Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kota Subulussalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976)
mencoba menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajemen selaku agen
dan pemilik serta entitas lain dalam kontrak (misal kreditur) selaku prinsipal.
Prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktifitas manajemen, yang
terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan
meminta laporan pertanggungjawaban dari agen (manajemen). Berdasarkan
laporan tersebut, prinsipal dapat menilai kinerja manajemen. Namun yang
seringkali terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan
yang membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik.
Untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dan membuat laporan keuangan yang dibuat manajemen lebih dapat
dipercaya, maka diperlukan pengujian dan dalam hal itu pengujian tersebut hanya
dapat dilakukan oleh pihak ketiga yaitu auditor independen.
Menurut Mardiasmo (2002) dalam pengelolaan pemerintah daerah
terdapat hubungan keagenan (teori keagenan) antara masyarakat sebagai principal
dan pemerintah sebagai agen. Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas
laporan keuangan sering disebabkan oleh adanya benturan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
manajemen (pemerintah) dengan kepentingan stakeholder (masyarakat), namun
seringkali
manajemen
melakukan
kecurangan
untuk
memaksimumkan
kesejahteraan mereka dan mengamankan posisi mereka tanpa memandang bahaya
yang ditimbulkan terhadap stakeholder baik para pengguna maupun pemeriksa
laporan keuangan.
Leruth dan Paul (2007) menyatakan bahwa masalah keagenan (agency
problem) terjadi ketika kecurangan pada umumnya berasal dari tujuan untuk
meminimalkan tingkat usaha demi peningkatan kompensasi yang diterima melalui
penyalahgunaan
jabatan
publik
untuk
kepentingan
diri
sendiri
yang
diinterpretasikan dalam bentuk korupsi. Dalam pelaksanaan pengawasan
pemerintahan, diperlukan kontrol dan pemeriksaan oleh pihak yang diberikan
wewenang untuk mengurangi dan meminimalkan kecurangan yang dilakukan.
Pendelegasian wewenang pengawasan dilimpahkan oleh pemerintah kepada
pengawas internal pemerintah daerah dalam hal ini adalah Inspektorat. Informasi
atas laporan hasil pemeriksaan dari Inspektorat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomis sekaligus alat evaluasi
kinerja agar terciptanya akuntabilitas pemerintahan yang baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disini, teori agensi
menjelaskan adanya konflik dan benturan kepentingan antara manajemen
(pemerintah) dengan stakeholder (masyarakat) atas pelaksanaan pengawasan
daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Teori Atribusi
Heider (1958) menyatakan bahwa teori atribusi merupakan teori yang
menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif
tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang
menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan
ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, ataupun eksternal
misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh
terhadap perilaku individu. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat prilaku yang
berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan
bahwa hanya melihat prilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik
orang tersebut serta dapat juga memprediksi prilaku seseorang dalam menghadapi
situasi tertentu.
Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu
penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan
suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.
Disamping itu, etika pemeriksa juga akan mampu memperlemah dan
kemungkinan juga mampu memperkuat pengaruh faktor internal tersebut. Apabila
sikap auditor sesuai dengan etika profesi yang berlaku, maka kualitas hasil audit
yang dilakukan semakin baik. Sedangkan apabila sikap auditor tidak sesuai etika
profesi yang berlaku, maka dikhawatirkan terjadi penyimpangan yang tidak
bertanggung jawab berakibat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
auditor pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, teori atribusi menjelaskan bahwa manusia itu rasional
dan didorong untuk mengidentifikasi dan memahami struktur penyebab dari
lingkungan mereka berada. Hal tersebut menjelaskan bahwa prilaku berhubungan
dengan sikap dan karakteristik individu, sehingga sikap dan karakteristik tersebut
mampu menghadapi situasi di lingkungan tertentu seperti halnya ketika
melakukan pengawasan dan pemeriksaan dalam lembaga pemerintah bagaimana
prilaku APIP dalam bertindak dilakukan harus sesuai kemampuan, kaidah aturan
dan prosedur yang relevan di dalam lingkungan tersebut.
2.1.3
Kualitas Hasil Audit
Sebelum membahas tentang kualitas hasil audit, perlu dijelaskan terlebih
dahulu tentang Standar audit. Berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia (SAIPI) tahun 2013 yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI), Standar audit merupakan kriteria atau ukuran
minimal untuk melakukan kegiatan intern yang wajib dipedomani oleh auditor
intern pemerintah. Standar audit dimaksudkan agar pelaksanaan audit intern
berkualitas, sehingga siapapun auditor yang melaksanakan audit intern diharapkan
menghasilkan suatu mutu hasil audit intern yang sama ketika auditor tersebut
melaksanakan penugasan sesuai dengan standar audit yang bersangkutan. Dengan
demikian, untuk mendapatkan kualitas hasil audit yang baik, maka setiap auditor
harus mempedomani standar audit dalam setiap pelaksanaan audit.
Universitas Sumatera Utara
Dalam SAIPI tersebut juga disebutkan bahwa audit memiliki pengertian
sebagai proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah sedangkan auditi adalah
orang/instansi pemerintah atau kegiatan, program, atau fungsi tertentu suatu
entitas sebagai obyek penugasan audit intern oleh auditor atau APIP.
Menurut AAIPI (2013), SAIPI membagi standar audit menjadi dua bagian
utama yaitu :
1. Standar Atribut (Attribute Standards)
Standar atribut dibagi menjadi prinsip-prinsip dasar dan standar umum.
a. Prinsip dasar meliputi visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung
jawab APIP (Audit Charter), independensi dan objektivitas, kepatuhan
terhadap kode etik.
b. Standar umum meliputi kompetensi dan kecermatan profesional,
kewajiban auditor, program pengembangan dan penjaminan kualitas.
2. Standar Pelaksanaan (Performance Standards)
Standar pelaksanaan dibagi menjadi standar pelaksanaan audit intern
dan standar komunikasi audit intern.
a. Standar pelaksanaan audit intern meliputi mengelola kegiatan audit
intern, sifat kerja kegiatan audit intern, perencanaan penugasan audit
intern, pelaksanaan penugasan audit intern.
b. Standar komunikasi audit intern meliputi komunikasi hasil penugasan
audit intern, pemantauan tindak lanjut.
Kualitas audit merupakan probabilitas dimana seorang auditor menemukan
dan melaporkan pelanggaran atau kesalahan yang ditemukan dalam sistem
akuntansi kliennya (DeAngelo, 1981 dalam Nasri, 2015). Dalam modul BPKP
mendefinisikan bahwa kualitas hasil pemeriksaan adalah probabilitas seorang
auditor atau pemeriksa dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan
yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah (baik pusat maupun daerah).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Peraturan BPK-RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), pemeriksaan yang dilaksanakan auditor
atau pemeriksa dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing.
Peraturan BPK-RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara juga menjelaskan dalam Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat
paragraf 25 menyatakan :
“Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah
dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat
yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh
pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa
harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaannya”.
