Buku Pembekalan Pengajaran Mikro-PPL I kateren 3 2014 edit

106 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

Seseorang (guru atau calon guru) bisa belajar tentang bagaimana
melakukan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu melalui tampilan
pembelajaran yang ada (live/real atau rekaman video). Guru bisa mengadopsi
metode, teknik, ataupun strategi pembelajaran, penggunaan media, dan
sebagainya yang diangkat oleh guru penampil untuk ditiru atau dikembangkan
di kelasnya masing-masing. Guru lain/pengamat perlu melakukan analisis
untuk menemukan positif-negatifnya kelas pembelajaran tersebut dari menit
ke menit. Hasil analisis ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan bagi guru
penampil untuk perbaikan atau lewat profil pembelajaran tersebut,
guru/pengamat bisa belajar atas inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru lain.
Pada awal pertumbuhannya, Lesson study memang dimaksudkan sebagai
ajang pengujian (kualitas) atas praktik pembelajaran yang telah terselenggara
oleh guru lain atau pengamat di sekolah-sekolah di Jepang (Ogura Yasushi et
al, 2002 ; Clea Fernandez & Makoto Yoshida, 2004). Melalui lesson study, dapat
diketahui seberapa efektif dan efisien suatu tampilan pembelajaran yang
telahterselenggara menurut strategi, pendekatan, atau model pembelajaran
yang telah direncanakan
Pembelajaran yang telah terselenggara tersebut merupakan

pembelajaran riset (research lesson atau study lesson ) atau merupakan
pembelajaran berbasis riset oleh si peneliti. Dengan kata lain, Study lesson atau
research lesson merupakan praktik pembelajaran yang menjadi objek
penelitian/studi seseorang. Dalam pembelajaran riset ini diangkat dan dikaji
suatu inovasi. Selanjutnya profil pembelajaran inovatif ini distudi atau
dianalisis untuk dilihat positif negatifnya dari bagian ke bagian (Ogura Yasushi
et al, 2002). Jadi dalam hal ini, lesson study selalu diawali dengan adanya study
lesson, research lesson, atau pembelajaran berbasis riset untuk menemukan
inovasi pembelajaran tertentu. Pertanyaan umum yang ingin ditemukan
jawabannya dengan research lesson adalah bagaimana membantu siswa untuk
dapat belajar secara mandiri?
Dalam perkembangannya, lesson study diangkat sebagai bentuk kegiatan
di sekolah-sekolah di Jepang dengan atau tanpa diawali dengan pembelajaran
riset. Lesson study bisa berangkat dari pemikiran, ide, atau gagasan
pembelajaran inovatif dari seseorang (pemikir, dosen atau guru), individu
ataupun kerja kolektif.

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 67


Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan
berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan
makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan
budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik
peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan
cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan
budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan
dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan
kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin
ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang

lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum
2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis
yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas
dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama,
seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang
sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa
dan ummat manusia.

68 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

(b) Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar

menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan
hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
(c) Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
11) STRUKTUR KURIKULUM
(a) Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 105

secara rutin bersama dan berkelanjutan dalam melaksanakan lesson study,
baik dalam perencanaan (plan), implementasi (do) dan refleksi (reflection) pada
suatu mata pelajaran. Dalam pelaksanaan lesson study di suatu sekolah, agar
tidak mengganggu kewajiban guru dalam tugas mengajarnya, perlu
penyusunan jadwal pelajaran yang menyediakan pertemuan rutin guru mata

pelajaran sejenis.
Lesson study dapat pula dilaksanakan dengan cara: seorang guru
menyusun seluruh perangkat pembelajaran secara lengkap untuk suatu topik
tertentu untuk didiskusikan dengan beberapa teman sejawat. Selanjutnya ia
tampil sebagai guru model dan teman sejawat melakukan observasi, lalu
melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan.
Hal-hal di atas dapat dilaksanakan dalam kelompok sekolah (jika suatu sekolah
tidak memenuhi persyaratan untuk melaksanakan lesson study), kelompok guru
mata pelajaran sejenis, atau dalam MGMP.
mata pelajaran sejenis, atau dalam MGMP. Sekali lagi, lesson study
dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan, oleh karena itu
pelaksanaannya perlu diatur sedemikian hingga tidak mengganggu kewajiban
mengajar dan diusahakan keberlanjutannya.
5. Lesson Study sebagai Model Pelatihan Guru
Lesson Study merupakan kerja kolektif sekelompok guru (atau anggota
MGMP), bisa dengan mahasiswa dan dosen. Pembuatan rencana
pembelajaran (planning) dapat dikerjakan secara bersama-sama,
diimplementasikan dengan menunjuk salah satu anggota sebagai guru model,
guru lain dan dosen bertindak sebagai observer, kemudian dari hasil observasi
tersebut dianalisis (melalui tahapan reflecting) secara bersama-sama.

Lesson study mempunyai pengertian belajar pada suatu
pembelajaran. Yang dimaksudkan “belajar” dalam hal ini adalah belajar
(mengambil makna) dari suatu pelaksanaan pembelajaran baik langsung
(melalui observasi) maupun tidak langsung (melalui tayangan video, seminar,
dll) dari pembelajaran yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun
pembelajaran orang lain, dengan melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
pembelajaran tersebut. Fokus utama dalam kegiatan ini adalah “belajar
bagaimana siswa belajar”, bukan belajar bagaimana guru mengajar.

