Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan (untuk selanjutnya disebut UU OJK), terjadi banyak
perubahan dalam setiap sektor lembaga keuangan.Pengawasan lembaga keuangan
baik bank maupun non-bank awalnya dilakukan oleh beberapa lembaga, menjadi
pengawasan yang dilakukan oleh satu lembaga tunggal, yaitu Otoritas Jasa
Keuangan (untuk selanjutnya disebut OJK).
Penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan disektor jasa keuangan yang
mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan
agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani
permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin
tercapainya stabilitas sistem keuangan.Pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi.
Selain pertimbangan-pertimbangan terdahulu, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi
Undang-Undang (untuk selanjutnya disebut UU BI), juga mengamanatkan
pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup
1
Universitas Sumatera Utara
2
perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan
pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat. Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan tersebut di atas pada
hakikatnya merupakan lembaga bersifat independen dalam menjalankan tugasnya
dan kedudukannya berada di luar pemerintah.Lembaga ini berkewajiban
menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (untuk selanjutnya
disebut BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (untuk selanjutnya disebut DPR). 1
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat.Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya
saing nasional.Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara
lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan
di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif
globalisasi.OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik,
yang
meliputi
independensi,
akuntabilitas,
pertanggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness).
Otoritas
Jasa
Keuangan
melaksanakan
tugas
dan
wewenangnya
berlandaskan asas-asas sebagai berikut:
1
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan
Umum.
Universitas Sumatera Utara
3
1.
asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2.
asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan OJK;
3.
asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum;
4.
asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan OJK, dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
5.
asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6.
asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK;
dan
7.
asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. 2
2
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4
Perkembangan usaha perasuransian di Indonesia semakin pesat seiring
dengan semakin banyaknya masayarakat yang ingin mengalihkan resiko yang
akan di hadapinya kepada pihak asuransi. Resiko dalam asuransi adalah ketidak
pastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
ekonomis.
Bentuk-bentuk risiko antara lain risiko murni, risiko spekulatif, risiko
partikular dan risiko fundamental. Risiko murni adalah risiko yang akibatnya
hanya ada 2 macam: rugi atau break even, contohnya pencurian, kecelakaan atau
kebakaran. Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi,
untung atau break even, contohnya judi. Risiko partikular adalah risiko yang
berasal dari individu dan dampaknya lokal, contohnya pesawat jatuh, tabrakan
mobil dan kapal kandas.Sedangkan risiko fundamental adalah risiko yang bukan
berasal dari individu dan dampaknya luas, contohnya angin topan, gempa bumi
dan banjir.
Bagi masyarakat pada umumnya risiko yang mungkin menimpa dirinya
dan atau keluarga-keluarga inti dialihkan ke pihak lain, dalam hal ini perusahaan
asuransi. Tapi perlu juga disadari bahwa perusahaan asuransi suatu lembaga atau
tepatnya sebagai badan usaha, tentunya tidak dapat dilepaskan dari perhitungan
bisnis artinya perusahaan asuransi bersedia mengambil alih risiko dengan imbalan
berupa pembayaran premi dari nilai risiko yang akan ditanggung.
Menghindari risiko merupakan sebab lahirnya lembaga asuransi dimana
asuransi merupakan tuntutan masa depan karena mengandung manfaat sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
5
1.
Membuat masyarakat atau perusahaan menjadi lebih aman dari risiko
kerugian yang mungkin timbul.
2.
Menciptakan efisiensi perusahaan (business efficiency).
3.
Sebagai alat penabung (saving) yang aman dari gejolak ekonomi.
4.
Sebagai sumber pendapatan (earning power) yang didasarkan pada financing
the bussiness. 3
Pesatnya perkembangan dalam industri perasuransian tidak diimbangi
dengan peraturan perundang-undangannya, Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 Tentang Usaha Perasuransian (untuk selanjutnya disebut UU Usaha
Perasuransian) tidak lagi cukup untuk menangani permasalah yang ada dalam
industri perasuransian. Melihat hal tersebut, OJK dan anggota legislatif mengganti
UU Usaha Perasuransian dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Perasuransian (selanjutnya disebut dengan UU Perasuransian).
Upaya untuk menciptakan industri perasuransian yang lebih sehat, dapat
diandalkan, amanah, dan kompetitif secara umum dilakukan, baik dengan
penetapan ketentuan baru maupun dengan penyempurnaan ketentuan yang telah
ada. Upaya tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk:
1.
penetapan landasan hukum bagi penyelenggaraan usaha asuransi syariah dan
usaha reasuransi syariah;
2.
penetapan status badan hukum bagi perusahaan asuransi berbentuk usaha
bersama yang telah ada pada saat UU Perasuransian diundangkan;
3.
penyempurnaan pengaturan mengenai kepemilikan perusahaan perasuransian
yang mendukung kepentingan nasional;
3
A. Abbas Salim, Dasar-DasarAsuransi (Principle of Insurance) (Bandung: Tarsito.
2001), hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
6
4.
pemberian amanat lebih besar kepada perusahaan asuransi dan perusahaan
asuransi syariah untuk mengelola kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
pemasaran layanan jasa asuransi dan asuransi syariah, termasuk kerja sama
keagenan; dan
5.
penyempurnaan ketentuan mengenai kewajiban untuk menjaga tata kelola
perusahaan yang baik, kesehatan keuangan, dan perilaku usaha yang sehat. 4
Banyak perubahan dalam UU Perasuransian salah satunya adalah tentang
pengaturan dan pengawasan.Pengaturan dan pengawasan dalam undang-undang
yang lama dilakukan oleh Kementrian Keuangan, sedangkan undang-undang yang
baru pengawasan dilakukan oleh OJK.
Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengawasan agar lembaga jasa
keuangan non-bank memenuhi janjinya kepada nasabah.Agar tujuan tersebut
tercapai, diperlukan suatu sistem pengawasan yang dapat memberikan indikasi
mengenai potensi kegagalan lembaga jasa keuangan non-bank secara dini.Indikasi
tersebut dapat diperoleh secara akurat apabila OJK memperoleh informasi yang
memadai mengenai kondisi lembaga jasa keuangan non-bank. Salah satu cara
untuk memperoleh informasi tersebut adalah melalui pemeriksaan langsung.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya OJK dapat menugaskan pihak lain
untuk dan atasnama OJK untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
pengawasan OJK.
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengambil tindakan-tindakan yang
dianggap perlu, antara lain melakukan penunjukan dan menetapkan penggunaan
pengelola statuter. Penunjukan pengelola statuter dilakukan apabila pengelolaan
4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Penjelasan Umum.
Universitas Sumatera Utara
7
suatu lembaga jasa keuangan dinilai merugikan kepentingan konsumen sehingga
diperlukan pengelola yang dapat mewakili kepentingan OJK dan konsumen.
Pada prinsipnya pengelola statuter melaksanakan kewenangan OJK antara
lain dalam bentuk upaya penyelamatan kelangsungan usaha lembaga jasa
keuangan, pengambil alihan seluruh wewenang dan fungsi manajemen lembaga
jasa keuangan, pembatalan atau pengakhiran perjanjian, serta pengalihan
portofolio kekayaan atau usaha dari lembaga jasa keuangan. Agar kewenangan
penunjukan dan penggunaan pengelola statuter dapat dilakukan dengan tata kelola
yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih
lanjut mengenai pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap industri
perasuransian, sehingga penulis mengangkat judul “Pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian”.
B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang telah di uraikan pada latar belakang diatas, maka
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah usaha perasuransian menurut hukum positif di Indonesia?
2.
Bagaimanakah
pengawasan
Otoritas
Jasa
Keuangan
pada
industri
perasuransian menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian?
Universitas Sumatera Utara
8
3.
Bagaimanakah pengelola statuter pada perusahaan asuransi yang berada
dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana usaha perasuransian menurut
hukum positif di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pengawasan OJK pada industri perasuransian
menurut UU Perasuransian.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pengelola statuter pada perusahaan asuransi
yang berada dalam pengawasan OJK.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini baik secara teoritis maupun praktis
adalah:
1.
Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan terhadap perkembangan hukum
ekonomi, khususnya dalam bidang perasuransian.
2.
Secara praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat bagi para
pembuat kebijakan maupun pihak legislatif guna melengkapi Peraturan
Perundang-Undangan yang masih diperlukan atau yang akan diterbitkan
terkait dengan Perasuransian.
Universitas Sumatera Utara
9
D. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan
Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 Tentang Perasuransian” yang diajukan dalam rangka memenuhi tugastugas dan syarat untuk memperoleh gelar “Sarjana Hukum”.Judul skripsi ini
belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Penulisan ini
berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, refrensi buku-buku, makalah,
hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta bantuan dari
berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur, rasional, dan
terbuka.Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga
tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
1.
Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa keuangan
seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana
pensiun dan asuransi. Keberadaan OJK ini sebagai suatu lembaga pengawas
sektor keuangan di Indonesia perlu untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan
dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut. 5
Pada dasarnya UU OJK hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan
tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan
didalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.Oleh karena
itu, dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi
5
Siti Sundari, Laporan Kompendium Hukum Bidang Perbankan (Jakarta: Kementrian
Hukum dan HAM RI, 2011), hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
10
yang lebih efektif didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam
sistem keuangan.Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas
sistem keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegrasi.
Tugas Otoritas Jasa Keuangan adalah:
a.
Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. Setelah keluarnya UU OJK yang
diundangkan tanggal 22 November 2011, pengaturan dan pengawasan sektor
perbankan yang semula berada pada Bank Indonesia telah dialihkan pada
OJK.Dalam penjelasan UU OJK disebutkan bahwa dibutuhkan lembaga
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang lebih terintegrasi dan
komprehensif agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif dalam
menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat
menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. 6
b.
Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta.Lembaga yang melaksanakan
kegiatan
jasa keuangan,
salah
satunya
adalah
Pasar
Modal.UU OJK
mengisyaratkan bahwa OJK bertugas menggantikan Bapepam dalam pengawasan
kegiatan di pasar modal.
6
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan
Umum.
Universitas Sumatera Utara
11
c.
Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
Perusahaan asuransi ialah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
pertanggungan risiko, misalnya risiko kecelakaan dan kebakaran.Orang yang
mempertanggungkan risiko dirinya harus membayar sejumlah uang kepada
perusahaan asuransi.Jumlah uang (premi) yang harus dibayar orang yang
mempertanggungkan risikonya sudah ditetapkan perusahaan asuransi.Jumlah
premi yang sudah ditetapkan diangsur tiap bulan, tiap triwulan, atau tiap
tahun.Apabila jumlah premi dan batas waktu pertanggungan belum terpenuhi
sementara orang yang mempertanggungkan risikonya meninggal dunia, ahli
warisnya berhak menerima premi penuh tanpa harus meneruskan kewajiban
pemegang polis. Polis adalah surat perjanjian antara perusahaan asuransi selaku
pihak penanggung dengan pihak tertanggung. Isinya bahwa penanggung akan
menanggung risiko yang dipertanggungkan sampai batas waktu yang ditentukan
dan akan mengganti kerugian yang diderita apabila terjadi musibah. Untuk itu,
pihak tertanggung akan membayar premi sebesar yang ditentukan dalam
perjanjian kepada penanggung.
Setiap bulan para pegawai atau karyawan dikenakan potongan dana
pensiun dari gaji mereka selama masih bekerja. Dana pensiun yang terkumpul
digunakan untuk membayar gaji pensiun kepada pegawai maupun karyawan yang
telah memasuki masa pensiun. Sebelum digunakan, dana pensiun yang terkumpul
dalam jumlah besar dikelola oleh PT Taspen untuk pegawai negeri, atau lembaga
pengelola dana pensiun untuk perusahaan swasta.
Universitas Sumatera Utara
12
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Lembaga
pembiayaan meliputi:
1) perusahaan pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan
untuk melakukan sewa guna usaha, pembiayaan konsumen, dan/atau
usaha kartu kredit.
2) perusahaan modal ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha
3) pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk jangka
waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha, dan,
4) perusahaan pembiayaan infrastruktur, adalah badan usaha yang
didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana pada proyek infrastruktur.
2.
Pengertian asuransi
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undangan dan perusahaan perasuransian.Istilah perasuransian berasal
dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.Apabila kata “asuransi”
diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “Perasuransian”, yang
berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan
dengan asuransi ada 2 (dua) jenis, yaitu: 7
7
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2006), hlm. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
13
a.
Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance
business).
Perusahaan
yang
menjalankan
usaha
asuransi
disebut
perusahaan asuransi (insurance company).
b.
Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha
penunjang asuransi (complementary insurance business). Perusahaan yang
menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut perusahaan
penunjang asuransi (complementary insurance company).
Asuransi adalah kontrak yang dituangkan dalam bentuk polis.Sebagai
suatu kontrak, maka ketentuan-ketentuan yang diatur di dalamnya tidak boleh
merugikan
kepentingan
pemegang
polis.Untuk
melindungi
kepentingan
masyarakat luas, penetapan tingkat premi harus tidak memberatkan tertanggung,
tidak mengancam kelangsungan usaha penanggung, dan tidak bersifat
diskriminatif. 8
3.
Pengertian pengawasan
Pengertian dari pengawasan dibedakan menjadi 2 yaitu pengertian secara
umum
dan
pengertian
pengawasan
bila
dilihat
dari
sisi
pandang
pemerintah.Secara umum pengawasan diartikan sebagai suatu kejadian atau
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah pelaksanaan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan telah sesuai atau tidak dengan
rencana atau kebijaksanaan yang telah digariskan oleh manajemen.Apabila terjadi
penyimpangan dapat segera diketahui sejauh mana penyimpangan tersebut,
sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan agar tujuan
dapat tercapai.
8
Ibid., hlm. 40.
Universitas Sumatera Utara
14
Pengawasan pemerintah dibidang perasuransian adalah dalam menjalankan
usahanya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah ini tidak hanya untuk mencari
kesalahan dan memberikan sanksi kepada yang telah melanggarnya, akan tetapi
lebih kepada alat untuk mencapai suatu tujuan. Oleh sebab itu pengawasan ini
meliputi pengawasan terhadap peraturan, pelanggaran, penjagaan, pembatasan,
pemeriksaan, tindakan dan pembinaan.
