Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,
karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan ( bad governance) dan
buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001).
Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan praktik transparansi dan
pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.
Sedangkan good governance didefinisikan sebagai suatu penyelenggaraan
manajeman pembangunan yang solid dan bertanggung jawab dan sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun administratif,
menciptakan disiplin anggaran, serta menciptakan kerangka hukum dan politik
bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2005).
Menurut Mardiasmo (2005), terdapat tiga aspek utama yang mendukung
terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
untuk mengawasi kinerja pemerintahan.
Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk
menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang dilakukan oleh pihak yang memiliki pengalaman kerja dan memiliki kompetensi
profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah
daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah
dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat
sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005).
Fungsi Auditor internal Menurut Boynton yang dikutip Rohman (2007)
adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi
penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal
diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan
efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian auditor
internal pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses
terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.
Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum
diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam
pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan
pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai
berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan
dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan
penilaian tugas pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
3
Kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat inspektorat kabupaten
labuhanbatu saat ini masih menjadi sorotan karena masih banyaknya temuan audit
yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal akan tetapi
ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Berdasarkan hasil pemetaan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) atas hasil survey yang dilakukan dan dikembangkan oleh
Institute of Internal Auditor (IAA), dengan pendekatan Internal Audit Capability
Model (IACM), kualitas auditor intern pemerintah masih kurang baik. Hasil
penilaian tingkat kapabilitas APIP sampai dengan tahun 2014 terhadap 474 APIP
Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah per 31 Desemeber 2014, sebanyak
404 Satker APIP atau 85,23 % berada pada level 1 ( Initial), 69 Satker APIP atau
14,56 % pada level 2 (Infrastructure) dan baru 1 Satker APIP yang berada pada
level 3 (Integrated), (www.bpkp.go.id)
Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam
penegakan good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang
diharapkan. Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan
dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator
kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik
pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi
publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah
diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan.
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel 1.1
Daftar Opini Badan Pemeriksa Keuangan Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 s.d. Tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
TAHUN
2010
2011
2012
2013
2014
OPINI BPK
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
Sumber : www.bpk.go.id/ihps
Basuki dan Krisna (2006) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan
suatu issue yang komplek, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal
tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal
yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas
pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan
waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada
biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien.
Pentingnya standar bagi pelaksanaan audit juga dikemukakan oleh
Pramono (2003). Dikatakan bahwa produk audit yang berkualitas hanya dapat
dihasilkan oleh suatu proses audit yang sudah ditetapkan standarnya. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa proses audit dapat dikatakan telah memenuhi syarat quality
assurance apabila proses yang dijalani tersebut telah sesuai dengan standar, antara
lain: standar for the professional practice, internal audit charter, kode etik
internal audit, kebijakan, tujuan, dan prosedur audit, serta rencana kerja audit.
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan
keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar
Universitas Sumatera Utara
5
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Pernyataan
standar umum pertama SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”.
Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan
oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu,
organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan,
pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu
organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki
kompetensi yang memadai.
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Auditor harus memiliki
dan meningkatkan pengetahuan mengenai metode dan teknik audit serta segala hal
yang menyangkut pemerintahan seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan
pemerintahan (BPKP, 1998). Keahlian auditor menurut Tampubolon (2005) dapat
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman
yang memadai dalam melaksanakan audit.
Kompetensi dan Pengalaman Kerja merupakan standar yang harus dipenuhi
oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Namun, belum
tentu auditor yang memiliki kedua hal di atas akan memiliki komitmen untuk
melakukan audit dengan baik. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (2001), hanya
dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang
Universitas Sumatera Utara
6
tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan kata lain,
motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen
terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi.
Menurut Batubara (2008) dalam Setyaningrum (2012) mengatakan
kualitas pemeriksa dituntut untuk lebih tinggi dari pada pelaksana, sehingga
pemeriksa dapat melakukan penilaian atas ketaatan pelaksana terhadap standar
yang berlaku, dan hal itu dapat tercapai jika auditor memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidang yang diperiksa.