104 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

v
Lesson study supports teachers in becoming lifelong learners about how to develop
and improve teaching and learning in the classroom.
v
Lesson Study is professional development that :
·
Focuses on examining instruction.
·
Explores real challenges tachers face in the classroom.

·
Builds teacher knowledge.
·
Supports professional collaboration.
·
Respects teachers as professionals.
·
Serves as the dominant form of professional development in Japan.
·
Allows eachers to focus on a concept that is challenging to teach and difficult
for students to understand. The process includes the following phases :
o Planning
o Teaching and observing.
o Debriefing
o Refining
o Reteaching and observing
o Debriefing
o Sharing results.
·
Creates structured occasions for teachers to examine teaching and learning.

·
Focuses on improving the lesson, not evaluating the teacher.
·
Looks closely at student thinking and understanding (www.learningpt.org),
2005.
Lesson Study adalah suatu model peningkatan mutu pembelajaran melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun learning community. Oleh karena itu lesson study dapat
dilaksanakan dalam satu sekolah, kelompok sekolah, kelompok guru
mata pelajaran sejenis atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP).
Suatu sekolah (khususnya Sekolah Menengah) dapat melaksanakan
lesson study, jika banyaknya guru mata pelajaran sejenis minimal 3 (tiga)
orang, untuk mata pelajaran yang akan diterapkan lesson study. Mereka dapat

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 69


Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1: Kompetensi Inti
KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

B. Pengembangan Struktur Kurikulum SD, SMP, SMA, SMK Sederajat

70 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia
dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan
besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya
manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 103

-lingkunganalam, sumber/ media lainnya); belum ada kesesuaian, hal-hal apa
saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media
atau alat peraga, atau lainnya? Pertimbangan-pertimbangan ini selanjutnya
digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran pada siklus berikutnya.
Memperhatikan perencanaaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksinya,
langkah-langkah dalam pelaksanaan lesson study ini ada kemiripan dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka setiap kelompok dapat
melaksanakannya sebagai PTK, sehingga setiap kelompok lesson study, selain
mengadministrasi semua perangkat pembelajaran dan hasil refleksi harus
membuat laporan PTK seperti lazimnya. Bahkan akan sangat baik, jika
dilengkapi dengan artikel untuk jurnal (Sukirman, 2006).
Wang-Iverson dan Yoshida (2005) juga mengemukakan definisi dan
hal-hal yang terkait dengan lesson study sebagai berikut.
v
Lesson study (jugyokenkyu) is a form of long-term teacher-led professional
learning, developed in Japan, in which teachers systematically and collaboratively
conduct research on teaching and learning in classroom in order to enrich students'
learning experiences and improve their own teaching.
v
A lesson study cycle generally involves a team of teachers planning collaboratively based upon a research theme, implementing the lesson in the classroom,
collecting observation data, reflecting upon and discussing the data, and
developing a record of their activity.
v
Lesson study is more than a studying instructional materials and developing
useful lessons. It also explores ideas for improved teaching that bring out
students' thinking and thinking processes, helps students to develop mental
images for solving problem and understanding the topic, and expands those skills
and abilities.
v
Lesson study is a comprehensive approach to professional learning that helps
teachers develop ways of:
·
thinking about learning and teaching in the classroom
·
planning lessons
·
observing how students are thinking and learning and taking appropriate
actions
·
reflecting on and discussing teaching
·
identifying and recognizing knowledge and skills necessary to improve their
practice and seek new solutions.

102 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat disusun oleh seorang guru
atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek
pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan
perangkat pembelajaran tersebut perlu dikonsultasikan dengan dosen dan
pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.
Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau
beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi
permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa
perangkat-perangkat pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu
mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil
identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk
disempurnakan.
3. Tahap Implementasi dan Observasi
Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk oleh kelompoknya
melakukan implementasi rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun di
depan kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan.
Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses
pembelajaran, baik dari segi tingkah laku guru maupun siswanya. Selain itu
dilakukan rekaman video (audio visual) yang mengclose-up kejadian-kejadian
khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, guru yang melakukan implementasi rencana
pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama
melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa
yang dihadapi. Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan
hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa
selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil
rekaman pembelajaran. Terakhir, guru yang melakukan implementasi tersebut
akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang
penting pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali
rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan
rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut
telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa? Jika

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 71

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola
hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat
industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade
Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan
transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi
International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan
PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;

72 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata
kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational
leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik.
B. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 101

2. Tahap perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang
akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif
pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan
masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang
relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana
kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi
proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson
study) tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media
yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan
digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari
para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang
akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal
penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti
pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang
memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life
skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya
yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar
observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, baik yang dilihat dari
segi tingkah laku guru maupun siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan
indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang
dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan
pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat
pembelajaran yang terdiri atas :
a) Rencana Pembelajaran (RP)
b) Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide)
c) Lembar Kerja Siswa (LKS)
d) Media atau alat peraga pembelajaran
e) Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
f) Lembar observasi pembelajaran.

