Hak Ulayat Tanah Sianggunon, Dusun Sianggunon Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir Tahun 1940- 2000

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hak ulayat adalah nama yang diberikan oleh undang-undang dan para ahli hukum
pada lembaga hukum dan hubungan hukum antara suatu masyarakat hukum adat tertentu,
dengan suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkupan hidup dan penghidupan para
warganya sepanjang masa. 1
Masyarakat hukum adatnya sendiri tidak memberikan nama pada lembaga
tersebut. Dalam hukum adat yang dikenal adalah sebutan tanahnya yang merupakan
wilayah lingkungan masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Hak ulayat dalam
pengertian hukum merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat
hukum adat tertentu atas suatu wilayah tertentu yang merupakan ulayatnya, sebagai
“lebensrum” para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk
tanah, yang ada pada wilayah tersebut. Wewenang dan kewajiban tersebut timbul dari
hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun antara masyarakat hukum adat
tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. Hubungan itu selain merupakan hubungan
lahiriah, juga merupakan hubungan batiniah yang bersifat religio-magish. Yaitu
berdasarkan kepercayaan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan, bahwa
wilayah tersebut adalah pemberian suatu kekuatan yang gaib atau peninggalan nenek
moyang yang diperuntukkan bagi kelangsungan hidup dan penghidupannya sepanjang
masa. Maka hubungan itu pada dasarnya merupakan hubungan abadi.


1

Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam hubungannya dengan
TAP MPR, Jakarta;
Universitas Trisakti, 2003. Hal. 57

15
Universitas Sumatera Utara

Pengertian hak ulayat inilah yang dalam HTN (Hukum Tanah Nasional) diadopsi
dan diangkat pada tingkatan yang tertinggi menjadi Hak Bangsa. 2
Pakar hukum adat C. Van Vollenhoven menyatakan bahwa tanah ulayat memiliki
enam ciri-ciri yaitu:
1. Hanya persekutuan hukum itu sendiri dan warganya yang berhak
mempergunakan tanah dalam wilayah kekuasaannya.
2. Orang luar yang hendak menggunakan tanah harus mendapat izin dari
persekutuan yang bersangkutan
3. Warga dan persekutuan tersebut boleh mengambil manfaat dari hak ulayat
untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

4. Persekutuan hukum bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di
wilayah hukum tanah tersebut.
5. Hak ulayat tersebut tidak dapat dilepaskan.
6. Hak ulayat tersebut meliputi juga hak-hak yang sudah digarap perorangan.
UUPA

(Undang-Undang

Pokok

Agraria)

dalam

pasal

3

tahun


1960

mengisyaratkan pengakuan adanya hak ulayat sebagai hak penguasaan yang merupakan
wilayah suatu masyarakat hukum adat. Tetapi terbatas pada yang sepanjang menurut
kenyataannya masih ada. UUPA tidak mengatur dan tidak pula menentukan kriteria bagi
masih adanya hak ulayat. Hak ulayat yang dibiarkan diatur oleh hukum adat setempat
masing-masing. Demikian juga ketentunnya dalam HTN, dengan rumusan sifat dan ruang
lingkup Hak Ulayat yang lebih rinci dan tegas.

2

Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria atau Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)

16
Universitas Sumatera Utara

Pemegang Hak Ulayat adalah masyarakat hukum adat yang bersangkutan, terdiri
atas orang-orang yang merupakan warganya. Subyek Hak ulayat bukan perorangan, juga
bukan Kepala Adatnya. Masyarakat hukum adat dengan berbagai nama menurut bahasa

