Analisis Terjemahan Kalimat Pasif Dalam Novel Laskar Pelangi Ke Dalam Bahasa Inggris The Rainbow Troops

6. Prosedur adalah tindakan atau langkah yang ditempuh dalam melakukan proses
penerjemahan.
7. Novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat setipa pelaku.

BAB II
KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1

Definisi Penerjemahan
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang

teori dan pendekatan yang berbeda. Ada beberapa definisi penerjemahan yang dikemukakan
oleh banyak ahli bahasa. Nida and Taber (1982:12) menyatakan “translating consists of
reproducing in the receptor language, the closest natural equivalent of the source language
message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” (Penerjemahan
mengungksapkan kembali pesan dalam BSu kedalam BSa dengan menggunakan kesepadanan
yang wajar dan terdekat baik ditinjau dari segi makna maupun gaya.)
Catford (1965:20) menyatakan “Translation as the replacement of textual material in

one language by equivalent textual materian in another language.” (Penerjemahan
merupakan p enggantian teks dalam BSu dengan teks yang sepadan dalam BSa.) Bell
(1991:5) menyatakan “Translation is the expression in a certain language preserving
semantic and stylistic equivalences.” (Penerjemahan merupakan bentuk padanan BSu ke
dalam BSa yang mencakup makna (semantik) dan stilistik).
Larson (1998:3) menyatakan bahwa “Translation consists of transferring the meaning
of the source language into the receptor language.”(Penerjemahan adalah mengalihkan

Universitas Sumatera Utara

makna dalam BSu ke BSa.) Hal itu terlihat dari “consists of transferring the meaning”
sehingga dalam menerjemahkan teks, seorang penerjemah harus memiliki gaya bahasa,
bentuk situasi komunikasi dan latar belakang konteks budaya yang baik terhadap BSu dan
BSa.

Menurut Newmark (1981:7) juga memberikan definisi penerjemahan bahwa
“translation is an attempt to replace a written message and/or statement in one language by
the same message and/or statement in another language.”( penerjemahan merupakan upaya
untuk menggantikan pesan tertulis dan / atau pernyataan dalam satu bahasa dengan pesan
yang sama dan / atau pernyataan ke dalam bahasa lain). Larson (1998:3) menyatakan bahwa

“Translation consists of studying the lexicon, grammatical structure, communication
situation and culture context of the source language text, analyzing it in order to determine
its meaning and the reconstruction this same meaning using the lexicon and grammatical
structure which are appropriate in the receptor language and its cultural context.”
(Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan
konteks budaya dari teks BSu, menganalisis teks BSu untuk menemukan maknanya, dan
mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur
gramatikal yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.) Dari defenisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan makna dari teks BSu ke dalam
teks BSa dengan memperhatikan kesesuaian leksikon, struktur gramatikal dan konteks
budaya di dalam BSu dan BSa sehingga pesan yang dimaksud oleh penulis dapat
disampaikan kepada pembaca.
Menerjemahkan harus dilakukan secara totalitas yang berarti bahwa dalam
menemukan kesepadanan dan kesewajaran yang terdekat harus berdasarkan gaya bahasa dan
konteks budaya serta batasan situasional sehingga hasil terjemahan tersebut lebih bersifat

Universitas Sumatera Utara

alami dalam BSa. Fokus dalam menerjemahkan adalah menggantikan makna suatu teks BSu
dengan padanan makna yang sesuai dalam BSa.

Bell (1991:11) menyatakan bahwa “a good translation should be that in which the
merit of the original work is so completely transfused into another language, as to be as
distinctly apprehended, and as strongly felt, by a native of the country to which that language
belongs, as it is by those who speak the language of the original work.” Definisi ini
menyarankan bahwa ada tiga hukum yang seharusnya diadopsi dengan baik dalam proses
penerjemahan antara lain; Bahwa penerjemah seharunya memberikan catatan gagasan
lengkap dari pekerjaan yang asli. Bahwa gaya dan cara penulisan seharunya memiliki
karakter yangs ama dari bentuk aslinya. Dan bahwa pernerjemah memiliki kebebasan dari
karangan aslinya.

2.2 Jenis Penerjemahan
Basnet dan Guire (1988:14) membagi jenis penerjemahan ke dalam tiga kategori,
yaitu (1) penerjemahan dalam bahasa yang sama (intrealingual translation atau rewording)
yang merupakan interpretasi lambing – lambing verbal dengan menggunakan lambing –
lambing lain dalam bahasa yang sama, (2) penerjemahan dari satu bahasa ke dalam bahasa
yang lain (interlingual translation atau translation proper), dan (3) penerjemahan dari bahasa
tulisan ke dalam media lain seperti gambar, music dan lain – lain (intersemiotic translation
atau transmutation)
Berkaitan dengan penerjemahan dalam bahasa yang sama (intrealingual translation
atau rewording), misalnya pada situasi seorang anak yang sedang belajar berbahasa. Anak

tersebut belum menguasai kosa kata, ketika dia mendengar atau menemukan kata yang belum
dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain. Misalnya dia akan bertanya kepada orang
yang paling dekat dengannya, yaitu ibunya. Kemudian ibunya menjelaskan kata yang dia

Universitas Sumatera Utara

tidak mengerti dengan menggunakan kata yang lebih sederhana sesuai dengan pola pikir
anaknya sehingga anaknya dapat mengerti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
penjelasan terhadap kata tersebut, atau memberikan sinonimnya. Sebenarnya ibu tersebut
telah melakukan penerjemahan untuk anaknya.
Selanjutnya dapat dijelaskan mengenai penerjemahan dari satu bahasa ke dalam
bahasa yang lain (interlingual translation atau translation proper), yang merupakan jenis
penerjemahan yang lebih dikenal, yaitu menerjemahkan dari BSu ke dalam BSa, misalnya
suati teks dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dapat diberikan
contoh kata rumah I diterjemahkan menjadi ihouse atau home.
Jenis penerjemahan yang ketiga penerjemahn dari bahasa tulisan ke dalam media lain
seperti gambar, music dan lain – lain (intersemiotic translation atau transmutation), misalnya
dari bahasa Braille diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Disamping itu Suryawinata (1989:3) berpendapat bahwa penerjemahan dibagi
menjadi empat jenis yaitu:

1. Penerjemahan menurut tujuannya, terdiri atas
a. Penerjemahan Praktis
Penerjemahan ini sangat mementingkan ketepatan (accuracy), misalnya penerjemahan
dokumen – dokumen teknis.
b. Penerjemahan Estetis – Puitis
Dalam penerjemahan ini yang diutamakan adalah emosi, perasaan dan dampak
afektif, seperti misalnya penerjemahan puisi.
c. Penerjemahan Etnografi
Penerjemahan ini lebih mengutamakan penyajian konteks budaya dalam BSu ke
dalam jkonteks budaya BSa
d. Penerjemahan Linguistik

