Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini beriskan Kesimpulan dan Saran dari hasil
penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga pada umumnya adalah kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang
merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama
pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain,
keluarga tetaplah merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada di
dalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan cirri-ciri tersebut
karena tumbuhnya mereka kearah pendewasaan.
Menurut Horton dan Hunt (1987) istilah keluarga umumnya digunakan
untuk menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut: (1) suatu kelompok yang
memiliki nenek moyang yang sama, (2) suatu kelompok kekerabatan yang
disatukan oleh darah dan perkawinan, (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa

anak, (4) pasangan nikah yang mempunyai anak dan (5) satu orang baik duda
maupun janda dengan beberapa anak (Narmoko dan Suyanto, 2004:91).

12

Universitas Sumatera Utara

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran, yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan fisik, mental, emosional,
dan sosial dari tiap anggotanya (Harmoko,2012 : 11).
Menurut Burgess (1962) Keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi,
anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang
berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri (Harmoko, 2012 :
8).
2.1.2ciri-ciri keluarga
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari
suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan

dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Walaupun sulit untuk menentukan
atau mencari persamaan-persamaan dan cirri-ciri pada semua keluarga, paling
tidak terdapat ciri-ciri keluarga secara umum dan khusus, yang akan terdapat pada
keluarga dalam bentuk dan tipe apapun.
a. Ciri- ciri Umum
Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac
Iver dan Page dalam Khairudin (1997 : 6) :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

13

Universitas Sumatera Utara

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan
dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhankebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturuna dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang

walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap
kelompok keluarga.
Terdapat 4 kharakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga dan
juga untuk membedakan keluarga dari kelompok-kelompok sosial lainnya yaitu
Burgess dan Locke dalam Khairuddin (1997 : 6) :
1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi. Pertalian antara suami dan isteri adalah
perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah
darah dan kadang kala adopsi.
2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu
atap dan merupakan susunan suatu rumah tangga.
3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami isteri,
ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan. Perananperanan tersebut dibatasi oleh masyarakat .

14

Universitas Sumatera Utara

4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh

pada hakekatnya dari kebudayaan umuum, tetapi dalam suatu masyarakat
yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang
berlainan dengan keluarga lainnya.
b. Ciri-ciri khusus
Organisasi keluarga dalam beberapa hal tidaklah sama dengan asosiasi
lainnya, disamping memiliki cirri-ciri umum sebagai suatu organisasi lazimnya,
keluarga juga memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut :
1. Kebersamaan

: keluarga merupakan bentuk yang hampir paling

universal diantara bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya. Dia dapat
ditemui dalam semua masyarakat, pada semua tingkat perkembangan
sosial, dan terdapat pada tingkatan manusia yang paling rendah
sekalipun.
2. Dasar-dasar emosional : hal ini didasarkan pada suatu kompleks
dorongan-dorongan yang sangat mendalam dari sifat organis kita,
seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan maternal, dan
perhatian orang tua. Ini dibentengi oleh pria dengan arti yang
mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi-emosi

sekunder, dari cinta romantic sampai pada kebanggaan akan rasa dan
kasih sayang perkawinan sampai pada keinginan untuk menjaga
perekonomian rumah tangga dari kec emburuan yang dimiliki individu
sampai kepada hasrat untuk hidup abadi yang sangat menyusahkan.
3. Pengaruh perkembangan: hal ini merupakan lingkaran kemasyarakatan
yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang tinggi termasuk

15

Universitas Sumatera Utara

manusia, dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam
kesadaran hidup yang mana merupakan sumbernya. Pada khususnya
hal ini membentuk kharakter individu lewat pengaruh kebiasaankebiasaan organis maupun mental.
4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas
ukurannya, yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak
dapat lebih tanpa kehilangan identitasnya. Oleh sebab itu keluarga
merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang
merupakan struktur sosial, dan khususnya dalam masyarakatyang
sudah beradab dimana keluarga secara utuh terpisah dari kelompok

kekerabatan.
5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan inti dari
organisasi sosial lainnya, kerap di dalam masyarakat yang masih
sederhana, maupun dalam masyarakat yang lebih maju. Struktur sosial
secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga.
6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan-tuntutan
yang lebih besar dan kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh
asosiasi-asosiasi

lainnya.

Keluargamengarahkan

laki-laki

dan

perempuan juga untuk memperlihatkan kepada yang lain baha diri
mereka sendiri mempunyai suatu tugas-tugas yang sukar dan suatu
tanggung jawab yang berat.