daerahnya masing-masing adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum
adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesatuan tempat tinggal
atau atas dasar kesamaan keturunan.
Pelaksana Hak Ulayat adalah Penguasa Adat masyarakat hukum adat yang
bersangkutan, yaitu kepala adat sendiri atau bersama-sama dengan para tetua adat masingmasing. Penguasa adat dalam hubungannya dengan tanah ulayat melaksanakan tugas
kewenangan yang termasuk bidang hukum publik sebagai petugas masyarakat hukum
adatnya.
Pada asal mulanya, hak ulayat dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Tetapi dengan bertambah kuatnya hak-hak pribadi para warga masyarakat hukum adat
yang bersangkutan atas bagian-bagian tanah ulayat yang dikuasainya, juga karena
pengaruh faktor-faktor ekstern, secara alamiah kekuatan hak ulayat di banyak masyarakat
hukum adat semakin lama semakin melemah, hingga pada akhirnya tidak tampak lagi
keberadaanya.
Sehubungan dengan ini, dewasa ini pada kenyataannya keadaan dan
perkembangan hak ulayat itu sangat beragam. Tidak mungkin dikatakan secara umum,
bahwa di suat daerah hak ulayat masyarakat hukum adatnya masih ada ataupun tidak
pernah ada sama sekali.
Masih adanya hak ulayat di suatu masyarakat hukum adat hanya dapat diketahui
dan dipastikan dari hasil tinjauan dan penelitian setempat berdasarkan kenyataan bahwa:


17
Universitas Sumatera Utara

1. Masih adanya suatu kelompok orang sebagai warga suatu persekutuan
hukum adat tertentu, yang merupakan suatu masyarakat hukum adat.
2. Masih adanya wilayah yang merupakan ulayat masyarakat hukum adat
tersebut, yang disadari sebagai tanah kepunyaan bersama para warganya
sebagai “lebensraum”-nya dan
3. Masih adanya penguasa adat yang pada kenyataannya diakui oleh para
warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan, melakukan kegiatan
sehari-hari.
Ketiga unsur tersebut pada kenyataannya harus masih ada. Penelitian akan
ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten, yang dalam pelaksanaannya mengikut-sertakan
para pakar hukum dan para tetua adat setempat.
Hak ulayat yang sudah tidak ada, tidak akan dihidupkan kembali. Demikian juga
tidak akan diciptakan Hak Ulayat baru yang sebelumnya tidak pernah ada.
Dengan demikian, penulis ingin menulis tentang Hak Ulayat Sianggunon Dusun
Sianggunon Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir, dikarenakan
tanah Ulayat Sianggunon memiliki peranan penting bagi setiap warga sekitar tanah Ulayat
tersebut. Semenjak tahun 1940-an pada masa penjajahan Belanda tanah Ulayat

Sianggunon sudah dimanfaatkan warga, dimulai dari kegunaannya sebagai lalu lintas
perdagangan, tempat pertahanan pada masa Belanda, sampai pada dimilikinya Hak Ulayat
tanah Sianggunon tersebut pada tahun 1940 untuk diolah sebagai lahan pertanian. 3 Hal ini
lah yang menjadi alasan penulis memilih judul “Hak Ulayat Tanah Sianggunon, Dusun
Sianggunon Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir Tahun 19402000”. Adapun skop temporal yang penulis tentukan dimulai dari tahun 1940 dikarenakan
3

Wawancara dengan Bapak K.H Siagian, warga Dusun Sianggunon Desa Sipagabu.

