Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Bumn Dalam Bentuk Hibah Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

BAB II
HIBAH KREDIT USAHA RAKYAT DI INDONESIA
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit
Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere
yang dalam bahasa Indonesia menjadi kredit, yakni “kepercayaan” (dalam bahasa
Inggris faith dan trust). Dalam hubungannya antara kreditur (pemberi kredit)
dengan debitur (penerima kredit), kreditur memiliki kepercayaan bahwa si debitur
dapat mengembalikan uang/barang yang dipinjamnya sesuai dengan waktu dan
syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Dengan kata lain, seseorang yang
memperoleh kredit, berarti memperoleh kepercayaan. Jadi, dasar dari kredit itu
sendiri adalah kepercayaan (trust). Dilihat dari segi ekonominya, kredit dapat
diartikan sebagai penundaan pembayaran. Artinya, pengembalian uang/barang
dapat dilakukan pada waktu tertentu yang akan datang. Adapun beberapa
pengertian kredit yang berasal dari berbagai ahli, yakni sebagai berikut :
1.

H. M. A. Savelberg menyatakan kredit mempunyai arti antara lain:26
a. Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) di mana seseorang berhak
menuntut sesuatu dari yang lain.
b. Sebagai jaminan, di mana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain
dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.


2.

JA. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut:27

Ikhwana Nandasari, “Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT.
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan di Palembang” (Tesis, Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2009)
27
Ibid.
26

Universitas Sumatera Utara

“Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara
bebas oleh si penerima kredit.Penerima kredit berhak mempergunakan
pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah
pinjaman itu dibelakang hari”.
3.


Muchdarsyah Sinungan mengemukakan bahwa kredit adalah suatu pemberian
prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lainnya dan prestasi itu akan
dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan
suatu kontrak prestasi berupa bunga”.28

4.

OP. Simorangkir berpendapat bahwa kredit adalah pemberian prestasi
(misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan
terjadi pada waktu yang akan datang.29

5.

Menurut Mulyono mendefinisikan kredit sebagai:
“ Suatu penyerahan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga jumlah imbalan atau
pembagian hasil keuntungan”.30


6.

Bastian dan Suharjono mendefinisikan kredit adalah peminjaman uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan
pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.31

28

Ibid.
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia (Yogyakarta: 2000), hlm. 1
30
Mulyono, Teguh Pudjo, Aplikasi Akuntansi Manajemen: Dalam Praktik Perbankan.
Edisi 3 (Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm. 12.
31
SuharjonoBastian dan Indra, Akuntansi Perbankan. Edisi Pertama (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), hlm. 65.
29


Universitas Sumatera Utara

Pengertian kredit juga dapat dilihat dalam Pasal 1 Butir 11 UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998, selengkapnya sebagai berikut: Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam– meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga. Berdasarkan pengertian diatas menunjukkan bahwa
prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya
adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.32
Ketentuan Pasal 1 ayat (5) Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, yang dimaksud
dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk :
1.

cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang
tidak dapat dibayar lunas pada hari akhir;


2.

pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan

3.

pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.33
Mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam hal perkreditan, maka jelas hal

itu tidak terlepas dari unsur kepercayaan. Namun, masih ada beberapa unsur yang
32

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Medi
Group, 2013), hlm. 58.
33
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, Bab I, Pasal 1 ayat (5).

Universitas Sumatera Utara


menjadi suatu pertimbangan komprehensif dalam menentukan diperolehnya
kepercayaan atau tidak dalam hal perkreditan tersebut. Adapun unsur-unsur yang
terdapat dalam bidang perkreditan, yaitu:34
1.

Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan dari kreditur (pemberi kredit) bahwa prestasi
yang diberikan kepada debitur (penerima kredit), baik berupa uang, barang,
atau jasa, akan dikembalikan sesuai dengan kesepakatan bersama.

2.

Tenggang waktu
Tenggang waktu adalah waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio35 yaitu uang yang
ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa
yang akan datang.


3.