Menurut Rasuman (2009), kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan
tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan,
tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan
informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak
lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seorang auditor dapat
memiliki probabilitas dalam menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan
yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar audit yang merupakan ukuran minimal untuk melakukan kegiatan audit
intern.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Perencanaan Audit
Menurut AAIPI (2013), perencanaan audit merupakan suatu proses
penetapan tujuan audit, penetapan alokasi waktu, dan personil yang akan
melakukan penugasan audit serta alokasi dana. Tahapan yang sangat penting
dalam setiap audit adalah perencanaan, karena perencanaan mengatur mengenal
urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Standar
pekerjaan lapangan pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa:
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.” Rencana audit dimaksudkan untuk
menjamin bahwa tujuan audit tercapai secara berkualitas, ekonomis, efisien dan
efektif. Dalam merencanakan auditnya, auditor menetapkan sasaran, ruang
lingkup, metodologi dan alokasi sumber daya. Selain itu, auditor perlu
mempertimbangkan berbagai hal termasuk sistem pengendalian intern dan
ketaatan auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
ketidakpatutan (abuse). Auditor harus mendokumentasikan rencana untuk setiap
penugasan audit.
Menurut Arens, et al (2008), tujuan utama dari perencanaan audit adalah
memahami bisnis dan industri klien yang akan digunakan untuk menilai resiko
audit yang dapat diterima, risiko bisnis klien, dan risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
Fungsi perencanaan audit :
a. Pedoman pelaksanaan audit,
Universitas Sumatera Utara
b. Dasar untuk menyusun anggaran,
c. Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen,
d. Alat untuk menetapkan standar,
e. Alat pengendalian, dan
f. Bahan pertimbangan bagi auditor yang diberi penugasan oleh perusahaan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan audit
merupakan tahapan awal kegiatan audit dalam rangka menetapkan tujuan, alokasi
waktu, jumlah personil serta alokasi dana yang dibutuhkan dalam kegiatan audit
yang akan dilakukan.
2.1.5
Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan audit merupakan kegiatan auditor dalam memeriksa suatu
kegiatan dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana
digunakan secara ekonomis dan efisien dan apakah tujuan program, kegiatan yang
telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan,
ketentuan dan undang-undang yang berlaku (BPKP, 1993).
Menurut AAIPI (2013) dalam SAIPI disebutkan bahwa audit intern adalah
kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan
(assurance activities) dan konsultansi (consulting activities), yang dirancang
untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi
(auditi). Kegiatan ini membantu organisasi (auditi) mencapai tujuannya dengan
cara menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menilai dan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol (pengendalian),
dan tata kelola (sektor publik).
Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang
berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan
audit intern secara independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh
para pengguna informasi.
Dalam modul ‘auditing’ BPKP (2009) disebutkan bahwa untuk dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagaimana yang diharapkan maka APIP
dalam melaksanakan tugasnya terlebih dahulu harus memahami tugas pokok dan
fungsi dari auditi sehingga memperoleh gambaran mengenai kegiatan, proses
manajemen yang menyangkut input, output dan informasi umum lainnya tentang
auditi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan audit merupakan
kegiatan auditor dalam memeriksa suatu kegiatan secara independen dan obyektif
dengan berpedoman pada standar audit.
Menurut AAIPI (2013), ada beberapa hal yang dilakukan dalam
pelaksanaan audit berdasarkan SAIPI, yaitu:
1. Mengelola kegiatan audit intern : menyusun rencana kegiatan audit intern,
mengomunikasikan dan meminta persetujuan rencana kegiatan audit intern
tahunan, mengelola sumber daya, menetapkan kebijakan dan prosedur,
Universitas Sumatera Utara
melakukan koordinasi, menyampaikan laporan berkala, menindaklanjuti
pengaduan dari masyarakat.
Dalam pelaksanaan audit, pimpinan APIP harus mengelola kegiatan audit
secara efektif. Diawali dengan pengelolaan kegiatan audit intern agar dapat
berjalan secara efektif sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada auditi.
Setelah itu mengomunikasikannya dengan pemerintah daerah apabila ada
keterbatasan sumber daya. Selanjutnya dibuat kebijakan dan prosedur audit
dalam melaksanakan tugas audit. Kemudian melakukan koordinasi kepada
pihak eksternal auditor atau auditor lainnya untuk mengurangi lingkup
pemeriksaannya. Setelah melakukan koordinasi, auditor perlu menyampaikan
laporan realisasi kinerja atas kegiatan audit yang dilakukan kepada pimpinan
daerah serta menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat.
2. Sifat kerja kegiatan audit intern : tata kelola sektor publik, manajemen risiko,
pengendalian intern pemerintah.
Pelaksanaan audit harus dapat mengevaluasi dan memberikan rekomendasi
yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola sektor publik. Kegiatan
audit harus dapat mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi terhadap
perbaikan proses manajemen risiko. Auditor juga perlu mengetahui resiko
bawaan dari auditi. Kegiatan audit intern harus dapat membantu auditi dalam
mempertahankan dan memperbaiki pengendalian yang efektif dengan
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta dengan mendorong perbaikan
terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
3. Perencanaan penugasan audit intern : pertimbangan dalam perencanaan,
penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya,
program kerja penugasan, evaluasi terhadap sistem pengendalian intern,
evaluasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan perundang-undangan,
kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
Dalam
merencanakan
penugasan
audit
intern,
auditor
harus
mempertimbangkan berbagai hal, termasuk sistem pengendalian intern dan
ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan,
dan ketidakpatutan (abuse). Dalam membuat rencana penugasan audit intern,
Auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi
sumber daya. Program kerja penugasan audit intern harus mencakup prosedur
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan
informasi selama penugasan, termasuk metodologi yang digunakan, auditor
harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern auditi dan
mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur sistem pengendalian intern
telah dirancang dan diterapkan secara memadai.
4. Pelaksanaan penugasan audit intern : mengidentifikasi informasi, menganalisis
dan mengevaluasi informasi, mendokumentasikan informasi, supervisi
penugasan.
Auditor harus mengidentifikasi informasi audit intern yang cukup, kompeten,
dan relevan. Auditor juga harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan
audit intern pada analisis dan evaluasi informasi yang tepat. Di samping itu,
Universitas Sumatera Utara
Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan pendokumentasian informasi
audit intern dalam bentuk kertas kerja audit intern. Semua kegiatan tersebut
disupervisi dengan semestinya.
Dalam pelaksanaan audit, auditor harus melakukan pengumpulan bukti.
Urutan langkah yang ditempuh oleh auditor dalam rangka memperoleh bukti
disebut prosedur audit. Jadi, prosedur audit akan memberikan petunjuk atau
perintah kepada tim audit mengenai apa yang harus dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan audit. Prosedur audit memberikan perintah secara
rinci kepada tim audit mengenai apa yang harus dilakukan dalam rangka
pelaksanaan audit.
Dalam setiap tahapan pelaksanaan audit harus disupervisi secara berkelanjutan
agar apa yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Supervisi dalam setiap tahapan audit merupakan suatu kewajiban yang
disyaratkan dalam standar audit yang berlaku dalam rangka pencapaian tujuan
audit serta menjaga mutu/kualitas pekerjaan audit.
Berdasarkan Peraturan BPK-RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara, Supervisi mencakup pengarahan kegiatan
pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan)
agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian
instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan
yang dihadapi, pelaksanaan reviu atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian
pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
Dalam modul ‘supervisi audit’ BPKP (2008) mendefenisikan supervisi
adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi atau penyeliaan. Dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa supervisi merupakan kegiatan
pengawasan, pengontrolan atau pengendaliannya yang dilaksanakan oleh seorang
yang disebut Supervisor. Adapun tujuan pelaksanaan supervisi dalam penugasan
audit adalah :
1. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas penugasan audit yang
dilakukan oleh tim audit.
2. Melaksanakan pengendalian serta penjaminan atas kualitas/mutu hasil audit
(quality control and quality assurance).
