Perbandingan Hasil Perawatan Maloklusi Klas I Dengan Pencabutan dan Tanpa Pencabutan Menggunakan Grading System ABO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maloklusi merupakan suatu kondisi yang menyimpang dari relasi
normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada
lengkung rahang lawannya.1,2,3 Dewanto (2004) mengatakan bahwa maloklusi
adalah oklusi gigi geligi yang menyimpang dari ideal dan penyimpangan
tersebut merupakan ciri-ciri maloklusi yang sangat bervariasi baik pada individu
maupun
kelompok
populasi.4 Pemeriksaan klinis dan penunjang penting
dilakukan dalam mengidentifikasi masalah maloklusi yang diderita, sehingga
diagnosis dapat ditegakkan dan rencana perawatan ortodonti dapat disusun
secara tepat.5,6
Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle,
Ackerman dan Proffit, klasifikasi Dewey modifikasi Angle, dan klasifikasi
Lischer modifikasi Angle. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling
banyak digunakan dalam penentuan maloklusi. Edward Angle mengenalkan
klasifikasi maloklusi pada tahun 1899. Klasifikasi Angle didasarkan pada
hubungan molar pertama permanen mandibula dengan molar pertama permanen
maksila. Maloklusi Klas I Angle adalah maloklusi dimana tonjol mesio-bukal
molar pertama maksila tepat berada pada lekukan bukal molar pertama
mandibula.3,5,6 Pasien dengan maloklusi Klas I Angle dapat disertai gigi yang
Universitas Sumatera Utara
tidak beraturan seperti gigi berjejal, spacing, rotasi gigi, protrusif, deep over
bite, open bite, dan crossbite.5,6 Selain berdasarkan hubungan dental, maloklusi
juga dapat dilihat berdasarkan hubungan skeletalnya. Hubungan skeletal Klas I
yaitu maloklusi yang terjadi murni pada gigi, dimana tulang wajah dan rahang
berada pada posisi yang harmonis.3
Prevalensi maloklusi semakin meningkat selama beberapa dekade
terakhir, dan merupakan salah satu masalah gigi yang paling umum, bersama
dengan karies gigi, penyakit periodontal dan fluorosis gigi. Sayin dkk (2004)
melaporkan bahwa pada 1356 pasien ortodonti di Turki, maloklusi Klas I
merupakan maloklusi yang paling sering terjadi yaitu 64 % sedangkan
maloklusi Klas II divisi 1 merupakan yang paling jarang terjadi.9 Matya dkk
(2009) melaporkan bahwa 93.6% dari 1601 anak di Tanzania dengan rerata
umur 12-14 menunjukkan hubungan molar Klas I dan 63.8% populasi memiliki
paling tidak satu anomali. 10 Aldrees (2012) melakukan penelitian untuk melihat
pola maloklusi skeletal dan dental pada 602 pasien ortodonti di Saudi Arabia.
Hasil penelitian tersebut menunjukan pola maloklusi skeletal yang paling
umum merupakan maloklusi Klas I yaitu sebanyak 51,7 %.11 Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wahab pada populasi Deutro-Melayu Indonesia
tahun 2013, prevalensi paling tinggi ditemukan pada maloklusi Klas I yaitu
48,8%, diikuti dengan maloklusi Klas II yaitu 33,1% dan maloklusi Klas III
sebanyak 18,1%.12 Hasil penelitian tersebut menunjukan pola maloklusi skeletal
yang paling umum merupakan maloklusi Klas I.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan maloklusi Klas I dapat dilakukan dengan atau tanpa
pencabutan gigi. Kontroversi dalam melakukan pencabutan gigi telah
berlangsung pada awal abad ke 20. Angle (1907) merupakan pelopor dalam
menggambarkan oklusi normal dan mengklasifikasikan maloklusi.13,14 Beliau
dipengaruhi oleh konsep biologis pada masanya, dimana kesempurnaan
manusia ditekankan sehingga manusia dianggap mampu memiliki gigi secara
utuh, oleh karena itu tidak perlu dilakukan pencabutan gigi dalam perawatan
ortodonti .13
Pada tahun 1940, Tweed melakukan perawatan kembali pada kasuskasus tanpa pencabutan dan mendapatkan hasil oklusi yang lebih stabil setelah
pencabutan empat gigi premolar. Sejak saat itu kasus pencabutan dilakukan
hampir pada 70 % pasien dan mencapai puncaknya pada tahun 1960.13 Akan
tetapi penolakan dalam pencabutan gigi masih terjadi. Baumrind dkk.,
melaporkan terdapat 34 % inter-klinisi tidak memperoleh persetujuan dalam
memutuskan perawatan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan.15 Dalam
rangka untuk mencapai keputusan perawatan antara pencabutan atau tanpa
pencabutan, beberapa aspek seperti stabilitas oklusi, karakteristik lengkung
gigi, dan estetik wajah harus dipertimbangkan serta efek pada kompleksitas
dentofasial harus dijelaskan.16,17
Perawatan ortodonti bertujuan untuk mencapai hubungan oklusi dan
fungsi yang baik, perbaikan keadaaan dentofasial dan estetis wajah, serta
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan kedudukan gigi yang stabil setelah perawatan.5,7 Perawatan
ortodonti dapat dilakukan dengan piranti lepasan, cekat maupun kombinasi.