Pengawasan terhadap perusahaan asuransi memang sangat diperlukan agar
persaingan yang terjadi antara perusahaan asuransi dapat dipantau oleh
pemerintah.Selain itu juga perkembangan atau pertumbuhan dari perusahaan
asuransi dapat diketahui dengan baik oleh pemerintah.Williams & Heins dalam
bukunya berjudul “Risk Management and Insurance” lebih menitikberatkan pada
perlunya pengawasan pemerintah terhadap tingkat solvabilitas, pengaturan tarif
dan kegiatan perdagangan pada umumnya, sehingga dapat menambahkan
persaingan yang sehat. 9
F. Metode Penelitian
Sehubungan
yang
telah
dikemukakan
diatas
sebelumnya,
untuk
melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, oleh karena itu adapun metode penelitian
hukum yang digunakan dalam mengerjakan skrispsi ini meliputi:
1.
Spesifikasi penelitian
9
http://asuransihotnews.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-pentingnya-dan-tujuan.html
(diakes 27 Januari 2016).
Universitas Sumatera Utara
15
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan
bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 10 Penelitian
hukum normatif ini mencakup: 11
a.
penelitian terhadap asas-asas hukum;
b.
penelitian terhadap sistematika hukum;
c.
penelitian terhadap tahap sinkronisasi hukum;
d.
penelitian sejarah hukum;
e.
penelitian perbandingan hukum;
Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum
sekunder, 12 yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum nasional dan
internasional dalam bidang perasuransian, jurnal-jurnal dan karya tulis lainnya,
serta artikel-artikel berita terkait.Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian
yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual
dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat,
karakteristik-karakteristik
atau
faktor-faktor
tertentu. 13Penelitian
deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan
atau
gejala-gejala
lainnya.Maksudnya
adalah
terutama
untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teoriteori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. 14
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Ed. Pertama, Cet. Ketujuh (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13-14.
11
Ibid.,hlm. 51.
12
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam praktek, Ed. Pertama, Cet. Kedua
(Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 14.
13
Bambang Suggono, Metodologi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, Ed. Pertama, Cet.
Kedua (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,1998), hlm. 36.
14
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
16
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis normatif, yang
melakukan pendekatan perundang-undangan dengan bertitik tolak pada analisis
terhadap pengawasan OJK.Penelitian ini difokuskan terhadap UU Perasuransian.
2.
Data penelitian
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.Data
sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan dibidang hukum koperasi yang mengikat, antara lain:
a.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
b.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
c.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
d.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
e.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.05/2014 tentang
Pemeriksaan Langsung Lembaga Keuangan Non-Bank.
f.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Tata
Cara Penetapan Pengelola Statuter Pada Lembaga Jasa Keuangan.
3.
Tehnik pengumpulan data
Penulisan skripsi ini menggunakan metode library search (penelitian
kepustakaan), yakni mempelajari literatur atau dari sumber bacaan buku-buku,
peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, artikel-artikel baik dari
surat kabar, majalah, media elektronik, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan
Universitas Sumatera Utara
17
penulisan skripsi ini yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh bahanbahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.
4.
Analisis data
Jenis analisi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
normatif kualitatif yang menjelaskan pembahasan yang dilakukan berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku seperti perundang-undangan.Data yang diperoleh
dari penelusurang kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi
pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan
dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian
dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga
diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap bab terbagi atas beberapa sub
bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar
belakang penulisan skripsi ini dengan judul “Pengawasan Otoritas
Jasa Keuangan Pada Inustri Perasuransian Menurut UndangUndang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian” kemudian
dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian
Universitas Sumatera Utara
18
dan ditutup dengan memberikan sistematikan dari penulisan
skripsi ini.
BAB II
USAHA PERASURANSIAN MENURUT HUKUM POSITIF DI
INDONESIA.
Bab ini terdiri dari beberapa sub bab, yakni usaha perasuransian
sebagai lembaga keuangan menurut hukum positif di indonesia,
prinsip, jenis dan fungsi asuransi, bentuk badan hukum dan
perizinan
usaha
perasuransian
dan
ruang
lingkup
usaha
perasuransian.
BAB III
PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA
INDUSTRI
PERASURANSIAN
UNDANG
NOMOR
40
MENURUT
TAHUN
2014
UNDANGTENTANG
PERASURANSIAN.
Bab ini akan menguraikan tentang perananan otoritas jasa
keuangan pada industri perasuransian, pengawasan otoritas jasa
keuangan pada industri perasuransian menurut undang-undang
nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian serta independensi
otoritas jasa keuangan dalam pengawasan industri perasuransian.
BAB IV
PENGELOLA STATUTER PADA PERUSAHAAN ASURANSI
YANG BERADA DALAM PENGAWASAN OTORITAS JASA
KEUANGAN.
Bab ini membahas tentang penetapan dan penunjukan pengelola
statuter, tugas dan kewenangan statuter dalam pengawasan
industri perasuransian, tanggung jawab pengelola statuter dalam
Universitas Sumatera Utara
19
pengawasan industri perasuransian dan pengakhiran pengelola
statuter.
BAB V
PENUTUP
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab.
Seluruhnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan
uraian skripsi ini yang dilengkapi dengan saran-saran.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan (untuk selanjutnya disebut UU OJK), terjadi banyak
perubahan dalam setiap sektor lembaga keuangan.Pengawasan lembaga keuangan
baik bank maupun non-bank awalnya dilakukan oleh beberapa lembaga, menjadi
pengawasan yang dilakukan oleh satu lembaga tunggal, yaitu Otoritas Jasa
Keuangan (untuk selanjutnya disebut OJK).
Penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan disektor jasa keuangan yang
mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan
agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani
permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin
tercapainya stabilitas sistem keuangan.Pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi.
Selain pertimbangan-pertimbangan terdahulu, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi
Undang-Undang (untuk selanjutnya disebut UU BI), juga mengamanatkan
pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup
1
Universitas Sumatera Utara
2
perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan
pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat. Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan tersebut di atas pada
hakikatnya merupakan lembaga bersifat independen dalam menjalankan tugasnya
dan kedudukannya berada di luar pemerintah.Lembaga ini berkewajiban
menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (untuk selanjutnya
disebut BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (untuk selanjutnya disebut DPR). 1
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat.Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya
saing nasional.Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara
lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan
di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif
globalisasi.OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
baik,
yang
meliputi
independensi,
akuntabilitas,
pertanggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness).
Otoritas
Jasa
Keuangan
melaksanakan
tugas
dan
wewenangnya
berlandaskan asas-asas sebagai berikut:
1
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan
Umum.
Universitas Sumatera Utara
3
1.
asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2.
asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan OJK;
3.
asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum;
4.
asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan OJK, dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
5.
asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6.
asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK;
dan
7.
asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. 2
2
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4
Perkembangan usaha perasuransian di Indonesia semakin pesat seiring
dengan semakin banyaknya masayarakat yang ingin mengalihkan resiko yang
akan di hadapinya kepada pihak asuransi. Resiko dalam asuransi adalah ketidak
pastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
ekonomis.
Bentuk-bentuk risiko antara lain risiko murni, risiko spekulatif, risiko
partikular dan risiko fundamental. Risiko murni adalah risiko yang akibatnya
hanya ada 2 macam: rugi atau break even, contohnya pencurian, kecelakaan atau
kebakaran. Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi,
untung atau break even, contohnya judi. Risiko partikular adalah risiko yang
berasal dari individu dan dampaknya lokal, contohnya pesawat jatuh, tabrakan
mobil dan kapal kandas.Sedangkan risiko fundamental adalah risiko yang bukan
berasal dari individu dan dampaknya luas, contohnya angin topan, gempa bumi
dan banjir.
Bagi masyarakat pada umumnya risiko yang mungkin menimpa dirinya
dan atau keluarga-keluarga inti dialihkan ke pihak lain, dalam hal ini perusahaan
asuransi. Tapi perlu juga disadari bahwa perusahaan asuransi suatu lembaga atau
tepatnya sebagai badan usaha, tentunya tidak dapat dilepaskan dari perhitungan
bisnis artinya perusahaan asuransi bersedia mengambil alih risiko dengan imbalan
berupa pembayaran premi dari nilai risiko yang akan ditanggung.
Menghindari risiko merupakan sebab lahirnya lembaga asuransi dimana
asuransi merupakan tuntutan masa depan karena mengandung manfaat sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
5
1.
Membuat masyarakat atau perusahaan menjadi lebih aman dari risiko
kerugian yang mungkin timbul.
2.
Menciptakan efisiensi perusahaan (business efficiency).
3.
Sebagai alat penabung (saving) yang aman dari gejolak ekonomi.
4.
Sebagai sumber pendapatan (earning power) yang didasarkan pada financing
the bussiness. 3
Pesatnya perkembangan dalam industri perasuransian tidak diimbangi
dengan peraturan perundang-undangannya, Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 Tentang Usaha Perasuransian (untuk selanjutnya disebut UU Usaha
Perasuransian) tidak lagi cukup untuk menangani permasalah yang ada dalam
industri perasuransian. Melihat hal tersebut, OJK dan anggota legislatif mengganti
UU Usaha Perasuransian dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Perasuransian (selanjutnya disebut dengan UU Perasuransian).
Upaya untuk menciptakan industri perasuransian yang lebih sehat, dapat
diandalkan, amanah, dan kompetitif secara umum dilakukan, baik dengan
penetapan ketentuan baru maupun dengan penyempurnaan ketentuan yang telah
ada. Upaya tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk:
1.
penetapan landasan hukum bagi penyelenggaraan usaha asuransi syariah dan
usaha reasuransi syariah;
2.
penetapan status badan hukum bagi perusahaan asuransi berbentuk usaha
bersama yang telah ada pada saat UU Perasuransian diundangkan;
3.
penyempurnaan pengaturan mengenai kepemilikan perusahaan perasuransian
yang mendukung kepentingan nasional;
3
A. Abbas Salim, Dasar-DasarAsuransi (Principle of Insurance) (Bandung: Tarsito.
2001), hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
6
4.
pemberian amanat lebih besar kepada perusahaan asuransi dan perusahaan
asuransi syariah untuk mengelola kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
pemasaran layanan jasa asuransi dan asuransi syariah, termasuk kerja sama
keagenan; dan
5.
penyempurnaan ketentuan mengenai kewajiban untuk menjaga tata kelola
perusahaan yang baik, kesehatan keuangan, dan perilaku usaha yang sehat. 4
Banyak perubahan dalam UU Perasuransian salah satunya adalah tentang
pengaturan dan pengawasan.Pengaturan dan pengawasan dalam undang-undang
yang lama dilakukan oleh Kementrian Keuangan, sedangkan undang-undang yang
baru pengawasan dilakukan oleh OJK.
Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengawasan agar lembaga jasa
keuangan non-bank memenuhi janjinya kepada nasabah.Agar tujuan tersebut
tercapai, diperlukan suatu sistem pengawasan yang dapat memberikan indikasi
mengenai potensi kegagalan lembaga jasa keuangan non-bank secara dini.Indikasi
tersebut dapat diperoleh secara akurat apabila OJK memperoleh informasi yang
memadai mengenai kondisi lembaga jasa keuangan non-bank. Salah satu cara
untuk memperoleh informasi tersebut adalah melalui pemeriksaan langsung.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya OJK dapat menugaskan pihak lain
untuk dan atasnama OJK untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
pengawasan OJK.
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengambil tindakan-tindakan yang
dianggap perlu, antara lain melakukan penunjukan dan menetapkan penggunaan
pengelola statuter. Penunjukan pengelola statuter dilakukan apabila pengelolaan
4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Penjelasan Umum.
Universitas Sumatera Utara
7
suatu lembaga jasa keuangan dinilai merugikan kepentingan konsumen sehingga
diperlukan pengelola yang dapat mewakili kepentingan OJK dan konsumen.
Pada prinsipnya pengelola statuter melaksanakan kewenangan OJK antara
lain dalam bentuk upaya penyelamatan kelangsungan usaha lembaga jasa
keuangan, pengambil alihan seluruh wewenang dan fungsi manajemen lembaga
jasa keuangan, pembatalan atau pengakhiran perjanjian, serta pengalihan
portofolio kekayaan atau usaha dari lembaga jasa keuangan. Agar kewenangan
penunjukan dan penggunaan pengelola statuter dapat dilakukan dengan tata kelola
yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih
lanjut mengenai pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap industri
perasuransian, sehingga penulis mengangkat judul “Pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian”.
B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang telah di uraikan pada latar belakang diatas, maka
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah usaha perasuransian menurut hukum positif di Indonesia?
2.
Bagaimanakah
pengawasan
Otoritas
Jasa
Keuangan
pada
industri
perasuransian menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian?
Universitas Sumatera Utara
8
3.
Bagaimanakah pengelola statuter pada perusahaan asuransi yang berada
dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana usaha perasuransian menurut
hukum positif di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pengawasan OJK pada industri perasuransian
menurut UU Perasuransian.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pengelola statuter pada perusahaan asuransi
yang berada dalam pengawasan OJK.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini baik secara teoritis maupun praktis
adalah:
1.
Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan terhadap perkembangan hukum
ekonomi, khususnya dalam bidang perasuransian.
2.
Secara praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat bagi para
pembuat kebijakan maupun pihak legislatif guna melengkapi Peraturan
Perundang-Undangan yang masih diperlukan atau yang akan diterbitkan
terkait dengan Perasuransian.
Universitas Sumatera Utara
9
D. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan
Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 Tentang Perasuransian” yang diajukan dalam rangka memenuhi tugastugas dan syarat untuk memperoleh gelar “Sarjana Hukum”.Judul skripsi ini
belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Penulisan ini
berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, refrensi buku-buku, makalah,
hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta bantuan dari
berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur, rasional, dan
terbuka.Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga
tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
1.
Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa keuangan
seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana
pensiun dan asuransi. Keberadaan OJK ini sebagai suatu lembaga pengawas
sektor keuangan di Indonesia perlu untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan
dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut. 5
Pada dasarnya UU OJK hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan
tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan
didalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.Oleh karena
itu, dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi
5
Siti Sundari, Laporan Kompendium Hukum Bidang Perbankan (Jakarta: Kementrian
Hukum dan HAM RI, 2011), hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
10
yang lebih efektif didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam
sistem keuangan.Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas
sistem keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegrasi.
Tugas Otoritas Jasa Keuangan adalah:
a.
Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. Setelah keluarnya UU OJK yang
diundangkan tanggal 22 November 2011, pengaturan dan pengawasan sektor
perbankan yang semula berada pada Bank Indonesia telah dialihkan pada
OJK.Dalam penjelasan UU OJK disebutkan bahwa dibutuhkan lembaga
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang lebih terintegrasi dan
komprehensif agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif dalam
menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat
menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. 6
b.
Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta.Lembaga yang melaksanakan
kegiatan
jasa keuangan,
salah
satunya
adalah
Pasar
Modal.UU OJK
mengisyaratkan bahwa OJK bertugas menggantikan Bapepam dalam pengawasan
kegiatan di pasar modal.
6
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan
Umum.
Universitas Sumatera Utara
11
c.
Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
Perusahaan asuransi ialah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
pertanggungan risiko, misalnya risiko kecelakaan dan kebakaran.Orang yang
mempertanggungkan risiko dirinya harus membayar sejumlah uang kepada
perusahaan asuransi.Jumlah uang (premi) yang harus dibayar orang yang
mempertanggungkan risikonya sudah ditetapkan perusahaan asuransi.Jumlah
premi yang sudah ditetapkan diangsur tiap bulan, tiap triwulan, atau tiap
tahun.Apabila jumlah premi dan batas waktu pertanggungan belum terpenuhi
sementara orang yang mempertanggungkan risikonya meninggal dunia, ahli
warisnya berhak menerima premi penuh tanpa harus meneruskan kewajiban
pemegang polis. Polis adalah surat perjanjian antara perusahaan asuransi selaku
pihak penanggung dengan pihak tertanggung. Isinya bahwa penanggung akan
menanggung risiko yang dipertanggungkan sampai batas waktu yang ditentukan
dan akan mengganti kerugian yang diderita apabila terjadi musibah. Untuk itu,
pihak tertanggung akan membayar premi sebesar yang ditentukan dalam
perjanjian kepada penanggung.
Setiap bulan para pegawai atau karyawan dikenakan potongan dana
pensiun dari gaji mereka selama masih bekerja. Dana pensiun yang terkumpul
digunakan untuk membayar gaji pensiun kepada pegawai maupun karyawan yang
telah memasuki masa pensiun. Sebelum digunakan, dana pensiun yang terkumpul
dalam jumlah besar dikelola oleh PT Taspen untuk pegawai negeri, atau lembaga
pengelola dana pensiun untuk perusahaan swasta.
Universitas Sumatera Utara
12
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Lembaga
pembiayaan meliputi:
1) perusahaan pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan
untuk melakukan sewa guna usaha, pembiayaan konsumen, dan/atau
usaha kartu kredit.
2) perusahaan modal ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha
3) pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk jangka
waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha, dan,
4) perusahaan pembiayaan infrastruktur, adalah badan usaha yang
didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana pada proyek infrastruktur.
2.
Pengertian asuransi
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undangan dan perusahaan perasuransian.Istilah perasuransian berasal
dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.Apabila kata “asuransi”
diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “Perasuransian”, yang
berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan
dengan asuransi ada 2 (dua) jenis, yaitu: 7
7
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2006), hlm. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
13
a.
Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance
business).
Perusahaan
yang
menjalankan
usaha
asuransi
disebut
perusahaan asuransi (insurance company).
b.
Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha
penunjang asuransi (complementary insurance business). Perusahaan yang
menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut perusahaan
penunjang asuransi (complementary insurance company).
Asuransi adalah kontrak yang dituangkan dalam bentuk polis.Sebagai
suatu kontrak, maka ketentuan-ketentuan yang diatur di dalamnya tidak boleh
merugikan
kepentingan
pemegang
polis.Untuk
melindungi
kepentingan
masyarakat luas, penetapan tingkat premi harus tidak memberatkan tertanggung,
tidak mengancam kelangsungan usaha penanggung, dan tidak bersifat
diskriminatif. 8
3.
Pengertian pengawasan
Pengertian dari pengawasan dibedakan menjadi 2 yaitu pengertian secara
umum
dan
pengertian
pengawasan
bila
dilihat
dari
sisi
pandang
pemerintah.Secara umum pengawasan diartikan sebagai suatu kejadian atau
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah pelaksanaan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan telah sesuai atau tidak dengan
rencana atau kebijaksanaan yang telah digariskan oleh manajemen.Apabila terjadi
penyimpangan dapat segera diketahui sejauh mana penyimpangan tersebut,
sehingga dapat segera dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan agar tujuan
dapat tercapai.
8
Ibid., hlm. 40.
Universitas Sumatera Utara
14
Pengawasan pemerintah dibidang perasuransian adalah dalam menjalankan
usahanya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah ini tidak hanya untuk mencari
kesalahan dan memberikan sanksi kepada yang telah melanggarnya, akan tetapi
lebih kepada alat untuk mencapai suatu tujuan. Oleh sebab itu pengawasan ini
meliputi pengawasan terhadap peraturan, pelanggaran, penjagaan, pembatasan,
pemeriksaan, tindakan dan pembinaan.
