
Keterbatasan teknologi yang diterapkan oleh petani kecil terutama
sebagai

akibat

rendahnya

pendidikan

formal petani,

sehingga


pengetahuan dan ketrampilan petani terbatas.
3. Kekurangan modal
Selain kepemilikan lahan yang sempit, petani-petani kecil juga
seringkali dihadapkan pada pemilikan modal yang sangat terbatas.
4.

Rendahnya pendapatan
Mengingat luas lahan garapan yang sempit dengan modal yang terbatas,
maka menyebabkan produksi usaha tani kecil dan pendapatan yang
diperoleh petani rendah, disisi lain petani belum mampu menciptakan
pekerjaan diluar usahatani.

5. Kelambanan adopsi inovasi
Petani kecil pada umumnya berpikir lamban terhadap teknologi yang
diperkenalkan penyuluh pertanian.Sikap petani tidak dapat diubah
dalam waktu singkat.Petani umumnya membutuhkan bukti nyata atau
contoh sebelum menerapkan teknologi baru.
6. Rendahnya entrepreneurship
Entrepreneurship yaitu kemampuan untuk melihat peluang dan
keberanian mengambil resiko untuk memanfaatkan peluang yang

ada.Petani kecil umumnya mempunyai entrepreneurship yang rendah.
(Suwardie, 2008: 178-184).

Universitas Sumatera Utara

2.5.2.

Peran dan Status Petani

Berdasarkan aspek ekonomi dan sosial masyarakat desa terbagi berdasarkan
luas kepemilikan lahan menjadi dua golongan besar yaitu buruh tani dan pemilik
lahan tanah. Buruh tani mempunyai kedudukan sosial yang paling bawah dengan
aktivitas ekonomi yang terbatas pada pengerahan tenaga buruh upahan kepada kaum
pemilik tanah. Beberapa diantaranya mencoba untuk melakukan kegiatan ekonomi
lainnya namun masih terbatas pada jenis perdagangan kecil. Berbeda dengan kaum
tuan tanah yang mempunyai kegiatan ekonomi lebih bervariatif dan skala yang jauh
lebih besar.

2.6. Buruh
2.6.1.


Defenisi Buruh

Menurut Undang Undang Nomor 22 Tahun 1957 , yang dimaksud dengan
buruh ialah orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah; pada dasarnya
buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan adalah sama. Namun dalam kultur
Indonesia, “ buruh” berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran, yang hanya
mengandalkan otot.

Istilah “buruh” dan “pekerja”

dipakai secara makna suka

(arbriter) dan tidak mesti harus bergantung pada konteksnya. Istilah buruh lebih
banyak dipergunakan dibandingkan dengan istilah pekerja karena nuansanya lebih
enak di dengar, sedangkan tenaga kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh
yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot
tetapi otak dalam bekerja.(Friday, 2003). Buruh selama ini di persepsikan sebagai
kelompok pekerja di pabrik yang berjumlah ratusan hingga ribuan orang.


Universitas Sumatera Utara

2.6.2.

Jenis-Jenis Buruh

Buruh dapat dibedakan menurut jenis dan pekerjaannya. Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2014), buruh dapat dibedakan menjadi:
1.

Buruh harian yaitu buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk
kerja.

2.

Buruh kasar yaitu buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak
mempunyai keahlian dibidang tertentu.

3.

Buruh musiman yaitu buruh yang bekerja pada musim-musim tertentu

4.

Buruh pabrik yaitu buruh yang bekerja di pabrik

5.

Buruh tambang yaitu buruh yang bekerja di pertambangan

6.

Buruh terampil yaitu buruh yang mempunyai keterampilan tertentu.

7.

Buruh tani yaitu buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau
di sawah orang lain.

8.

Buruh terlatih yaitu buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.

2.7. Status Sosial Ekonomi
Apabila dilihat dari kata kehidupan yang sebenarnya adalah cara atau keadaan
tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenan di masyarakat,
sedangkan arti ekonomi adalah mengenai azas-azas produksi,distribusi, dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan (Astarhadi,1995:52). Kehidupan sosila adalah kehidupan bersama
manusia yang hidup dalam suatu pergaulan.Oleh karena itu kehidupan sosial pada
dasarnya ditandai dengan pertama, adanya kehidupan bersama yang pada ukurannya

Universitas Sumatera Utara

berjumlah dua orang atau lebih.Kedua, manusia tersebut bergaul dan hidup bersama
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup
lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan perorganisasian perilaku
serta munculnya suatu perasaan satu kelompok. Ketiga, adanya kesadaran bahwa
mereka merupakan sebuah kesatuan. Keempat, suatu kehidupan sistem bersama
(Nasution,2003:10).
Kondisi sosial ekonomi dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut:
2.7.1. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui
dalam masyarakat yang materialisits dan tradisional yang menghargai status sosial
ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christoper dam Sumardi (2004)
mendefenisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima
oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba, dan lain sebagainya.

2.7.2. Rumah
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina
rasa kekeluargaan

diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan

menyeimpan arang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial (Mukono,
2000:25). Menurut American Publick Health Association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila: (1) memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah
dari udara diluar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
kebisingan 45-55dB.A, (2) memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) melindungi
penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyedian air bersih,

Universitas Sumatera Utara

sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
memenuhi syarat kesehatan, serta (4) melindungi penghuninya dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,
tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,
dan ancaman kecelakaan lalu lintas.
2.7.3. Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata “didik” dan
mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”/maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa defenisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Lemabaga
pendidikan menjadi saluran resmi yang paling rasional dalam menentukan pergeseran
sosial sebab sifat dari pergeseran sosial dalam jalur pendidikan ini sangat
terbuka.Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat
Indonesia.
Selama periode 2012-2014 (BPS 2014), rumah tangga miskin yang dapat
membaca dan menulis meningkat dengan persentase lebih dari 70%. Dalam beberapa
tahun kedepan pembangunan pendidikan nasional masih dihadapkan dengan
tantangan yang amat serius , terutamanya dalam upaya meningkatkan kinerja yang
mencakup, (1) pemerataan dan perluasan akses, (2) peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing, (3) penataan, tata kelola, akuntabilitas, dan citra public, dan (4)
peningatan pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

2.7.4. Kesehatan
Pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1994
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental,
dan sosial kesejahteraan daan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga, kemudahan dalam mengakses
layanan kesehatan adalah impian bagi setiap orang.

2.7.5. Sandang dan Pangan
Sandang adalah pakaian manusia, pakaian menjadi kebutuhan primer pertama
walaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah
mahluk sosial yang hidup dalam masyaakat sehingga pakaian adalah hal yang paling
penting. Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan merupakan
kebutuhan primer.Pangan ini meliputi pekerjaan dan hal-hal serupa yang bertujuan
menghasilkan pangan bagi kehidupan manusia.Manusia hidup dalam masyrakat pasti
butuh bekerja untuk memperoleh nafkah.

2.7.6. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut
hubungan antarindividu,individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik
atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya

Universitas Sumatera Utara

didalam masyarakat. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Hubungan sosial
yang ada pada masyarakat merupakan hubungan sosial peranan-peranan individu di
dalam masyarakat.Dengan adanya hubungan sosial masyarakat dapat diukur sejauh
mana masyarakat tersebut mampu beradaptasi terhadap lingkugan sosialnya.

2.8. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan masalah yang diteliti.Penelitian tersebut berfungsi sebagai
referensi, perbandingan maupun dasar pemilihan topik. Adapun penelitian terdahulu
adalah sebagai berikut :
Hasil penelitian Bambang Sigit Widodo,(2015) yang menganalisis tentang
“Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perubahan Pekerjaan Masyarakat dari Sektor
Pertanian ke Sektor Industri di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik” Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptifkualitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan yang tinggi di sektor
industri mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari dibandingkan di sektor
pertanian. Tingkat pendidikan, keterampilan yang tinggi yang dimiliki seseorang juga
menjadi faktor pendorong masyarakat untuk beralih pekerjaan ke sektor industri.
Pengaruh lingkungan sosial budaya yang dimulai dengan adanya interaksi yang
intensif dengan dunia industri melalui keluarga, teman, tetangga serta tingginya
motivasi masyarakat untuk bekerja yang lebih baik juga menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhinya. Kecamatan Cerme yang berdekatan dengan wilayah

Universitas Sumatera Utara

pengembangan industri turut mempengaruhi masyarakat untuk beralih ke sektor
industri. Walaupun masyarakat yang bekerja di sektor pertanian hanya 18%
sedangkan yang bekerja di sektor industri 36%, pemerintah tetap mempertahankan
Kecamatan Cerme sebagai sub wilayah pengembangan tanaman pangan. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya program pemerintah yang berupa Jalan Usaha Tani (JUT),
perluasan waduk, penambahan kapasitas waduk dan pemberian bantuan pupuk, bibit,
obat serta alat pertanian.
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai dasar dan pembanding, terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Desa
Pohan Tonga.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

PERAN PEMERINTAHAN DESA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA SIBORONGBORONG KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 2 12

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 19

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

0 1 2

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 9

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara) Chapter III V

1 4 87

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 4

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara)

0 1 13

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 46

BAB I - Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 22