Mulyono (2009) melakukan pengujian terhadap variabel latar belakang
pendidikan pemeriksa, kompetensi teknis, sertifikasi jabatan, pendidikan dan
pelatihan terhadap kinerja inspektorat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknik dan
sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja inspektorat. Secara parsial latar belakang pendidikan
pemeriksa, kompetensi teknik dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat,
tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja inspektorat adalah
kompetensi teknik, sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
dan yang paling kecil adalah latar belakang pendidikan pemeriksa.
Lebih lanjut Mulyono (2009) menjelaskan, Kinerja Inspektorat merupakan
kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok
dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau
kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi
lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
7
Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap latar belakang pendidikan,
kecakapan professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi terhadap kualitas
hasil audit. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pendidikan, kecakapan
professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi secara simultan berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan
independensi pemeriksa secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Untuk
Latar belakang pendidikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor
terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintahan daerah. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang
auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan.
Sesuai dengan standar umum dalam standar profesional akuntan publik
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004).
Pengalaman juga memiliki dampak penting dalam proses pengambilan keputusan
saat audit dilaksanakan, sehingga hasil dari setiap keputusan yang diambil
merupakan keputusan yang paling tepat.
Penelitian Budi dkk (2004) pengalaman kerja memberikan hasil bahwa
tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan auditor.
Herliansyah dan Ilyas (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa pengalaman
mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Zulaikha
(2006) menguji pengaruh interaksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan
Universitas Sumatera Utara
8
audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor
berpengaruh langsung (main effect) terhadap judgment. Demikian pula ketika isu
gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
Penelitian yang dilakukan oleh Lehman dan Norman (2006), mengenai
pengaruh pengalaman pada kompleksitas permasalahan serta audit judgment, hasil
penelitian menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman , akan lebih jelas
merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman,
yang nantinya berpengaruh pada auditor judgment.
Di samping itu, APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
dengan ketentuan dan norma yang berlaku agar tercipta aparat pengawasan yang
bersih dan berwibawa. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern
pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode Etik
dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya,
sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang
dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna
laporan dapat menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan
standar dan etika yang telah ditetapkan (Sukriah dkk, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bertujuan untuk
melakukan penelitian mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Inspektorat
Kabupaten Labuhanbatu dengan Motivasi sebagai Variabel Moderating”
Universitas Sumatera Utara
9
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1.
Apakah kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit aparat
pengawasan intern pemerintah Inspektorat kabupaten Labuhanbatu?
2.
Apakah motivasi dapat memoderasi pengaruh kompetensi, pengalaman kerja,
dan latar belakang pendidikan terhadap kualitas audit aparat pengawasan
intern pemerintah Inspektorat kabupaten Labuhanbatu?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang
pendidikan aparat pengawasan intern pemerintah terhadap kualitas audit
Inspektorat secara parsial maupun simultan.
2.
Menganalisis
pengaruh
motivasi
sebagai
variabel
moderasi
aparat
pengawasan intern pemerintah antara kompetensi, pengalaman kerja dan latar
belakang pendidikan terhadap kualitas audit Inspektorat labuhanbatu.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman dan
kemampuan intelektual tentang pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, dan
latar belakang pendidikan dengan motivasi sebagai variabel moderating.
2.
Bagi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Inspektorat Labuhanbatu, sebagai
masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya peranan
Universitas Sumatera Utara
10
Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan
good governance, Sehingga Inspektorat diharapkan dapat membuat program
yang berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
3.