Pengawasan terhadap perusahaan asuransi memang sangat diperlukan agar
persaingan yang terjadi antara perusahaan asuransi dapat dipantau oleh
pemerintah.Selain itu juga perkembangan atau pertumbuhan dari perusahaan
asuransi dapat diketahui dengan baik oleh pemerintah.Williams & Heins dalam
bukunya berjudul “Risk Management and Insurance” lebih menitikberatkan pada
perlunya pengawasan pemerintah terhadap tingkat solvabilitas, pengaturan tarif
dan kegiatan perdagangan pada umumnya, sehingga dapat menambahkan
persaingan yang sehat. 9
F. Metode Penelitian
Sehubungan
yang
telah
dikemukakan
diatas
sebelumnya,
untuk
melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, oleh karena itu adapun metode penelitian
hukum yang digunakan dalam mengerjakan skrispsi ini meliputi:
1.
Spesifikasi penelitian
9
http://asuransihotnews.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-pentingnya-dan-tujuan.html
(diakes 27 Januari 2016).
Universitas Sumatera Utara
15
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan
bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 10 Penelitian
hukum normatif ini mencakup: 11
a.
penelitian terhadap asas-asas hukum;
b.
penelitian terhadap sistematika hukum;
c.
penelitian terhadap tahap sinkronisasi hukum;
d.
penelitian sejarah hukum;
e.
penelitian perbandingan hukum;
Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum
sekunder, 12 yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum nasional dan
internasional dalam bidang perasuransian, jurnal-jurnal dan karya tulis lainnya,
serta artikel-artikel berita terkait.Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian
yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual
dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat,
karakteristik-karakteristik
atau
faktor-faktor
tertentu. 13Penelitian
deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan
atau
gejala-gejala
lainnya.Maksudnya
adalah
terutama
untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teoriteori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. 14
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Ed. Pertama, Cet. Ketujuh (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13-14.
11
Ibid.,hlm. 51.
12
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam praktek, Ed. Pertama, Cet. Kedua
(Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 14.
13
Bambang Suggono, Metodologi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, Ed. Pertama, Cet.
Kedua (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,1998), hlm. 36.
14
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
16
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis normatif, yang
melakukan pendekatan perundang-undangan dengan bertitik tolak pada analisis
terhadap pengawasan OJK.Penelitian ini difokuskan terhadap UU Perasuransian.
2.
Data penelitian
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.Data
sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan dibidang hukum koperasi yang mengikat, antara lain:
a.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
b.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
c.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
d.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
e.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.05/2014 tentang
Pemeriksaan Langsung Lembaga Keuangan Non-Bank.
f.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Tata
Cara Penetapan Pengelola Statuter Pada Lembaga Jasa Keuangan.
3.
Tehnik pengumpulan data
Penulisan skripsi ini menggunakan metode library search (penelitian
kepustakaan), yakni mempelajari literatur atau dari sumber bacaan buku-buku,
peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, artikel-artikel baik dari
surat kabar, majalah, media elektronik, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan
Universitas Sumatera Utara
17
penulisan skripsi ini yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh bahanbahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.
4.
Analisis data
Jenis analisi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
normatif kualitatif yang menjelaskan pembahasan yang dilakukan berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku seperti perundang-undangan.Data yang diperoleh
dari penelusurang kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi
pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan
dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian
dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga
diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap bab terbagi atas beberapa sub
bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar
belakang penulisan skripsi ini dengan judul “Pengawasan Otoritas
Jasa Keuangan Pada Inustri Perasuransian Menurut UndangUndang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian” kemudian
dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian
Universitas Sumatera Utara
18
dan ditutup dengan memberikan sistematikan dari penulisan
skripsi ini.
BAB II
USAHA PERASURANSIAN MENURUT HUKUM POSITIF DI
INDONESIA.
Bab ini terdiri dari beberapa sub bab, yakni usaha perasuransian
sebagai lembaga keuangan menurut hukum positif di indonesia,
prinsip, jenis dan fungsi asuransi, bentuk badan hukum dan
perizinan
usaha
perasuransian
dan
ruang
lingkup
usaha
perasuransian.
BAB III
PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA
INDUSTRI
PERASURANSIAN
UNDANG
NOMOR
40
MENURUT
TAHUN
2014
UNDANGTENTANG
PERASURANSIAN.
Bab ini akan menguraikan tentang perananan otoritas jasa
keuangan pada industri perasuransian, pengawasan otoritas jasa
keuangan pada industri perasuransian menurut undang-undang
nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian serta independensi
otoritas jasa keuangan dalam pengawasan industri perasuransian.
BAB IV
PENGELOLA STATUTER PADA PERUSAHAAN ASURANSI
YANG BERADA DALAM PENGAWASAN OTORITAS JASA
KEUANGAN.
Bab ini membahas tentang penetapan dan penunjukan pengelola
statuter, tugas dan kewenangan statuter dalam pengawasan
industri perasuransian, tanggung jawab pengelola statuter dalam
Universitas Sumatera Utara
19
pengawasan industri perasuransian dan pengakhiran pengelola
statuter.
BAB V
PENUTUP
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab.
Seluruhnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan
uraian skripsi ini yang dilengkapi dengan saran-saran.
Universitas Sumatera Utara