Peralihan Hak Atas Tanah Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Adat Simalungun di Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun

ABSTRAK
Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum untuk memindahkan hak
atas tanah kapada pihak lain. Pemindahan dilakukan apabila status hukum pihak yang
akan menguasai tanah memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah yang
tersedia, dan pemegang hak atas tanah tersebut bersedia untuk memindahkan haknya.
Secara khusus falsafah kepemilikan atas tanah dalam hukum adat, hakekat dasarnya
adalah dari pertautan manusia dengan tanah dan alamnya dan bukan pada hak, melainkan
pada hubungan kuatnya pertautan hubungan yang melahirkan kewenangan (hak), oleh
karena itu hak lahir melalui proses intensitas hubungan antara manusia dengan tanah
tidak dari keputusan pejabat. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, yakni
bagaimana legalitas peralihan hak atas tanah yang dibuat dihadapan notaris terkait
peralihan tanah yang berasal dari kepemilikan hukum adat yang belum bersertifikat di
yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan peralihan hak atas tanah milik perorangan
secara hukum adat, dan solusi hukum yang dapat dilakukan dalam mengatasi persoalan
terkait peralihan hak atas tanah yang dilakukan berdasarkan hukum adat di Kecamatan
Panombean Panei Kabupaten Simalungun.
Untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut maka penelitian ini
menggunakan jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analitis, dimana
penelitian hukum normatif ini menggunakan data sekunder atau wawancara sebagai data
utama dengan munggunakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
kepustakaan (library reseacrh), serta analisis data menggunakan metode analisis data

kualitatif. Analisis data ini dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh
akan dilakukan analisis untuk menjawab permasalahan.
Legalitas peralihan hak atas tanah milik masyarakat adat yang belum bersertifikat
yang peralihannya dilakukan secara terang dan tunai dan disaksikan oleh penghulu adat
serta saksi dari masing-masing pihak adalah sah sepanjang para pihak mengakui dan
melaksanakan kewajiban untuk melakukan pembayaran dan penyerahan tanah yang akan
dialihkan. Pada umumnya terhadap tanah-tanah yang belum bersertifikat peralihan hak
atas tanah adat dilakukan dengan sistem terang dan tunai dan disaksikan oleh penghulu
adat serta saksi dari masing-masing pihak, khususnya di Kecamatan Panombean Panei
Kabupaten Simalungun. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan peralihan hak atas
tanah milik perseorangan secara hukum antara lain seperti ketidakjelasan subjek dalam
menjelaskan status hak atas tanah adat, tidak dapat menjelaskan batas-batas yang
seharusnya, tidak mendapatkan persetujuan dari keluarga atau kepala adat, yang mana
akibat ketidakjelasan ini disebabkan oleh sulitnya persyaratan yang harus ditempuh
sebelum melakukan transaksi peralihan hak atas tanah di Kecamatan Panombean Panei
Kapubaten Simalungun. Solusi hukum yang dapat dilakukan dalam mengatasi persoalan
terkait peralihan hak atas tanah yang dilakukan berdasarkan hukum adat adalah dengan
melakukan musyawarah dengan pihak-pihak terkait dengan pelaksanaan peralihan hak
atas tanah adat.


Kata Kunci: Peralihan, Tanah Ulayat, Masyarakat Hukum Adat, Simalungun.

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Land title transfer is a legal act in transferring land title to other people. It
can be done when its legal status is valid and the land rights holder is wiling to
transfer it. Specifically, the philosophy of land ownership in the adat (customary) law
is the relationship among human beings, the land, and nature; it is not merely about
the right. This relationship will strengthen the right itself; therefore, the process of
the intensity of relationship between human beings and their land does not come from
the government officials. The research problems are as follows: how about the
legality of the land title transfer made before a Notary concerning land title transfer
from the adat law ownership in which the land is uncertified which becomes an
inhibiting factor in transferring land title in the adat law, and how about legal
solution for land title transfer, based on adat law, in Panombean Panei Subdistrict,
Simalungun Regency.

The research used judicial normative and descriptive analytic method by
using secondary data or interviews as its main data. The data were gathered by
conducting library research and analyzed qualitatively, based on the description
and facts to answer the research problems.
The legality of land title transfer owned by the adat community whose land is
uncertified and the transfer is transparently witnessed by an adat leader and the
other witnesses from both parties is valid, as far as both parties do their task in
paying off and transferring the land. In general, uncertified adat land is transferred
transparently, in cash, and witnessed by an adat leader and witnesses from both
parties; this especially occurs in Panombean Panei Subdistrict, Simalungun Regency.
The inhibiting factors in the implementation of land title transfer owned by an
individual legally are as follows: lack of clarity of the parties concerned in explaining
the adat land status, lack of clarity in its borders, and disapproval of family members
and adat leader. This lack of clarity is caused by the difficulty in fulfilling the
requirements for transferring an adat land in Panombean Panei Subdistrict,
Simalungun Regency. Consequently, some people in this area transfer their land title
underhandedly without following the adat law. It is recommended that perform
negotiation with the parties concerned in the implementation of land title transfer.

Keywords: Transfer, Adat community Land, Adat Law Community, Simalungun


ii

Universitas Sumatera Utara