2.1.6
Pelaporan
Pelaporan merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses audit berupa
media yang digunakan oleh APIP untuk mengomunikasikan hasil audit, reviu,
pemantauan dan evaluasi serta pengawasan lainnya kepada pimpinan organisasi,
unit-unit kerja serta pihak lain yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja
organisasi dan mendorong pemerintahan yang baik (BPKP, 2010).
BPKP juga mendefenisikan bahwa laporan hasil audit adalah sarana
mengomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan secara tertulis. Para
pemakai laporan mengharapkan informasi yang akurat dan objektif yang akan
digunakan dalam melaksanakan fungsi di bidangnya masing-masing.
Dalam Modul BPKP (2010), Laporan hasil audit berfungsi sebagai :
a. Media komunikasi APIP menyampaikan informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dokumen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan
pengawasan yang telah dilaksanakan oleh APIP.
c. Alat bukti/dasar pelaksanaan tindak lanjut
d. Media menyampaikan rekomendasi
e. Menghindari kesalahpahaman maupun kesalahan tafsir.
Menurut AAIPI (2013) dalam SAIPI, pelaporan mencakup :
1. Komunikasi hasil penugasan audit intern.
2. Kriteria komunikasi hasil penugasan audit intern, komunikasi atas kelemahan
sistem pengendalian intern, komunikasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap
peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (Abuse),
kualitas komunikasi.
Menurut BPKP (2010) dalam modul ‘laporan hasil penulisan audit’, ada 8
(delapan) karakteristik standar kualitas yang harus dipenuhi sebuah laporan :
a. Langsung, pembaca laporan menghendaki hasil pengawasan yang terus terang
dan faktual.
b. Ringkas, laporan ringkas yang berkualitas dihasilkan dari pembatasan detail,
pemilihan masalah yang signifikan, serta pengikhtisaran data pendukung.
c. Tepat, laporan berkualitas harus tepat isi, tepat waktu, tepat saji dan tepat
alamat.
d. Meyakinkan, laporan harus menyajikan informasi yang jelas supaya pembaca
tertarik membacanya sebelum mereka terdorong untuk melaksanakan tindak
lanjut.
Universitas Sumatera Utara
e. Membangun, laporan yang konstruktif menyajikan sebab dari suatu
permasalahan, menyampaikan aspek positif dan negatif secara seimbang, serta
menghargai tindakan manajemen.
f. Orientasi, laporan yang efektif menekankan pada hasil.
g. Menarik, laporan yang menarik memuat : ringkasan, menggunakan format
yang professional, serta menggunakan judul yang jelas untuk setiap bagian.
h. Tepat waktu, laporan disajikan tepat waktu.
Menurut SPKN 2007, Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan
tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun, dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia
negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihakpihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Dengan demikian, pelaporan merupakan hasil akhir dari audit yang
merupakan media untuk menyampaikan hasil audit.
2.1.7
Prinsip Etika
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mendefinisikan etika
sebagai (1) Kumpulan asas atau nilai berkenaan dengan akhlak, (2) Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan menurut Arens, et.al (2008), etika (ethics) secara garis besar
didefenisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika merupakan serangkaian atau
kumpulan nilai moral yang dianut suatu masyarakat. Jadi, kode etik pada
prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan dalam
suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (KE-AIPI) mengatur mengenai prinsip etika, aturan
perilaku auditor intern pemerintah baik dalam organisasi, sesama auditor maupun
hubungan dengan auditan.
Menurut AAIPI (2014) dalam KE-AIPI, prinsip etika yang harus dipegang
oleh seorang auditor adalah integritas, obyektifitas, kerahasiaan, kompetensi,
akuntabel dan prilaku profesional.
2.1.7.1 Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan professional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi (Mulyadi, 2002). Tuntutan bagi auditor dalam prinsip perilaku
integritas menurut BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit yaitu
memiliki kepribadian yang dilandasi kejujuran, keberanian, kebijaksanaan, serta
tanggung jawab untuk menciptakan kepercayaan guna memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang handal.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa integritas merupakan karakter
atau sikap bertanggung jawab disertai sikap jujur yang didukung oleh keberanian
untuk menegakkan kebenaran dalam mengumpulkan bukti temuan hasil
pemeriksaan yang cukup, kompeten dan relevan dalam penyampaian hasil
pengawasannya.
2.1.7.2 Obyektifitas
Rivai dan Sagala (2009) mendefinisikan “obyektifitas sebagai kebebasan
sikap mental yang harus dipertahankan oleh internal auditor dalam melakukan
audit”. Sementara menurut Endaya dan Hanefah (2013), Obyektifitas sangat
penting bagi para auditor karena hasil penilaian profesionalnya akan berguna bagi
dirinya sendiri atau bagi orang lain, dan tanpa obyektifitas hasil penilaian auditor
tersebut akan kehilangan nilai dan tidak berguna bagi orang lain.
Auditor
tidak
boleh
membiarkan
pertimbangan
auditnya
dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi dipengaruhi
oleh orang ataupun pihak lain (Rivai dan Sagala, 2009). Oleh karena itu, prinsip
obyektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur, adil,
tidak memihak, tidak berprasangka, serta bebas dari pengaruh kepentingan pihak
lain dalam hal yang berkaitan dengan penugasannya.
2.1.7.3 Kerahasiaan
Universitas Sumatera Utara
Mengambil penjelasan dari BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan
Standar Audit mengenai prinsip prilaku kerahasiaan bagi auditor, auditor harus
menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterima serta tidak
mengungkapkan informasi tanpa ada otoritas yang memadai kecuali diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan. Informasi hanya diungkapkan kepada pihakpihak yang berhak sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Dengan
demikian,
kerahasiaan
merupakan
karakter
APIP
yang
mengharuskan menjaga berbagai informasi yang didapat tentang auditi kecuali
diwajibkan oleh peraturan yang berlaku.
2.1.7.4 Kompetensi
Kompetensi memungkinkan auditor untuk membuat penilaian profesional
yang baik. Mengutip BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit
yang menjelaskan prinsip prilaku kompetensi bagi auditor, auditor dituntut untuk
memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan
untuk melakukan tugas, dimana tuntutan ini tidak hanya dilakukan instansinya
namun juga dilakukan juga secara mandiri oleh yang bersangkutan.
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa kompetensi merupakan
prinsip prilaku auditor dalam memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan
keterampilan.
2.1.7.5 Akuntabel
Universitas Sumatera Utara
Akuntabilitas merupakan perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau
unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai
dalam rangkaian pencapaian tujuan organisasi, melalui suatu media berupa
laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya dalam hal ini
merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit
organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan
kepadanya berupa sumber daya manusia, dana, sarana prasarana dan metoda kerja
(Modul AKIP, 2007).
Akuntabilitas adalah bentuk dorongan psikis yang
membuat seseorang bertanggung jawab semua tindakan dan keputusan yang
diambil.
Dari definisi akuntabilitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan melalui media
pertanggungjawaban secara periodik.
Dalam sektor publik, akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk
kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
periodik sehingga kualitas dari hasil suatu pekerjaan pemeriksa dapat dipengaruhi
oleh rasa tanggung jawab (akuntabilitas) yang dimiliki pemeriksa dalam
menyelesaikan pekerjaan audit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7.6 Prilaku Profesional
Menurut SAIPI, auditor
harus merencanakan
dan melaksanakan
pekerjaannya harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan.