Bagi akademisi, memberikan kontribusi pengembangan literatur akuntansi sektor
publik di Indonesia terutama sistem pengendalian manajemen di sektor publik.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan mendorong
dilakukannya penelitian-penelitian akuntansi sektor publik. Hasil penelitian ini
juga diharapkan akan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian berikutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Effendy
(2010). Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu :
1. Independen variabel penelitian ini adalah Kompetensi, Pengalaman Kerja,
Latar belakang pendidikan dan motivasi sebagai variabel moderasi sedangkan
peneliti sebelumnya menggunakan Kompetensi, Independensi dan Motivasi
sebagai variabel independen. Variabel Independensi tidak dijadikan sebagai
variabel independen karena menurut peneliti sebelumnya Independensi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sehingga independensi
yang dimiliki aparat inspektorat tidak menjamin apakah yang bersangkutan
akan melakukan audit secara berkualitas, sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukriah, Akram dan Inapty (2009) dimana hasil penelitiannya
menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hasil audit,
2. Populasi penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu,
sedangkan sebelumnya dilakukan pada Inspektorat Kota Gorontalo.
Universitas Sumatera Utara
11
NO
1
2
3
4
Tabel 1.2
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
Kriteria
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang
Judul Penelitian
Objek Penelitian
Tahun Penelitian
Variabel
Independen
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi, dan Motivasi
Terhadap kualitas audit
aparat Inspektorat dalam
pengawasan
keuangan
daerah
Pemerintah Kota Gorontalo
2010
1. Kompetensi (X1)
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kualitas
Audit
Aparat
Pengawasan
Intern
Pemerintah di Inspektorat Kabupaten
Labuhanbatu
Dengan
Motivasi
Sebagai Variabel Moderating.
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu
2016
1. Kompetensi (X1)
2. Independensi (X2)
2. Pengalaman Kerja (X2)
3. Motivasi (X3)
3. Latar belakang Pendidikan (X3)
5
Variable
Dependen
Kualitas Audit (Y)
Kualitas Audit (Y)
6
Variabel
Moderating
-
Motivasi (Z)
7
Hasil Penelitian
Independensi
tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap kualitas
audit, sehingga independensi
yang
dimiliki
aparat
inspektorat tidak menjamin
apakah yang bersangkutan
akan melakukan audit secara
berkualitas
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,
karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan ( bad governance) dan
buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001).
Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan praktik transparansi dan
pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.
Sedangkan good governance didefinisikan sebagai suatu penyelenggaraan
manajeman pembangunan yang solid dan bertanggung jawab dan sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun administratif,
menciptakan disiplin anggaran, serta menciptakan kerangka hukum dan politik
bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2005).
Menurut Mardiasmo (2005), terdapat tiga aspek utama yang mendukung
terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
untuk mengawasi kinerja pemerintahan.
Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk
menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang dilakukan oleh pihak yang memiliki pengalaman kerja dan memiliki kompetensi
profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah
daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah
dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat
sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005).
Fungsi Auditor internal Menurut Boynton yang dikutip Rohman (2007)
adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi
penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal
diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan
efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian auditor
internal pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses
terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.
Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum
diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam
pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan
pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai
berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan
dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan
penilaian tugas pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
3
Kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat inspektorat kabupaten
labuhanbatu saat ini masih menjadi sorotan karena masih banyaknya temuan audit
yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal akan tetapi
ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Berdasarkan hasil pemetaan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) atas hasil survey yang dilakukan dan dikembangkan oleh
Institute of Internal Auditor (IAA), dengan pendekatan Internal Audit Capability
Model (IACM), kualitas auditor intern pemerintah masih kurang baik. Hasil
penilaian tingkat kapabilitas APIP sampai dengan tahun 2014 terhadap 474 APIP
Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah per 31 Desemeber 2014, sebanyak
404 Satker APIP atau 85,23 % berada pada level 1 ( Initial), 69 Satker APIP atau
14,56 % pada level 2 (Infrastructure) dan baru 1 Satker APIP yang berada pada
level 3 (Integrated), (www.bpkp.go.id)
Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam
penegakan good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang
diharapkan. Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan
dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator
kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik
pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi
publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah
diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan.
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel 1.1
Daftar Opini Badan Pemeriksa Keuangan Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 s.d. Tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
TAHUN
2010
2011
2012
2013
2014
OPINI BPK
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
Sumber : www.bpk.go.id/ihps
Basuki dan Krisna (2006) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan
suatu issue yang komplek, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal
tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal
yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas
pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan
waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada
biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien.
