Tinjauan Yuridis Kedudukan BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum dan Tanggung Jawab Dalam Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan U

(1)

ix   

WITH LAW NUMBER 40 OF 2007 ABOUT THE LIMITED LIABILITIES COMPANY AND LAW NUMBER 19 OF 2003 ABOUT THE STATED OWNED

ENTERPRISES Chyntia Christie

(1187004)

Limited Stated Owned Enterprises as one pillar of the country’s economy should have a clear position. Stated Owned Enterprises positions itself oftentimes is not clear because it’s capital originating are from the state but unfortunately it always be accused as an independent legal entity. This has led to some variety of errors on many sides. The legal entity status which resulting vagueness of the responsibilities of the parties and organs of the company's founder from responsibility for the management of property assets of Limited Stated Owned Eterprises. Author used a method called the study of normative law to do this research because this research was done by reviewing secondary data. This normative research including study of legal literature, which is done by tracing the principles of law processed based on some existing rules and tested based on the principles of common law.

The position of the Stated Owned Enterprises as an independent legal entity in which it’s assets are apart from it’s founder. It is accordance with Article 3 of law number 40 of 2007 about limited liabilities company that the state as the shareholders of the company are liable over shares of the company they owned. Stated Owned Enterprises asset management is the responsibility from the organ of the limited liabilities company.The organ of the limited liability company in managing asset the state which is not being detached from the principle of good corporate governance, articles of association of Stated Owned Enterprises and also applicable regulations.

Keywords: Limited Liability Company, Stated Owned Enterprises, and Good Corporate Government


(2)

viii

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

Chyntia Christie (1187004)

Persero BUMN sebagai salah satu penopang ekonomi Negara seharusnya memiliki kedudukan yang jelas. Persero BUMN seringkali tidak jelas kedudukannya karena modal yang berasal dari Negara namun dituntut sebagai badan hukum mandiri. Hal ini mengakibatkan berbagai kekeliruan pada banyak pihak. Ketidak jelasan status badan hukum mengakibatkan ketidak jelasan akan tanggung jawab dari pihak-pihak pendiri dan organ perseroan akan tanggung jawab atas pengelolaan aset kekayaan Persero BUMN.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif karena penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah data-data sekunder. Penelitian normatif ini termasuk penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses terhadap aturan yang ada dan diuji berdasarkan prinsip-prinsip hukum umum.

Kedudukan Persero BUMN yaitu sebagai entitas mandiri badan hukum yang harta kekayaannya terpisah dari pendirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yaitu Negara sebagai pemegang saham perseroan bertanggung jawab sebesar saham yang dimilikinya atas Perseroan. Pengelolaan aset kekayaan BUMN merupakan tanggung jawab dari organ Perseroan. Organ Perseroan dalam mengelola aset kekayaan Negara tidak terlepas dari prinsip good corporate governance, Anggaran Dasar BUMN, dan juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(3)

Halaman

LEMBAR JUDUL ………..………... i

PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………...……….. iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ……….. iv

KATA PENGANTAR …..……….. v

PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ………. vii

ABSTRAK ………. viii

DAFTAR ISI ……….………..……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………...……... 1

B. Identifikasi Masalah ………. 8

C. Tujuan Penelitian ………. 9

D. Kegunaan Penelitian ……… 9

E. Kerangka Pemikiran ………...……. 10

F. Metode Penelitian ……… 19

G. Sistematika Penulisan ………... 22

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BADAN HUKUM DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA ……… 25 A. Tinjauan Umum Mengenai Badan Hukum ……….. 25

B. Badan Usaha ……… 27


(4)

xi   

G. Jenis-Jenis Badan Usaha Milik Negara ………...…… 50 H. BUMN Sebagai Kesatuan Yuridis ………... 61 BAB III TINJAUAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA ………...

65

A. Tinjauan Mengenai Kedudukan Pemerintah Sebagai Stakeholder Utama atas Bumn yang Merupakan Entitas Mandiri Badan Hukum

65

B. Tinjauan Mengenai Pengelolaan Aset BUMN ……… 68 C. Tinjauan Mengenai Tanggung Jawab Pengurus BUMN dalam

Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN ……… 73

BAB IV ANALISA TERHADAP KEDUDUKAN BUMN SEBAGAI ENTITAS MANDIRI BADAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA ……….………...……...


(5)

xii   

Aset Kekayaan BUMN ………...…………...

BAB V PENUTUP ………. 107

A. Kesimpulan ……..……… 107

B. Saran ……… 111

DAFTAR PUSTAKA ………. 113


(6)

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Hal ini nampak dari cita-cita yang terkandung didalam UUD 1945 dan juga pembukaan Undang-Undang pada alinea ke-4 (empat). Untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran itu sendiri, maka negara tidak hanya berdiam diri atau sebatas mengawasi rakyatnya atau hal itu biasanya disebut sebagai

negara sebagai penjaga malam (nachtwachterstaat). Dalam rangka memenuhi

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, negara dibenarkan untuk melakukan intervensi apapun demi terwujudnya keadilan dan kemakmuran rakyatnya, hal ini

biasanya dikenal dengan welfare state atau negara kesejahteraan. 1

Dalam usaha untuk memenuhi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, maka pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk membangun usaha dalam sektor publik dan sektor privat. Pada sektor publik, terdapat juga ranah publik dan privat. Contoh sektor publik dengan ranah privat antara lain Kantor Perpajakan, Kantor       

1 Tri Widodo W Utomo, “Memahami Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State)”, 2013, (http://triwidodowutomo.blogspot.com/2013/07/memahami-konsep-negara-kesejahteraan.html), diunduh pada 15 Oktober 2014


(7)

Pelelangan, Pengadilan, dan sebagainya. Pada sektor publik dengan ranah publik, terdapat BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu dari pelaku kegiatan ekonomi yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, baik sendiri ataupun bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta baik dalam skala besar maupun skala kecil, domestik, juga swasta asing, dan koperasi.Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan BUMN memiliki peran yang besar dalam turut serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.