Tugiman (2006) menyatakan bahwa “ketelitian profesional sepantasnya
menghendaki penerapan ketelitian dan kecakapan yang secara patut diduga akan
dilakukan oleh seorang pemeriksa yang bijaksana dan berkompeten, dalam
keadaan yang sama atau mirip”. Sedangkan menurut Apriliyani, dkk. (2013)
dalam profesi audit sikap kehati-hatian diharuskan untuk diterapkan oleh auditor,
terutama pada saat merencanakan dan melaksanakan pengawasan.
Kecermatan profesional ini akan memberi jaminan bahwa pelaksanaan
tugas auditor telah memenuhi standar profesi minimum, menumbuhkan kejujuran
profesional, kepedulian dampak sosial dan pelaporan indikasi kecurangan secara
serta merta berdampak pada peningkatan nilai ekonomis jasa audit dan citra
profesi audit (Agoes dan Hoesada, 2009).
Kecermatan profesional merupakan hal yang mutlak harus diterapkan
auditor dalam pelaksanaan tugasnya, hal ini disebabkan suatu saat dia harus
mempertanggungjawabkan hasil auditnya, termasuk apabila tidak dapat
menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang
diauditnya, namun tidak berhasil mengungkapkannya (STAN, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, prilaku professional merupakan sikap kehati-hatian
untuk memenuhi standar profesi dan mampu bertanggung jawab atas hasil
auditnya.
2.2
Review Penelitian Terdahulu
Hasil konferensi Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia tahun 2013
yang dilaksanakan di Jakarta mengidentifikasi bahwa inspektorat belum bisa
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik karena ketidakmampuan APIP
dalam menilai dan mendeteksi potensi kecurangan. Dengan kata lain, audit yang
dilaksanakan oleh APIP inspektorat belum menghasilkan kualitas audit
sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian ini
dilakukan didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang
membahas hal–hal yang relevan dengan penelitian ini baik objek maupun variabel
yang diteliti berdasarkan urutan waktu penelitian yang diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
Nama dan
Tahun
Penelitian
Havidz
Mabruri dan
Jaka Winarna
(2010)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis
FaktorFaktor
yang
Mempengaruhi
Kualitas Hasil Audit
di
Lingkungan
Pemerintah Daerah
Variabel Independen:
Independensi,
obyektifitas,
pengalaman
kerja,
pengetahuan, integritas
auditor
hasil penelitian menunjukkan
bahwa
Independensi
tidak
mempengaruhi kualitas audit di
lingkungan pemerintah daerah,
sementara Variabel obyektifitas,
pengalaman kerja dan integritas
berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hasil audit di
lingkungan pemerintah daerah
Variabel Dependen :
Kualitas Hasil Audit
Universitas Sumatera Utara
Malem Ukur
Tarigan,
Primsa Bangun
dan
Susanti
(2013)
Pengaruh
Kompetensi, Etika
dan
Fee
Audit
terhadap
Kualitas
Audit
Variabel Independen :
Kompetensi, Etika, Fee
Audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Maramis,
Lidya
Anggiline
(2013)
Bolang,
Marietta Sylvie
(2013)
Sukriah,
I,
Akram
dan
B.A.
Inapty
(2009)
Nur
Aisah
Pohan (2015)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi, Dan
Etika
Terhadap
Kualitas
Auditor
Pada
Aparat
Inspektorat Dalam
Pengawasan
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Kota Bitung
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi Dan
Pengalaman
Terhadap Kualitas
Audit
Aparat
Inspektorat
Kota
Tomohon
Dalam
Pengawasan
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Pengaruh
Pengalaman Kerja,
Independensi,
Obyektifitas,
Integritas
dan
Kompetensi
Terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan
Variabel Independen :
Kompetensi,
Independensi, Etika
Analisis Pengaruh
Keahlian,Independe
nsi,
Perencanaan
Audit dan Supervisi
Audit
Terhadap
Kualitas
Audit
dengan
Motivasi
sebagai
Variabel
Moderating (Studi
Variabel Independen :
Keahlian, Independensi,
Audit,
Perencanaan
Supervisi Audit
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
secara
simultan
kompetensi,etika,fee
audit
mempengaruhi kualitas audit
namun
secara
parsial
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara kompetensi
terhadap
kualitas
audit
sementara etika dan fee audit
memeliki
pengaruh
yang
signifikan terhadap kualitas audit
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kompetensi memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap kualitas audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Independen:
Kompetensi,
Independensi,
Pengalaman
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Independen :
Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Obyektifitas, Integritas
dan Kompetensi
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian kompetensi
memiliki pengaruh positif tetapi
tidak terlalu signifikan terhadap
kualitas petugas inspektorat.
Namun,
independensi
dan
pengalaman memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
kualitas audit dari pegawai
negeri yang bekerja dalam
penelitian inspektorat
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
Pengalaman
Kerja,
Obyektifitas, dan Kompetensi
memiliki pengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa keahlian, Independensi
tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat kualitas
audit. sementara Perencanaan
Audit dan Supervisi Audit
berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat kualitas audit.
Serta Motivasi dalam diri APIP
Universitas Sumatera Utara
Kasus
pada
Inspektorat Provinsi
Sumatera Utara
Susilawati,
Maya
R
Atmawinata
(2014)
dapat menghasilkan audit yang
berkualitas
Variabel Moderating :
Motivasi
Pengaruh
Profesionalisme Dan
Independensi
Auditor
Internal
Terhadap Kualitas
Audit (Studi Pada
Inspektorat Propinsi
Jawa Barat)
Variabel Independen :
profesionalisme,
independensi
auditor
internal
Winda Kurnia,
Khomsiyah,
Sofie (2014)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Tekanan
Waktu,
Dan Etika Auditor
Terhadap Kualitas
Audit
Variabel Independen :
kompetensi,
independensi,
time
pressure, ethics
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
kompetensi,
independensi, tekanan waktu dan
etika mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas audit
Seyed
Mahmoud
Hosseinniakani
,
Helena
Inacio,
and
Rui
Mota
(2014)
A Review on Audit
Quality Factors
Variabel Independen:
ukuran
perusahaan
audit, keahlian, waktu
auditor, biaya audit,
jasa non audit, reputasi
auditor,
spesifikasi
auditor
Pada bagian ini dikenal dengan
baik bahwa kualitas audit
dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang diantaranya adalah ukuran,
keahlian industry, audit tenur,
biaya audit, jasa non audit dan
reputasi auditor, spesifikasi
auditor,
dimana
ditemukan
bahwa faktor-faktor tersebut
mampu mempengaruhi kualitas
audit secara signifikan meskipun
beberapa
faktor
bisa
mempengaruhi satu dengan yang
lainnya ketika kualitas audit
tersebut memang berpengaruh
secara langsung
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel
Dependen:
Kualitas Audit
Husam
AlKhaddash,
Rana
Al
Nawas
and
Abdulhadi
Ramadan
(2013)
Factors affecting the
quality of Auditing:
The
Case
of
Jordanian
Commercial Banks
Variabel Independen :
efisiensi audit, reputasi
kantor audit, biaya
audit,
ukuran
perusahaan
audit,
kemampuan auditor
hasil penelitian ini disimpulkan
bahwa
secara
simultan,
Profesionalisme
dan
Independensi
berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas
Audit.
Penelitian ini mengungkapkan
bahwa hubungan yang positif
dan signifikan antara kualitas
audit dan efisiensi audit, reputasi
kantor audit, biaya audit, ukuran
perusahaan
audit,
dan
kemampuan auditor.