7. Aturan kemasyarakatan : perjanjian perkawinan antara laki-laki dan
perempuan, pada masyarakat keluarga merupakan salah satu asosiasi
yang dengan persetujuan kelompok dapat dengan bebas masuk tetapi

16

Universitas Sumatera Utara

tidak bebas untuk meninggalkan atau membubarkannya, walaupun
dengan persetujuan bersama.
8. Sifat kekekalan dan kesementaraannya : sebagai institusi, keluarga
merupakan sesuatu yang demikian permanen dan universal, dan
sebagai asosiasi merupakan organisasi yang paling bersifat sementara
dan yang paling mudah berubah dari seluruh organisasi-organisasi
penting lainnya dalam masyarakat.
Jadi keluarga dapat didefenisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang
yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan
susunan rumah tangga sendiri , berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri,ayah dan ibu, putra
dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, dan merupakan pemelihara

kebudayaan bersama.
2.1.3 Fungsi Keluarga
Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya
memiliki tugas masing – masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam
kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu
pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga. Fungsi
disini mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya
mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting
sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis.
Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak
berfungsinya salah satu fungsi keluarga.

17

Universitas Sumatera Utara

Fungsi pokok keluarga menurut Khairuddin (1985: 59-60) antara lain ”fungsi
biologik, fungsi afeksi, dan fungsi sosialisasi”.
1) Fungsi Biologik
Keluarga merupakan tempat lahir dan tumbuh kembang anak sehingga

merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, fungsi ini berubah karena sekarang kebanyakan keluarga
cenderung memiliki anak yang sedikit hal ini dipengaruhi oleh faktor–faktor,
perubahan tempat tinggal dari desa ke kota, makin sulit fasilitas perumahan,
banyak anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material
keluarga, banyak anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai kemesraaan
keluarga, meningkatnya taraf pendidikan wanita mengakibatkan berkurangnya
fertilitanya, berubah dorongan dari agama agar keluarga memiliki banyak anak,
semakin banyak orang tua bekerja di luar rumah dan makin meluas pengetahuan
dan penggunaan alat kontrasepsi
2) Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan
dan afeksi yang tumbuh akibat hubungan cinta kasih atas dasar perkawinan. Dari
hubungan ini terjalinlah hubungan yang didasari kasih sayang, persaudaran,
persahabatan, persamaan pandangan mengenai nilai–nilai yang merupakan faktor
penting dalam
perkembangan pribadi anak, dalam menghadapi perkembangan zaman. Suasana
kasih sayang ini tidak terdapat pada institusi lain.
3) Fungsi Sosialisasi


18

Universitas Sumatera Utara

Peran keluarga adalah dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial
dalam keluarga. Anak–anak mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan,
cita–cita dan nilai–nilai dalam masyarakat melalui keluarga dalam perkembangan
pribadinya. Keluarga adalah agen sosialisasi yang penting bagi anak-anak karena
dengan mengajarkan kepada anggotanya mengenai aturan hidup dan menjadi
seseorang yang memiliki tingkah laku baik sesuai dengan harapan masyarakat.
Didalam sebuah keluarga bagi anggotanya selain memberikan asuhan,
perlindungan dan perawatan, kasih sayang yang terbaik, mengajarkan kepada
anak-anak tentang pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma dalam
masyarakat dan kebudayaan. Fungsi sosialisasi ini berlaku dari sejak anak lahir
dengan melakukan imitasi terhadap orang tua sampai ia dewasa dan memiliki
karakter yang khas, selain keluarga didukung oleh agen sosialisasi yang lain yaitu
lembaga pendidikan, teman sebaya dan media.
2.2 Orang tua Tunggal
2.2.1 Pengertian Orang tua Tunggal
Orang tua tunggal atau adalah proses pengasuhan anak, hanya ada salah

satunya, ayah atau ibu. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anakanak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam
kehidupan nyata sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak
ada lagi. Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan
single parent. (http://www.psychologymania.com, diakses pada 14 November
2015 pukul 18.00 WIB )
Orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari orang tua tunggal baik
Ayah atau Ibu sebagai akibat perceraian dan kematian. Orang tua tunggal juga

19

Universitas Sumatera Utara

dapat terjadi pada lahirnya seorang anak tanpa ikatan perkawinan yang sah dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab ibu. Keluarga orang tua tunggal dapat
diakibatkan oleh perceraian, kematian, orang tua angkat, dan orang tua yang
berpisah tempat tinggalnya.Suhendi dan Wahyu (2001:401).
2.2.2 Penyebab Orang tua Tunggal
Goode, William. J (2007: 184), keluarga single parent atau keluarga
dengan orang tua tunggal, adalah “keluarga yang mengalami kekacauan keluarga
yakni pecahnya suatu unit keluarga, terputus atau retaknya struktur peran sosial
apabila salah satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran
secukupnya“. Terjadinya kekacauan dalam keluarga disebabkan sebagai berikut:
a) Ketidaksahan
Ketidakasahan merupakan unit keluarga tidak lengkap, hal ini diakibatkan karena
ayah atau ibu tidak ada, seperti terjadinya kehamilan diluar nikah atau fenomena
bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi
anak. Oleh karena itu tidak menjalankan kewajiban sesuai dengan peranannya.
b) Pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggalkan
Terputusnya keluarga akibat salah satu atau pasangan baik dari ayah atau ibu
memutuskan untuk berpisah atau bercerai dengan alasan tidak ada lagi kecocokan,
kekerasan dalam rumah tangga, adanya konfik atau pertengkaran yang
berkepanjangan . Sehingga untuk selanjutnya salah satu pasangan tidak
melaksanakan kewajiban perannya lagi.
c) “Keluarga selaput kosong“
Dalam hal ini keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa, tidak
rukun, dan tidak saling bekerjasama, serta tidak ada rasa kasih sayang, sehingga