Universitas Sumatera Utara

Penerjemahan ini lebih mengutamakan ekuivalensi atau kesepadanan kebahasaan dari
BSu ke dalam BSa
2. Penerjemahan dilihat dari hasil akhir penerjemahan, terdiri atas;

a. Penerjemahan Harfiah, yaitu penerjemahan kata demi kata dalam teks aslinya.
b. Penerjemahan yang disebut alih bahasa, yaitu penerjemahan yang derajat

kesetiaannya 60% - 70%
c. Saduran, yaitu penerjemahan yang hanya mengambil ide – ide pokok BSu,
sedangkan penulisnya bebas memakai ungkapannya sendiri.
d. Penerjemahan Dinamis yaitu penerjemahan mencari padanan atau ekuivalensi yang
sedekat mungkin dengan teks aslinya dalam BSu tidak kata demi kata atau kalimat demi
kalimat, tetapi harus memperhatikan makna teks secara keseluruhan.
3. Penerjemahan dilihat dari materinya yang diterjemahkan, contohnya penerjemahan teksteks ilmu pengetahuan, seni budaya dan sebagainya.
4. Penerjemahan dilihat dari media penyampaian pesan, penerjemahan yang dilakukan secara
lisan maupun tulisan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Nida dan Taber (1969:67) yang membagi juga
penerjemahan menjadi dua bagian besar yang sederhana, yaitu hanya ke dalam penerjemahan
yang harfiah dan penerjemahan yang dinamis. Dari pendapat para ahli diatas, dapat
ditemukan bahwa terdapat beragam pembagian penerjemahan dengan berbagai kategori
tergantung pada bentuk, tujuan dan hasil akhir yang diinginkan dari hasil teks yang akan
diterjemahkan.

2.3 Prosedur Penerjemahan

Universitas Sumatera Utara


Vinay dan Darbelnet (2000:84-93) adalah ahli yang pertama mengidentifikasi dua metode
umum yang terdiri dari tujuh prosedur dalam menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran.
Kedua metode itu adalah metode Langsung dan metode Tidak Langsung atau terjemahan
Miring (Oblique). Terjemahan langsung meliputi pinjaman, calque, dan terjemahan harfiah
sementara terjemahan miring meliputi transposisi, modulasi, kesetaraan, dan adaptasi.
Menurut Vinay dan Darbelnet (1958:61-64), terjemahan harfiah berarti bahwa pesan
bahasa sumber dapat diterjemahkan dengan sempurna ke dalam bahasa sasaran, karena pesan
yang berdasarkan kategori paralel atau konsep. Terjemahan Oblique atau Tidak Langsung
digunakan ketika ada kesenjangan dalam bahasa target yang harus diisi oleh beberapa arti
setara, sehingga makna atau kesan yang sama untuk bahasa sumber dan bahasa target.
Terjemahan Oblique juga harus digunakan ketika bahasa memiliki beberapa perbedaan
struktural atau metalinguistik sehingga efek gaya tertentu dapat dialihkan tanpa perubahan
semantik leksikal atau radikal. Lebih tepatnya, penerjemah harus beralih ke terjemahan
miring jika pesan yang diterjemahkan secara harfiah memiliki arti lain baik dari bahasa
sumber, sesuai dengan sesuatu di metalinguistics dari bahasa target tetapi tidak tingkat
linguistik yang sama.
Vinay dan Darbelnet (2000:84-93) menyebutkan prosedur terjemahan dapat dibagi
menjadi dua antara lain (a) terjemahan harfiah atau langsung, yang mencakup pinjaman,
calque, dan terjemahan harfiah, (b) terjemahan miring yang meliputi transposisi, modulasi,
kesetaraan, dan adaptasi.

1. Peminjaman atau Borrowing
Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mengatakan bahwa Pinjaman adalah
prosedur yang paling sederhana dari semua prosedur penerjemahan. Dalam prosedur
pinjaman, BSu dialihkan langsung ke dalam BSa. Prosedur Pinjaman dalam terjemahan tidak
selalu dibenarkan oleh adanya kesenjangan leksikal dalam BSa, namun dapat digunakan

Universitas Sumatera Utara

sebagai cara untuk mempertahankan warna lokal dari kata tersebut, atau digunakan karena
khawatir akan kehilangan beberapa aspek semiotik dan aspek budaya kata jika diterjemahkan
Hockett (1958:402) mengatakan, ““the feature which is imitated is called the model;
the language which is the model occurs, or the speaker of that language, called donor, the
language which acquires something new in the process is borrowing language. The process
itself called borrowing.” (Ciri – ciri yang ditiru disebut model, bahasa yang terjadi
merupakan modus, atau sipembicara bahasa itu, disebut donor, bahasa yang memperoleh
sesuatu yang baru dalam proses ini adalah proses pemberian pinjaman. Lehman (1962:213)
mengatakan, “The process by which word are imported into a language is known as borrowing.”
(Proses di mana kata diserap ke dalam bahasa yang dikenal sebagai pinjaman.) Ada beberapa
kemungkinan yang mungkin terjadi pada prosedur ini. Pertama, meminjam dengan tidak
mengubah bentuk dan makna (kata-kata pinjaman m urni) (Pure loanword), kedua, pinjaman

dengan perubahan dalam bentuk, tetapi tanpa mengubah makna (loan mix), dan ketiga,
pinjaman ketika bagian dari istilah merupakan bagian asli dan lainnya dipinjam , tapi makna
sepenuhnya dipinjam (campuran pinjaman) (Loan Blends). Sebagai contoh:
a. Pinjaman dengan tidak mengubah bentuk dan makna (murni kata-kata pinjaman) atau
(Pure loanword),
supermarket – supermarket
cybermall – cybermall
merger – merger
b. Pinjaman dengan perubahan bentuk tapi tanpa mengubah arti (campuran kata-kata
pinjaman) atau (loan mix),
inflation - inflasi
productivity - produktivitas
stability - stabilitas

Universitas Sumatera Utara

business - bisnis
recession - resesi
c. Campuran Pinjaman (pinjaman ketika bagian dari istilah ini asli dan bagian lain dipinjam)
(Loan Blends).

fiscal policy - kebijakan fiskal
Corporate strategy - strategi perusahaan
Environment economy - lingkungan ekonomi
National debt - hutang nasional.
2. Kalke atau Calque
Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mengatakan bahwa calque adalah jenis
khusus dari pinjaman dimana bahasa meminjam ungkapan dari yang lain, tapi kemudian
masing –masing elemen diterjemahkan sercara harfiah. Vinay dan Darbelnet dalam Venuti
membagi prosedur ini menjadi dua bagian: pertama, calque leksikal, yang memperhatikan
struktur sintaksis dari kedua, calque struktural, memperkenalkan konstruksi baru ke dalam
bahasa. Sebagai contoh:
Functional strategy - strategi fungsional

Crisis management - manajemen krisis.
3. Terjemahan Harfiah atau Literal Translation