Perawatan ortodonti dengan hasil yang lebih baik dapat dicapai dengan
penggunaan piranti cekat. Keunggulan piranti cekat antara lain : 1) mampu
menggerakkan gigi dalam 3 dimensi yaitu arah bukolingual, mesiodistal dan
oklusoapikal, 2) memberikan retensi dan stabilisasi yang baik, 3) dapat
digunakan pada kasus yang sulit serta untuk gerakan tipping, bodily dan
torque.2,7,18
Perawatan ortodonti dengan piranti cekat dapat dilakukan dengan
berbagai teknik. Beberapa teknik yang sering digunakan oleh klinisi di
antaranya adalah teknik Edgewise, Straight Wire, Begg, dan Self ligating.6
Teknik Edgewise diperkenalkan oleh Angle pada tahun 1928. Braket Edgewise
telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dan memberikan hasil yang
baik. Dalam periode tersebut banyak klinisi yang mulai menciptakan modifikasi
piranti. Pada tahun 1970 Andrews menciptakan sistem straight wire dengan
menggunakan braket Preadjusted.19,20
Tingkat keberhasilan perawatan ortodonti hingga kini masih bervariasi
antar klinisi. Hal tersebut disebabkan pendapat dan pengalaman klinisi yang
bersifat individual sehingga terjadi perbedaan evaluasi hasil perawatan
ortodonti. Tingkat keberhasilan perawatan dipengaruhi oleh kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan tiap klinisi. Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi derajat subyektivitas penilaian suatu maloklusi dapat dinilai
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan suatu indeks maloklusi yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat keparahan maloklusi dan tingkat keberhasilan perawatan secara
obyektif.21,22
Menurut Hickham (1975), indeks keberhasilan perawatan ortodonti
memiliki tujuan meningkatkan kualitas hasil perawatan operator dan dapat juga
menjadi
perangkat
evaluasi
ortodontis
dalam
meningkatkan
kualitas
perawatan.23 Terdapat tiga indeks hasil perawatan yang biasa digunakan yaitu
Grading system dari American Board of Orthodontics, PAR (Peer Assessment
Rating), dan ICON ( Index of Complexity, Outcome, and Need). Grading system
merupakan parameter keberhasilan perawatan ortodonti yang dikemukakan oleh
America Board Of Orthodonti (ABO) pada tahun 1999. Parameter ini
melakukan penilaian keberhasilan perawatan terhadap model studi dan
radiografi panoramik.24,25 Fox dkk menyatakan bahwa ABO memiliki penilaian
hasil perawatan yang lebih seksama. Terdapat delapan kriteria yang harus
dinilai dalam parameter ini yaitu, alignment, tepi marginal, inklinasi
bukolingual, relasi oklusal, kontak oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan
angulasi akar. Grading system oleh ABO memiliki piranti pengukur yang
dinamakan ABO measuring gauge.24,25,26
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil
perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan menggunakan piranti cekat sistem
Edgewise dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan indeks
keberhasilan perawatan Grading system dari ABO.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
2. Bagaimana hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
3. Bagaimana perbandingan hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari
ABO.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
2. Mengetahui hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
3. Mengetahui perbedaan hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari
ABO.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat penelitian
Secara keilmuan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah dapat memberikan informasi sebagai berikut :
1. Mengenai hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
2. Mengenai hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
3. Mengenai perbandingan hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari
ABO.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
ortodontis sebagai informasi tambahan dalam membantu penyusunan rencana
perawatan ortodonti
pada kasus maloklusi Klas I, mengevaluasi hasil
perawatannya dengan menggunakan indeks keberhasilan perawatan Grading
system dari ABO, serta sebagai standarisasi untuk menentukan suatu kasus telah
selesai perawatannya.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maloklusi merupakan suatu kondisi yang menyimpang dari relasi
normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada
lengkung rahang lawannya.1,2,3 Dewanto (2004) mengatakan bahwa maloklusi
adalah oklusi gigi geligi yang menyimpang dari ideal dan penyimpangan
tersebut merupakan ciri-ciri maloklusi yang sangat bervariasi baik pada individu
maupun
kelompok
populasi.4 Pemeriksaan klinis dan penunjang penting
dilakukan dalam mengidentifikasi masalah maloklusi yang diderita, sehingga
diagnosis dapat ditegakkan dan rencana perawatan ortodonti dapat disusun
secara tepat.5,6
Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle,
Ackerman dan Proffit, klasifikasi Dewey modifikasi Angle, dan klasifikasi
Lischer modifikasi Angle. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling
banyak digunakan dalam penentuan maloklusi. Edward Angle mengenalkan
klasifikasi maloklusi pada tahun 1899. Klasifikasi Angle didasarkan pada
hubungan molar pertama permanen mandibula dengan molar pertama permanen
maksila. Maloklusi Klas I Angle adalah maloklusi dimana tonjol mesio-bukal
molar pertama maksila tepat berada pada lekukan bukal molar pertama
mandibula.3,5,6 Pasien dengan maloklusi Klas I Angle dapat disertai gigi yang
Universitas Sumatera Utara
tidak beraturan seperti gigi berjejal, spacing, rotasi gigi, protrusif, deep over
bite, open bite, dan crossbite.5,6 Selain berdasarkan hubungan dental, maloklusi
juga dapat dilihat berdasarkan hubungan skeletalnya. Hubungan skeletal Klas I
yaitu maloklusi yang terjadi murni pada gigi, dimana tulang wajah dan rahang
berada pada posisi yang harmonis.3
Prevalensi maloklusi semakin meningkat selama beberapa dekade
terakhir, dan merupakan salah satu masalah gigi yang paling umum, bersama
dengan karies gigi, penyakit periodontal dan fluorosis gigi. Sayin dkk (2004)
melaporkan bahwa pada 1356 pasien ortodonti di Turki, maloklusi Klas I
merupakan maloklusi yang paling sering terjadi yaitu 64 % sedangkan
maloklusi Klas II divisi 1 merupakan yang paling jarang terjadi.9 Matya dkk
(2009) melaporkan bahwa 93.6% dari 1601 anak di Tanzania dengan rerata
umur 12-14 menunjukkan hubungan molar Klas I dan 63.8% populasi memiliki
paling tidak satu anomali. 10 Aldrees (2012) melakukan penelitian untuk melihat
pola maloklusi skeletal dan dental pada 602 pasien ortodonti di Saudi Arabia.
Hasil penelitian tersebut menunjukan pola maloklusi skeletal yang paling
umum merupakan maloklusi Klas I yaitu sebanyak 51,7 %.11 Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wahab pada populasi Deutro-Melayu Indonesia
tahun 2013, prevalensi paling tinggi ditemukan pada maloklusi Klas I yaitu
48,8%, diikuti dengan maloklusi Klas II yaitu 33,1% dan maloklusi Klas III
sebanyak 18,1%.12 Hasil penelitian tersebut menunjukan pola maloklusi skeletal
yang paling umum merupakan maloklusi Klas I.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan maloklusi Klas I dapat dilakukan dengan atau tanpa
pencabutan gigi. Kontroversi dalam melakukan pencabutan gigi telah
berlangsung pada awal abad ke 20. Angle (1907) merupakan pelopor dalam
menggambarkan oklusi normal dan mengklasifikasikan maloklusi.13,14 Beliau
dipengaruhi oleh konsep biologis pada masanya, dimana kesempurnaan
manusia ditekankan sehingga manusia dianggap mampu memiliki gigi secara
utuh, oleh karena itu tidak perlu dilakukan pencabutan gigi dalam perawatan
ortodonti .13
Pada tahun 1940, Tweed melakukan perawatan kembali pada kasuskasus tanpa pencabutan dan mendapatkan hasil oklusi yang lebih stabil setelah
pencabutan empat gigi premolar. Sejak saat itu kasus pencabutan dilakukan
hampir pada 70 % pasien dan mencapai puncaknya pada tahun 1960.13 Akan
tetapi penolakan dalam pencabutan gigi masih terjadi. Baumrind dkk.,
melaporkan terdapat 34 % inter-klinisi tidak memperoleh persetujuan dalam
memutuskan perawatan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan.15 Dalam
rangka untuk mencapai keputusan perawatan antara pencabutan atau tanpa
pencabutan, beberapa aspek seperti stabilitas oklusi, karakteristik lengkung
gigi, dan estetik wajah harus dipertimbangkan serta efek pada kompleksitas
dentofasial harus dijelaskan.16,17
Perawatan ortodonti bertujuan untuk mencapai hubungan oklusi dan
fungsi yang baik, perbaikan keadaaan dentofasial dan estetis wajah, serta
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan kedudukan gigi yang stabil setelah perawatan.5,7 Perawatan
ortodonti dapat dilakukan dengan piranti lepasan, cekat maupun kombinasi.