20

Universitas Sumatera Utara

keluarga dianggap gagal dalam memberikan dukungan emosional antar anggota
keluarga.
d) Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan
Keadaan keluarga yang terpecah atau tidak utuh disebabkan karena ayah atau ibu
meninggal, dipenjara, dalam peperangan, dalam bencana dll, hal ini akan
menimbulkan kehilangan dan kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan
seseorang menjadi orang tua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk
beradapatasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian
tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Orang tua tunggal yang disebabkab
karena adanya hubungan diluar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki yang
tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak pada kasus ini dibutuhkan
motivasi dan dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang
matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orang tua tunggal.
Sedang orang tua tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi
tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga
diharapkan mampu mengatasi segala perubahan yang terjadi.
2.2.3 Akibat Orang tua Tunggal
Setiap status dan peranan yang dimiliki oleh seseorang memiliki akibat,
termasuk juga status wanita yang menjadi orang tua tunggal, berikut beberapa
akibat yang ditimbulkan karena perubahan status menjadi orang tua tunggal:
1. Peran Ganda
Wanita yang menjadi orang tua tunggal menurut terdapat proses
penyesuaian kembali (readjustment) dalam hal perubahan peran sebagai suami-

21

Universitas Sumatera Utara

istri dan memperoleh peran baru, salah satu contoh penyesuaian yang dimaksud
adalah dalam hal ekonomi, seperti diketahui bahwa masalah makin meningkatnya
kebutuhan hidup akan lebih berat jika dialami oleh wanita yang sebelumnya
menggantungkan hidup pada seorang suami atau memilih tidak bekerja. Banyak
wanita yang setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya untuk mengurus
keluarga. Pada saat ditinggalkan oleh suaminya (meninggal atau bercerai), tidak
ada kestabilan secara ekonomi. Saat mencoba mencari pekerjaan, tingkat
penghasilan tidak terlalu besar karena faktor pengalaman kerja yang masih minim.
Belum lagi belum terbiasa dalam mengurus keluarga sekaligus mencari
nafkah,sehingga hal ini menambah hal persoalan ekonomi.
Keadaan akan menjadi sulit apabila jika anak tidak mempunyai ayah yang
syah, atau ayah yang “salah” kewajiban peran orang tua terhadap anak menjadi
kacau atau tidak dijalankan, atau bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang
telah ditetapkan, misalkan saja anak yang orang tuanya tidak menikah tidak diakui
oleh keluarga ayahnya, dan baik ayah maupun keluarganya hanya mempunyai
sedikit kewajiban hukum terhadap si anak, dan tentu saja ini merugikan bagi ibu
sebagai orang tua tunggal yang membesarkan sendiri anaknya.
Pentingnya sebuah pernikahan orang tua bagi anak yang lahir diluar
pernikahan membuat anak tersebut memiliki ikatan secara hukum dengan
orangtuanya, sehingga ketiadaan bapak yang syah akan lebih menyulitkan.
2. Krisis Percaya Diri
Masalah utama orang tua tunggal adalah masalah kepercayaan diri orang tua
tunggal di tengah masyarakat, wanita orang tua tunggal karena bercerai
kehilangan kehormatannya di tengah-tengah masyarakat

walaupun ia tidak

22

Universitas Sumatera Utara

dikucilkan sama sekali, begitu juga dengan Wanita orang tua tunggal yang hidup
pada masyarakat yang memegang nilai-nilai ketimuran, diharapkan untuk tidak
lansung menikah pasca suaminya meninggal, apabila wanita tersebut tidak
memenuhi harapan tersebut maka wanita tersebut akan menjadi bahan gunjingan
masyarakat, yang tentu saja menurunkan kepercayaan diri wanita tersebut.
3. Kenakalan Remaja
Rumah tangga yang mengalami disorganisasi dikarnakan perceraian
umumnya berdampak pada timbulnya kenakalan pada remaja, khususnya angka
kenakalan remaja lebih tinggi pada

remaja yang mengalami disorganisasi

keluarga karena orangtuanya bercerai daripada yang disebabkan oleh kematian
salah satu orangtuanya, kenakalan remaja ini timbul karena ketiadaan model peran
yang yang memuaskan bagi anak untuk dijadikan contoh bagi anak untuk
melakukan penyesuaian terhadap peraturan-peraturan sosial (Goode, 1991:201202).
2.3 Strategi Bertahan Hidup
2.3.1 Pengertian strategi Bertahan Hidup (Coping Strategies)
Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman
bagaimana Ibu sebagai orang tua tunggal mengelola dan memanfaatkan aset
sumber daya dan modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Edi
Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB menyatakan bahwa
defenisi dari strategi bertahan hidup (coping strategies) sebagai kemampuan
seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagi
permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Strategi penanganan masalah ini
pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam

23

Universitas Sumatera Utara

mengelola segenap aset yang dimilikinya. (Suhartono. 2007. http://www.policy.hu
diakses pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 15.00 WIB)
Berdasarkan konsepsi ini, Mosser membuat kerangka

analisis yang

disebut “The Aset Vulnerability Framework”. Kerangka ini meliputi berbagai
pengelolaan aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau
pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup:
1. Aset tenaga kerja
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam bekerja untuk
membantu ekonomi rumah tangga
2.Aset modal manusia
Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas
seseorang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang menentukan umpan
balik atau hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkannya.
3.Aset produktif
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.
4.Aset relasi rumah tangga atau keluarga
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar dan
kelompok etnis.

5.Aset modal sosial
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan dan pemberi kredit
dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Rumah tangga Ibu sebagai orang tua tunggal

yang menerapkan strategi

bertahan hidup pada umumnya berada pada garis kemiskinan yang dicirikan oleh
kepemilikan lahan atau asset sumber daya yang terbatas. Tumpuan pendapatan

24

Universitas Sumatera Utara

diandalkan pada curahan tenaga dan keterampilan yang terbatas pula. Pekerjaan
atau status sosialnya relatif lebih rendah dari pekerjaan formal. Rumah tangga Ibu
orang tua tunggal umumnya memaksimalkan penggunaan tenaga kemudian aset
atau sumber daya yang terbatas. Rumah tangga orang tua tunggal wanita yang
menerapkan strategi bertahan hidup biasanya identik dengan pengeluaran rumah
tangga didominasi oleh pengeluaran kebutuhan pangan, memiliki anggota rumah
tangga yang besar, dalam acara kegiatan sosial seperti pernikahan atau kerja bakti,
rumah tangga dengan strategi bertahan hidup biasanya menyumbang tenaga
karena tidak mampu memberi sumbangan berupa uang, rumah tangga dengan
strategi bertahan hidup memiliki rumah yang sederhana dan kecil, umumnya Ibu
sebagai orang tua tunggal yang menerapkan strategi bertahan hidup banyak pula
yang terpaksa menjadi buruh tani, buruh cuci dan bekerja secara serabutan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup
orang tua tunggal wanita adalah suatu tindakan atau cara orang tua tunggal wanita
yang tergolong miskin untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah keterbatasan
yang mereka miliki. Setiap keluarga orang tua tunggal biasanya menerapkan
berbagai macam strategi untuk bertahan hidup.
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup dalam
mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai
strategi. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu
srategi

aktif,

strategi

pasif

dan

strategi

jaringan.

(Suhartono.

2007.

http://www.policy.hu diakses pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 15.00 WIB)
Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci strategi-strategi bertahan hidup
yang umumnya digunakan Ibu sebagai orang tua tunggal.

25

Universitas Sumatera Utara

1. Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Strategi aktif merupakan strategi
yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi
keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan
melakukan apapun demi menambah penghasilannya).
Strategi aktif yang biasanya dilakukan Ibu sebagai orang tua tunggal
adalah dengan memaksimalkan penghasilan atau mencari penghasilan tambahan
dengan cara melakukan pekerjaan sampingan. Andrianti (dalam Kusnadi,
2000:192) salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi
kesulitan ekonomi adalah dengan mendorong para isteri untuk ikut mencari
nafkah. Bagi masyarakat yang tegolong miskin mencari nafkah bukan hanya
menjadi tanggungjawab suami semata tetapi menjadi tanggungjawab semua
anggota keluarga sehingga pada keluarga yang tergolong miskin isteri juga ikut
bekerja demi membantu menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan
keluarganya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau
keluarga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang
dimiliki keluarga mereka.
2 . Strategi Pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara meminimalisir pengeluaran keluarga. Strategi pasif adalah strategi bertahan
hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk

26

Universitas Sumatera Utara

sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). Strategi pasif yang biasanya
dilakukan oleh Ibu sebagai orang tua tunggal adalah dengan membiasakan hidup
hemat. Hemat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap
berhati-hati, cermat, tidak boros dalam membelanjakan uang. Sikap hemat
merupakan budaya yang telah dilakukan oleh masyarakat desa terutama
masyarakat desa yang tergolong dalam orang tua tunggal miskin.
Menurut Kusnadi (2000:8) strategi pasif adalah strategi dimana individu
berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini merupakan salah satu cara
masyarakat miskin untuk bertahan hidup. Pekerjaan yang umumnya dilakukan
oleh Ibu tunggal di Desa Namo Bintang pendapatan mereka relatif kecil dan tidak
menentu sehingga Ibu tunggal di Desa Namo Bintang lebih memprioritaskan
kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan daripada kebutuhan lainnya. Pola
hidup hemat dilakukan Ibu tunggal agar penghasilan yang mereka terima bisa
untuk mencukupi kebutuhan pokok keluarga mereka. Ibu sebagai orang tua
tunggal biasanya menerapkan hidup hemat dengan cara berhati-hati dalam
membelanjakan uang mereka. Sikap hemat terlihat pada kebiasaan keluarga Ibu
tunggal yang membiasakan untuk makan dengan lauk seadanya dan hanya
membeli daging ketika hari besar seperti hari raya idul fitri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
strategi pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan Ibu sebagai orang tua
tunggal dengan cara selektif, tidak boros dalam mengatur pengeluaran keluarga.
3.Strategi Jaringan
Strategi

jaringan

adalah

memanfaatkan jaringan sosial.

strategi

yang

dilakukan

dengan

cara

Strategi jaringan merupakan strategi bertahan

27

Universitas Sumatera Utara

hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan
lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang
kepada tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program
kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). Menurut
Kusnadi (2000:146) strategi jaringan terjadi akibat adanya interaksi sosial yang
terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu keluarga miskin ketika
membutuhkan uang secara mendesak. Secara umum strategi jaringan sering
dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tergolong miskin adalah dengan
meminta bantuan pada kerabat atau tetangga dengan cara meminjam uang.
Budaya meminjam atau hutang merupakan hal yang wajar bagi masyarakat desa
karena budaya gotong royong dan kekeluargaan masih sangat kental dikalangan
masyarakat desa. Strategi jaringan yang biasanya dilakukan Ibu sebagai orang tua
tunggal adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan cara
meminjam uang pada kerabat, bank dan memanfaatkan bantuan sosial lainnya.
Bantuan sosial yang diterima Ibu tunggal merupakan modal sosial yang sangat
berperan sebagai penyelamat ketika keluarga Ibu tunggal yang tergolong miskin
membutuhkan bantuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara
meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal
maupun informal ketika dalam kesulitan, seperti meminjam uang ketika
memerlukan uang secara mendadak.
2.3.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan

28

Universitas Sumatera Utara

Berikut ini akan peneliti deskripsikan beberapa hasil penelitian yang berkaitan
dengan strategi coping yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu.
Pertama, penelitian Artanto Ridho Laksono. Tahun 2008. Dengan judul
”Pemecahan masalah pada wanita sebagai orang tua tunggal”. Orang tua tunggal
adalah seseorang

yang memegang tanggung jawab untuk

melindungi,

membimbing dan merawat anaknya seorang diri atau mengadopsi anak sendirian
atau individu yang membimbing anak atau anak-anaknya sendirian, tanpa adanya
pasangan, untuk jangka waktu yang lama dan relatif permanen. Keluarga dengan
orang tua tunggal dideskripsikan sebagai satu orang tua, orang tua yang sendiri,
atau keluarga dengan orang tua solo (Weinraub &Gringlas dalam Susman,
Steinmetz & Peterson, 1993).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa alasan pemecahan masalah wanita
sebagai orang tua tunggal adalah mereka berusaha mengidentifikasi masalah yang
timbul kemudian mencari alternatif pemecahan masalah yang paling sesuai
dengan kondisi yang dialami selanjutnya memilih atau menetukan salah satu
alternatif yang paling sesuai dengan kondisi yang dialami dan berusaha
mewujudkan alternatif yang dipilih dengan tindakan nyata, pemecahan masalah
pada wanita sebagai orang tua tunggal digolongkan menjadi 5 (lima) bentuk, yaitu
(1) membutuhkan bantuan orang lain, (2) berserah diri, (3) berpikir positif, (4)
berusaha, (5) berdoa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi wanita sebagai orang tua
tunggal dalam memecahkan masalah, yaitu (1) tingkat pendidikan, (2) usia, (3)
kreatifitas, (4) kepercayaan diri, (5) lingkungan sosial.

29

Universitas Sumatera Utara

Kedua, penelitian kedua dilakukan oleh Kristina Sembiring mahasiswa
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan
Kesejahteraan Sosial tahun 2005 dengan judul “ Kondisi Kehidupan Sosial
Ekonomi Buruh Harian Lepas (ARON) Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan
Kaban Jahe Kabupaten Karo. Hasil penelitian ini adalah pendapatan para buruh
harian lepas (aron) yang tinggal di kelurahan Padang Mas masih sangat rendah
sehingga mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga dengan
melakukan strategi seperti mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan pada
umumnya hanya seadanya dan kurang memenuhi standar gizi, walaupun mereka
bekerja di sektor pertanian tetapi sebagian besar dari mereka masih membeli
bahan makanan. Kondisi perumahan pada umumnya menyewa dengan kondisi
fisik semi permanen dan papan serta hanya memiliki satu kamar tidur. Apabila
keluarga menderita sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas atau membeli obat
di warung karena lebih efektif, sedangkan anak dalam keluarga hanya sebagian
kecil yang dapat melanjutkan sekolah sampai ke tingkat Perguruan Tinggi, tamat
SMA saja mereka sudah sangat bersyukur. Karena pendapatan yang minim maka
para buruh harian lepas ini memerlukan strategi bertahan yaitu dengan
meningkatkan asset yang ada seperti mencari pekerjaan sampingan baik itu
memulung barang bekas atau menggarap lahan sewaan. Selain itu mengubah pola
konsumsi juga bisa dilakukan misalnya dengan membeli barang-barang murah
dan pengubahan komposisi keluarga juga dapat dilakukan dengan menitipkan
anak pada keluarga lain untuk mengurangi beban tanggungan keluarga.
Ketiga, Penelitian ketiga dilakukan oleh Yusfredy Ariswandha mahasiswa
Universitas Jember Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Kesejahteraan Sosial

30

Universitas Sumatera Utara

tahun 2010 dengan judul “Bentuk-bentuk Strategi Bertahan Hidup Nelayan
Tradisional dalam Memenuhi Kebutuhan Keluarga: Studi Deskriptif pada Nelayan
Tradisional di Pantai Pulau Santan Kelurahan Karangrejo Kecamatan Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi”. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk-bentuk strategi
bertahan hidup nelayan tradisional dalam memenuhi kebutuhan keluarga di Pantai
Pulau Santan Kelurahan Karangrejo Kecamatan Banyuwangi Kabupaten
Banyuwangi antara lain: (1) mencari pekerjaan sampingan baik disektor kelautan
maupun disektor lain. Pekerjaan sampingan yang dilakukan nelayan tradisonal
antara lain bekerja sebagai servis jaring tarik dan servis perahu sampan. Di luar
sektor kelautan biasanya nelayan bekerja sebagai kuli bangunan atau batu di luar
desa, tukang becak, membuka usaha kecil seperti warung (2) mengatur pola
konsumsi keluarga (3) memanfaatkan jaringan sosial seperti meminjam uang
kepada saudara atau tetangga.
Dari penjelasan penelitian terdahulu di atas, maka dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang mendasar seperti subyek penelitian, lokasi penelitian,
hasil penelitian dsb, meskipun terdapat kesamaan dalam bidang kajian yaitu
strategi bertahan hidup. Sebagai bahan perbandingan, disini peneliti mengambil
judul “Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Keluarga”.
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti strategi pada Ibu
sebagai orang tua tunggal. Karena, kondisi ini dimungkinkan banyak
permasalahan yang menarik untuk diteliti. Selain itu, penelitian ini diharapkan
bisa memberikan masukan atau sumbang pemikiran pada keilmuan kesejahteraan
sosial. Tema ini juga pernah diangkat oleh peneliti lain. Adanya hasil penelitian

31

Universitas Sumatera Utara

terdahulu, menjadi referensi peneliti. Tapi peneliti yakin nantinya, hasil dari
penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian terdahulu. Karena ditinjau
dari judul, subyek penelitian dan lokasi penelitian sudah dapat dilihat perbedaan.
2.4 Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia, kebutuhan
yang wajib dipenuhi manusia adalah kebutuhan hidup. Menurut Gilarso (2002:19)
kebutuhan hidup adalah kebutuhan yang minimal harus dipenuhi untuk hidup
layaknya manusia. Menurut Mangkunegara (2002:5) kebutuhan muncul akibat
adanya dorongan dalam diri manusia dan kenyataan bahwa manusia memerlukan
sesuatu untuk tetap bisa bertahan hidup.
Setiap keluarga memiliki

tingkat

kebutuhan

yang berbeda dan

beranekaragam. Perbedaan tingkat kebutuhan keluarga juga terlihat pada keluarga
orang tua tunggal di Desa Namo Bintang yang disebabkan oleh perbedaan tingkat
pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga orang tua tunggal. Semakin besar
pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga orang tua tunggal maka semakin
beragam pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga orang tua tunggal
begitupun sebaliknya.
Maslow (dalam Mangkunegara, 2002:6-7) membagi kebutuhan manusia
dalam beberapa tingkatan yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar atau tingkat terendah yang
diperlukan seorang manusia seperti: kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian,
dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman

32

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang agar tetap
merasa aman dari ancaman, bahaya, pertentangan dan sebagainya.
c. Kebutuhan untuk merasa memiliki
Kebutuhan untuk merasa memiliki merupakan kebutuhan yang diperlukan
seseorang untuk diterima oleh kelompok seperti berinteraksi dan kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai.
d. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan manusia untuk dihormati dan
dihargai oleh orang lain.
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri
Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk menggunakan
potensi dan skill yang dimiliki, kebutuhan untuk berpendapat, menentukan
penilaian terhadap sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kebutuhan keluarga adalah segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga baik
untuk tetap hidup maupun sebagai penunjang hidup. Pada penelitian ini peneliti
hanya memfokuskan pada kebutuhan keluarga Ibu sebagai orang tua tunggal yang
bersifat fisiologis atau kebutuhan pokok keluarga yang harus dipenuhi keluarga
orang tua tunggal.
Menurut Gilarso (2002:19) unsur kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi
oleh setiap masyarakat termasuk orang tua tunggal antara lain: kebutuhan pangan,
sandang atau pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan uraian
di atas secara rinci kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi keluarga Ibu tunggal
dapat dijelaskan sebagai berikut:

33

Universitas Sumatera Utara

1.

