Modal Sosial Pedagang Kacamata Keliling (Studi kasus di Kelurahan Baru Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Modal Sosial
Modal sosial sebagai konsep atau teori sosial sudah banyak dikaji dan
dijadikan dasar indikator suatu proses pembangunan yang berfokus pada kinerja
kelompok.Komunitas dibangun oleh modal sosial melalui lembaga pengembangan
hubungan sosial aktif, partisipasi demokrasi dan penekanan dari rasa memiliki
komunitas dan kepercayaan. Fukuyama menyatakan modal sosial adalah
kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas
(Francis, Fukuyama, 2002).
Pierre Bourdieu (1980) dalam (Field, 2003) menyatakan bahwa istilah
modal sosial adalah ‘satu-satunya cara’ untuk menjabarkan ‘prinsip-prinsip asset
sosial’ yang menjadi kentara manakala individu yang berlainan memperoleh hasil
yang sangat tidak setara dari modal yang kurang lebih ekuivalen (ekonomi atau
budaya) menurut sejauh mana mereka mampu memobilisasi sekuat tenaga modal
dari suatu kelompok (keluarga, mantan siswa sekolah elite, klub pilihan,
kebangsawanan, dan lain sebagainya). Menurut Putnam (1993,1996, 2000) dalam
(Field, 2003) modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti
trust,norma, dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih
terkoordinasi dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi
produktifitas secara individual maupun kelompok.

22
Universitas Sumatera Utara

Menurut Francis Fukuyama (2002), modal sosial adalah serangkaian nilainilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota
suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara
mereka. Menurut James Coleman bahwa modal sosial merupakan kemampuan
masyarakat untuk bekerjasama dengan mencapai tujuan bersama di dalam
berbagai kelompok dan organisasi. Modal sosial sebagai seperangkat sumber daya
yang melekat pada hubungan keluarga dan dalam organisasi social komunitas dan
yang berguna bagi perkembangan kognitif atau social anak atau orang yang masih
muda. Sumber-sumber daya tersebut berbeda bagi orang-orang yang berlainan dan
dapat memberikan manfaat penting bagi anak-anak dan remaja dalam
perkembangan modal manusia mereka. (Coleman, 1994). James Coleman
menganggap tentang modal sosial dan modal manusia, hubungan dipandang
membangun sumber modal dengan membantu menciptakan kewajiban dan
harapan antaraktor, membangun kejujuran lingkungan sosial, membuka saluran
informasi, dan menetapkan norma yang menopang bentuk-bentuk perilaku

tertentu sambil menerapkan sanksi.
Hasbullah (2006) dalam (Thobias et al, 2013) mengetengahkan enam
unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial
yang telah ada, yaitu:
1. Participation in a network (partisipasi dalam jaringan)
2. Reciprocity (pembalasan)
3. Trust (percaya)
4. Social norms (norma sosial)
5. Values (nilai),

23
Universitas Sumatera Utara

6. Proactive action (tindakan proaktif)
Modal sosial mencakup institutions, relationships, attitudes, dan values
yang mengarahkan dan menggerakkan interaksi-interaksi antar orang dan
memberikan kontribusi terhadap pembangunan social dan ekonomi. Dari defenisidefenisi diatas, dapat dilihat bahwa modal sosial merupakan elemen penting
dalam sebuah kelompok sosial, baik komunitas maupun masyarakat lainnya.
Karena modal sosial sangat penting dalam memberikan tatanan dan makna pada
kehidupan sosial.


2.1.1 Jaringan Sosial
Jaringan adalah model hubungan diantara para anggota masyarakat atau
organisasi sosial. Jaringan berasal dari dua suku kata yaitu net dan work. Net
diterjemahkan sebagai jaring sedangkan work bermakna sebagai kerja. Jaringan
sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban serta
oleh norma pertukaran dan civig engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena
berasal dari daerah yang sama. Kunci keberhasilan membangun modal sosial
terletak pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau
perkumpulan dengan melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial.
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak
individu dalam suatu kesatuan ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok
lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun
bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama
dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat
resiprosikal (Damsar, 2009:157).

24
Universitas Sumatera Utara


Jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpulsimpul (atau yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan
satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan
lain-lain. Satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada
struktur mikro hingga makro. Artinya bagi teori jaringan, aktor mungkin saja
individu, tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan, dan masyarakat. Hubungan
dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih
mikroskopik. Granoveter melukiskan hubungan di tingkat mikro seperti tindakan
yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur (jaringan)
hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu
atau kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai
(kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yang
terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung pada
komponen yang lain (Ritzer, 2004).
Jaringan sosial memainkan peranan penting dalam ekonomi informal.
Jaringan ini merupakan ikatan antar pribadi yang mengikat para penjual, melalui
ikatan kekerabatan, persahabatan dan komunitas yang sama. Jaringan sosial
memudahkan penjual dalam bertahan ditengah kota yang sangat maju. Jaringan
sosial yang dimaksud adalah bentuk pertukaran informasi dan dukungan financial.
Strategi dapat dikembangkan dalam suatu jaringan sosial, pola kerja sama yang
dapat diterapkan (pedagang) yaitu:

1.

Jaringan sosial antara sesama pedagang yang mana jaringan sosial
yang dikembangkan secara timbal balik.

25
Universitas Sumatera Utara

2.

Jaringan sosial yang dibentuk yaitu pola kerja sama pedagang dengan
orang-orang yang berada di daerah sekitar.

Jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa saling percaya, saling
mengetahui, saling menginformasikan, dan saling mengingatkan terhadap sesuatu.
Sebagaimana dikatakan Putnam bahwa pemikiran dan teori tentang modal sosial
memang didasarkan pada kenyataan bahwa “jaringan antara manusia”adalah
bagian terpenting dari sebuah komunitas. Jaringan ini sama pentingnya dengan
alat kerja (modal fisik) atau pendidikan (human capital). Secara bersama-sama,
berbagai modal ini akan meningkatkan produktivitas dan efektivitas tindakan

bersama.

2.1.2 Trust atau Kepercayaan
Modal sosial menyatakan mengenai kerjasama yang tergantung dari
kepercayaan. Masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi akan
sanggup untuk melakukan kerjasama sampai level organisasi yang sangat besar.
Sebaliknya masyarakat yang tingkat kpercayaannya rendah memiliki kerjasama
yang dapat digalang hanya sampai pada level yang terbatas. Jadi, modal sosial
sebagai sumber daya bermakna bahwa komunitas bukan merupakan produk
pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan ‘prakondisi’ untuk pencapaian
pertumbuhan ekonomi (Yustika, 2008) dalam (Mustofa, 2013).
Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan
untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh
perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan
dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung,

26
Universitas Sumatera Utara

paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya

(Putnam, 1993) dalam (Thobias et al, 2013). Kepercayaan merupakan komponen
penting dari adanya masyarakat. Kepercayaan dapat mendorong seseorang untuk
bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan
bersama yang produktif. Menurut Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling
mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling
bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal
sosial.Kepercayaan adalah dasar dari tatanan sosial:’Komunitas tergantung pada
kepercayaan timbal balik dan tidak akan muncul secara spontan tanpanya’
Fukuyama (1995) dalam (Jhon Field, 2003).
Kemampuan berasosiasi menjadi modal yang sangat penting bukan hanya
bagi kehidupan ekonomi, tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain.
Tetapi, kemampuan ini sangat tergantung pada suatu titik temu norma-norma dan
nilai-nilai bersama. Jika titik temu etis normativ ini ditemukan maka pada
gilirannya kepentingan-kepentingan individual akan tunduk pada kepentingankepentingan komunitas kelompok. Dari nilai-nilai bersama ini akan bangkit apa
yang disebut kepercayaan (Fukuyama, 1995).
Sako (1992) melihat kepercayaan dalam bentuk bisnis dan menemukan
tiga bentuk kepercayaan yaitu Pertama, kepercayaan kompetensi menunjuk
keyakinan bahwa mitra dagang akan memperlihatkan kewajiban mereka
berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang diakui mereka miliki.Kedua,
kepercayaan kontraktual mencakup suatu keyakinan bahwa orang atau pihak yang

terlibat pada suatu perjanjian tertulis akan menepati janji yang telah diikrarkan
bersama tentang suatu interaksi seperti tanggal pengiriman, spesifikasi produk,

27
Universitas Sumatera Utara

kerahasiaan, perjanjian yang bersifat umum dan garis besar saja. Sementara
Ketiga kepercayaan niat baik menunjuk pada harapan bersama pihak yang terlibat
memiliki komitmen terbuka satu sama lain untuk melakukan sesuatu yang terbaik
bagi keuntungan bersama (Damsar, 2009:203-204).

2.1.3 Nilai Agama sebagai Modal Sosial
Agama menurut Francis Fukuyama, merupakan salah satu unsur utama
modal sosial. Ajaran agama merupakan salah satu sumber dari nilai dan norma
yang menuntun perilaku masyarakat, agama menjadi sumber utama inspirasi,
energi sosial serta memberikan ruang bagi terciptanya orientasi hidup
penganutnya.Salah satu bentuk memperkuat modal sosial positif adalah melalui
pendidikan agama sebagai sumber pengembangan nilai-nilai luhur untuk
membangun sifat kebersamaan dan saling percaya sesame manusia. Namun
demikian, pendekatannya tidak sebatas perkembangan kognitif namun seharusnya

pada pengembangan sikap atau afektif.Nilai agama sebagai modal sosial dimana
agama menjadi sumber utama inspirasi, energi sosial, serta memberikan ruang
bagi terciptanya orientasi hidup. Nilai-nilai dapat diterapkan dalam kehidupan
yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak, bersikap, dan member
contoh yang baik bagi penganutnya.
Menurut Gidden (Damsar, 2009:188-190) dalam masyarakat pramodern
ditemukan empat lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan sebuah
nilai yaitu:
1. Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan sosial
yang dapat diandalkan suatu mata rantai hubungan sosial yang dapat