Badan Usaha Milik Negara atau kita kenal dengan BUMN adalah suatu badan hukum yang berbeda dengan badan hukum lainnya. Sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.” Dari pasal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara sebagai penguasa atau pemilik dari BUMN tersebut perlu menyertakan modal demi berjalannya BUMN itu sendiri.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yang untuk selanjutnya disingkat dengan UU BUMN, pengertian dari Badan Usaha Milik Negara atau yang biasanya disebut BUMN adalah: “Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang


(8)

dipisahkan.”. Perbedaan antara BUMN dengan badan hukum lainnya berdasarkan definisi tersebut di atas adalah:

1. seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara;

2. melalui penyertaan secara langsung;

3. berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.2

Kekayaan yang terpisah inilah merupakan jaminan dari seluruh perikatan yang dilakukan oleh badan hukum mandiri tersebut. Dalam perspektif ini, BUMN sebagai

badan hukum, adalah legal entity yang berbeda dengan pemiliknya (Negara),

pengurusannya tunduk pada prinsip-prinsip korporasi yang sehat, dijalankan oleh organ badan hukum itu sendiri, dan memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan Negara sebagai pemiliknya. Dengan karakteristik inilah memungkinkan

BUMN dikelola secara fleksibel sebagai usaha yang mandiri.3 Selain itu, BUMN

yang berbentuk Persero pada dasarnya merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah digantikan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Hal ini dapat dilihat dengan pencantuman kata “Perseroan Terbatas” pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang mencantumkan: “Terhadap Persero berlaku segala       

2 Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum,Bandung:

Refika Aditama, 2006, hlm. 61. 

3 Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good

Corporate Governance Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang dan/atau Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan : Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), Medan : Media Mandiri, 2012, hlm. 14. 


(9)

ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.”

Mengenai kekayaan yang dipisahkan, menimbulkan pertanyaan yang sangat menarik terkait dualisme pemahaman tentang kekayaan negara yang dipisahkan. Contohnya adalah pendapat dari Agus Martowardojo, beliau merupakan mantan Menteri Keuangan dan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2013-2018. Agus Martowardojo berpendapat bahwa mengenai aset BUMN

yang merupakan bagian dari aset negara.4 Dengan pernyataan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa dari pihak Kementrian Keuangan sendiri beranggapan bahwa BUMN memiliki hubungan langsung dengan kekayaan Negara.

Terdapat juga kontroversi yang timbul dari uji materi yang diajukan Forum Hukum BUMN dan rekan-rekan terhadap Undang-Undang Keuangan Negara dan Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan. Uji materi dilakukan terhadap pasal yang mengatur tentang kekayaan negara yang dipisahkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara dan pasal yang mengatur tentang kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan terhadap kekayaan negara yang dipisahkan tersebut.

      

4 Ramdhania El Hida, “Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara”, 2012,

(http://finance.detik.com/read/2012/01/25/142534/1824565/4/agus-marto-minta-direksi-bumn-jaga-aset-negara?991101mainnews), diunduh pada 13 September 2014


(10)

Pemohon uji materi berpendapat bahwa semua frasa mengenai kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN di Undang-Undang Keuangan Negara bertentangan dengan Konstitusi sehingga tidak memiliki keuatan hukum. Oleh karena itu, kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan untuk mengaudit BUMN juga tidak berkekuatan hukum dan bertentangan dengan norma kepastian hukum yang dijamin oleh Konstitusi. Pemohononan uji materi mendasarkan argumennya pada dua hal

yaitu tafsir sempit atas sistem Keuangan Negara dan doktrin korporasi klasik.5

Sementara itu, sebaliknya terdapat hal yang berkebalikan dengan pernyataan-pernyataan di atas, yaitu Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011, pada pertimbangan hakim nomor 23 terdapat pernyataan sebagai berikut;

Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Peraturan Perundangundangan sebagaimana tersebut di atas, dan berkenaan dengan permohonan para Pemohon terkait ”Piutang Negara” terhadap Bank BUMN (Bank Badan Usaha Milik Negara), maka dapat diartikan bahwa Bank BUMN merupakan Badan Hukum Privat berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Persero), dan sebagai Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas maka Bank BUMN mempunyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara. Oleh karena itu, Piutang Bank BUMN berupa kredit bermasalah yang diberikannya kepada debiturnya adalah terikat dalam suatu

      

5 Alamsyah Saragih, “Ironi Uji Materi UU Keuangan Negara”, 2013, (http://blog.pattiro.org/?p=218),


(11)

perjanjian kredit, sehingga bila kredit bermasalah itu tertagih adalah menjadi hak milik Bank BUMN tersebut dan tidak perlu disetorkan kepada Pemerintah Pusat.

Pada pernyataan di atas, disebutkan bahwa BUMN merupakan badan hukum privat dan sebagai badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara.

Pernyataan tersebut diatas sejalan dengan pendapat Mahkamah Agung dalam permohonan fatwa hukum Nomor WKMA/Yud/20/VIII/2006 bahwa pembinaan dan pengelolaan BUMN tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan berdasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

Peranan BUMN pada masa kini tentu diharapkan dapat ditingkatkan sebagai salah satu penopang pertumbuhan dan penggerak ekonomi nasional. BUMN juga dipandang memiliki potensi yang besar untuk bisa mendukung pemerintah dalam membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2011 kontribusi BUMN terhadap postur penerimaan negara mencapai Rp 143,7 triliun yang terdiri dari penerimaan pajak Rp 115,6 triliun dan non pajak atau deviden sebesar Rp.28,1 triliun. Penerimaan BUMN ini setara dengan 12,3 % dari total penerimaan dalam negeri yang tercatat di APBN-P tahun 2011. Laba bersih tahun 2011 dari 141

perusahaan mencapai Rp 124 triliun.6

      

6 Prof. Firmanzah., PhD, “BUMN dan Daya Saing Nasional”, 2012, (http://old.setkab.go.id/artikel-6036-bumn-dan-daya-saing-nasional.html), diunduh pada 6 September 2014.