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976)
mencoba menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajemen selaku agen
dan pemilik serta entitas lain dalam kontrak (misal kreditur) selaku prinsipal.
Prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktifitas manajemen, yang
terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan
meminta laporan pertanggungjawaban dari agen (manajemen). Berdasarkan
laporan tersebut, prinsipal dapat menilai kinerja manajemen. Namun yang
seringkali terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan
yang membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik.
Untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dan membuat laporan keuangan yang dibuat manajemen lebih dapat
dipercaya, maka diperlukan pengujian dan dalam hal itu pengujian tersebut hanya
dapat dilakukan oleh pihak ketiga yaitu auditor independen.
Menurut Mardiasmo (2002) dalam pengelolaan pemerintah daerah
terdapat hubungan keagenan (teori keagenan) antara masyarakat sebagai principal
dan pemerintah sebagai agen. Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas
laporan keuangan sering disebabkan oleh adanya benturan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
manajemen (pemerintah) dengan kepentingan stakeholder (masyarakat), namun
seringkali
manajemen
melakukan
kecurangan
untuk
memaksimumkan
kesejahteraan mereka dan mengamankan posisi mereka tanpa memandang bahaya
yang ditimbulkan terhadap stakeholder baik para pengguna maupun pemeriksa
laporan keuangan.
Leruth dan Paul (2007) menyatakan bahwa masalah keagenan (agency
problem) terjadi ketika kecurangan pada umumnya berasal dari tujuan untuk
meminimalkan tingkat usaha demi peningkatan kompensasi yang diterima melalui
penyalahgunaan
jabatan
publik
untuk
kepentingan
diri
sendiri
yang
diinterpretasikan dalam bentuk korupsi. Dalam pelaksanaan pengawasan
pemerintahan, diperlukan kontrol dan pemeriksaan oleh pihak yang diberikan
wewenang untuk mengurangi dan meminimalkan kecurangan yang dilakukan.
Pendelegasian wewenang pengawasan dilimpahkan oleh pemerintah kepada
pengawas internal pemerintah daerah dalam hal ini adalah Inspektorat. Informasi
atas laporan hasil pemeriksaan dari Inspektorat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomis sekaligus alat evaluasi
kinerja agar terciptanya akuntabilitas pemerintahan yang baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disini, teori agensi
menjelaskan adanya konflik dan benturan kepentingan antara manajemen
(pemerintah) dengan stakeholder (masyarakat) atas pelaksanaan pengawasan
daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Teori Atribusi
Heider (1958) menyatakan bahwa teori atribusi merupakan teori yang
menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif
tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang
menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan
ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, ataupun eksternal
misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh
terhadap perilaku individu. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat prilaku yang
berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan
bahwa hanya melihat prilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik
orang tersebut serta dapat juga memprediksi prilaku seseorang dalam menghadapi
situasi tertentu.
Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu
penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan
suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.
Disamping itu, etika pemeriksa juga akan mampu memperlemah dan
kemungkinan juga mampu memperkuat pengaruh faktor internal tersebut. Apabila
sikap auditor sesuai dengan etika profesi yang berlaku, maka kualitas hasil audit
yang dilakukan semakin baik. Sedangkan apabila sikap auditor tidak sesuai etika
profesi yang berlaku, maka dikhawatirkan terjadi penyimpangan yang tidak
bertanggung jawab berakibat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
auditor pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, teori atribusi menjelaskan bahwa manusia itu rasional
dan didorong untuk mengidentifikasi dan memahami struktur penyebab dari
lingkungan mereka berada. Hal tersebut menjelaskan bahwa prilaku berhubungan
dengan sikap dan karakteristik individu, sehingga sikap dan karakteristik tersebut
mampu menghadapi situasi di lingkungan tertentu seperti halnya ketika
melakukan pengawasan dan pemeriksaan dalam lembaga pemerintah bagaimana
prilaku APIP dalam bertindak dilakukan harus sesuai kemampuan, kaidah aturan
dan prosedur yang relevan di dalam lingkungan tersebut.
2.1.3
Kualitas Hasil Audit
Sebelum membahas tentang kualitas hasil audit, perlu dijelaskan terlebih
dahulu tentang Standar audit. Berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia (SAIPI) tahun 2013 yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI), Standar audit merupakan kriteria atau ukuran
minimal untuk melakukan kegiatan intern yang wajib dipedomani oleh auditor
intern pemerintah. Standar audit dimaksudkan agar pelaksanaan audit intern
berkualitas, sehingga siapapun auditor yang melaksanakan audit intern diharapkan
menghasilkan suatu mutu hasil audit intern yang sama ketika auditor tersebut
melaksanakan penugasan sesuai dengan standar audit yang bersangkutan. Dengan
demikian, untuk mendapatkan kualitas hasil audit yang baik, maka setiap auditor
harus mempedomani standar audit dalam setiap pelaksanaan audit.
Universitas Sumatera Utara
Dalam SAIPI tersebut juga disebutkan bahwa audit memiliki pengertian
sebagai proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah sedangkan auditi adalah
orang/instansi pemerintah atau kegiatan, program, atau fungsi tertentu suatu
entitas sebagai obyek penugasan audit intern oleh auditor atau APIP.
Menurut AAIPI (2013), SAIPI membagi standar audit menjadi dua bagian
utama yaitu :
1. Standar Atribut (Attribute Standards)
Standar atribut dibagi menjadi prinsip-prinsip dasar dan standar umum.
a. Prinsip dasar meliputi visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung
jawab APIP (Audit Charter), independensi dan objektivitas, kepatuhan
terhadap kode etik.
b. Standar umum meliputi kompetensi dan kecermatan profesional,
kewajiban auditor, program pengembangan dan penjaminan kualitas.
2. Standar Pelaksanaan (Performance Standards)
Standar pelaksanaan dibagi menjadi standar pelaksanaan audit intern
dan standar komunikasi audit intern.
a. Standar pelaksanaan audit intern meliputi mengelola kegiatan audit
intern, sifat kerja kegiatan audit intern, perencanaan penugasan audit
intern, pelaksanaan penugasan audit intern.
b. Standar komunikasi audit intern meliputi komunikasi hasil penugasan
audit intern, pemantauan tindak lanjut.
Kualitas audit merupakan probabilitas dimana seorang auditor menemukan
dan melaporkan pelanggaran atau kesalahan yang ditemukan dalam sistem
akuntansi kliennya (DeAngelo, 1981 dalam Nasri, 2015). Dalam modul BPKP
mendefinisikan bahwa kualitas hasil pemeriksaan adalah probabilitas seorang
auditor atau pemeriksa dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan
yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah (baik pusat maupun daerah).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Peraturan BPK-RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), pemeriksaan yang dilaksanakan auditor
atau pemeriksa dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing.
Peraturan BPK-RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara juga menjelaskan dalam Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat
paragraf 25 menyatakan :
“Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah
dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat
yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh
pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa
harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaannya”.