Perawatan ortodonti dengan hasil yang lebih baik dapat dicapai dengan
penggunaan piranti cekat. Keunggulan piranti cekat antara lain : 1) mampu
menggerakkan gigi dalam 3 dimensi yaitu arah bukolingual, mesiodistal dan
oklusoapikal, 2) memberikan retensi dan stabilisasi yang baik, 3) dapat
digunakan pada kasus yang sulit serta untuk gerakan tipping, bodily dan
torque.2,7,18
Perawatan ortodonti dengan piranti cekat dapat dilakukan dengan
berbagai teknik. Beberapa teknik yang sering digunakan oleh klinisi di
antaranya adalah teknik Edgewise, Straight Wire, Begg, dan Self ligating.6
Teknik Edgewise diperkenalkan oleh Angle pada tahun 1928. Braket Edgewise
telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dan memberikan hasil yang
baik. Dalam periode tersebut banyak klinisi yang mulai menciptakan modifikasi
piranti. Pada tahun 1970 Andrews menciptakan sistem straight wire dengan
menggunakan braket Preadjusted.19,20
Tingkat keberhasilan perawatan ortodonti hingga kini masih bervariasi
antar klinisi. Hal tersebut disebabkan pendapat dan pengalaman klinisi yang
bersifat individual sehingga terjadi perbedaan evaluasi hasil perawatan
ortodonti. Tingkat keberhasilan perawatan dipengaruhi oleh kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan tiap klinisi. Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi derajat subyektivitas penilaian suatu maloklusi dapat dinilai
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan suatu indeks maloklusi yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat keparahan maloklusi dan tingkat keberhasilan perawatan secara
obyektif.21,22
Menurut Hickham (1975), indeks keberhasilan perawatan ortodonti
memiliki tujuan meningkatkan kualitas hasil perawatan operator dan dapat juga
menjadi
perangkat
evaluasi
ortodontis
dalam
meningkatkan
kualitas
perawatan.23 Terdapat tiga indeks hasil perawatan yang biasa digunakan yaitu
Grading system dari American Board of Orthodontics, PAR (Peer Assessment
Rating), dan ICON ( Index of Complexity, Outcome, and Need). Grading system
merupakan parameter keberhasilan perawatan ortodonti yang dikemukakan oleh
America Board Of Orthodonti (ABO) pada tahun 1999. Parameter ini
melakukan penilaian keberhasilan perawatan terhadap model studi dan
radiografi panoramik.24,25 Fox dkk menyatakan bahwa ABO memiliki penilaian
hasil perawatan yang lebih seksama. Terdapat delapan kriteria yang harus
dinilai dalam parameter ini yaitu, alignment, tepi marginal, inklinasi
bukolingual, relasi oklusal, kontak oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan
angulasi akar. Grading system oleh ABO memiliki piranti pengukur yang
dinamakan ABO measuring gauge.24,25,26
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil
perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan menggunakan piranti cekat sistem
Edgewise dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan indeks
keberhasilan perawatan Grading system dari ABO.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
2. Bagaimana hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
3. Bagaimana perbandingan hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari
ABO.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
2. Mengetahui hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
3. Mengetahui perbedaan hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari
ABO.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat penelitian
Secara keilmuan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah dapat memberikan informasi sebagai berikut :
1. Mengenai hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
2. Mengenai hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I tanpa
pencabutan menggunakan Grading system dari ABO.
3. Mengenai perbandingan hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari
ABO.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
ortodontis sebagai informasi tambahan dalam membantu penyusunan rencana
perawatan ortodonti
pada kasus maloklusi Klas I, mengevaluasi hasil
perawatannya dengan menggunakan indeks keberhasilan perawatan Grading
system dari ABO, serta sebagai standarisasi untuk menentukan suatu kasus telah
selesai perawatannya.
Universitas Sumatera Utara