28
Universitas Sumatera Utara

diandalkan secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media
pengorganisasian

relasi

kepercayaan,


seperti

sistem

kekerabatan

matrilineal yang bermula dari hubungan semade, seperut, senenek, seninik,
sekaum dan sesuku telah menjadi perekat hubungan sesama satu kerabat
dan

sebagai

jembatan

yang

menghubungi

dengan


kelompok,

terutamakelompok luar. Hubungan kekerabatan Minangkabau yang
menjadi perekat dan jembatan relasional tersebut, pada gilirannya, pada
gilirannya, menerbitkan bibit kepercayaan, baik antara sesame kerabat
maupun dengan kelompok luar.
2. Komunitas masyarakat local memberikan lingkungan yang baik bagi
tumbuh kembangnya kepercayaan di masyarakat pra-modern. Menurut
Gidden komunitas lokal tidak dikaitkan dengan romantisme budaya, tetapi
lebih kepada arti penting dari relasi local yang diatur dalam konteks
tempat, dimana tempat belum ditransformasikan oleh relasi ruang waktu
yang berjarak. Oleh karenanya komunitas lokal sebagai tempat yang
menyediakan suatu milieu yang

bersahabat. Kembali pada contoh

masyarakat pada Minangkabau, selain jaringan kekerabatan matrilineal
juga jaringan komunitas local yang dapat konteks bagi tumbuh kembang
kepercayaan seperti jaringan sedusun, sekampung, sejorong, senagari,
selunak dan Minangkabau merupakan jaringan komunitas masyarakat
lokal yang ditarik dari komunitas terkecil sampai terbesar pada setting
masyarakat Minangkabau.
3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang
menyediakan interpretasi provindential atas kehidupan dan alam.

29
Universitas Sumatera Utara

Kosmologi religious menyediakan interpretasi moral dan praktik bagi
kehidupan sosial dan kehidupan pribadi dan bagi dunia alam. Yang
menginterpretasikan lingkungan yang aman bagi pemeluknya.
4. Tradisi juga dapat menjadi lingkungan bagi perkembangan kepercayaan
masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk mengaitkan masa kini
dengan masa depan, berorientasi kepada masa lalu dan waktu yang dapat
berulang. Tradisi adalah rutinitas, namun dia adalah rutinitas yang penuh
makna secara intrinsik, ketimbang hanya sekedar perilaku kosong yang
hanya berorientasi kepada kebiasaan semata. Makna aktivitas rutin berada
di dalam penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tradisi dan
dalam kaitan antara tradisi dan ritual.

2.2 Pedagang di Sektor Informal
Konsep sektor informal pertama kali muncul di dunia ketiga, yaitu ketika
dilakukan serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika.
Keith Hart mengatakan bahwa sektor informal adalah bagian angkatan kerja di
kots yang berada di luar pasar tenaga kerja yang terorganisir Manning
(1991)dalam (Ichsan, 2013).
Sektor informal dicirikan sebagai prosuden skala kecil, menggunakan
tenaga kerja sendiri untuk memproduksi barang serta berkecimpung dalam
kegiatan bisnis, transportasi dan penyediaan jasa Sumarti, Syaukat dan Nuryana
(2003) dalam (Ichsan, 2013). Aktivitas-aktivitas ekonomi meliputi semua kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi suatu barang dan jasa yang ditawarkan pada
suatu jaringan yang berakhir pada pengkonsumsian, keseluruhan aktivitas tersebut

30
Universitas Sumatera Utara

dikenal dengan ekonomi informal. Ekonomi informal menunjuk kepada cara
perkotaan melakukan sesuatu yang dicirikan dengan:
a. Mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi.
b. Perusahaan milik keluarga.
c. Beroperasi pada skala kecil.
d. Intensif tenaga kerja dalam produksi dan menggunakan teknologi
sederhana.
e. Pasar yang tidak diatur dan kompetitif.
Penelitian-penelitian yang dilakukan di bawah permintaan ILO dan Bank
Dunia memperlihatkan bahwa pekerjaan dalam sektor informal diartikan
kekurangan pekerjaan yang tidak bisa masuk dalam ekonomi modern
(Sethuraman, 1981; Gerry, 1978; Tokman, 1978) dalam Agus (2011).
Pedagang adalah orang yang hidup dari berdagang sebagai mata
pencahariannya. Pedagang disebut sebagai ekonomi informal, dimana pedagang
memperjualbelikan produk kepada konsumen secara langsung maupun tidak
langsung. Bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup baik bidang
ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya. Pedagang dapat dibedakan menurut
jalur distribusi yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak
distribusi atau produk dariperusahaan tertentu.
b. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam
jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lain.
c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada
konsumen.

31
Universitas Sumatera Utara

Dalam sosiologi ekonomi, pedagang dibagi atas:
a. Pedagangprofessional

yaitu

pedagang

yang

menganggap

aktifitas

perdagangan merupakan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan
sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. Pedagang
professional seperti pedagang distributor, pedagang (partai) besar, atau
pedagang eceran.
b. Pedagang semi professional yaitu pedagang yang mengakui aktifitasnya
untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan
merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

32
Universitas Sumatera Utara