Menurut Rasuman (2009), kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan
tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan,
tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan
informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak
lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seorang auditor dapat
memiliki probabilitas dalam menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan
yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar audit yang merupakan ukuran minimal untuk melakukan kegiatan audit
intern.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Perencanaan Audit
Menurut AAIPI (2013), perencanaan audit merupakan suatu proses
penetapan tujuan audit, penetapan alokasi waktu, dan personil yang akan
melakukan penugasan audit serta alokasi dana. Tahapan yang sangat penting
dalam setiap audit adalah perencanaan, karena perencanaan mengatur mengenal
urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Standar
pekerjaan lapangan pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa:
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.” Rencana audit dimaksudkan untuk
menjamin bahwa tujuan audit tercapai secara berkualitas, ekonomis, efisien dan
efektif. Dalam merencanakan auditnya, auditor menetapkan sasaran, ruang
lingkup, metodologi dan alokasi sumber daya. Selain itu, auditor perlu
mempertimbangkan berbagai hal termasuk sistem pengendalian intern dan
ketaatan auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
ketidakpatutan (abuse). Auditor harus mendokumentasikan rencana untuk setiap
penugasan audit.
Menurut Arens, et al (2008), tujuan utama dari perencanaan audit adalah
memahami bisnis dan industri klien yang akan digunakan untuk menilai resiko
audit yang dapat diterima, risiko bisnis klien, dan risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
Fungsi perencanaan audit :
a. Pedoman pelaksanaan audit,
Universitas Sumatera Utara
b. Dasar untuk menyusun anggaran,
c. Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen,
d. Alat untuk menetapkan standar,
e. Alat pengendalian, dan
f. Bahan pertimbangan bagi auditor yang diberi penugasan oleh perusahaan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan audit
merupakan tahapan awal kegiatan audit dalam rangka menetapkan tujuan, alokasi
waktu, jumlah personil serta alokasi dana yang dibutuhkan dalam kegiatan audit
yang akan dilakukan.
2.1.5
Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan audit merupakan kegiatan auditor dalam memeriksa suatu
kegiatan dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana
digunakan secara ekonomis dan efisien dan apakah tujuan program, kegiatan yang
telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan,
ketentuan dan undang-undang yang berlaku (BPKP, 1993).
Menurut AAIPI (2013) dalam SAIPI disebutkan bahwa audit intern adalah
kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan
(assurance activities) dan konsultansi (consulting activities), yang dirancang
untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi
(auditi). Kegiatan ini membantu organisasi (auditi) mencapai tujuannya dengan
cara menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menilai dan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol (pengendalian),
dan tata kelola (sektor publik).
Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang
berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan
audit intern secara independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh
para pengguna informasi.
Dalam modul ‘auditing’ BPKP (2009) disebutkan bahwa untuk dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagaimana yang diharapkan maka APIP
dalam melaksanakan tugasnya terlebih dahulu harus memahami tugas pokok dan
fungsi dari auditi sehingga memperoleh gambaran mengenai kegiatan, proses
manajemen yang menyangkut input, output dan informasi umum lainnya tentang
auditi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan audit merupakan
kegiatan auditor dalam memeriksa suatu kegiatan secara independen dan obyektif
dengan berpedoman pada standar audit.
Menurut AAIPI (2013), ada beberapa hal yang dilakukan dalam
pelaksanaan audit berdasarkan SAIPI, yaitu:
1. Mengelola kegiatan audit intern : menyusun rencana kegiatan audit intern,
mengomunikasikan dan meminta persetujuan rencana kegiatan audit intern
tahunan, mengelola sumber daya, menetapkan kebijakan dan prosedur,
Universitas Sumatera Utara
melakukan koordinasi, menyampaikan laporan berkala, menindaklanjuti
pengaduan dari masyarakat.
Dalam pelaksanaan audit, pimpinan APIP harus mengelola kegiatan audit
secara efektif. Diawali dengan pengelolaan kegiatan audit intern agar dapat
berjalan secara efektif sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada auditi.
Setelah itu mengomunikasikannya dengan pemerintah daerah apabila ada
keterbatasan sumber daya. Selanjutnya dibuat kebijakan dan prosedur audit
dalam melaksanakan tugas audit. Kemudian melakukan koordinasi kepada
pihak eksternal auditor atau auditor lainnya untuk mengurangi lingkup
pemeriksaannya. Setelah melakukan koordinasi, auditor perlu menyampaikan
laporan realisasi kinerja atas kegiatan audit yang dilakukan kepada pimpinan
daerah serta menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat.
2. Sifat kerja kegiatan audit intern : tata kelola sektor publik, manajemen risiko,
pengendalian intern pemerintah.
Pelaksanaan audit harus dapat mengevaluasi dan memberikan rekomendasi
yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola sektor publik. Kegiatan
audit harus dapat mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi terhadap
perbaikan proses manajemen risiko. Auditor juga perlu mengetahui resiko
bawaan dari auditi. Kegiatan audit intern harus dapat membantu auditi dalam
mempertahankan dan memperbaiki pengendalian yang efektif dengan
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta dengan mendorong perbaikan
terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
3. Perencanaan penugasan audit intern : pertimbangan dalam perencanaan,
penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya,
program kerja penugasan, evaluasi terhadap sistem pengendalian intern,
evaluasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan perundang-undangan,
kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
Dalam
merencanakan
penugasan
audit
intern,
auditor
harus
mempertimbangkan berbagai hal, termasuk sistem pengendalian intern dan
ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan,
dan ketidakpatutan (abuse). Dalam membuat rencana penugasan audit intern,
Auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi
sumber daya. Program kerja penugasan audit intern harus mencakup prosedur
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan
informasi selama penugasan, termasuk metodologi yang digunakan, auditor
harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern auditi dan
mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur sistem pengendalian intern
telah dirancang dan diterapkan secara memadai.
4. Pelaksanaan penugasan audit intern : mengidentifikasi informasi, menganalisis
dan mengevaluasi informasi, mendokumentasikan informasi, supervisi
penugasan.
Auditor harus mengidentifikasi informasi audit intern yang cukup, kompeten,
dan relevan. Auditor juga harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan
audit intern pada analisis dan evaluasi informasi yang tepat. Di samping itu,
Universitas Sumatera Utara
Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan pendokumentasian informasi
audit intern dalam bentuk kertas kerja audit intern. Semua kegiatan tersebut
disupervisi dengan semestinya.
Dalam pelaksanaan audit, auditor harus melakukan pengumpulan bukti.
Urutan langkah yang ditempuh oleh auditor dalam rangka memperoleh bukti
disebut prosedur audit. Jadi, prosedur audit akan memberikan petunjuk atau
perintah kepada tim audit mengenai apa yang harus dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan audit. Prosedur audit memberikan perintah secara
rinci kepada tim audit mengenai apa yang harus dilakukan dalam rangka
pelaksanaan audit.
Dalam setiap tahapan pelaksanaan audit harus disupervisi secara berkelanjutan
agar apa yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Supervisi dalam setiap tahapan audit merupakan suatu kewajiban yang
disyaratkan dalam standar audit yang berlaku dalam rangka pencapaian tujuan
audit serta menjaga mutu/kualitas pekerjaan audit.
Berdasarkan Peraturan BPK-RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara, Supervisi mencakup pengarahan kegiatan
pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan)
agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian
instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan
yang dihadapi, pelaksanaan reviu atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian
pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
Dalam modul ‘supervisi audit’ BPKP (2008) mendefenisikan supervisi
adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi atau penyeliaan. Dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa supervisi merupakan kegiatan
pengawasan, pengontrolan atau pengendaliannya yang dilaksanakan oleh seorang
yang disebut Supervisor. Adapun tujuan pelaksanaan supervisi dalam penugasan
audit adalah :
1. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas penugasan audit yang
dilakukan oleh tim audit.
2. Melaksanakan pengendalian serta penjaminan atas kualitas/mutu hasil audit
(quality control and quality assurance).