Kebutuhan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang sangat dasar dan wajib

dipenuhi karena kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang diperlukan manusia
untuk tetap hidup. Kekurangan kebutuhan pangan dapat berakibat negatif bagi
tubuh seseorang sebagaimana pendapat yang dikemukaan Tejasari (2005:1) yang
menyatakan bahwa kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia untuk bartahan
hidup, karena didalam makanan mengandung senyawa kimia yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Senyawa kimia dalam makanan yang mutlak diperlukan
manusia adalah zat gizi karena jika tubuh manusia kekurangan zat tersebut maka
fungsi organ akan terganggu yang mengakibatkan penyakit.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
kebutuhan pangan adalah kebutuhan manusia akan makanan dan minuman yang
diperlukan oleh tubuh manusia kebutuhan pangan wajib dipenuhi oleh manusia
untuk tetap bisa hidup.
2.

Kebutuhan Sandang
Kebutuhan yang perlu dipenuhi setelah kebutuhan pangan adalah

kebutuhan sandang. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia
sebagai makhluk berbudaya. Pada zaman dahulu manusia membuat pakaian dari
kulit kayu dan kulit binatang yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari cuaca.
Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang
untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Kemajuan teknologi membuat fungsi
pakaian bukan hanya sebagai pelindung tubuh saja tetapi untuk memberi
kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian

34

Universitas Sumatera Utara

rumah, pakaian untuk tidur dll. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_primer
diakses pada tanggal 19 Januari 2016).
Seiring berjalannya waktu fungsi pakaian tidak hanya digunakan sebagai
pelindung tubuh tetapi pakaian juga digunakan untuk menunjukkan kelas sosial
seseorang. Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi atau berada pada kelas
sosial atas akan memilih pakaian dengan merk terkenal walaupun dengan harga
mahal sedangkan untuk seseorang dengan kelas sosial menengah kebawah akan
membeli pakaian sesuai kebutuhan tanpa melihat merk dengan harga relative
murah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sumardi dan
Evers (2004) yang menyatakan bahwa pakaian bagi seseorang dapat
mencerminkan keadaan atau kelas sosial keluarganya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sandang
atau pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan yang berfungsi
untuk melindungi tubuh dari panas dan dingin serta untuk menjaga nilai
kesopanan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Model dan kualitas pakaian
bukanlah hal yang penting bagi keluarga orang tua tunggal yang tergolong miskin,
tetapi yang terpenting bagi mereka adalah pakaian yang mereka pakai bisa
menutupi anggota badan dan melindungi mereka dari cuaca.
3. Kebutuhan Papan
Kebutuhan rumah atau papan menduduki tingkat ke tiga dalam tangga
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh suatu rumah tangga. Menurut
(Sardjono, 2004:1) rumah atau papan dalam tingkat kebutuhan manusia
menempati tingkat utama atau primer bersama dengan makanan (pangan) dan
pakaian (sandang). Penyediaan rumah memerlukan investasi yang cukup besar

35

Universitas Sumatera Utara

tidak seperti kebutuhan pangan dan sandang yang mudah dipenuhi. Rumah tinggal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Setiap keluarga membutuhkan rumah untuk kelangsungan hidupnya serta
sebagai

wadah

kegiatan keluarga

dalam

membentuk

kebahagiaan dan

kesejahteraan manusia sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Pendapat
Sardjono sesuai dengan pendapat Sedayu (2010:89) yang mengatakan bahwa
rumah merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi oleh manusia
karena rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan melangsungkan
keturunan. Sedangkan menurut Maslow (dalam Sastra dan Marlina, 2006:2)
sesudah manusia terpenuhi kebutuhan jasmaninya, yaitu pangan sandang dan
kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu
motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih tinggi. Menurut Sastra dan
Marlina (2006:2) rumah dapat didefinisikan sebagai tempat dimana manusia
bernaung dan tinggal dalam kehidupannya. Bagi manusia tempat tinggal
merupakan kebutuhan dasar (basic need), disamping kebutuhan akan pangan dan
sandang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
kebutuhan papan atau rumah adalah kebutuhan manusia akan tempat tinggal yang
digunakan untuk berlindung dari cuaca, beristirahat, dan sebagai tempat
berkumpulnya anggota keluarga. Bagi Ibu tunggal yang tergolong miskin yang
terpenting bukanlah luas dan model suatu rumah tapi yang terpenting bagi mereka
adalah rumah yang mereka tempati bisa digunakan untuk berteduh dan
melindungi mereka dari cuaca.
4. Kebutuhan Kesehatan