Degree of risk (tingkat risiko)
Yaitu risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu
yang memisahkan antara prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di
kemudian hari. Semakin panjang waktu yang diberikan maka semakin tinggi
pula tingkat risikonya, sehingga terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak
dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko.
Karena adanya unsur risiko ini maka dibutuhkan jaminan dalam pemberian
kredit.
34

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung : PT. Citra Aditya
Bhakti, 2006), hlm. 231.
35
1) penukaran uang; 2) premi yang dibayar dalam penukaran dua jenis mata uang; 3)
premi atau diskonto atas wesel luar negeri; 4) selisih antara nilai nominal dan harga pasar sebuah
saham.

Universitas Sumatera Utara


4.

Prestasi atau objek
Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi
modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit
yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktik perkreditan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa selain

unsur kepercayaan tersebut, dalam permohonan dan pemberian kredit juga
mengandung unsur lain, yaitu unsur waktu, risiko, dan unsur prestasi. Dalam
pemberian kredit ditentukan juga mengenai unsur waktu. Unsur waktu ini
merupakan jangka waktu atau tenggang waktu tertentu antara pemberian atau
pencairan kredit oleh bank dengan pelunasan kredit oleh debitur. Lazimnya
pelunasan kredit tersebut dilakukan melalui angsuran dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kemampuan dari debitur.
Setiap perjanjian tentu mengandung adanya prestasi dan kontraprestasi.
Dalam perjanjian kredit sejak saat adanya kesepakatan atau persetujuan dari kedua
belah pihak (bank dan nasabah debitur) telah menimbulkan hubungan hukum atau

menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai kesepakatan
yang telah mereka sepakati. Bank sebagai kreditur berkewajiban untuk
memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya
tersebut bank berhak memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai
kontraprestasinya.
Dilihat dari macam kredit, maka secara garis besar kredit tersebut dapat
digolongkan kepada kredit tunai (cash loan) dan kredit tidak tunai (non cash

Universitas Sumatera Utara

loan). Jenis kredit secara tunai dapat dibedakan yaitu secara umum, tujuan
pembiayaan, jangka waktu, sektor ekonomi, sifat, jenis penggunaan, kolektibilitas,
golongan, debitur, dan kebijaksanaan. Sedangkan kredit non tunai yaitu dalam
bentuk pemberian bank garansi dan kredit berdokumen dalam rangka pembukaan
Letter of Credit (L/C).
Jenis kredit ini perlu diketahui guna melihat kredit apa yang dibutuhkan
oleh perusahaan dan perorangan pada suatu waktu tertentu dan mengetahui
perkembangan selanjutnya dari kredit tersebut ataupun kebutuhan kredit lain yang
akan muncul dikemudian hari. Warman Djohan membagi jenis-jenis kredit yang
biasanya diberikan oleh bank-bank komersial sebagai berikut:36

1.

Kredit secara umum
a. Kredit komersial.
Kredit yang diberikan kepada perusahaan atau perorangan untuk tujuan
komersial. Dengan mendapatkan fasilitas kredit ini maka perusahaan dapat
meningkatkan volume penjualan sekaligus juga meningkatkan perolehan
laba usaha.
b. Kredit konsumsi.
Jenis kredit yang diberikan biasanya kepada perorangan untuk tujuan
konsumsi misalnya kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan, kredit
untuk anak sekolah dan lain-lain.
2. Tujuan pembiayaan.
a. Kredit modal kerja.
Kredit yang diberikan kepada perusahaan atau perorangan untuk
menambah modal kerjanya. Modal kerja meliputi biaya pembelian bahan
baku, bahan pembantu, upah buruh, overhead cost dan lain-lain.
b. Kredit investasi.
Kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk pembelian barang modal.
Misalnya kredit untuk pembelian mesin-mesin, kendaraan, peralatan dan

pembangunan gedung pabrik. Kredit ini berjangka panjang, melebihi
jangka waktu satu tahun dan pelunasannya melalui angsuran.
3. Kredit menurut jangka waktu.
a. Kredit jangka pendek

36

Warman Djohan, Kredit Bank Alternatif Pembiayaan dan Pengajuannya (Jakarta: PT.
Mutiara Sumber Widya, 2000), hlm. 40-51.