2.1.6
Pelaporan
Pelaporan merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses audit berupa
media yang digunakan oleh APIP untuk mengomunikasikan hasil audit, reviu,
pemantauan dan evaluasi serta pengawasan lainnya kepada pimpinan organisasi,
unit-unit kerja serta pihak lain yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja
organisasi dan mendorong pemerintahan yang baik (BPKP, 2010).
BPKP juga mendefenisikan bahwa laporan hasil audit adalah sarana
mengomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan secara tertulis. Para
pemakai laporan mengharapkan informasi yang akurat dan objektif yang akan
digunakan dalam melaksanakan fungsi di bidangnya masing-masing.
Dalam Modul BPKP (2010), Laporan hasil audit berfungsi sebagai :
a. Media komunikasi APIP menyampaikan informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dokumen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan
pengawasan yang telah dilaksanakan oleh APIP.
c. Alat bukti/dasar pelaksanaan tindak lanjut
d. Media menyampaikan rekomendasi
e. Menghindari kesalahpahaman maupun kesalahan tafsir.
Menurut AAIPI (2013) dalam SAIPI, pelaporan mencakup :
1. Komunikasi hasil penugasan audit intern.
2. Kriteria komunikasi hasil penugasan audit intern, komunikasi atas kelemahan
sistem pengendalian intern, komunikasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap
peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (Abuse),
kualitas komunikasi.
Menurut BPKP (2010) dalam modul ‘laporan hasil penulisan audit’, ada 8
(delapan) karakteristik standar kualitas yang harus dipenuhi sebuah laporan :
a. Langsung, pembaca laporan menghendaki hasil pengawasan yang terus terang
dan faktual.
b. Ringkas, laporan ringkas yang berkualitas dihasilkan dari pembatasan detail,
pemilihan masalah yang signifikan, serta pengikhtisaran data pendukung.
c. Tepat, laporan berkualitas harus tepat isi, tepat waktu, tepat saji dan tepat
alamat.
d. Meyakinkan, laporan harus menyajikan informasi yang jelas supaya pembaca
tertarik membacanya sebelum mereka terdorong untuk melaksanakan tindak
lanjut.
Universitas Sumatera Utara
e. Membangun, laporan yang konstruktif menyajikan sebab dari suatu
permasalahan, menyampaikan aspek positif dan negatif secara seimbang, serta
menghargai tindakan manajemen.
f. Orientasi, laporan yang efektif menekankan pada hasil.
g. Menarik, laporan yang menarik memuat : ringkasan, menggunakan format
yang professional, serta menggunakan judul yang jelas untuk setiap bagian.
h. Tepat waktu, laporan disajikan tepat waktu.
Menurut SPKN 2007, Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan
tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun, dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia
negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihakpihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Dengan demikian, pelaporan merupakan hasil akhir dari audit yang
merupakan media untuk menyampaikan hasil audit.
2.1.7
Prinsip Etika
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mendefinisikan etika
sebagai (1) Kumpulan asas atau nilai berkenaan dengan akhlak, (2) Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan menurut Arens, et.al (2008), etika (ethics) secara garis besar
didefenisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika merupakan serangkaian atau
kumpulan nilai moral yang dianut suatu masyarakat. Jadi, kode etik pada
prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang diberlakukan dalam
suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (KE-AIPI) mengatur mengenai prinsip etika, aturan
perilaku auditor intern pemerintah baik dalam organisasi, sesama auditor maupun
hubungan dengan auditan.
Menurut AAIPI (2014) dalam KE-AIPI, prinsip etika yang harus dipegang
oleh seorang auditor adalah integritas, obyektifitas, kerahasiaan, kompetensi,
akuntabel dan prilaku profesional.
2.1.7.1 Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan professional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi (Mulyadi, 2002). Tuntutan bagi auditor dalam prinsip perilaku
integritas menurut BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit yaitu
memiliki kepribadian yang dilandasi kejujuran, keberanian, kebijaksanaan, serta
tanggung jawab untuk menciptakan kepercayaan guna memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang handal.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa integritas merupakan karakter
atau sikap bertanggung jawab disertai sikap jujur yang didukung oleh keberanian
untuk menegakkan kebenaran dalam mengumpulkan bukti temuan hasil
pemeriksaan yang cukup, kompeten dan relevan dalam penyampaian hasil
pengawasannya.
2.1.7.2 Obyektifitas
Rivai dan Sagala (2009) mendefinisikan “obyektifitas sebagai kebebasan
sikap mental yang harus dipertahankan oleh internal auditor dalam melakukan
audit”. Sementara menurut Endaya dan Hanefah (2013), Obyektifitas sangat
penting bagi para auditor karena hasil penilaian profesionalnya akan berguna bagi
dirinya sendiri atau bagi orang lain, dan tanpa obyektifitas hasil penilaian auditor
tersebut akan kehilangan nilai dan tidak berguna bagi orang lain.
Auditor
tidak
boleh
membiarkan
pertimbangan
auditnya
dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi dipengaruhi
oleh orang ataupun pihak lain (Rivai dan Sagala, 2009). Oleh karena itu, prinsip
obyektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur, adil,
tidak memihak, tidak berprasangka, serta bebas dari pengaruh kepentingan pihak
lain dalam hal yang berkaitan dengan penugasannya.
2.1.7.3 Kerahasiaan
Universitas Sumatera Utara
Mengambil penjelasan dari BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan
Standar Audit mengenai prinsip prilaku kerahasiaan bagi auditor, auditor harus
menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterima serta tidak
mengungkapkan informasi tanpa ada otoritas yang memadai kecuali diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan. Informasi hanya diungkapkan kepada pihakpihak yang berhak sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Dengan
demikian,
kerahasiaan
merupakan
karakter
APIP
yang
mengharuskan menjaga berbagai informasi yang didapat tentang auditi kecuali
diwajibkan oleh peraturan yang berlaku.
2.1.7.4 Kompetensi
Kompetensi memungkinkan auditor untuk membuat penilaian profesional
yang baik. Mengutip BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit
yang menjelaskan prinsip prilaku kompetensi bagi auditor, auditor dituntut untuk
memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan
untuk melakukan tugas, dimana tuntutan ini tidak hanya dilakukan instansinya
namun juga dilakukan juga secara mandiri oleh yang bersangkutan.
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa kompetensi merupakan
prinsip prilaku auditor dalam memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan
keterampilan.
2.1.7.5 Akuntabel
Universitas Sumatera Utara
Akuntabilitas merupakan perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau
unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai
dalam rangkaian pencapaian tujuan organisasi, melalui suatu media berupa
laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya dalam hal ini
merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit
organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan
kepadanya berupa sumber daya manusia, dana, sarana prasarana dan metoda kerja
(Modul AKIP, 2007).
Akuntabilitas adalah bentuk dorongan psikis yang
membuat seseorang bertanggung jawab semua tindakan dan keputusan yang
diambil.
Dari definisi akuntabilitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan melalui media
pertanggungjawaban secara periodik.
Dalam sektor publik, akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk
kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
periodik sehingga kualitas dari hasil suatu pekerjaan pemeriksa dapat dipengaruhi
oleh rasa tanggung jawab (akuntabilitas) yang dimiliki pemeriksa dalam
menyelesaikan pekerjaan audit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7.6 Prilaku Profesional
Menurut SAIPI, auditor
harus merencanakan
dan melaksanakan
pekerjaannya harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan.