Vinay dan Darbelnet mengatakan bahwa terjemahan literal atau terjemahan kata demi
kata adalah mengalihkan langsung dari teks Bsu sesuai dengan teks gramatikal dan ideomatik
BSa di mana tugas penerjemah terbatas untuk mengamati kepatuhan terhadap tingkatan
linguistik dari BSa. Pada prinsipnya, terjemahan harfiah adalah solusi unik yang dapat

dipakai secara bolak – balik dan lengkap dalam dirinya sendiri. Terjemahan tidak diperlukan
untuk membuat perubahan selain memperjelas, seperti yang menyangkut kesesuaian tata
bahasa atau akhiran inflektif, misalnya bahasa Inggris "where are you?" Diterjemahkan ke

Universitas Sumatera Utara

dalam bahasa Prancis "Ou etes vous?". Prosedur ini paling sering ditemukan dalam
terjemahan antara bahasa yang terkait erat, misalnya Perancis-Italia, dan khususnya mereka
yang memiliki budaya yang sama.
Terjemahan harfiah adalah salah satu cara penulis untuk terjemahan literal yang baik
hanya saja harus ada yang dikorbankan karena persyaratan struktural dan metalinguistik dan
setelah memeriksa bahwa makna sepenuhnya dipertahankan. Tapi Vinay dan Darbelnet
mengatakan, bahwa para penerjemah dapat menilai terjemahan harfiah menjadi 'tidak dapat
diterima' karena: memberikan arti yang berbeda, tidak memiliki makna, tidak alami karena
alasan struktural, tidak memiliki ekspresi yang sesuai dalam metalinguistik dari BSa, Sesuai
dengan sesuatu pada tingkat bahasa yang berbeda. Sebagai contoh:
unlimited liability - tanggung jawab tak terbalas
stock - saham
entrepreneur – wiraswasta.
4. Transposisi atau Transposition
Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mendefinisikan transposisi adalah
prosedur yang melibatkan penggantian satu kelas kata dengan kelas kata yang lain tanpa
mengubah makna dari pesan atau arti. Dalam terjemahan, ada dua jenis bentuk transposisi:
transposisi wajib dan opsional. Prosedur ini juga merupakan perubahan dalam tata bahasa
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran (dari tunggal menjadi jamak; posisi kata sifat,
mengubah kelas kata) sebagai contoh:
Standard of living - standar hidup
Balance of trading - neraca perdagangan
Limited liability - tanggung jawa terbatas
5. Modulasi atau Modulation

Universitas Sumatera Utara

Modulasi adalah variasi dari bentuk pesan, diperoleh dari perubahan sudut pandang.
Hal ini akan mengubah bentuk semantik dan sudut pandang BSu. Dan terjemahan ini juga
dapat diterima ketika hasil terjemahan dalam ucapan tata bahasa yang benar, itu dianggap
tidak cocok, unidiomatic atau canggung dalam BSa
Sama seperti transposisi, ada dua jenis modulasi, modulasi bebas atau opsional dan
modulasi tetap atau wajib. Modulasi tetap dimana penerjemah dengan pengetahuan yang baik
dari kedua bahasa bebas menggunakan metode ini, karena mereka akan menyadari frekuensi
penggunaan, penerimaan keseluruhan, dan konfirmasi yang diberikan oleh kamus atau tata
bahasa dari ekspresi disukai. Sementara modulasi bebas cenderung menuju solusi yang unik,
solusi yang bersandar pada kebiasaan pemikiran dan yang diperlukan bukan opsional.
Modulasi bebas cukup sering digunakan atau dirasakan untuk menawarkan satu-satunya
solusi, mungkin menjadi tetap. Modulasi tetap juga merupakan jenis modulasi yang
mengubah ekspresi SL negatif menjadi ekspresi TL positif. Sebagai contoh
it is not difficult to see him - mudah menjumpainya.
6. Kesetaraan atau Equivalence
Vinay dan Darbelnet menggunakan istilah ini (2000:90) untuk merujuk pada kasus di mana
bahasa menggambarkan situasi yang sama dengan metode gaya atau struktural yang berbeda.
Kesetaraan ini sangat berguna dalam menerjemahkan idiom dan peribahasa. Sebagai contoh

She is lovely like the morning star - cantik seperti rembulan
We’re in the same boat - senasib
Bookworm - kutu buku
It’s raining cats and dogs - hujan deras
7. Adaptasi atau Adaptation
Vinay dan Darbelnet di Venuti (2000:84-93) mendefinisikan adaptasi sebagai
prosedur yang menciptakan situasi baru untuk menunjukkan kesetaraan situasional. Dan juga
melibatkan perubahan referensi budaya ketika situasi dalam budaya sumber tidak ada dalam

Universitas Sumatera Utara

budaya sasaran. Vinay dan Darbelnet menunjukkan bahwa konotasi budaya dari referensi
dalam teks bahasa Inggris ke kriket permainan mungkin terbaik diterjemahkan ke dalam
bahasa Prancis oleh referensi ke Tour de France. Adaptasi ini terutama digunakan dalam
terjemahan dari buku dan film. Sebagai contoh;

Children of nation - anak segala bangsa
A road with no end - jalan tak ada ujung
Gone with the wind - hilang tak berkesan
Sebuah penolakan untuk membuat penggunaan adaptasi yang tidak hanya struktural,
tetapi juga berkaitan dengan penyajian ide atau pengaturan mereka dalam ayat tersebut,
mengarah ke teks yang sempurna benar tapi tetap selalu mengkhianati statusnya sebagai
terjemahan oleh sesuatu yang tak dapat dijelaskan dalam batunya , sesuatu yang tidak cukup
berdering benar.

2.4 Pergeseran dalam Terjemahan

Catford (1965:73) menyatakan bahwa “shift mean the departure from formal
correspondence in the process of going from the source language to the target language.”
Ada dua jenis pergeseran (shifting) dalam penerjemahan menurut Catford, antara lain Level
Shift dan Category Shift. Yang dimaksud dengan level shift atau pergeseran tataran bahwa
dalam pergeseran ini sebuah BSu yang berada pada tingkat linguistik tertentu memiliki
bahasa terjemahan dengan system bahasa yang sepadan dalam tingkat linguistik yang
berbeda. Pada umumnya pergeseran ini terjadi pada tingkat leksikal dan gramatikal. Disisi
lain category shift lebih mengarah pada terjemahan unbounded dan rank bound atau lebih
dikenal dengan istilah normal and free translation atau terjemahan normal dan bebas, dimana

Universitas Sumatera Utara

ekuivalensi BSu diatur berdasarkan ketetapan. Istilah terjemahan rank- bound hanya
mengacu pada kasus – kasus khusus dimana ekuivalensinya sengaja dibatasi pada barisan
bawah kalimat. Sementara itu istilah unbounded translation merupakan terjemahan tak
terbatas dimana ekuivalensi penerjemahan dapat terjadi antar kalimat, klausa kata-kata atau
morfem. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa category shift atau pergeseran kategori
merupakan departure from formal correspondence in translation. (Catford 1965:73).
Catford (1965:73) mengklasifikasikan pergeseran kategori (category shift) menjadi
empat bagian. Antara lain (1) structute shift. (2) Class shift (3) unit shift atau rank change dan
(4) intra – system shift. Strucrure shift atau pergeseran struktur dianggap sebagai kategori
yang paling sering dipakai pada semua tingkat penerjemahan. Lebih lanjut pergeseran
struktur (structure shift) dapat dibagi menjadi tiga bagian antara lain: (a) pergeseran pada
tingkat kalimat (b) pergeseran pada tingkat klausa dan (c) pergeseran pada tingkat kelompok
kata.
Contoh.
Ayah saya pengusaha
S

C

My father is a businessman
S

(Bahasa Sumber)

V

(Target Language)

C

Struktur kalimat BSu (SC) memiliki elemen yang berbeda pada struktur kalimat BSa
(SVC). Ini menunjukkan bahwa ada terjadinya pergeseran struktur (structure shift) pada
tingkat klausa dalam terjemahan diatas.
Class shift merupakan “class shifts as that grouping of members of a given unit which is
confined by operation in the structure of the unit next above.” (Catford 1965:73). Pergeseran

kelas (Class shift) terjadi ketika kelas kata dari BSu berbeda dengan kelas kata dalam BSa.
Contoh preposisi menjadi konjungsi

Universitas Sumatera Utara

After that, I would her home
Setelah kami berbelanja, saya menghantarnya pulang
Selanjutnya pergeseran kategori ketiga adalah pergeseran unit (unit shift). Pergeseran
ini hampir sama dengan pergeseran struktur. Namun pergeseran pada tataran ini tingkatan
antara BSu dan BSa berbeda. Misalnya dua kata dalam BSu diterjemahkan menjadi satu kata
saja dalam BSa.
Contoh dari Frase menjadi kata
His father is very ice
Ayahnya sangat baik
Dan bagian terakhir dalam pergeseran kategori (category shift) adalah pergeseran
intra- system (intra – system shift). Pergeseran pada tataran ini terjadi pada kasus – kasus
yang melibatkan system internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. Misalnya
pembentukan tunggal menjadi jamak. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
bahasa tersebut sehingga dalam penerjemahan bentuk tunggal pada BSu menjadi jamak
dalam BSa.
Contoh. People often think negative about him.
Orang sering berfikir negatif tentang dia.

2.5 Kalimat Pasif
2.5.1 Definisi Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat dimana subjek dikenai tindakan/ pekerjaan/perbuatan;
berbeda

dengan

kalimat

aktif

dimana

subjek-lah

yang

melakukan

tindakan/

pekerjaan/perbuatan. Dalam bahasa Indonesia salah satu pembeda kalimat aktif dan kalimat
pasif adalah prefiks yang mengawali kata kerja: me- menunjukkan aktif, dan di-/termenunjukkan pasif. Secara umum kalimat pasif dibentuk oleh ‘to be’ yang diikuti kata kerja

Universitas Sumatera Utara

bentuk ketiga (Past Participle). Bentuk ‘to be’ menyesuaikan dengan pola kalimat yang
dimasuki.
2.5.2 Struktur Kalimat Pasif Bahasa Indonesia
Menurut Sneddon ada beberapa cara tata bahasa Indonesia yang tidak menggunakan
istilah kalimat aktif dan pasif, namun lebih memfokuskan pada istilah tataran subjek dan
objek dalam kalimat. Hal itu dikarenakan adanya beberapa perbedaan antara bentuk susunan
kalimat aktif, pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Eropa khususnya bahasa Inggris baik
secara struktur maupun fungsi.
Lebih jauh Sneddon (1996:246) mengatakan bahwa “despite the difference, there are
also important similarities, and the relationship between the two constructions is often
similar to the relationship between active and passive in English, allowing the same terms to
be used to describe them.” Susunan bentuk kalimat pasif dapat dideskripsikan dengan istilah
transformasi dari bentuk kalimat aktif. Konstruksi kalimat pasif lebih sering didapati dalam
bahasa Indonesia dari pada bahasa Inggris. Apabila suatu terjemahan kalimat pasif terlihat
tidak wajar, maka terjemahan tersebut lebih sering diterjemahkan dalam bentuk kalimat aktif.
Dalam konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia, posisi orang atau benda yang
dibicarakan biasanya dijadikan sebagai Subjek (S) dalam kalimat. Jika ada sebuah
pembahasan tentang pelaku atau peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh
verba predikat dalam sebuah kalimat, pelaku akan bertindak sebagai Subjek (S) dalam bentuk
kalimat aktif. Umumnya kata kerja aktif transitif memiliki awalan meN-, dimana awalan
konstruksi ini disebut atau dikategorikan sebaagai kalimat aktif. Sebaliknya jika fokus
perhatian pada orang atau hal yang berkedudukan sebagai subjek namun dikenai perbuatan
yang dinyatakan oleh verba predikat dalam kalimat maka kalimat tersebut dinyatakan dalam
bentuk pasif. Sebuah verba pasif biasanya memiliki awalan di-. Berikut merupakan contoh
konstruksi kalimat pasif dimana subjek sebagai pelaku dikenai perbuatan.

Universitas Sumatera Utara

Mereka telah menjemput Budi

(Aktif)

Budi telah dijemput oleh mereka

(Pasif)

Sejalan dengan penjelasan diatas, Alwi et al (1998:345-348) dalam buku “Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia” mengatakan bahwa pemasifan dalam baahasa Indonesia
dilakukan dengan dua cara (1) menggunakan verba berprefiks di- dan (2) menggunakan verba
tanpa prefiks di-. Jika kita menggunakan simbol (S) untuk Subjek, (P) untuk Predikat dan (O)
untuk Objek, maka kaidah umum untuk pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam
bahasa Indonesia antara lain;
A. Cara Pertama
1 Pertukarkanlah S dengan O
2 Gantilah Prefiks meng- dengan di- pada P
3 Tambahkanlah kata “Oleh” didepan unsur yang tadinya S
Contoh:
1. Pak Boy mengangkat seorang asisten baru

(Aktif)

2. Seorang asisten baru diangkat pak Boy

(Pasif A.2)

3. Seorang asisten baru diangkat oleh pak Boy

(Pasif A.3)

Keberterimaan kalimat (Pasif A.2) dan (Pasif A.3) Menunjukkan bahwa kehadiran
bentuk ‘oleh’ pada kalimat pasif bersifat manasuka. Akan tetapi, jika verba predikat tidak
diikuti langsung oleh pelengkap pelaku (yang sebelumnya subjek kalimat pasif) maka bentuk
‘oleh’ wajib hadir.
Contoh:
4a. Mobil tua itu harus diperbaiki segera oleh Pak Boy. bukan dengan
4b. Mobil tua itu harus diperbaiki segera Pak Boy.
B. Cara Kedua
B.1 Pindahkan O keawal kalimat

Universitas Sumatera Utara

B.2 Tanggalkan prefiks meng- pada P
B.3 Pindahkan S ketempat yang tepat sebelum verba.
Contoh:
5. Saya sudah mencuci pakaian itu

(Aktif)

5a. Pakaian itu saya sudah cuci

(Pasif)

5b. Pakaian itu sudah saya cuci

(Pasif)

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa Promina persona ketiga atau nama diri yang relative
pendek, maka padanan pasifnya dapat dibentuk dengan cara seperti contoh berikut.
6. Mereka akan membersikan ruangan itu

(Aktif)

6a. Ruangan itu akan dibersihkan (oleh) mereka

(Pasif)

6b. Ruangan itu akan mereka bersihkan

(Pasif)

7. Dia sudah mendengar berita duka itu

(Aktif)

7a. Berita duka itu sudah didengar (oleh) dia

(Pasif)

7b. Berita duka itu sudah dia dengar

(Pasif)

8. Ayah telah membeli rumah itu

(Aktif)

8a. Rumah itu telah dibeli (oleh) ayah

(Pasif)

8b. Rumah itu telah ayah beli

(Pasif)

Arti pasif dapat pula bergabung dengan unsur lain seperti unsur ketidaksengajaan.
Jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dan dalam kalimat pasif itu terkandung pula
pengertian bahwa perbuatan yang dinyatakan oleh verba itu mengandung unsur yang tak
sengaja, maka bentuk prefiks yang dipakai untuk verba bukan lagi di-, melaikan ter-.
Perhatikan perbedaan kalimat (a) dan (b) berikut ini.
9a. Penumpang bus itu dilempar keluar

Universitas Sumatera Utara

9b. Penumpang bus itu terlempar keluar
10a. Pintu itu ditendang adik
10b. Pintu itu tertendang adik.
Pada kalimat (9a, 10a) menunjukkan bahwa seseorang melakukan perbuatan itu
dengan niat dan kesengajaan. Sebaliknya, kalimat (9b, 10b) mengacu kesatu keadaan atau
ketidaksengajaan sipelaku perbuataan.
Disamping makna ketidaksengajaan itu, verba pasif yang memakai ter- juga dapat
menunjukkan kekodratan; artinya, kita tidak memasalahkan siapa yang melakukan perbuatan
tersebut sehingga seolah - olah sudah menjadi kodratlah bahwa sesuatu harus demikian
keadaannya. Sebagai contoh perhatikan kalimat yang berikut.
11. Danau Toba terletak di provinsi Sumatera Utara
12. Soal ini terlepas dari rasa senang atau tidak senang
Dan juga, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga ditandai oleh kata
kena. Seperti dalam contoh berikut.
13. Mereka kena tipu orang .
Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai oleh
verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya
berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.
14. Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.
Kalimat pasif bahasa Indonesia memiliki dua bentuk yang berbeda Dardjowidjojo
(1987) menyebutkan dengan istilah “Pasif tipe pertama dan tipe kedua.” Pemilihan jenis
kalimat pasif ditentukan oleh subjek (aktor). Ketika suatu kalimat aktif berubah menjadi
kalimat pasif, dua hal ini harus dipertimbangkan dalam memutuskan apakah kalimat pasif
tersebut digolongkan dalam kalimat pasif tipe pertama atau tipe kedua. Pada kalimat pasif

Universitas Sumatera Utara

tipe pertama, subjek buasanya adalah orang ketiga atau yang lebih sering dikenal dengan
“dia” atau “mereka”. Kaidah dari jenis kalimat pertama ini ditetapkan sebagai berikut.
Kalimat aktif:
Subjek (Actor) + meN-Verba + Objek (Patient)
Contoh:
Dia menunggu saya.
Anto menulis surat ini.
Seseorang telah mengirimkan bingkisan ini ke rumah.
Kalimat pasif:
Subjek (Patient) + di- Verba + (oleh) + Objek (Actor)
Contoh:
Saya ditungguinya/dia/oleh dia.
Surat itu ditulis anto/oleh anto.
Bingkisan ini telah dikirim kerumah.
Pada kalimat pasif tipe kedua, agent berbentuk pronominal atau pronominal
pengganti, dimana posisi agent tersebut berada sebelum verba yang tidak memiliki prefiks.
Kaidah dari jenis kalimat pasif tipe kedua ini ditetapkan sebagai berikut.
Subjek (Patient) + Agent + Verba
Contoh:
Kami menjemput dia

(Aktif)

Dia kami jemput

(Pasif)

Dalam kaidah kalimat pasif tipe kedua diatas dapat dilihat bahwa tidak ada komponen lain
antara agent dan verba. Khususnya dalam komponen frase predikat, yang berfungsi sebagai
penanda negative atau temporal berada sebelum agent.
Contoh:

Universitas Sumatera Utara

Rumah itu tidak akan kami beli.
Jika agent ‘kami’ deganti dengan aku atau kamu, maka bentuknya berubah menjadi
ku- dank kau- seperti contoh berikut.
Rumah itu tidak akan kubeli
Rumah itu tidak akan kau beli
Hal ini juga menambahkan bahwa dalam bahasa inggris, konstruksi kalimat pasif
memungkinkan sipembicara untuk menghindari penyebutan subjek (actor). Hal ini kadang –
kadang diperlukan atau dibutuhkan bilamana subjek (actor) tidak diketahui, tidak jelas, tidak
penting atau bahkan dikarenakan tindakan subjek (actor) merupakan suatu tindakan yang
dapat dilakukan oleh siapa saja.
Contoh: Rumahnya dibobol kemarin malam
Dia disuruh berlari
Permintaannya direalisasikan
Mudah-mudahan segala pelanggarannya diampuni
Pembokaran gedung itu dilakukan secara bertahap
Chung (1989) juga menyatakan bahwa “there are two types of passive in Indonesian,
namely: a canonical passive and a passive voice which has the surface form of an object
topicalization.” Hal ini biasa dijumpai dalam kalimat pasif bahasa Indonesia dimana subjek
dan objek langsung tidak ditandai dengan adanya kata depan. Verba transitif memiliki awalan
meng- dan hanya terjadi dalam kalimat aktif transitif.
Contoh.
Siska membaca novel itu

(Aktif)

Novel itu dibaca (oleh) siska

(Pasif)

Universitas Sumatera Utara

Orang itu memukul siska

(Aktif)

Siska dipukul (oleh) orang itu

(Pasif)

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa objek langsung berubah menjadi subjek dan
subjek berubah menjadi objek dengan menambahkan preposisi ‘oleh.’ Dalam pengertian teori
diatas dapat dilihat bahwa verba ditandai dengan prefiks di- yang menggantikan prefiks verba
transitif meng- disebut dengan istilah kalimat pasif kanonik.

2.5.3 Struktur Kalimat Pasif dalam Bahasa Inggris
Quirk (1972:802) menyatakan bahwa “voice is a grammatical category which makes
it possible to view the action of a sentence in two ways without any change in the facts
reported.” Hubungan antar kalimat pasif dan pasif melibatkan dua tingkatan tata bahasa,
yaitu frase verba dan klausa. Pada tingkatan frase verba, perbedaan antara dua kategori
kalimat bahwa kalimat pasif ditandai dengan adanya kata kerja bantu ‘be’ dan kata kerja
bentuk ketiga ‘past participle.’ Memang dalam bahasa inggris pola dasar kalimat pasif
adalah ‘be + past participle’ dan variasinya tergantung pada bentuk keterangan waktu.
Sementara pada tingkatan klausa, pemasifan kalimat melibatkan penyusunan ulang dari dua
elemen klausa dan satu tambahan, dimana subjek aktif dan preposisi ‘oleh’ merupakan
pilihan tambahan sebelum objek (agent).

Bahasa Inggris memiliki dua bentuk kalimat yang digunakan untuk menyatakan suatu
pikiran. Kedua bentuk kalimat tersebut adalah kalimat aktif dan kalimat pasif. Dalam kalimat
aktif subjek melakukan pekerjaan atau melakukan suatu perbuatan. Dengan ciri khas bahwa
kata kerja yang digunakan berawalan “me-“. Sedangkan di dalam kalimat pasif, subjek
dalam

kalimat

tersebut

tidak

melakukan

pekerjaan/perbuatan,

melainkan

dikenai

pekerjaan/perbuatan. Dengan ciri khas bahwa kata kerja yang digunakan dalam kalimat

Universitas Sumatera Utara

tersebut berawalan “di-“. Kata kerja yang digunakan dalam kalimat pasif bahasa Inggris
adalah: to be + Verb 3 (Past Participle). “Be” itu sendiri dibuat sesuai dengan tense yang
digunakan dalam kalimat itu dan disuikan dengan subject kalimat tersebut.

Kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dengan menjadikan “object” kalimat aktif
itu sebagai “Subject” kalimat pasif tersebut. Berdasarkan hal itu jelaslah bahwa hanya
kalimat yang memiliki “object” yang dapat diubah menjadi pasif.

Contoh:
Yanto slapped the boy on his face. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi:
S

P

O

The boy was slapped on his face.
S

P

Objek pelaku kalimat pasif yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan kata “by
…” jarang diucapkan, karena kalimat pasif cenderung untuk hanya mengemukakan aktifitas .
object pelaku diucapkan/ditilis hanya bila memang diperlukan, sebagai kelengkapan arti
kalimat pasif bersangkutan.

Contoh.
The queen invited us to dinner. Kalimat ini akan menjadi:
We were invited to dinner by the queen.

Bila pada sebuah kalimat aktif terdapat dua objek, maka subjek kalimat pasifnya
dapat dipilih dari kedua object tersebut. Namun biasanya dalam bahasa Inggris objek manusia
yang digunakan/dipilih sebagai subjek kalimat pasif.

Universitas Sumatera Utara

Contoh:
I shall give her a new pen.

(Aktif)

1. She will be given a new pen.

(Pasif)

2. A new pen will be given to her

(Pasif)

Biber et al (1998:475) menyatakan bahwa kata kerja atau verba transitif biasanya
berbentuk aktif, tetapi juga dapat terjadi dalam kalimat pasif. Tidak sedikit kalimat pasif
dalam bahasa Inggris menggunakan verba tindakan dimana subjek melakukan tindakan yang
dilambangkan oleh kata kerja. Karena subjek melakukan atau bertindak atas verba dalam
kalimat maka kalimat itu disebut dengan kalimat aktif. Dan sebaliknya ketika subjek dikenai
tindakan verba dalam kalimat makan kalimat itu disebut dengan kalimat pasif. Dengan kata
lain, seseorang dapat merubah susunan kata dari kalimat aktif menjadi kalimat pasif dengan
menggunakan objek langsung sehingga subjek mengalami perubahan susunan.

Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa seseorang atau suatu hal yg kita bahas dalam
suatu kalimat dinyatakan sebagai subjek dan membahas pelaku (aktor) kita akan
menggunakan verba aktif maka kalimat itu disebut dengan kalimat aktif. Namun jika kita
memusatkan perhatian pada orang atau suatu hal yang berkedudukan sebagai objek, kita akan
menggunakan verba pasif yang kemudian diikuti oleh subjek dari kalimat aktif sebelumnya
maka kaliamt itu disebut dengan kalimat pasif. Ada kalanya sebuah konstruksi kalimat aktif
tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif bilamana kalimat tersebut tidak memiliki objek
atau objek kalimat tersebut tak tentu (indefinite) Contoh: “Colorful parrots live in the
rainforest” tidak dapat dirubah dalam kalimat pasif karena tidak memiliki objek.
Baker (1991:106) mengatakan bahwa “The main function of the passive constructions
in English is to avoid specifying the agentt and to give an impression of objectivity” dalam
hal ini baker menyampaikan bahwa fungsi utama dari kalimat pasif bahasa inggris untuk

Universitas Sumatera Utara

menghindari penyebutan agent dan memberikan kesan pada kalimat secara objective. Larson
(1984:246) berpendapat bahwa kalimat pasif jika fokus digunakan terhadap resultan,
benefaktif, dll. Karena dalam kalimat pasif perlu menambahkan kata kata dan mengubah
tindakan pelaku yang bertujuan membuat para pembaca lebih memahami makna yang
dimaksud secara mendalam.
Kalimat pasif juga berguna dalam beberapa bentuk situasi. Namun bila digunakan
secara tidak benar maka akan dapat menyebabkan tulisan menjadi tidak jelas. Dalam upaya
menghindari pemakaian kalimat pasif yang salah serta mengubah mengubah kalimat aktif
menjadi pasif atau sebaliknya kita harus memahami terlebih dahulu struktur kalimat aktif dan
pasif. Gym (2010) memerikan contoh dan mengingatkan kita untuk mempertimbangkan saran
saran seperti berikut sehingga kita dapat mengetahui kapan harus menggunakan kalimat aktif
dan pasif baik dalam menulis maupun berbicara.
1. Jika tidak ada alasan untuk mengatakan tidak, gunakanlah kalimat aktif. Karena
kalimat aktif dapat menyebabkan tulisan atau ucapan anda menjadi lebih jelas.
Contoh :
a. Passive (weak)

: The house was leveled by the Tornado
(Rumah itu diratakan oleh angin Tornado) Menjadi

Active (Vivid)

: The Furious tornado stripped the house to its foundation.
(Amukan tornado melululantakan rumah itu hingga bagian
dasar)

b. Passive (weak)

: Spirits were low after the football game was lost
(Semangat menjadi kendur setelah kalah dalam pertandingan
bola)

Active (vivid)

: A final heartbreaking interception ended the game and
crushed the home team’s spirit

Universitas Sumatera Utara

(Sebuah akhir yang menyedihkan dari sebuah pertandingan
mengakhiri dan menghancurkan semangat tim tua rumah)
c. Passive (unclear) : The students were advice not to drink on school night.
Para siswa disarankan untuk tidak mabuk – mabukan pada
malam sekolah.
Active (clear)

: The health center advised student about the risk of drinking
on school night.
(Pusat kesehatan menyarankan para siswa tentang resiko
mabuk – mabukan pada maalm sekolah)

2. Gunakanlah kalimat pasif untuk menekankan proses penulisan ilmiah
Contoh:

Next, the magnet were calibrated to align with the laser bean
Kemudian, Magnet disetel untuk menyesuaikan dengan sinar laser.

3. Gunakanlah kalimat pasif untuk menempatkan perhatian pada objek dan bukan
pada subjek.
Contoh:

The new parking garage would be completed sometime next month.
(Focus on the parking garage not to the construction worker who are
making it)
Garasi baru itu akan diselesaikan dalam beberapa bulan kedepan.
(dimana fokus perhatian pada garasi dan bukan pada pekerja yang
sedang membuatnya)

Seperti telah disampaikan pada bab sebelumnya bahwa konstruksi kalimat pasif
bahasa Inggris , pada dasarnya dibentuk dengan kaidah Subject +be + past participle + by
(optional). Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan dalam bagan dibawah ini.

No

Tabel 2.1
Struktur kalimat aktif dan kalimat pasif dalam bahasa Inggris.
TENSES /
ACTIVE VOICE/ KALIMAT
PASSIVE VOICE/ KALIMAT
KALA
AKTIF
PASIF

Universitas Sumatera Utara

1
2

Present
Simple
Present
Progressive

He was writing the letter
carefully.
S + had + past participle + O

S + is/am/are + past participle
The letter is written carefully
S + is/am/are + being + past
participle
The letter is being written carefully..
S + has/have + been + past
participle
The letter has been written
carefully.
S + was/were + past participle
The letter was written carefully.
S + was/were + being + past
participle
The letter was being written
carefully.
S + had + been + past participle

He had written the letter
carefully.

The letter
carefully.

S + will/shall +V1 + O

S + will/shall + be + past participle

He will write the letter carefully.

The letter will be written carefully.

Past Future

S + would/should +V1 + O

S + would/should + be + past
participle

Future
Perfect

I would write the letter carefully.
S + will/shall + have + past
participle + O

The letter would be written carefully.
S + will/shall + have + been + past
participle

We will have writen the letter
carefully.

The letter will have been written
carefully.

3

Present
Perfect

4

Past Simple

5

Past
Progressive

6

7.

8.

9.

Past Perfect

Simple
Future

S + V1(s/es) + O
He writes the letter carefully.
S + is/am/are + V-ing + O
He is writing the letter carefully.
S + has/have + past participle
+O
He has written the letter
carefully.
S + V2 + O
He wrote the letter carefully.
S + was/were + V-ing + O

had

been

written

2.6 Novel
Salah satu bagian dari sastra adalah novel, yang lebih luas penggambarannya tentang
persoalan kehidupan. Quinn (1955:43) menegaskan bahwa walaupun novel merupakan
narasi prosa rekaan tulis yang menggambarkan suatu dunia yang sebagian atau sepenuhnya
tercipta dari para tokoh, satu atau lebih memiliki interioritas, bertindak dalam ruang dan
waktu ynag dibedakan dengan cermat. Namun, novel harus diupayakan serealistis mungkin.
Konsep lain diungkapkan oleh Nurgiyantoro (1998:3) yang mengatakan bahwa novel
membuat penghayatan dan perenungan secara intens, penuh kesadaran, dan tanggung jawab

Universitas Sumatera Utara

pengarang terhadap hakikat hidup dan kehidupan. KBBI (2007:788) mengatakan bahwa
novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setipa pelaku.
Novel juga merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab
pengarang sebagai kerja kreatifitas untuk menciptakan sebuah karya sastra. Novel
menawarkan ‘model-model’ kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh sipengarang
sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya sastra yang estetis, sehingga membaca
sebuah novel berarti menikmati sebuah cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan
batin.
Namun, sebuah novel mempunyai dunia tersendiri dengan mekanisme dan realitasnya
sendiri, ketika membacanya terkadang dirasakan ada jarak antara kenyataan dengan realitas
yang digambarkan dalam novel tersebut. Akan tetapi ada juga keadaan lain, pembaca
seakan-akan menjadi satu dengan realitas novel yang sedang dibacanya. Hal ini disengaja
oleh pengarangnya yang memiliki kemampuan teknik dalam mengungkapkan realitas
tersebut. Junus (1985:93)
Novel tidak berbeda dari segala yang manusiawi karena merupakan sebagian dari
kehidupan. Novel juga tumbuh dari benih ke bunga ke buah yang matang untuk dipetik.
Pertumbuhan semacam ini sering berujung pada sesuatu yang lain dari yang direncanakan
semula, hal ini merupakan sesuatu yang justru alami dan normal bukan sesuatu yang negatif.
Mangunwijaya (1999:123)
Dan beberapa batasan novel diatas dapat dikatakan bahwa novel bukanlah sesuatu
yang sangat jauh dari realitas hidup dan kehidupan yang ada dalam diri manusia. Gambaran
dalam sebuah novel biasanya diusahakan sipengarang agar seolah-olah merupakan gambaran
kehidupan nyata. Gambaran itu hidup dalam dimensi waktu yang diciptakan pengarang dan
disesuaikan dengan dimensi waktu yang ada dalam kenyataan.

Universitas Sumatera Utara

2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kesepadanan dan pergeseran

dalam studi terjemahan telah

dilakukan sebelumnya antara lain:
1.

Ilsha Miyonda (2012) dalam tesisnya Perpadanan Penerjemahan Kalimat

Pasif Bahasa Jepang ke dalam Bahasa Indonesia (satu kajian struktur dan makna)
menemukan dan mengidentifikasi bahwa penerjemahan kalimat pasif bahasa Jepang ke dalam
bahasa Indonesia dapat dipertahankan ke dalam bentuk pasif bahasa Indonesia dan ada yang
mengalami pergeseran (modulasi) dan bentuk pasif BSu ke bentuk aktif BSa. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan sudut pandang atau cara berpikir pada pemakai BSu dan BSa.
Dari hasil penelitian Ilsha Miyonda dapat menyumbangkan kontribusi terhadap
penelitian ini melalui cara identifikasi penerjemahan kalimat pasif yang mengalami
pergeseran dari bentuk pasif BSu ke bentuk aktif BSa, namun kajian penelitian ini berbeda
dengan kajian Ilsha Miyonda yang menkasi kalimat pasif dalam bahasa Jepang sementara
kajian ini membahasa kalimat pasif dalam bahasa Inggris.
2.