100 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

Di sisi lain, peningkatan kompetensi dan keprofesionalan guru bisa
dilakukan dengan berbagai cara, tidak selalu melalui pelatihan-pelatihan
formal, melainkan dalam bentuk lain, misalnya melalui cooperative work atau
collaborative work skala besar ataupun kecil. Cooperative work atau collaborative
work ini dimaksudkan sebagai latihan bersama, tukar pendapat, sharing
pengalaman, dsb.
Lesson study, istilah “baru” dalam dunia pendidikan, akhir-akhir ini
menjadi wacana menarik di kalangan MGMP di Sleman, dan Bantul, DIY. Lesson
Study yang diperkenalkan oleh IMSTEP JICA FMIPA UNY, oleh kelompokkelompok guru ini dipandang mampu menjadi wahana berlatih bersama guna
peningkatan keprofesionalan dan kompetensinya. Bahkan lesson study juga
dapat digunakan sebagai alternatif model pelatihan guru yang cukup efektif.
1. Pengertian Lesson Study
Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun learning community. Dengan demikian, Lesson
Study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran,
tetapi dalam kegiatan Lesson Study dapat memilih dan menerapkan berbagai
metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan
permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat merupakan
suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang
mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning),

Gambar 2
Skema Kegiatan dalam Lesson Study

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 73

6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
C. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
KERANGKA DASAR KURIKULUM
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013
dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan.Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan
generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi
muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,

74 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris
budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat
dan bangsa masa kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik
dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca,
dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh
lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,
dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan
kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin
ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum
2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis
yang lebih baik.

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 99

D Upaya Meningkatkan Keprofesionalan Guru melalui Lesson Study
Akhir-akhir ini istilah kompetensi dan keprofesionalan guru sangat
mengemuka di kalangan guru, dan bergaung kuat di telinga kita. Dijadikannya
kompetensi sebagai basis kurikulum 2004 rupanya menjadi pemicu
merebaknya wacana kompetensi dan keprofesionalan guru tersebut. Ributribut mengenai tes kompetensi guru, pelatihan berbasis kompetensi, sampai
pada desas-desus standarisasi pendidikan, sertifikasi guru, serta guru
profesional, menambah semaraknya wacana obrolan di kalangan komunitas
pendidikan ini.
Kompetensi guru, termasuk guru MIPA SMP, masih dipandang kurang
memadai. Hasil tes kompetensi guru-guru SMP yang diselenggarakan sejak
tahun 2003/2004, menjadi bukti (minimal) untuk kondisi ini.
Apalagi jika dihadapkan pada Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada BAB VI, pasal 28, yang
menjelaskan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi sosial, di samping kompetensi profesional bagi guru (Anonim,
2005), maka rasanya kompetensi dan keprofesionalan para guru kita masih
jauh dari yang diharapkan.
Pada era sosialisasi Kurikulum 2004 (KBK) dan pembangunan
kompetensi guru, banyak model pelatihan yang dikembangkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah, misalnya TOT, TOT-Terintegrasi, Pelatihan
CTL, dan PTBK. Pelatihan-pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kesiapan guru mengimplementasikan kurikulum 2004 dan meningkatkan
kompetensi guru yang dinilai belum memadai. Namun pelatihan-pelatihan ini
dirasa masih kurang memberikan dampak yang signifikan bagi peserta.
Banyak peserta pelatihan yang sampai akhir kegiatan pelatihan merasa belum
mempunyai kesiapan yang cukup untuk mencobakan hasil pelatihan itu di
kelas mereka. Bahkan banyak pemerhati yang menyatakan bahwa sekembali
dari pelatihan, para guru kembali ke kebiasaan semula, tidak memunculkan
inovasi ataupun perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini sangat
dimungkinkan akibat kurangnya porsi waktu untuk latihan implementasi.
Kemungkinan lain, pelatihan-pelatihan ini belum maksimal dalam
mengagendakan monitoring dan penjaminan sustainabilitas.

98 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 75

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas
dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama,
seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang
sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa
dan ummat manusia.
B. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan
hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

76 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

STRUKTUR KURIKULUM
A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 97

96 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 77

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi
kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran.

78 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi
kedua dimensi tersebut.
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari
usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65
tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini
dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat
terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan
ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta
mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment
(PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 95

94 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 79

Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi
uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum
Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihanpilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang
sama;
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

80 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan
tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik.
B. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 93

92 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
STRUKTUR KURIKULUM
A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dapat dilihat pada Tabel berikut. 10

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 81

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
C. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia.
KERANGKA DASAR KURIKULUM
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013
dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini
menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta
didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian
kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi
muda bangsa.Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi
muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta
didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa

82 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang
yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa
kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang
kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat
dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan
berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan
makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa
budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan
kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik,
Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan
pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran
yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian,
dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud
untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan
dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.

BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO

: 91

Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan
potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi
penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik. Dengan demikian,
Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni,
kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang
sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat,
bangsa dan ummat manusia.
B. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)
pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk
proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,
kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta
didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual
peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negar