Tugiman (2006) menyatakan bahwa “ketelitian profesional sepantasnya
menghendaki penerapan ketelitian dan kecakapan yang secara patut diduga akan
dilakukan oleh seorang pemeriksa yang bijaksana dan berkompeten, dalam
keadaan yang sama atau mirip”. Sedangkan menurut Apriliyani, dkk. (2013)
dalam profesi audit sikap kehati-hatian diharuskan untuk diterapkan oleh auditor,
terutama pada saat merencanakan dan melaksanakan pengawasan.
Kecermatan profesional ini akan memberi jaminan bahwa pelaksanaan
tugas auditor telah memenuhi standar profesi minimum, menumbuhkan kejujuran
profesional, kepedulian dampak sosial dan pelaporan indikasi kecurangan secara
serta merta berdampak pada peningkatan nilai ekonomis jasa audit dan citra
profesi audit (Agoes dan Hoesada, 2009).
Kecermatan profesional merupakan hal yang mutlak harus diterapkan
auditor dalam pelaksanaan tugasnya, hal ini disebabkan suatu saat dia harus
mempertanggungjawabkan hasil auditnya, termasuk apabila tidak dapat
menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang
diauditnya, namun tidak berhasil mengungkapkannya (STAN, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, prilaku professional merupakan sikap kehati-hatian
untuk memenuhi standar profesi dan mampu bertanggung jawab atas hasil
auditnya.
2.2
Review Penelitian Terdahulu
Hasil konferensi Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia tahun 2013
yang dilaksanakan di Jakarta mengidentifikasi bahwa inspektorat belum bisa
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik karena ketidakmampuan APIP
dalam menilai dan mendeteksi potensi kecurangan. Dengan kata lain, audit yang
dilaksanakan oleh APIP inspektorat belum menghasilkan kualitas audit
sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian ini
dilakukan didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang
membahas hal–hal yang relevan dengan penelitian ini baik objek maupun variabel
yang diteliti berdasarkan urutan waktu penelitian yang diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
Nama dan
Tahun
Penelitian
Havidz
Mabruri dan
Jaka Winarna
(2010)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis
FaktorFaktor
yang
Mempengaruhi
Kualitas Hasil Audit
di
Lingkungan
Pemerintah Daerah
Variabel Independen:
Independensi,
obyektifitas,
pengalaman
kerja,
pengetahuan, integritas
auditor
hasil penelitian menunjukkan
bahwa
Independensi
tidak
mempengaruhi kualitas audit di
lingkungan pemerintah daerah,
sementara Variabel obyektifitas,
pengalaman kerja dan integritas
berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hasil audit di
lingkungan pemerintah daerah
Variabel Dependen :
Kualitas Hasil Audit
Universitas Sumatera Utara
Malem Ukur
Tarigan,
Primsa Bangun
dan
Susanti
(2013)
Pengaruh
Kompetensi, Etika
dan
Fee
Audit
terhadap
Kualitas
Audit
Variabel Independen :
Kompetensi, Etika, Fee
Audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Maramis,
Lidya
Anggiline
(2013)
Bolang,
Marietta Sylvie
(2013)
Sukriah,
I,
Akram
dan
B.A.
Inapty
(2009)
Nur
Aisah
Pohan (2015)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi, Dan
Etika
Terhadap
Kualitas
Auditor
Pada
Aparat
Inspektorat Dalam
Pengawasan
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Kota Bitung
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi Dan
Pengalaman
Terhadap Kualitas
Audit
Aparat
Inspektorat
Kota
Tomohon
Dalam
Pengawasan
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Pengaruh
Pengalaman Kerja,
Independensi,
Obyektifitas,
Integritas
dan
Kompetensi
Terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan
Variabel Independen :
Kompetensi,
Independensi, Etika
Analisis Pengaruh
Keahlian,Independe
nsi,
Perencanaan
Audit dan Supervisi
Audit
Terhadap
Kualitas
Audit
dengan
Motivasi
sebagai
Variabel
Moderating (Studi
Variabel Independen :
Keahlian, Independensi,
Audit,
Perencanaan
Supervisi Audit
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
secara
simultan
kompetensi,etika,fee
audit
mempengaruhi kualitas audit
namun
secara
parsial
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara kompetensi
terhadap
kualitas
audit
sementara etika dan fee audit
memeliki
pengaruh
yang
signifikan terhadap kualitas audit
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kompetensi memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap kualitas audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Independen:
Kompetensi,
Independensi,
Pengalaman
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Independen :
Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Obyektifitas, Integritas
dan Kompetensi
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian kompetensi
memiliki pengaruh positif tetapi
tidak terlalu signifikan terhadap
kualitas petugas inspektorat.
Namun,
independensi
dan
pengalaman memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
kualitas audit dari pegawai
negeri yang bekerja dalam
penelitian inspektorat
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
Pengalaman
Kerja,
Obyektifitas, dan Kompetensi
memiliki pengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa keahlian, Independensi
tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat kualitas
audit. sementara Perencanaan
Audit dan Supervisi Audit
berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat kualitas audit.
Serta Motivasi dalam diri APIP
Universitas Sumatera Utara
Kasus
pada
Inspektorat Provinsi
Sumatera Utara
Susilawati,
Maya
R
Atmawinata
(2014)
dapat menghasilkan audit yang
berkualitas
Variabel Moderating :
Motivasi
Pengaruh
Profesionalisme Dan
Independensi
Auditor
Internal
Terhadap Kualitas
Audit (Studi Pada
Inspektorat Propinsi
Jawa Barat)
Variabel Independen :
profesionalisme,
independensi
auditor
internal
Winda Kurnia,
Khomsiyah,
Sofie (2014)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Tekanan
Waktu,
Dan Etika Auditor
Terhadap Kualitas
Audit
Variabel Independen :
kompetensi,
independensi,
time
pressure, ethics
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
kompetensi,
independensi, tekanan waktu dan
etika mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas audit
Seyed
Mahmoud
Hosseinniakani
,
Helena
Inacio,
and
Rui
Mota
(2014)
A Review on Audit
Quality Factors
Variabel Independen:
ukuran
perusahaan
audit, keahlian, waktu
auditor, biaya audit,
jasa non audit, reputasi
auditor,
spesifikasi
auditor
Pada bagian ini dikenal dengan
baik bahwa kualitas audit
dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang diantaranya adalah ukuran,
keahlian industry, audit tenur,
biaya audit, jasa non audit dan
reputasi auditor, spesifikasi
auditor,
dimana
ditemukan
bahwa faktor-faktor tersebut
mampu mempengaruhi kualitas
audit secara signifikan meskipun
beberapa
faktor
bisa
mempengaruhi satu dengan yang
lainnya ketika kualitas audit
tersebut memang berpengaruh
secara langsung
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel
Dependen:
Kualitas Audit
Husam
AlKhaddash,
Rana
Al
Nawas
and
Abdulhadi
Ramadan
(2013)
Factors affecting the
quality of Auditing:
The
Case
of
Jordanian
Commercial Banks
Variabel Independen :
efisiensi audit, reputasi
kantor audit, biaya
audit,
ukuran
perusahaan
audit,
kemampuan auditor
hasil penelitian ini disimpulkan
bahwa
secara
simultan,
Profesionalisme
dan
Independensi
berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas
Audit.
Penelitian ini mengungkapkan
bahwa hubungan yang positif
dan signifikan antara kualitas
audit dan efisiensi audit, reputasi
kantor audit, biaya audit, ukuran
perusahaan
audit,
dan
kemampuan auditor.
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara