Peranan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Perasuransian di Indonesia Ditinjau Dari Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

BAB II
PENGATURAN HUKUM PERASURANSIAN DI INDONESIA

A. Sejarah Lahirnya Asuransi
Sejarah merupakan sejarah panjang ikhtiar umat manusia untuk
mengurangi risiko yang lahir dari ketidakpastian dengan membagi atau dengan
mengalihkan risiko yang mengancam mereka, pada satu pihak kepada pihak lain.
Di sisi lain, asuransi sejarah ikhtiar manusia dalam mengambil keuntungan
melalui pengumpulan dana dari masyarakat dengan memberikan janji untuk
memberikan manfaat kepada pihak yang hendak menghindarkan diri dari ancaman
risiko yang timbul dari ketidakpastian. 32
Dari berbagai sumber, diketahui bahwa sejarah awal asuransi sebelum
memasuki abad pertengahan dapat dibagi dalam beberapa periode, yaitu masa
Babylonia, Yunani, dan Romawi. 33 Sejarah asuransi tertua dapat ditelusuri sampai
sekarang 4.000 tahun silam dalam bentuk upaya para pemilik kapal atau para
pedagang bangsa Babylonia yang hidup diantara sungai Euphrat dan Tigris yang
sekarang termasuk dalam wilayah irak untuk melindungi usaha mereka terhadap
ketidakpastian. 34 Pada Zaman itu, mereka dapat meminjam uang dari pedagang
lain yang bertindak sebagai kreditor dengan menggunakan kapalnya atau barang
dagangan sebagai jaminan. Pemilik kapal atau pedagang akan membayar utang
setelah kapalnya selamat sampai di tujuan beserta sejumlah tambahan biaya

32

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta:Intermasa,1979), hal.1.
Ibid.,,
34
Djanius Djamin, Bahan Dasar Hukum……op.cit.,hal.2.

33

Universitas Sumatera Utara

kepada kreditor yang bertindak sebagai penanggung risiko. 35Peminjam di
bebaskan dari utangnya apabila kapal atau barang dagangan tidak selamat sampai
tujuan.Tambahan biaya tersebut dapat dianggap sebagai premi 36.
a. Sejarah Asuransi di Dunia.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, terdapat 5 (lima) periode dalam sejarah
lahirnya asuransi, yaitu: 37
1. Zaman kebesaran Yunani.
2. Zaman kebeseran kerajaan Romawi.
3. Zaman abad pertengahan.

4. Zaman sesudah abad pertengahan sampai sekarang.
5. Zaman kodefikasi perancis.

1. Zaman Kebesaran Yunani.
Menurut Mr. H.J. Scheltema dalam bukunya “verzekerings rech”, halaman
3. Diceritakan oleh Aristoteles, bahwa dizaman kebesaran negeri yunani dibawah
pemerintahan Iskandar Zulkarnaen alias Alexander The great (323–356 tahun
sebelum permulaan tahun masehi), ada seorang menteri keuangan bernama
Antinemes, yang pada suatu waktu terjadi krisis keuangan yang sedikit parah di
negara itu. 38

35

Ibid.,hal.3.
Worjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi…….op.cit.,hal.13.
37
Ibid.,hal.14
38
Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, (Jakarta:Bumi Aksara,1995), hal.149.


36

Universitas Sumatera Utara

Pada waktu itu, ada beberapa budak belian berkumpul di suatu tempat yang
berada dibawah kekuasaan tentara, budak–budak belian ini kepunyaan beberapa
orang kaya.Untuk mendapatkan uang yang di butuhkan itu, menteri keuangan
tersebut mengusulkan kepada pemilik budak belian itu, agar mereka mendaftarkan
budak–budaknya. Dan membayar kepada antimenes sejumlah uang setiap tahun,
dengan perjanjian bahwa apabila seorang budak melarikan diri, Antinemes akan
meminta kepala daerah untuk menangkap budak itu atau untuk membayarkan
kepada sepemilik harga jual beli dari budak tersebut. 39
Dengan demikian Antimenes, menerima sejumlah uang seperti uang premi
dalam asuransi, dan ia dapat uang mendapatkan uang yang dibutuhkan pada waktu
itu, tetapi sebaliknya ia memikul risiko, bahwa kemudian hari ia harus membayar
kepada seorang pemilik budak sejumlah uang jual beli budak yang melarikan
diri. 40
Disamping itu ada beberapa Kota di Yunani, membutuhkan sejumlah uang
oleh orang–orang tertentu. Uang yang dibutuhkan itu diperolehnya dari orangorang yang mau menyerahkan uangnya (geldschiter) dengan perjanjian bahwa
geldschieter ini akan mendapat bunga beberapa persen setiap bulan sampai

dengan meninggalnya dan ditambah dengan biaya–biaya penguburan. Hal ini
mirip dengan perjanjian Asuransi Jiwa. 41