Universitas Sumatera Utara

4.

5.

6.

Kredit berjangka waktu sampai dengan satu tahun, biasanya kredit modal
kerja.
b. Kredit jangka menengah
Kredit dengan jangka waktu diatas satu tahun sampai dengan lima tahun,
biasanya kredit yang digunakan untuk pembelian kendaraan, peralatan dan
mesin-mesin secara partial.
c. Kredit jangka panjang
Kredit dengan jangka waktu diatas lima tahun, kredit ini biasanya
diberikan untuk pembiayaan pembangunan pabrik baru dan pembiayaan
proyek-proyek jangka panjang (project financing).
Kredit menurut pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi.
a. Kredit pertanian
Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertanian termasuk
perkebunan, perikanan dan kehutanan. Kredit dapat diberikan dalam
bentuk kredit modal kerja atau kredit investasi.
b. Kredit pertambangan
Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertambangan meliputi
eksplorasi dan eksploitasi.
c. Kredit perindustrian
Kredit yang diberikan untuk pembiayaan pabrik-pabrik, manufaktur dari
segala sektor.
d. Kredit perdagangan, restoran, dan hotel
Kredit yang diberikan untuk membantu kebutuhan modal perdagangan
antar kota, antar pulau, dan perdagangan lokal serta untuk restoran dan
hotel-hotel.
e. Kredit pengangkutan dan perudangan
Kredit yang diberikan untuk pengangkutan, distribusi barang-barang, dan
pergudangan.Termasuk di dalamnya kredit distribusi, yaitu pembelian
barang-barang dalam jumlah besar dan kemudian dijual dalam jumlah
yang lebih kecil.
f. Kredit jasa-jasa dunia usaha
Kredit yang diberikan untuk perusahaan jasa, seperti konsultan, akuntan,
dokter, pengacara, dan jasa pendidikan.
Kredit menurut sifatnya
a. Kredit revolving
Kredit yang diberikan atas dasar limit atau plafon tertentu dan dapat
dipakai berulang-ulang sampai dengan batas yang telah ditentukan
tersebut. Kredit ini biasanya dalam bentuk kredit modal kerja atas dasar
rekening koran dengan jangka waktu tidak melebihi satu tahun.
b. Kredit aflopend
Fasilitas kredit yang diberikan untuk satu kali penggunaan atau sesuai
schedule dan tidak dapat dipakai berulang.
Kredit menurut penggunaannya
a. Kredit usaha

Universitas Sumatera Utara

7.

8.

Kredit yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk modal kerja atau
investasi. Pembayaran bunga dan pelunasan kredit berasal dari hasil usaha
perusahaan.
b. Kredit konsumsi
Kredit yang digunakan untuk pembelian barang-barang konsumsi bukan
dalam bentuk usaha. Misalnya, kredit pembelian rumah, kredit kendaraan,
dan kredit pembelian peralatan rumah tangga.
Kredit berdasarkan golongan debitur.
a. Kredit kepada penduduk.
Kredit yang diberikan kepada penduduk, warga negara atau perusahaan
yang mempunyai status penduduk Indonesia.
b. Kredit bukan kepada penduduk
Kredit yang diberikan kepada penduduk Indonesia, warga negara asing
atau perusahaan yang berstatus perusahaan asing (PMA).
Kredit berdasarkan kebijakan bank.
a. Kredit umum
Kredit-kedit yang diberikan oleh banj lebih ditekankan pada utung rugi
dan prinsip-prinsip bisnis yang berlaku atau dikenal dengan ketentuan
bank teknis.
b. Kredit prioritas
Kredit yang penyalurannya berdasarkan prioritas yang disyaratkan oleh
pemerintah, misalnya untuk usaha skala kecil.
Kredit Usaha Rakyat merupakan contoh dari kredit investasi dan modal

kerja. KUR adalah skema kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi
yang khusus diperuntukkan bagi UMKMK di bidang usaha produktif dan layak
(feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang
ditetapkan perbankan (belum bankable). KUR merupakan program pemberian
kredit atau pembiayaan dengan nilai di bawah Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) dengan pola penjaminan oleh pemerintah dengan besarnya coverage
peminjaman maksimal 80% dari plafon kredit untuk sektor kelautan, pertanian,
dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan 70 dari plafon kredit untuk
sektor lainnya.37 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No.
37