36

Universitas Sumatera Utara

Sehat merupakan suatu syarat bagi seseorang untuk tetap produktif karena
seseorang tidak bisa menjalankan fungsinya secara maksimal dalam keadaan
sakit. Menurut World Healt Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan yang
meliputi kesehatan badan, rohani, dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
kebutuhan kesehatan adalah kebutuhan manusia akan kesejahteraan badan, jiwa
dan sosial agar bisa produktif secara sosial maupun secara ekonomi. Bagi Ibu
sebagai orang tua tunggal yang tergolong miskin ketika dalam kondisi sakit
mereka akan lebih memilih membeli obat di warung atau berobat ke puskesmas
karena lebih murah dibanding harus periksa ke klinik dokter.
5. Kebutuhan Pendidikan
Proses pendidikan merupakan proses yang penting bagi perkembangan
seorang anak karena pendidikan merupakan proses pembentukan karakter seorang
anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi seorang anak karena
orang tua adalah orang pertama yang berinteraksi dan membentuk karakter awal
seorang anak. Menurut Purwadaminta (dalam Tatang, 2012:13) pendidikan
merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia dengan pengajaran dan latihan. Sedangkan menurut Basri
(dalam Tatang, 2012:14) pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara
sengaja dan secara sistematis untuk memotivasi membina, membantu, dan
membimbing seseorang untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki
sehingga ia bisa mencapai kualitas diri yang lebih baik.
Selain pendidikan keluarga, pendidikan formal merupakan pendidikan
yang sangat penting karena melalui pendidikan formal seorang anak akan dapat

37

Universitas Sumatera Utara

belajar dan mengasah keterampilannya sebagai bekal seorang anak untuk bekerja
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Tirtarahardja dan La Sulo
(2005:165) yang menyatakan bahwa pendidikan formal berfungsi mengajarkan
pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersifat khusus dalam rangka
mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Pendidikan formal
terdiri dari beberapa jenjang pendidikan. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo
(2005:268) jenjang pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal adalah
SD, SMP, SMA dan Universitas. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
melibatkan instansi pendidikan sehingga diperlukan biaya untuk menempuh
pendidikan ini. Menurut Suseno (2001: 131) indikator pengeluaran rata-rata untuk
keperluan sekolah adalah uang saku, iuran sekolah, alat tulis dan buku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
kebutuhan pendidikan adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi di dalam
diri seseorang agar menjadi lebih cerdas dan terampil. Berdasarkan observasi awal
yang dilakukan peneliti tingkat pendidikan tertinggi anak dari orang tua tunggal
miskin di Desa Namo Bintang sampai jenjang perguruan tinggi namun ada
sebagian anak orang tua tunggal yang terpaksa berhenti sekolah hanya sampai
pada jenjang SMP .
2.5 Sosial Ekonomi
2.5.1 Pengertian Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi
sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi,
sedangkan menurut Soekanto (2002) sosial ekonomi adalah posisi seseorang

38

Universitas Sumatera Utara

dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan peragulan,
prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber
daya.
Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau
kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi
tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan,
dan pekerjaan. Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan
kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai
kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang,
sedangkan

pengertian

sosial

sangat

berhubungan

dengan

kehidupan

bermasyarakat di lingkungan sekitar. Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat
pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur
sosial tertentu. Perbedaan kedudukan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal
dengan stilah lapisan sosial. Lapisan sosial merupakan sesuatu yang selalu ada
dan menjadi ciri yang umum di dalam kehidupan manusia. Sorokin dalam
Soekanto (2004) menyatakan bahwa lapisan sosial adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirakri).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian
kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latar belakang ekonomi
keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.
2.5.2 Faktor-faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi.

39

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial
ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, sandang,
pangan, kesehatan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan
tempat tingal, dan pemilikan kekayaan.
1. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didika secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas
dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca
indera dan keterampilan-keterampilan).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan untuk
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur

40

Universitas Sumatera Utara

pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah
(pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan
sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua tunggal, selain itu juga
pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena
tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kerja dan tentunya juga
pendapatan yang diperoleh.
2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.
Sumardi (1982) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk
akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan
yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar.
Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan
dengan pendapatan yang kecil.
Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
a) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya
berasal dari:
1. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan
kerja kadang-kadang.

41

Universitas Sumatera Utara

2. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan
dari kerajinan rumah.
3. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
b) Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk
menjadi 4 golongan yaitu :
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi
4 golongan yaitu :
1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari
Rp. 3.500.000,00 per bulan
2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.
2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara
Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 per bulan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah
penghasilan yang di terima orang tua dalam bentuk uang dari hasil kerja baik
secara formal maupun informal . Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa
pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila
seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa

42

Universitas Sumatera Utara

tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap
Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan
dan penghasilan insidentil.
3. Perumahan
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung
keluarga dan menyimpan barang berharga dan rumah juga sebagai status lambang
sosial (Mukono, 2000 : 25). Menurut WHO (World Health Organization), rumah
adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO mengenai kesehatan dan
lingkungan , 2001).
4. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barangbarang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya.
Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:
1) Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis
dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain
dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.
2) Jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat
sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang mempunyai mobil ak

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25