Ni Wayan Sadiyani (2011) dalam tesisnya Terjemahan Kalimat Pasif Bahasa

Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih dan
terjemahannya “Miss Onion and Miss Garlic”. Menemukan Pertama, kalimat pasif yang
dapat diidentifikasi dalam bahasa Indonesia kebanyakan ditandai dengan awaln di- (awalan
di- +kata kerja dasar + agent frasa; awalan di- + kata kerja dasar + akhiran + agent frasa;
beberapa kalimat pasif ditandai awalan ter-(awalan ter- + kata kerja dasar/ kata sifat/kata
benda); ada beberapa kalimat pasif yang tidak ditandai baik dengan penambhana awaln diatau ter.
Kedua, hasil analisis data jelas menunjukkan bahwa kebanyakan kalimat pasif dalam
bahasa Indonesia yang ditandai baik dengan penambahan awalan di- (di- + kata kerja dasar

Universitas Sumatera Utara

dan di- + kata kerja dasar + akhiran) dan awalan ter- (ter + kata kerja dasar/kata sifat/kata
benda) yang juga diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam hahasa Inggris (be + kata kerja
III + agent frasa tersurat atau tersirat dan sisanya diterjemahkan menjadi kalimat aktif. Hasil
penelitian ini jelas membuktikan bahwa kebanyakan kalimat pasif dalam BSu tetap
dipertahankan pasif dan hanya beberapa yang dirubah menjadi kalimat aktif.
Ketiga, dalam menterjemahkan kalimat pasif bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Inggris perubahan bentuk tak dapat dihindari terutama pada tataran gramatikal yang
menyangkut tensis sebab bahasa Inggris mengenal tensis sedangkan bahasa Indonesia tidak.
Nyaris semua kalimat pasif dalam bahasa Indonesia yang dibentuk dengan: (1) awalan di- +
kata kerja dasar; (2) awalan di- + kata kerja dasar + akhiran; dan (3) awalan ter- (awalan ter+ kata kerja dasar/kata sifat/kata benda) diterjemahkan kedalam bentuk lampau dengan
pola:(1) be + kata kerja III atau (2) S + P ( kata kerja II) + O.
Dan Keempat, berdasarkan karakteristik dari terjemahan yang alami, maka dapat
dinilai bahwa terjemahan kalimat pasif bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dapat
mewujudkan tingkat naturalisasi yang cukup bagus atas dasar dua alasan penting: (1) si
penterjemah sudah diakui kompetensinya baik dalam BSu maupun BSa sehingga ia mampu
membuat terjemahannya jelas serta enak alami terbaca; (2) beberapa kalimat pasif bahasa
Indonesia yang diterjemahkan menjadi kalimat aktif dalam bahasa Inggris jelas
mengindikasikan bahwa si penterjemah sudah berupaya menemukan ekuivalensi alami
terdekat dari BSu dalam aspek tata bahasa, leksis, gaya bahasa, dan nilai-nilai budaya. Pada
esensinya tingkat naturalisasi dari sebuah ungkapan adalah merupakan masalah mencari
kecocokkan pada tataran: (1) katagori leksikal, (2) katagori gramatikal, (3) kelas semantik,
dan (4) kontek budaya.
Dari hasil penelitian Ni Wayan Sadiyani tersebut, peneliti memiliki perbedaan objek
kajian yang diteliti yaitu novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops

Universitas Sumatera Utara

dengan menganalisis dan mendeskripsikan konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia
Sneddon (1996) dan Alwi dkk (1998)

dan konsep kalimat pasif dalam bahasa Inggris

mengacu pada Quirk (1972) dan Baker (1991) dan prosedur penerjemahan dalam Vinay and
Darbelnet in Venuti (2000) serta

pergeseran (shift) dalam Catford (2000) dan tidak

menganalisis tingkat naturalisasi kalimat pasif bahasa Indonesia dapat diwujudkan bila
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan
Sadiyani, objek penelitiannya adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih dan
terjemahannya Miss Onion and Miss Garlic.
3.

Dewa Ayu Danwantari (2011) dalam tesisnya Bentuk-Bentuk Pasif Dalam

Bahasa Indonesia Dan Terjemahannya Dalam Bahasa Inggris Pada Novel ‘Cerita Dalam
Keheningan’ menjadi ‘Every Silence Has A Story’. Dalam penelitiannya Danwantari
menemukan ada delapan jenis bentuk pasif yang ditemukan pada bahasa sumber. Bentuk pasif dalam
bahasa Indonesia yaitu dengan menambahkan awalan di-, ter- dan ber- tidak terpengaruh oleh waktu.
Bentuk ini dapat digunakan baik di masa lampau atau masa depan. Sedangkan dalam bahasa Inggris,
waktu (masa depan atau masa lampau) penting dalam membentuk kalimat. Awalan di- lebih
menekankan tentang proses perbuatan yang ditunjukkan oleh kata kerja. Awalan ter- menunjukkan
tindakan yang dilakukan tanpa sengaja. Dan awalan ber- menunjukkan bahwa subyek kalimat
merupakan orang atau sesuatu yang dikenai suatu tindakan.

Ada beberapa masukan yang diberikan yaitu: Dalam menerjemahkan bentuk pasif,
penerjemah harus mampu memahami isi dari kalimat. Pengetahuan tentang bentuk pasif adalah salah
satu dari pengetahuan dasar. Para penerjemah disarankan untuk meminimalkan menghilangkan
informasi ketika menerjemahkan sebuah teks dari bahasa sumber ke bahasa target. Hal ini dapat
menyebabkan pembaca bingung atau tidak mengerti mengenai isi cerita atau pesan yang ingin xiii
disampaikan oleh penulis. Penambahan informasi untuk memberikan penekankan terhadap jalan cerita
diperbolehkan asalkan tidak mengubah isi dari cerita.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian Danwantari tersebut, peneliti memiliki perbedaan objek kajian
yang diteliti yaitu novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops dengan
menganalisis dan mendeskripsikan konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia di- dan ter-,
prosedur penerjemahan serta pergeseran (shift) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Danwantari, objek penelitiannya adalah novel Cerita Dalam Keheningan menjadi ‘Every
Silence Has A Story menganalisis dan mendeskripsikan konstruksi kalimat pasif di-, ter-, berdan menganalisis penghilangan dan penambahan informasi (loss and gain information) untuk
memberikan penekanan terhadap pemahaman isi kalimat.

4.

Ida Bagus Made sadu Gunawan (2010) dalam penelitiannya The conjunctive

relation in the novel The Old Man and The Sea and Its translation into Indonesia. Melalui
penelitian ini diharapkan dengan mengetahui conjunctive relation dan teori tentang loss and
gain of information seorang penerjemah akan mampu mengetahui dan mendiskripsikan
makna yang ada secara lebih efektif sehingga akan lebih mudah mendapatkan makna yang
dimaksudkan untuk diterjemahkan. Bedasarkan analisa, semua tipe conjunctive relation
ditemukan dalam data, beberapa prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Vi