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR), http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/program-kredit-usaha-rakyat-kur/
(diakses pada tanggal 9 April 2016)

Universitas Sumatera Utara

190/PMK.05/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan KUR
memberikan definisi KUR sebagai berikut :
“KUR adalah kredit progam pemerintah yang dananya dari perbankan
kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Koperasi dan Tenaga Kerja Indonesia
dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan/atau kredit investasi yang
didukung

oleh

fasilitas

penjaminan”.38

KUR

diberikan

dengan

tujuan

mengakselerasi pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka
penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja.
Secara lebih rinci, tujuan KUR adalah sebagai berikut :
1.

mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKMK;

2.

meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKMK kepada
Lembaga Keuangan; dan

3.

sebagai upaya penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan
kesempatan kerja.

B. Syarat Pengajuan Kredit Usaha Rakyat
Kebijakan pemerintah di dalam pengembangan Pemerintah Daerah atau
otonomi daerah membuat UMKMK lebih diperhatikan oleh pemerintah
daerahnya, karena salah satu syarat utama untuk menjadi otonomi adalah bahwa
daerah yang bersangkutan harus mempunyai pendapatan daerah yang cukup untuk
membiayai roda perekonomian. Ini berarti perlu kegiatan-kegiatan atau lembagalembaga ekonomi lokal, termasuk UMKMK yang akan memberikan kontribusi
38

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2014 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, Bab I, Pasal 1 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

pada pendapatan daerah. Jadi peran UMKMK di daerah tidak saja sebagai salah
satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menghilangkan kesenjangan
pendapatan atau pembangunan antar wilayah, melainkan juga sebagai alat
pengembangan otonomi daerah. 39
Guna memperluas dan dalam rangka meningkatkan usahanya Bank
mengikutsertakan golongan ekonomi lemah dalam ruang lingkup tanggung jawab
yang lebih besar, dengan jalan mengusahakan kesempatan untuk dapat
memperkuat permodalannya, meningkatkan keahliannya untuk mengurus
perusahaanya dan kesempatan memasarkan hasil produksinya. Di dalam
hubungan ini bank sebagai salah satu wadah penghimpun kekuatan ekonomi
lemah akan lebih ditingkatkan peranan serta kemampuannya melalui program
yang menyeluruh, dengan mengutamakan memberikan kredit kepada masyarakat.
Kredit Usaha Rakyat merupakan sebuah program pemerintah yang
bekerjasama dengan bank nasional sebagai sarana melancarkan usaha mikro dan
investasi kecil pedesaan maupun perkotaan. Pembiayaan ini merupakan sebuah
layanan yang dipakai untuk modal kerja atau bisa juga sebagai kredit investasi.
Umumnya KUR dikucurkan melalui pola sistem pembiayaan langsung dan tidak
langsung (linkage). KUR sendiri dijamin oleh sebuah lembaga penjamin kredit
asalkan kreditur memenuhi kriteria sebagai berikut:40
1.

Kreditur tidak sedang menerima program kredit dari perbankan maupun dari
pemerintah.

Schoryta Vestryriza Irwahyudi, “Upaya Bank Dalam Menangani Debitur Kredit Usaha
Rakyat Bermasalah Melalui Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Jaminan Tambahan” (Artikel
Ilmiah, ilmu hukum, Fakultas hukum, Universitas Brawijaya, 2014)
40
http://bisnisusaha.info/syarat-cara-mendapatkan-kredit-usaha-rakyat-tanpa-agunanjaminan/ (diakses pada tanggal 6 Maret 2016)
39

Universitas Sumatera Utara

2.

Namun UMKMK yang saat ini sedang menerima kredit konsumtif semisal :
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), punya
kartu kredit, dan kredit konsumtif lainnya masih diperbolehkan untuk
mengajukan dan menerima dana KUR.

3.