Pentingnya standar bagi pelaksanaan audit juga dikemukakan oleh
Pramono (2003). Dikatakan bahwa produk audit yang berkualitas hanya dapat
dihasilkan oleh suatu proses audit yang sudah ditetapkan standarnya. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa proses audit dapat dikatakan telah memenuhi syarat quality
assurance apabila proses yang dijalani tersebut telah sesuai dengan standar, antara
lain: standar for the professional practice, internal audit charter, kode etik
internal audit, kebijakan, tujuan, dan prosedur audit, serta rencana kerja audit.
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan
keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar
Universitas Sumatera Utara
5
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Pernyataan
standar umum pertama SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”.
Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan
oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu,
organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan,
pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu
organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki
kompetensi yang memadai.
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Auditor harus memiliki
dan meningkatkan pengetahuan mengenai metode dan teknik audit serta segala hal
yang menyangkut pemerintahan seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan
pemerintahan (BPKP, 1998). Keahlian auditor menurut Tampubolon (2005) dapat
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman
yang memadai dalam melaksanakan audit.
Kompetensi dan Pengalaman Kerja merupakan standar yang harus dipenuhi
oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Namun, belum
tentu auditor yang memiliki kedua hal di atas akan memiliki komitmen untuk
melakukan audit dengan baik. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (2001), hanya
dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang
Universitas Sumatera Utara
6
tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan kata lain,
motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen
terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi.
Menurut Batubara (2008) dalam Setyaningrum (2012) mengatakan
kualitas pemeriksa dituntut untuk lebih tinggi dari pada pelaksana, sehingga
pemeriksa dapat melakukan penilaian atas ketaatan pelaksana terhadap standar
yang berlaku, dan hal itu dapat tercapai jika auditor memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan bidang yang diperiksa.
Mulyono (2009) melakukan pengujian terhadap variabel latar belakang
pendidikan pemeriksa, kompetensi teknis, sertifikasi jabatan, pendidikan dan
pelatihan terhadap kinerja inspektorat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknik dan
sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja inspektorat. Secara parsial latar belakang pendidikan
pemeriksa, kompetensi teknik dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat,
tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja inspektorat adalah
kompetensi teknik, sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
dan yang paling kecil adalah latar belakang pendidikan pemeriksa.
Lebih lanjut Mulyono (2009) menjelaskan, Kinerja Inspektorat merupakan
kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok
dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau
kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi
lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
7
Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap latar belakang pendidikan,
kecakapan professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi terhadap kualitas
hasil audit. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pendidikan, kecakapan
professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi secara simultan berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan
independensi pemeriksa secara parsial berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Untuk
Latar belakang pendidikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor
terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintahan daerah. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak pengetahuan seorang
auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukan.
Sesuai dengan standar umum dalam standar profesional akuntan publik
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004).
Pengalaman juga memiliki dampak penting dalam proses pengambilan keputusan
saat audit dilaksanakan, sehingga hasil dari setiap keputusan yang diambil
merupakan keputusan yang paling tepat.
Penelitian Budi dkk (2004) pengalaman kerja memberikan hasil bahwa
tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan auditor.
Herliansyah dan Ilyas (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa pengalaman
mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Zulaikha
(2006) menguji pengaruh interaksi gender dengan pengalaman terhadap keakuratan
Universitas Sumatera Utara
8
audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa pengalaman sebagai auditor
berpengaruh langsung (main effect) terhadap judgment. Demikian pula ketika isu
gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
Penelitian yang dilakukan oleh Lehman dan Norman (2006), mengenai
pengaruh pengalaman pada kompleksitas permasalahan serta audit judgment, hasil
penelitian menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman , akan lebih jelas
merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman,
yang nantinya berpengaruh pada auditor judgment.