18
Universitas Sumatera Utara

pada tahun ini tanah Sianggunon mulai digunakan masyarakat dalam berbagai
kepentingan, sampai pada dimilikinya Hak Ulayat dari tanah Sianggunon tersebut. Dan
penulis mengambil akhir tahun penelitian pada tahun 2000, karena rentang waktu dari
tahun 1940 ke tahun 2000 memiliki banyak peristiwa penting, baik dari fungsi sampai
pada dimilikinya Hak Ulayat tanah tersebut. Atas dasar pemikiran tersebutlah penulis
membuat judul penulisan ini: “Hak Ulayat Tanah Sianggunon, Dusun Sianggunon
Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir Tahun 1940-2000”
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, perlu dibuatnya suatu
perumusan masalah penelitian yang didalamnya memuat tentang batasan-batasan masalah
penelitian dan juga ruang lingkup penelitian ataupun fokus dari penelitian, baik dari segi
waktu, tempat, dan para pelaku sehingga penulis dapat menghasilkan suatu penulisan
yang maksimal dan objektif.
Oleh karena itu, rumusan masalah yang akan penulis kaji adalah:
1. Mengetahui status awal dari tanah Ulayat Sianggunon.
2. Bagaimana proses dimilikinya Hak Ulayat Tanah Ulayat Desa Sianggunon
tersebut.
3. Bagaimana peranan Hak Ulayat tersebut pagi warga Dusun Sianggunon Desa
Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir dari tahun 1940-2000.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Pada dasarnya, setiap penelitian dan penulisan haruslah memiliki tujuan dan
manfaat dibuatnya tulisan tersebut. Demikian juga dengan penulisan skripsi yang
berjudul: “Hak Ulayat Tanah Sianggunon, Dusun Sianggunon Desa Siapagabu

19
Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir Tahun 1940-2000”, diharapkan dapat

memberi tujuan dan manfaat bagi para pembaca, secara khusus bagi para warga Dusun
Sianggunon yang memiliki Hak Ulayat tersebut. Adapun tujuan dibuatnya penelitian dan
penulisan skripsi ini adalah:
1. Menjelaskan status awal dari Tanah Ulayat Sianggunon
2. Menjelaskan bagaimana proses dimilikinya Hak Ulayat Tanah Ulayat Desa
Sianggunon tersebut, dimulai dari di tempatinya wilayah ini, sampai pada
peristiwa-peristiwa penting pada tahun 1940-2000.
3. Menjelaskan bagaimana peranan Hak Ulayat tersebut bagi para warga Dusun
Sianggunon Desa Sipagabu Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir.
Sementara untuk maanfaat dari penelitian ini sendiri adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi ataupun pengetahuan pembaca
tentang prosedur pengalihan hak atas tanah yang menjadi tanah ulayat.
2. Memenuhi kebutuhan pemilik tanah akan hukum tanah yang masih sangat awam
bagi masyarakat Indonesia secara umum, dan masyarakat Desa Sianggunon secara
khusus.
3.

Menambah literatur dalam penulisan sejarah, secara khusus mengenai Hak Ulayat
suatu Tanah Ulayat.


1.4. Tinjauan Pustaka
Dalam proposal ini, penulis berpedoman pada beberapa buku yang digunakan
sebagai tinjauan pustaka, untuk mendekatkan beberapa konsep-konsep teori dan sumber
informasi atau pendukung dalam penelitian ini.

20
Universitas Sumatera Utara

Salah satu literatur yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah buku
karangan Prof. Boedi Harsono yang berjudul “Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah
Nasional dalam hubungannya dengan TAP MPR RI IX/MPR2001”. Buku ini menjelaskan
tentang hasil pemikiran Pusat Studi Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Trisakti
mengenai penyempurnaan Hukum Tanah Nasional kita. Hukum Tanah Nasional kita
dalam pelaksanaannya selama ini, selain terbukti mampu memberi dukungan pada
kegiatan pembangunan di segala bidang yang memerlukan penguasaan dan penggunaan
tanah, juga menunujukkan kelemahan dalam rumusan isi dan kelengkapan pengaturannya.
Kelemahan tersebut selama Orde Baru, yang menyelenggarakan pembangunan
berdasarkan kebijakan yang mengutamakan pertumbuhan yang pada kenyataannya
memungkinkan pelaksanaan berdasarkan tafsiran yang menyimpang dari asas dan tujuan
ketentuan bersangkutan, dengan segala akibatnya yang berimbasa kepada kehidupan

masayarakat Indonesia.
Buku kedua yang penulis jadikan sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini
adalah buku karangan Ali Sofwan Husein, SH, yang berjudul “Konflik Pertanahan”. Di
dalam buku ini dijelaskan mengenai soal-soal pertanahan dalam dimensi sosial politik dan
yuridis dalam satu ramuan. Di buku ini juga dibahas mengenai konflik dan politik
pertanahan yang mulai dikembangkanuntuk dapat dilihat dalam konteks makro.
“Hak-hak Atas Tanah” karya Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja juga penulis
gunakan sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini. Secara akademis dan pandangan
praktis sehari-hari, buku ini menjelaskan tentang konsepsi hak-hak atas tanah menurut
Undang-Undang Pokok Agraria, yang merupakan kompromi konsepsi hukum adat dengan
kebutuhan masyarakat modern, yang sedikit banyak dicoraki dengan kewajiban
pendaftaran dan pengumuman dalam sistem hukum Romawi. Pembahasan dalam buku ini

21
Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan mengupas seluruh aspek yang berhubungan dengan hak-hak atas tanah
tersebut, mulai dengan pengertian umum, subjek hukum yang berhak memegang atau
memangku hak-hak atas tanah tersebut, syarat-syarat pemberiannya, pembebanannya,
peralihannya dan pendaftarannya.

1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu hal penting yang tidak terpisahkan dari suatu
petunjuk teknis. Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode
sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan – aturan yang dirancang untuk
membantu dengan efektif dalam mendapatkan kebenaran suatu sejarah. Adapun motode
sejarah terbagi dalam empat langkah antara lain heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan
historiografi atau penulisan sejarah.
Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu heuristik adalah pengumpulan
sumber – sumber atau data – data yang terkait dengan objek penelitian penulis dari
berbagai sumber. Dan untuk sumber terulis penulis mengunakan metode library research
(penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan).
Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi), setelah sumber sejarah yang
dibutuhkan semua terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber, hal ini
dilakukan untuk memperoleh keabsahan atau keaslian sumber atau data yang di dapat.
Penulis dalam melakukan kritik sumber atau penyeleksian yang dilakukan terhadap
sumber-sumber melalui dua pendekatan yaitu pendekatan intern dan ektern. Dimana
dalam pendekatan intern yang harus dilakukan yakni menelaah dan memverifikasi
kebenaran isi atau fakta sumber baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, laporan, dan
arsip) maupun sumber lisan (wawancara). Wawancara akan penulis lakukan kepada

22
Universitas Sumatera Utara

beberapa informan yang dianggap dapat memberi informasi mengenai tulisan ini. Kritik
ektstern yang dilakukan dengan cara memverifikasi untuk menentukan keaslian sumber
baik sumber lisan maupun sumber tulisan. Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat
menghasilkan suatu tulisan yang benar – benar objektif yang berasal dari data-data yang
terjaga keasliannya dan keobjektifannya tanpa ada unsur subjektifitasan yang
mempengaruhi hasil penulisan.
Langkah ketiga yang dilakukan yaitu interpretasi, setelah data tesebut melewati
kritik sumber maka penulis melakukan tahapan yang ketiga yaitu penafsiran atau
penganalisisan terhadap hasil dari kritik sumber. Di dalam proses interpretasi ini
bertujuan untuk menghilangkan kesubjektifitasan sumber walaupun kita ketahui ini tidak
akan dapat dihilangkan sepenuhnya. Interpretasi ini dapat dikatakan data sementara
sebelum penulis membuatkan hasil keseluruhan dalam suatu penulisan.
Langkah yang terakhir yaitu Historiografi, tahapan ini berisi tentang penulisan,
pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya
penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak dari awal (heuristik) sampai
dengan akhir yaitu penarikan kesimpulan sehingga dapat dikatakan penulisan tersebut
bersifat kronologis atau sistematis. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan dapat
dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur yang digunakannya
tepat atau tidak, apakah sumber dan data yang mendukung penarikan kesipulannya
memiliki validitas yang memadai atau tidak, jadi dengan penulisan sejarah itu akan dapat
ditentukan mutu penelitian dan penulisan sejarah itu sendiri.

23
Universitas Sumatera Utara