(12)

BUMN sebagai sebuah korporasi status kemandirian hukumnya harus

benar-benar jelas, juga dipahami secara jelas dan utuh baik oleh stakeholeder,

pemerintahan, maupun lembaga hukum. Jika BUMN sebagai badan hukum mandiri, maka BUMN memiliki kekayaan serta tanggung jawabnya sendiri. BUMN juga perlu melakukan pengelolaan aset kekayaannya sebagai entitas mandiri badan hukum. Sebaliknya, jika BUMN masih memiliki aset yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dan kekayaan negara tersebut masih menjadi bagian dari keuangan negara maka apabila terdapat transaksi yang menyebabkan kerugian, hal tersebut dapat masuk ke dalam delik seperti orang melakukan kerugian dalam lembaga pemerintahan, contohnya korupsi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan beberapa penulisan yang sejenis, antara lain:

1. Tesis yang berjudul “Peranan BUMN dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, ditulis oleh Yeti Sumiyati dari Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

2. “Kepastian Hukum Tentang Status Keuangan Negara di Lingkungan

BUMN Persero dan lmplikasinya Terhadap Masalah Kerugian Negara dalam Penyelesaian Tindak Pidana Korupsi”, ditulis oleh Agustinus F Paskalino Dadi dari Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogjakarta.


(13)

3. “ Tinjauan Hukum Terhadap Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Negara”, ditulis oleh Dr. Oky Deviany, SH, MH. dari Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Hasanuddin.

Sesuai dengan penjelasan yang telah saya kemukakan di atas, dalam menulis tesis ini, saya bermaksud untuk membahas mengenai permasalahan yang berbeda dari tesis-tesis yang telah ada tersebut di atas dengan judul skripsi:

“TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN BUMN SEBAGAI ENTITAS MANDIRI BADAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA”

B. Identifikasi Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan permasalahan guna mempermudah pembahasan agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan dari materi pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan BUMN sebagai entitas mandiri badan hukum?

2. Bagaimanakah tanggung jawab dari pihak-pihak pendiri dan organ


(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kedudukan BUMN sebagai entitas mandiri badan

hukum.

2. Untuk mengetahui hal pertanggungjawaban pengelolaan aset kekayaan

BUMN. D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini dibagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoretis

Dalam hal teoretis, penelitian ini secara khusus diharapkan dapat berguna bagi perkembangan hukum perusahaan di Universitas Kristen Maranatha dan secara umum diharapkan dapat berguna bagi Indonesia. Peneliti juga berharap kelak penelitian ini dapat berguna baik bagi para mahasiswa maupun akademisi untuk menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan, baik sebagai contoh maupun sebagai pemacu untuk penelitian lain yang berikutnya.

2. Kegunaan Praktis

Peneliti berharap, penelitian ini dapat berguna bagi para praktisi, dan juga penegak hukum yang bergerak di bidang hukum perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai referensi apabila mendapati hal yang serupa khususnya


(15)

mengenai pengelolaan aset kekayaan BUMN yang mungkin terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

E. Kerangka Pemikiran

"Laissez faire et laissez passer, le monde va de lui même", adalah suatu

istilah yang menggambarkan bahwa suatu negara yang ideal dimana seseorang tidak mendapatkan makan dengan mengandalkan belas kasih dari tukang daging, petani atau tukang roti. Untuk memenuhi kepentingan pribadinya, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan dan dengan upah atau hasil dari pekerjaan tersebut, seseorang

dapat mencukupi kepentingan pribadinya.7

Pemikiran dari Adam Smith tersebut dinilai gagal untuk mensejahterakan

masyarakat. Hal itu terbukti dalam peristiwa Great Depression, peristiwa

ekonomi terburuk yang pernah ada di dalam sejarah dimana peristiwa ini

ditandai dengan “Wall Street Stock Market Crash” pada tahun 1929 di

Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat bagaimana indeks saham meluncur

jatuh dari tahun sebelumnya, contohnya saja pada indeks Dow Jones

Industirial Average yang mana pada tahun 1928, indeksnya bernilai 191

meningkat drastis menjadi 381.17 poin pada September 1929. Menanggapi

peristiwa Great Depression yang terjadi, tokoh ekonomi dari Inggris, yakni

John Maynard Keynes, mengkritik bahwa mekanisme pasar Invisible Hand

      

7 M.L Jhingan, “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 41.


(16)

yang diusung oleh Adam Smith terbukti gagal untuk mensejahterakan pasar.

Berbeda dengan konsep Laissez-faire, Keynes mengungkapkan pentingnya

peranan pemerintah yang fungsinya adalah untuk mengatur dan mengawasi jalannya pasar agar berjalan sesuai dengan program kesejahteraan dan dapat

bersifat lebih bijaksana.8 Karena pihak swasta tidak bisa diandalkan untuk

membuat permintaan agregat selama resesi, pemerintah memiliki kewajiban

untuk membuat permintaan.9

Melihat dari kedua sudut pandang tersebut, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, maka tidak sebaiknya pemerintah hanya berperan sebagai penjaga malam dalam perkenomian suatu negara. Campur tangan pemerintah diperlukan untuk mengatur dan mengawasi jalannya pasar agar berjalan sesuai dengan tujuan, yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai kesejahteraan itu juga yaitu dengan melakukan pembangunan. Pembangunan bangsa Indonesia yang sedang berlangsung juga bertujuan untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan

      

8 Atina Izza, “Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme”, 2012, (http://atina-i--

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html), diunduh pada 20 Oktober 2014 9 Wikipedia, “Laissez-faire”, 2014, (http://id.wikipedia.org/wiki/Laissez-faire), diunduh pada 20 Oktober 2014


(17)

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta menciptakan

perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.10

Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan bahwa hakikat pembangunan dalam arti seluas-luasnya yaitu meliputi segala segi dari kehidupan masyarakat dan tidak terbatas pada satu segi kehidupan. Masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh perubahan sehingga peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan yang teratur demikian dapat dibantu oleh perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau bahkan kombinasi dari kedua-duanya, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum menjadi suatu alat

yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.11

Dalam proses pembangunan tersebut, pemerintah Indonesia memberikan prioritas yang tinggi kepada perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh negara Indonesia. Pemerintah telah menetapkan sejumlah target ambisius yang direncanakan tercapai pada tahun 2025. Target-target ini mencakup:

1. masyarakat yang tertib, maju, damai dan berkeadilan sosial

2. populasi yang kompetitif dan inovatif

3. demokrasi yang adil

4. perkembangan sosial dan kesetaraan antara semua orang dan daerah

      

10 Satjipto Rahardjo di dalam Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran

Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980, hlm 1.

11 Mochtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung : Alumni, 2002, hlm 19-20.


(18)

5. menjadi kekuatan ekonomi dan diplomatik yang berpengaruh di skala

global12

Keterlibatan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat dan mencapai target-target yang telah disusun dalam rencana pembangunan diatas salah satunya adalah dengan mendirikan BUMN sebagai badan usaha sehingga dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan baik bagi masyarakat maupun pemerintah sendiri. Hal ini sesuai dengan Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam kenyataannya, sampai saat ini masih banyak baik dari kalangan orang-orang di bidang hukum, maupun masyarakat awam yang kurang begitu mengenal secara mendalam mengenai BUMN, dan masih beranggapan bahwa BUMN bukan sebagai perusahaan melainkan sebagai lembaga pemerintah/negara, dengan alasan BUMN merupakan milik negara karena terdapat kata-kata Milik Negara.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, pengertian dari Badan Usaha Milik Negara atau       

12 “Rencana Pembangunan Pemerintah Indonesia”, (http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-pemerintah/item305), diunduh pada 15 Oktober 2014


(19)

yang biasanya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

Mengacu pada pengertian menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, maka dapat diketahui bahwa modal BUMN berasal dari harta kekayaan negara yang dipisahkan dan dipergunakan untuk mengelola dan mengembangkan BUMN.Selain itu, berdasarkan pengertian BUMN yang diberikan oleh Pasal 1 angka 1 UU BUMN, maka modal suatu BUMN sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung. Dapat disimpulkan bahwa sumber permodalan BUMN berdasarkan ketentuan tersebut adalah:

1. Penyertaan negara semata apabila BUMN merupakan badan usaha yang

seluruh modalnya dimiliki oleh negara atau

2. Penyertaan negara dan swasta apabila BUMN merupakan badan usaha

yang sebagian modalnya dimiliki oleh Negara.13

Modal yang disertakan negara dalam BUMN merupakan kekayaan negara

yang dipisahkan.14 Pengertian harta kekayaan negara yang dipisahkan adalah

kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara       

13 Faizal, “BUMN Sebagai Badan Usaha”, 2009,

(http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), diunduh pada 6 September 2014 


(20)

(APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero atau Perum.15 BUMN merupakan badan hukum dan sebagaimana suatu badan hukum, salah satu ciri badan hukum yaitu harus mempunyai harta kekayaan tersendiri atau terpisah, karena itu BUMN harus memiliki harta kekayaan yang terpisah dari

harta kekayaan negara.16

BUMN sebagai badan hukum dengan jenis Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 11 UU BUMN). UU Perseroan Terbatas yang berlaku sekarang adalah UU No. 40 Tahun 2007. Persero memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan oleh

Menteri Hukum dan HAM.17

BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pasal 33 UUD 1945. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat, dan kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Filosofi dibentuknya Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UUD Pasal 33 khususnya       

15Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm. 61.

16 Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 4 ayat (2). 17 Paper diskusi oleh Gatot Supramono, Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Banjarmasin


(21)

ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Campur tangan negara dalam penyelenggaraan Sistem Ekonomi Kerakyatan dijamin oleh UUD 1945. Kedudukan BUMN sebagai salah satu bentuk campur tangan negara dengan sendirinya memiliki landasan konstitusional yang sangat kuat di Indonesia. Tetapi hal inilah yang biasanya memicu munculnya perdebatan mengenai kedudukan dan peran BUMN. Para pihak yang ingin mempertahankan keberadaan BUMN cenderung mengartikan secara serampangan bahwa yang dimaksud dengan “dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945 itu sama dengan dimiliki atau diselenggarakan secara langsung oleh pemerintah. Karena ungkapan “dikuasai oleh negara” diartikan sebagai dimiliki atau diselenggarakan oleh pemerintah, maka BUMN serta merta ditafsirkan sebagai perwujudan dari amanat Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 tersebut.

Bung Hatta mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan dikuasai oleh negara dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 itu lebih ditekankan pada segi dimilikinya hak oleh negara (bukan pemerintah) untuk melakukan


(22)

pengendalian. Artinya, dengan dikuasainya cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak tersebut oleh negara, berarti negara memiliki hak untuk mengendalikan kegiatannya. “Penyelenggaraannya secara langsung dapat diserahkan kepada badan-badan pelaksana BUMN atau perusahaan swasta, yang bertanggungjawab kepada

pemerintah, yang kerjanya dikendalikan oleh negara,”.18

Menteri Negara BUMN saat itu, Mustafa Abubakar, dalam keterangan tertulis di sidang uji materi UU nomor 30/2009 menafsirkan “dikuasai oleh negara” berarti negara sebagai regulator, fasilitator, dan operator yang secara dinamis menuju negara hanya sebagai regulator dan fasilitator.

Pendapat semacam itu juga diadopsi oleh Mahkamah Konstitusi. Menurut Mahkamah Konstitusi, makna dikuasai oleh negara adalah rakyat secara

kolektif mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan

tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan

(beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.19

      

18  Drs. Revrisond Baswir, MBA, “Menggugat Rampokisasi BUMN, 2009,

(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), diunduh pada 13 September 2014 

19  Rudi  Hartono,  “Makna  “Dikuasai  Oleh  Negara”  Dalam  Pasal  33  UUD  1945”,  2011, 

(http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna‐%e2%80%9cdikuasai‐oleh‐

negara%e2%80%9d‐dalam‐pasal‐33‐uud‐1945.html#ixzz3C5Js5eRo),  diunduh  pada  15  September  2014 


(23)

BUMN dalam mendorong pertumbuhan perekonomian memiliki peran yang penting. Peran itu antara lain:

1. Dalam mengelola dan menggunakan cabang-cabang produksi yang pokok

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

2. Dapat melayani masyarakat secara maksimal.

3. Menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari

pendapatan non pajak.

4. Menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu mengatasi

pengangguran.

5. Dapat membantu mempercepat pertumbuhan nasional.

Peran BUMN ini sangat besar dalam menjaga stabilitas ekonomi khususnya pertumbuhan ekonomi dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah termasuk lingkungan politik negara.Peran BUMN dalam pembangunan nasional, diharapkan dapat ditingkatkan sebagai salah satu penopang pertumbuhan dan penggerak ekonomi nasional. BUMN, baik di sektor infrastruktur maupun sektor riil, dipandang memiliki potensi yang besar untuk bisa mendukung agenda percepatan pembangunan sebagaimana


(24)

yang direncanakan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia).20

BUMN memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dan hal tersebut juga berdampak langsung pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, maka perlunya kejelasan mengenai kedudukan BUMN. Sangat penting untuk memahami mengenai tanggung jawab dari para pihak dan organ-organ atas pengelolaan aset kekayaan BUMN.

F. Metode Penelitian

Peter Mahmud Marzuki merumuskan bahwa penelitian hukum sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.21

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitan hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka.22

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, maka penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian hukum normatif, yang dilakukan dengan cara menelaah data-data sekunder. Penelitian normatif       

20  Armida Salsiah Alisjahbana, “Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI”, 2014,

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam.MP3EI),

diunduh pada 15 September 2014 

21 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.2,Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 35. 22 Ibid


(25)

ini termasuk penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitan yang dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses terhadap aturan yang ada dan diuji dengan prinsip-prinsip hukum umum. Penelitian normatif atau penelitian hukum kepustakaan juga adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder berkala.23

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum dokttinal. Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai

apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia yang diaanggap pantas.24

2. Sifat Penelitian

Penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara” merupakan suatu penelitian dengan menggunakan penelitian yang

bersifat Deskriptif.25

      

23 Soerjono Soekanto dan Sri mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm. 13.

24 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 118.


(26)

3. Pendekatan Penelitian

Untuk penelitan dalam tugas akhir ini, maka peneliti akan menggunakan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual.

Pada pendekatan undang-undang peneliti akan menelaah Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Pada pendekatan konseptual peneliti akan menelaah mengenai teori-teori dan doktrin-doktrin yang berkaitan dengan hukum perusahaan dan badan usaha milik Negara.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan-bahan hukum sebagai berikut, antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi, dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas


(27)

5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian,

Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu termasuk buku-buku hukum, skripsi,

tesis, disertasi bahan hukum, dan jurnal hukum.26 Dalam penelitian ini,

bahan hukum sekunder terdiri dari penelusuran buku-buku, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan hukum perusahaan yang membahas mengenai Badan Usaha Milik Negara.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier didapat dari kamus hukum dan ensiklopedia. G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari: Bab 1. PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal dari bagian pokok skripsi. Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang diadakannya penelitian, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian yang akan dikaji juga dijelaskan pada bab pendahuluan, dan juga hal-hal yang menjadi tujuan dari penelitian serta manfaat dari penelitian secara teoritis maupun praktis. Dalam bab ini terdiri atas sekurang-kurangnya beberapa sub-bab yaitu antara lain:

       26 Ibid.,hlm.155.


(28)

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Kerangkan Pemikiran

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA (Tinjauan yuridis mengenai peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan mengenai Badan Usaha Milik Negara) Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini dan juga penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.

Bab III. OBJEK PENELITIAN (Tinjauan pengelolaan aset kekayaan BUMN sebagai entitas mandiri badan hukum dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.)

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang menggambarkan fakta-fakta yang terdapat di lapangan dibandingkan dengan data atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan skripsi.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Analisa terhadap pengelolaan aset kekayaan BUMN sebagai entitas mandiri badan hukum


(29)

dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.) Dalam bab ini akan diuraikan jawaban atas permasalahan dengan menggunakan data hasil penelitian secara teori yang telah diuraikan dalam bab II skripsi.

BAB V. PENUTUP

Merupakan akhir dari bagian pokok skripsi. Dalam bab ini akan dicantumkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban singkat atas permasalahan dari skripsi, sedangkan saran akan menjadi alternative solusi yang diusulkan oleh penulis skripsi atas permasalahan yang dihadapi atau belum ditemukan solusi pemecahannya.


(30)

107 

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor privat merupakan entitas mandiri yang berhak melakukan pengelolaan aset kekayaannya sendiri sebagai entitas mandiri badan hukum. Modal BUMN yang disetorkan Negara berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pemisahan kekayaan Negara berasal dari Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal Negara pada BUMN. BUMN yang berbentuk Persero modalnya terbagi atas saham dan paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya merupakan milik Negara. Sesuai Pasal 11 UU BUMN, pembinaan dan pengelolaan BUMN yang berbentuk Persero didasarkan pada prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Setelah Perseroan BUMN didirikan, maka modal yang disetorkan kepada BUMN berubah bentuk menjadi saham BUMN. Karena itu, tanggung jawab Negara sebagai pemegang saham hanyalah terbatas pada modal yang disetorkan kepada Persero BUMN. Tanggung jawab terbatas ini juga mengakibatkan pemisahan kekayaan yang jelas antara kekayaan persero BUMN dengan kekayaan negara.


(31)

   

saham Persero BUMN hanya sebatas saham yang dimiliki oleh Negara. Sesuai dengan penjabaran dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, tercantum bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki. Pemisahan kekayaan secara mandiri dan utuh antara BUMN Persero dengan negara merupakan hal yang dianggap sulit untuk dilaksanakan. Maka untuk mengatasi hal tersebut, dapat dimungkinkan dengan aset yang merupakan harta tetap masih merupakan aset kekayaan negara, namun aset yang berupa uang maka sepenuhnya telah berubah menjadi modal BUMN Persero dan berubah bentuk menjadi saham.

2. Organ Perseroan terdiri dari Direksi, Komisaris, dan Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam pengelolaan aset, organ Perseroan memiliki tanggung jawab dan kewajiban namun tanggung jawab dan kewajiban tersebut dibatasi oleh anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Direksi merupakan organ BUMN yang memiliki tanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk mencapai kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN, baik didalam maupun diluar pengadilan. Seluruh kegiatan operasional dari suatu perseroan terletak di tangan direksi. Direksi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tidak hanya bertanggung jawab kepada pihak pemerintah melainkan bertanggung jawab kepada seluruh pemegang saham. Walaupun


(32)

   

BUMN, direksi tetap bertanggung jawab kepada pemegang saham lainnya. Direksi dalam menjalankan tugasnya harus sesuai dengan anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance. Direksi dalam melakukan tugasnya harus berdasarkan itikad baik, tidak melanggar fiduciary duty, intravires, tidak melanggar Anggaran Dasar Perseroan, serta peraturan perundang-undangan, contohnya direksi harus mendapat persetujuan RUPS untuk pengalihan asset Perseroan apabila senilai lebih dari 50% (lima puluh persen). Apabila direksi tidak melanggar hal-hal tersebut, maka direksi akan mendapat perlindungan dari kerugian yang dialami. Hal ini sesuai dengan doktrin business judgment rule. Organ Perseroan lainnya adalah Dewan Komisaris. Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan pengawasan, mengatur, dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan persero. Komisaris bertugas mengatur dan mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi. Dalam mengatur dan memberikan nasihat, komisaris harus sesuai dengan kepentingan dan tujuan perseroan, bukan berdasarkan kepetingan pihak atau golongan tertentu. Komisaris juga dapat melaporkan kepada pemegang saham apabila terjadi penurunan kinerja Persero. Hal ini bertujuan agar kinerja Persero yang menurun dapat segera ditindaklanjuti. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris harus mematuhi Anggaran Dasar


(33)

   

Perseroan yang bertindak sebagai kehendak dari para pemegang saham. Dalam RUPS Persero BUMN, Negara diwakili oleh Mentri. Pengelolaan aset Perseroan oleh pengurus tidak terlepas dari RUPS, seperti tercantum dalam Pasal 102 ayat (1) UU PT. Direksi sebagai organ dari Perseroan wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan Perseroan atau menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. RUPS juga sebagai salah satu dari organ Perseroan dapat diminta pertanggung jawaban seandainya terdapat kondisi yang merugikan Perseroan apabila hal itu dapat dikategorikan sebagai ultra vires. Pasal 4 UUPT menyebutkan bahwa RUPS dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus tunduk kepada Undang-Undang dan Anggaran Dasar Perseroan. Hal ini dapat diartikan bahwa RUPS sebagai organ tertinggi seperti yang tercantum pada Undang-Undang Perseroan Terbatas yang terdahulu, tidak berarti bahwa RUPS dapat memiliki kekuasaan tanpa batas. Setiap organ perseroan memiliki kesetaraan kedudukan dengan organ lainnya. Karena itu jika terdapat tindakan dari organ Perseroan yang menyebabkan kerugian, apabila tindakan tersebut termasuk ke dalam intravires maka kerugian tersebut dapat ditanggung oleh Perseroan. Kerugian tersebut akan berdampak kepada Perseroan dan mengurangi presentasi keuntungan para pemegang


(34)

   

mengakibatkan kerugian tersebut termasuk ke dalam perbuatan ultravires, maka organ yang mengakibatkan kerugian tersebut dapat dibebankan tanggung jawab sampai kepada harta pribadi.

B.Saran

1. Persero BUMN seringkali beranggapan bahwa Persero tersebut merupakan ‘anak emas’ dari Negara. Tidak jarang juga pihak pemerintah yang menjadikan Persero BUMN sebagai ‘anak emas’. Hal inilah yang mengakibatkan dalam menjalankan usahanya Persero BUMN seringkali bertindak sewenang-wenang, tidak berhati-hati, dan tidak maksimal. Seharusnya Persero BUMN menyadari kesetaraan antara Persero BUMN dengan Persero lainnya. Hal ini diharapkan dapat memicu Persero BUMN untuk dapat bersaing dengan Persero lainnya sehingga Persero BUMN dapat menjadi Persero yang unggul dan memberikan dampak positif baik bagi pemerintah maupun masyarakat.

2. Pihak pendiri dan organ-organ Perseroan seharusnya melaksanakan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar, peraturan perundang-undangan, dan sesuai dengan good corporater governance, fiduciary duty, dan duty of skill and care. Hal ini bertujuan agar pihak pendiri dan organ Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi apabila terdapat kerugian di kemudian hari. Apabila terdapat hal-hal yang diluar kewenangan,


(35)

   


(36)

118 

     

Nama        : Chyntia Christie 

Tempat dan Tanggal Lahir   : Bandung, 29 September 1993 

Alamat        : Sumber Hegar Raya Nomor 36a, Komplek Sumber Sari, Bandung 

Nomor Telepon     : 022‐6125809 

Nomor Handphone    : 089647632889 

Email        : chyntia_christie@yahoo.com 

 

Riwayat Pendidikan: 

1. SDK BPK Penabur THI, Lulus Tahun 2005  2. SMPK BPK Penabur Holis, Lulus Tahun 2008  3. SMAK 2 BPK Penabur, Lulus Tahun 2011 

4. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 2011‐2015 

Pengalaman: 

1. Anggota BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2011)  2. Panitia Contract Drafting (2011) 

3. Sekretaris BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2012)  4. Panitia Debat Intern (2012) 

5. Anggota Senat Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013) 

6. Ketua Panitia Bakti Sosial Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013) 

   

Bandung, 30 Maret 2015 

     

(Chyntia Christie)  NPM 1187004 


(37)

113 

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia: Cetakan Keempat Revisi,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006

Chariri Anis dan Ghozali Imam, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2007

Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum Perusahaan,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004

Elsikartikasari dan Adrendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo, 2008.

Eddi Sopandi, Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis, Bandung:

Refika Aditama, 2003

Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Dan Persekutuan Komanditer, Jakarta: Kencana, 2006

Hambra, Sejarah Terminologi BUMN, Majalah BUMN TRACK, Desember 2007

Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang dan/atau Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan : Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), Medan : Media Mandiri, 2012

H.M.N.Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2, Jakarta:

Djambatan, 1999

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Refika

Aditama, Bandung, 2006

Kardiman, Endang, Achmad. K, Ekonomi Dunia Keseharian Kita, Jakarta: Yudhistira, 2006

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Bogor: Ghalia


(38)

Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003

M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Jakarta: IBLAM, 2005

Mochtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung : Alumni, 2002

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.2, Jakarta:Kencana, 2008

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2005

Rita M, Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha, Jakarta: Penebar Swadaya, 2009

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1992

Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press, 2013

Rudhi Prasteya, Matschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, Bandung : Citra Aditya

Bakti, 2002

Satjipto Rahardjo di dalam Abdul Ganda. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya bakti, 1996

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, Jakarta UI-Press, 1986

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: Raja Grafindo, 2006

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003

Sugiharto, Peran Strategis BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari Ini dan Masa Depan, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007

Sukwaity, Sudirman Jamal, dan Slamet Sukamto, Ekonomi, Jakarta: Yudisthira Ghalia

Indonesia

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Jakarta: Raja


(39)

Jurnal

Johny Ibrahim, Doktrin Ultra Vires dan Konsekuensi Penerapannya Terhadap Badan Hukum Privat, Jurnal Dinamika Hukum, Volume 11, Mei 2011

Ullmann, A. (1985). “Data in search of a theory”, A critical examination of the relationships among social performance, social disclosure,and economic performance, Academy of

Management Review, hlm. 552. sebagaimana terdapat dalam Agus Purwanto, Pengaruh Tipe Industri, Ukuran, Profitabilitas Terhadap CSR, Jurnal Akutansi dan Auditing,

Volume 8, November 2011

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.


(40)

Rujukan Elektronik

Atina Izza, Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme, diunduh pada 20 Oktober 2014,

(http://atina-i--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html, 2012

Zaka, Koridor Hukum Penjualan Aset BUMN yang Tidak Produktif, diunduh pada 19

Desember 2014, (http://www.ahmadzakaria.net/blog/2011/12/13/koridor-hukum-penjualan-aset-bumn-yang-tidak-produktif/comment-page-1/), 2011

Rudi Hartono, Makna Dikuasai Oleh Negara Dalam Pasal 33 UUD 1945, diunduh pada 15

September 2014, (http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna-

%e2%80%9cdikuasai-oleh-negara%e2%80%9d-dalam-pasal-33-uud-1945.html#ixzz3C5Js5eRo), 2011

W Riawan Tjandra, Pemisahan Kekayaan Negara di BUMN, diunduh pada 19 Desember 2014,

(http://www.bpk.go.id/news/pemisahan-kekayaan-negara-di-bumn), 2014

Armida Salsiah Alisjahbana, Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI, diunduh pada 15

September 2014,

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam. MP3EI), 2014

Revrisond Baswir, Menggugat Rampokisasi BUMN, diunduh pada 13 September 2014,

(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), 2009

Ramdhania El Hida, Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara, diunduh pada 13

September 2014, (http://finance.detik.com/read/2012/01/25/142534/1824565/4/agus-marto-minta-direksi-bumn-jaga-aset-negara?991101mainnews), 2012

Perusahaan Umum, diunduh pada 8 Januari 2015,

(https://www.google.com/search?q=contoh+perum&ie=utf-8&oe=utf-8), 2014

Faizal, BUMN Sebagai Badan Usaha, diunduh pada 6 September 2014,

(http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), 2009

Dituntut, Karena Abaikan Prinsip Kehati-hatian, diunduh pada 25 Maret 2015,

(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51dcdd060ee7b/dituntut--karena-abaikan-prinsip-kehati-hatian), Juli 2013

Putusan MK: Apakah Kekayaan BUMN Merupakan Kekayaan Negara?, diunduh pada 19

Desember 2014, (http://www.hukumprodeo.com/putusan-mk-apakah-kekayaan-bumn-merupakan-kekayaan-negara/), 2014

Rencana Pembangunan Pemerintah Indonesia, diunduh pada 15 Oktober 2014,

(http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-pemerintah/item305)

Nanang, Terkait Bongkar Muat di Tanjung Priok, KPPU Hukum Pelindo dan PT Multi

Terminal Indonesia, diunduh pada 25 Maret 2015,

(http://www.kppu.go.id/id/blog/2015/03/terkait-bongkar-muat-di-tanjung-priok-kppu-hukum-pelindo-dan-pt-multi-terminal-indonesia/), Maret, 2015


(41)

Tri Widodo W Utomo, Memahami Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State), diunduh

pada 15 Oktober 2014, (http://triwidodowutomo.blogspot.com/2013/07/memahami-konsep-negara-kesejahteraan.html), 2013

Firmanzah, BUMN dan Daya Saing Nasional, diunduh pada 6 September 2014,

(http://old.setkab.go.id/artikel-6036-bumn-dan-daya-saing-nasional.html), 2012

Wikipedia, Badan Usaha, diunduh pada 4 Desember 2014 ,

(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha)

Wikipedia, Laissez-faire, diunduh pada 20 Oktober 2014,

(http://id.wikipedia.org/wiki/Laissez-faire), 2014

Lain-Lain


(1)

118   

CURRICULUM VITAE   

     

Nama        : Chyntia Christie 

Tempat dan Tanggal Lahir   : Bandung, 29 September 1993 

Alamat        : Sumber Hegar Raya Nomor 36a, Komplek Sumber Sari, Bandung  Nomor Telepon     : 022‐6125809 

Nomor Handphone    : 089647632889 

Email        : chyntia_christie@yahoo.com   

Riwayat Pendidikan: 

1. SDK BPK Penabur THI, Lulus Tahun 2005  2. SMPK BPK Penabur Holis, Lulus Tahun 2008  3. SMAK 2 BPK Penabur, Lulus Tahun 2011 

4. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 2011‐2015  Pengalaman: 

1. Anggota BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2011)  2. Panitia Contract Drafting (2011) 

3. Sekretaris BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2012)  4. Panitia Debat Intern (2012) 

5. Anggota Senat Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013) 

6. Ketua Panitia Bakti Sosial Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013)   

 

Bandung, 30 Maret 2015        (Chyntia Christie)  NPM 1187004 


(2)

113  Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia: Cetakan Keempat Revisi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006

Chariri Anis dan Ghozali Imam, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007

Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum Perusahaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004

Elsikartikasari dan Adrendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo, 2008. Eddi Sopandi, Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis, Bandung:

Refika Aditama, 2003

Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan

Firma, Dan Persekutuan Komanditer, Jakarta: Kencana, 2006

Hambra, Sejarah Terminologi BUMN, Majalah BUMN TRACK, Desember 2007

Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang dan/atau Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan : Studi Pada PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero), Medan : Media Mandiri, 2012

H.M.N.Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2, Jakarta: Djambatan, 1999

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2006

Kardiman, Endang, Achmad. K, Ekonomi Dunia Keseharian Kita, Jakarta: Yudhistira, 2006 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010


(3)

114   

Munir Fuadi, Doktin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum

Indonesia, Bandung:Citra Aditya, 2002

Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003 M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Jakarta: IBLAM, 2005

Mochtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep

Hukum dalam Pembangunan, Bandung : Alumni, 2002

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.2, Jakarta:Kencana, 2008

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005

Rita M, Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha, Jakarta: Penebar Swadaya, 2009 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1992 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press, 2013 Rudhi Prasteya, Matschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, Bandung : Citra Aditya

Bakti, 2002

Satjipto Rahardjo di dalam Abdul Ganda. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa

Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya bakti, 1996 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, Jakarta UI-Press, 1986

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo, 2006

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003

Sugiharto, Peran Strategis BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari Ini dan Masa

Depan, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007

Sukwaity, Sudirman Jamal, dan Slamet Sukamto, Ekonomi, Jakarta: Yudisthira Ghalia Indonesia

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012


(4)

Jurnal

Johny Ibrahim, Doktrin Ultra Vires dan Konsekuensi Penerapannya Terhadap Badan Hukum

Privat, Jurnal Dinamika Hukum, Volume 11, Mei 2011

Ullmann, A. (1985). “Data in search of a theory”, A critical examination of the relationships

among social performance, social disclosure,and economic performance, Academy of

Management Review, hlm. 552. sebagaimana terdapat dalam Agus Purwanto, Pengaruh

Tipe Industri, Ukuran, Profitabilitas Terhadap CSR, Jurnal Akutansi dan Auditing,

Volume 8, November 2011 Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.


(5)

116   

Rujukan Elektronik

Atina Izza, Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme, diunduh pada 20 Oktober 2014,

(http://atina-i--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html, 2012

Zaka, Koridor Hukum Penjualan Aset BUMN yang Tidak Produktif, diunduh pada 19 Desember 2014, (http://www.ahmadzakaria.net/blog/2011/12/13/koridor-hukum-penjualan-aset-bumn-yang-tidak-produktif/comment-page-1/), 2011

Rudi Hartono, Makna Dikuasai Oleh Negara Dalam Pasal 33 UUD 1945, diunduh pada 15 September 2014, (http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna-

%e2%80%9cdikuasai-oleh-negara%e2%80%9d-dalam-pasal-33-uud-1945.html#ixzz3C5Js5eRo), 2011

W Riawan Tjandra, Pemisahan Kekayaan Negara di BUMN, diunduh pada 19 Desember 2014, (http://www.bpk.go.id/news/pemisahan-kekayaan-negara-di-bumn), 2014

Armida Salsiah Alisjahbana, Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI, diunduh pada 15

September 2014,

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam. MP3EI), 2014

Revrisond Baswir, Menggugat Rampokisasi BUMN, diunduh pada 13 September 2014, (http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), 2009

Ramdhania El Hida, Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara, diunduh pada 13 September 2014, (http://finance.detik.com/read/2012/01/25/142534/1824565/4/agus-marto-minta-direksi-bumn-jaga-aset-negara?991101mainnews), 2012

Perusahaan Umum, diunduh pada 8 Januari 2015,

(https://www.google.com/search?q=contoh+perum&ie=utf-8&oe=utf-8), 2014

Faizal, BUMN Sebagai Badan Usaha, diunduh pada 6 September 2014, (http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), 2009

Dituntut, Karena Abaikan Prinsip Kehati-hatian, diunduh pada 25 Maret 2015,

(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51dcdd060ee7b/dituntut--karena-abaikan-prinsip-kehati-hatian), Juli 2013

Putusan MK: Apakah Kekayaan BUMN Merupakan Kekayaan Negara?, diunduh pada 19

Desember 2014, (http://www.hukumprodeo.com/putusan-mk-apakah-kekayaan-bumn-merupakan-kekayaan-negara/), 2014

Rencana Pembangunan Pemerintah Indonesia, diunduh pada 15 Oktober 2014,

(http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-pemerintah/item305)

Nanang, Terkait Bongkar Muat di Tanjung Priok, KPPU Hukum Pelindo dan PT Multi

Terminal Indonesia, diunduh pada 25 Maret 2015,

(http://www.kppu.go.id/id/blog/2015/03/terkait-bongkar-muat-di-tanjung-priok-kppu-hukum-pelindo-dan-pt-multi-terminal-indonesia/), Maret, 2015


(6)

Firmanzah., BUMN dan Daya Saing Nasional, diunduh pada 6 September 2014, (http://old.setkab.go.id/artikel-6036-bumn-dan-daya-saing-nasional.html), 2012

Tri Widodo W Utomo, Memahami Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State), diunduh pada 15 Oktober 2014, (http://triwidodowutomo.blogspot.com/2013/07/memahami-konsep-negara-kesejahteraan.html), 2013

Firmanzah, BUMN dan Daya Saing Nasional, diunduh pada 6 September 2014, (http://old.setkab.go.id/artikel-6036-bumn-dan-daya-saing-nasional.html), 2012

Wikipedia, Badan Usaha, diunduh pada 4 Desember 2014 , (http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha)

Wikipedia, Laissez-faire, diunduh pada 20 Oktober 2014, (http://id.wikipedia.org/wiki/Laissez-faire), 2014

Lain-Lain


Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

6 141 96

Tinjauan Yuridis Pembubaran Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

1 54 141

Tinjauan Yuridis Atas Akuisisi Perusahaan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

3 101 142

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1

KEDUDUKAN HUKUM PRAKTIK VIRTUAL OFFICE DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.

0 0 2

Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 20