Di samping itu, APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
dengan ketentuan dan norma yang berlaku agar tercipta aparat pengawasan yang
bersih dan berwibawa. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern
pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode Etik
dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya,
sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang
dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna
laporan dapat menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan
standar dan etika yang telah ditetapkan (Sukriah dkk, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bertujuan untuk
melakukan penelitian mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Inspektorat
Kabupaten Labuhanbatu dengan Motivasi sebagai Variabel Moderating”
Universitas Sumatera Utara
9
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1.
Apakah kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit aparat
pengawasan intern pemerintah Inspektorat kabupaten Labuhanbatu?
2.
Apakah motivasi dapat memoderasi pengaruh kompetensi, pengalaman kerja,
dan latar belakang pendidikan terhadap kualitas audit aparat pengawasan
intern pemerintah Inspektorat kabupaten Labuhanbatu?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang
pendidikan aparat pengawasan intern pemerintah terhadap kualitas audit
Inspektorat secara parsial maupun simultan.
2.
Menganalisis
pengaruh
motivasi
sebagai
variabel
moderasi
aparat
pengawasan intern pemerintah antara kompetensi, pengalaman kerja dan latar
belakang pendidikan terhadap kualitas audit Inspektorat labuhanbatu.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman dan
kemampuan intelektual tentang pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, dan
latar belakang pendidikan dengan motivasi sebagai variabel moderating.
2.
Bagi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Inspektorat Labuhanbatu, sebagai
masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya peranan
Universitas Sumatera Utara
10
Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan
good governance, Sehingga Inspektorat diharapkan dapat membuat program
yang berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
3.
Bagi akademisi, memberikan kontribusi pengembangan literatur akuntansi sektor
publik di Indonesia terutama sistem pengendalian manajemen di sektor publik.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan mendorong
dilakukannya penelitian-penelitian akuntansi sektor publik. Hasil penelitian ini
juga diharapkan akan dapat memberikan sumbangan bagi penelitian berikutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Effendy
(2010). Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu :
1. Independen variabel penelitian ini adalah Kompetensi, Pengalaman Kerja,
Latar belakang pendidikan dan motivasi sebagai variabel moderasi sedangkan
peneliti sebelumnya menggunakan Kompetensi, Independensi dan Motivasi
sebagai variabel independen. Variabel Independensi tidak dijadikan sebagai
variabel independen karena menurut peneliti sebelumnya Independensi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sehingga independensi
yang dimiliki aparat inspektorat tidak menjamin apakah yang bersangkutan
akan melakukan audit secara berkualitas, sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukriah, Akram dan Inapty (2009) dimana hasil penelitiannya
menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hasil audit,
2. Populasi penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu,
sedangkan sebelumnya dilakukan pada Inspektorat Kota Gorontalo.
Universitas Sumatera Utara
11
NO
1
2
3
4
Tabel 1.2
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
Kriteria
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang
Judul Penelitian
Objek Penelitian
Tahun Penelitian
Variabel
Independen
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi, dan Motivasi
Terhadap kualitas audit
aparat Inspektorat dalam
pengawasan
keuangan
daerah
Pemerintah Kota Gorontalo
2010
1. Kompetensi (X1)
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kualitas
Audit
Aparat
Pengawasan
Intern
Pemerintah di Inspektorat Kabupaten
Labuhanbatu
Dengan
Motivasi
Sebagai Variabel Moderating.
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu
2016
1. Kompetensi (X1)
2. Independensi (X2)
2. Pengalaman Kerja (X2)
3. Motivasi (X3)
3. Latar belakang Pendidikan (X3)
5
Variable
Dependen
Kualitas Audit (Y)
Kualitas Audit (Y)
6
Variabel
Moderating
-
Motivasi (Z)
7
Hasil Penelitian
Independensi
tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap kualitas
audit, sehingga independensi
yang
dimiliki
aparat
inspektorat tidak menjamin
apakah yang bersangkutan
akan melakukan audit secara
berkualitas
Universitas Sumatera Utara