Untuk skala kecil menengah plafon KUR maksimal sampai 500 juta.
Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi dapat mendapatkan KUR dari

Bank Pelaksana dengan cara sebagai berikut:41
1.

UMKMK mengajukan surat permohonan KUR kepada Bank dengan
melampiri dokumen seperti legalitas usaha, perizinan usaha, catatan keuangan
dan sebagainya.

2.

Bank

mengevaluasi/analisa

kelayakan

usaha

UMKMK

berdasarkan

permohonan UMKMK tersebut.
3.

Apabila menurut Bank usaha UMKMK layak maka Bank menyetujui
permohonan KUR. Keputusan pemberian KUR sepenuhnya merupakan
kewenangan Bank.

4.

Bank dan UMKMK menandatangani Perjanjian Kredit/Pembiayaan.

5.

UMKMK wajib membayar/mengangsur kewajiban pengembalian KUR
kepada Bank sampai lunas.
Persyaratan dokumen yang diperlukan :

1.

Semua dokumen legalitas pemohon, seperti : KTP dan Kartu Keluarga.

2.

Dokumen legalitas pendiri usaha, misalnya : Bukti NPWP, SIUP, SKDU, dan
sejenisnya.
41

http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/
(diakses pada tanggal 6 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

3.

Agunan atau jaminan, BPKB, SPPT Tanah, Sertifikat (Seharusnya KUR itu
tanpa agunan tetapi faktanya biasanya pakai jaminan).
Di dalam UMKMK dan pemberian KUR yang dimaksud dengan:

1.

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp.50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
atau memiliki hasilpenjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,-

2.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar. Kriterianya adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,- s/d Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300.000.000,- s/d Rp. 2.500.000.000,-

3.

Usaha menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Besar.
Kriterianya adalah: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,-s/d
Rp. 10.000.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,- s/d Rp.
50.000.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

4.

Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.

C. Hibah Kredit Usaha Rakyat di Indonesia
Hibah dalam bahasa Belanda adalah “Schenking”. Sedangkan menurut
istilah yang dimaksud hibah, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1666 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, yang berbunyi:
“Sesuatu persetujuan dengan mana si penghibah di waktu hidupnya,
dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan
suatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan
itu.”
Penghibah adalah digolongkannya pada apa yang dinamakan perjanjian
cuma-cuma dalam bahasa Belanda “Omniet”. Maksudnya, hanya ada pada adanya
prestasi pada satu pihak saja, sedangkan pihak yang lain tidak perlu memberikan
kontra prestasi sebagai imbalan. Perkataan “di waktu hidupnya” Penghibah adalah
untuk membedakan penghibahan ini dengan pemberian-pemberian yang lain yang
dilakukan dalam testament (surat wasiat), yang baru akan mempunyai kekuatan
dan berlaku sesudah pemberi itu meninggal, dapat diubah atau ditarik kembali
olehnya.
Pemberi dalam testament menurut BW (Burgerlijk Wetboek) dinamakan
legaat (hibah wasiat), yang diatur dalam Hukum Waris, sedangkan penghibah ini

Universitas Sumatera Utara

adalah suatu perjanjian, maka dengan sendirinya tidak dapat ditarik kembali
secara sepihak oleh si penghibah. Dengan demikian Hibah menurut BW
(Burgerlijk Wetboek) ada 2 (dua) macam, yaitu: hibah dan hibah wasiat yang
ketentuan hibah wasiat sering berlaku pula dalam ketentuan penghibah.
Mengenai penghibahan dalam Hukum Perdata Indonesia, telah diatur
dalam beberapa pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Adapun ketentuan tersebut adalah :
1.

Pasal 1667 Kitab Undang-undang Hukum Perdata:
“Hibah hanyalah dapat mengenai benda-benda yang sudah ada, jika ada itu
meliputi benda-benda yang baru akan dikemudian hari, maka sekedar
mengenai itu hibahnya adalah batal ”.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jika dihibahkan barang yang sudah ada,
bersama suatu barang lain yang akan dikemudian hari, penghibahan mengenai
yang pertama adalah sah, tetapi mengenai barang yang kedua adalah tidak
sah.

2.

Pasal 1668 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :
“Penghibah tidak boleh memperjanjikan bahwa ia tetap berkuasa untuk
menjual atau memberikan kepada orang lain suatu benda termasuk dalam
penghibahan semacam ini sekedar mengenai benda tersebut dianggap
sebagai batal”.
Janji yang diminta penghibah, bahwa tetap berkuasa untuk menjual atau
memberikan kepada orang lain, berarti bahwa hak milik atas barang tersebut,

Universitas Sumatera Utara

tetap ada padanya karena hanya seseorang pemilik yang dapat menjual atau
memberikan barangnya kepada orang lain, hal mana dengan sendirinya
bertentangan dengan sifat dan hakekat penghibahan. Jelas bahwa perjanjian
seperti ini membuat penghibahan batal, yang terjadi sebenarnya adalah hanya
sesuatu pemberian nikmat hasil.
3.

Pasal 1669 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :
“Adalah diperbolehkan kepada si penghibah untuk memperjanjikan bahwa
ia tetap memiliki kenikmatan atau nikmat hasil benda-benda yang
dihibahkan, baik benda-benda bergerak maupun benda-benda tidak
bergerak, atau bahwa ia dapat memberikan nikmat hasil atau kenikmatan
tersebut kepada orang lain, dalam hal mana harus diperhatikan ketentuanketentuan dari bab kesepuluh buku kedua kitab undang-undang ini”.
Bab kesepuluh dari Buku Kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

yang dimaksud itu adalah bab yang mengatur tentang hak pakai hasil atau nikmat
hasil. Sekedar ketentuan-ketentuan itu telah dicabut, yaitu mengenai tanah,
dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria, tetapi ketentuan-ketentuan itu mengenai barang yang bergerak masih
berlaku. Tentang cara menghibahkan sesuatu telah diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata, sebagaimana diatur dalam pasal di bawah ini :
1.

Pasal 1682 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :
“Tiada suatu hibah kecuali yang disebutkan dalam Pasal 1687, dapat atas
ancaman batal, dilakukan selainnya dengan akta notaris, yang aslinya
disimpan oleh notaris itu ”.

2.

Pasal 1683 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :
“Tiada suatu hibah mengikat si penghibah atau menerbitkan sesuatu
akibat yang bagaimanapun, selainnya mulai saat penghibahan itu
dengan kata-kata yang tegas diterima oleh si penerima hibah sendiri

Universitas Sumatera Utara

atau oleh seorang yang dengan suatu akta otentik oleh si penerima
hibah itu telah dikuasakan untuk menerima penghibahan-penghibahan
yang telah diberikan oleh si penerima hibah atau akan diberikan
kepadanya dikemudian hari. Jika penerima hibah tersebut telah
dilakukan di dalam suratnya hibah sendiri, maka itu akan dapat
dilakukan di dalam suatu akta otentik, kemudian yang aslinya harus
disimpan, asal yang demikian itu dilakukan di waktu si penghibah
masih hidup, dalam hal mana penghibahan terhadap orang yang
terakhir hanya berlaku sejak saat penerima itu diberitahukan kepadanya
“.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa KUR bukan
merupakan hibah pemerintah kepada masyarakat. Sesuai dengan pengertian KUR
sebelumnya disebutkan bahwa KUR adalah Kredit/Pembiayaan kepada UMKMK,
sehingga UMKMK wajib mengembalikan dana pinjaman KUR tersebut kepada
Bank pemberi KUR.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

Tinjauan Yuridis Kedudukan BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum dan Tanggung Jawab Dalam Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan U

1 5 41

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR) PADA PT. PELABUHAN INDONESIA (Persero) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA ( Studi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) ).

0 0 15

Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Bumn Dalam Bentuk Hibah Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

0 0 9

Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Bumn Dalam Bentuk Hibah Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

0 0 1

Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Bumn Dalam Bentuk Hibah Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

0 0 20

Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Bumn Dalam Bentuk Hibah Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Chapter III V

0 0 46

Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Bumn Dalam Bentuk Hibah Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

0 0 5

Undang undang Nomor 19 Tahun 2003

0 0 18