39

Abdulkadir, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti,2015), hal.1.
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi.....…..op.cit.,hal. 2.
41
Abdul Muis, Pertanggungan Jiwa Dengan Beberapa Aspek Hukumnya, tidak
diterbitkan, hal.6.
40

Universitas Sumatera Utara

2. Zaman Kebesaran Romawi.
Dari zaman ini, Scheltema menyebutkan beberapa buku tentang sejarah
Romawi, antara lain ditulis oleh Cicero pada tahun 106–43 sebelum permulaan
tahun masehi dan Livius (59 tahun sebelum sampai 10 tahun sesudah permulaaan
tahun masehi).
Menurut Scheltema, buku–buku tersebut menggambarkan adanya berbagai

perjanjian yang mengandung unsur–unsur asuransi ganti kerugian, tetaapi tidak
dapat dikaitkan sama dengan asuransi itu. 42
Disamping itu di Zaman Romawi ini telah pula dikenal persetujuanpersetujuan, dimana pengusaha kapal yang juga adalah pedagang, memakai uang
orang lain dalam perusahaannya dengan syarat, bahwa ia tidak usah membayar
kembali uang itu apabila kapal atau muatan tidak tiba dengan selamat di tempat
yang dituju. 43
Scheltema melihat berbagai perjanjian yang banyak persamaannya dengan
Asuransi sejumlah uang (semmen vezekering). Oleh Scheltema disebutkan adanya
suatu perkumpulan (Collgium), yang dinamakan Collegium et Dianae et Antonio.
Dalam perkumpulan ini, para anggotaa membayar uang pangkal sebesar 100 asses
dan uang iuran sebesar 5 asses sebulan. Apabila seorang anggota meninggal
dunia, kepada ahli waris dibayar 300 sesterti untuk biaya penguburan. 44

42

Djanius Djamin dan Syamsul Arifin, Bahan DasarHukum…..op.cit.,hal 4.
Abdul Muis, Loc.cit
44
Irsyad Lubis, Bank Dan Lembaga Kuangan, (Medan:Usu Pers,2010), hal.183.
43


Universitas Sumatera Utara

Scheltema menyebutkan juga adanya suatu perkumpulan yang dinamakan
Collgium Lambaesis. 45 Dalam perkumpulan ini, setiap anggota juga harus
membayar uang pangkal dan uang iuran setiap bulan, dengan penetapan, bahwa
bila setiap anggota dalam dinas ketentaraan dinaikan pangkatnya kepadanya akan
diberi uang sejumlah 500 dinnar, ini dimaksudkan untuk biaya pesta–pesta yang
diadakan dalam rangka merayakan kenaikan pangkat tadi. 46
Selain itu, bahwa apabila seorang anggota dalam ketentaraan dipindahkan
kelain tempat, kepadanya diberikan uang sejumlah 500 dinnar ditambah 200
dinnar untuk biaya pengangkutan ketempat baru itu.47Apabila seorang anggota
meninggal dunia, kepada ahli waris diberi uang sebesar 500 dinnar. 48
Dua perkumpulan tadi, mirip sekali dengan apa yang kita kenal sekarang
tabungan asuransi pegawai negeri (taspen) dan asuransi angkatan bersejata
Republik Indonesia. 49
3. Zaman Abad Pertengahan.
Menurut Scheltema pada sekitar tahun 900 di Exeter, Inggris, ada
kebiasaan diantara suatuGlide, yaitu perkumpulan orang–orang yang sama
pekerjaannya, seperti para tukang batu, para tukang kayu, para pembuat roti dan

lain–lain. Mereka mempunyai kebiasaan mengumpulkan iuran yang dipergunakan
untuk memberikan sejumlah uang kepada para anggota–anggotanya apabila

45

A.Junaidi Ganie. Hukum Asuransi……..op.cit.,hal.33.
Ibid.,
47
Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentukperasuransian,(Medan:Fakultas
Hukum Usu,2005), hal.9.
48
Hasymi Ali, Pengantar………op.cit.,hal.150.
49
Abdul Muis, Loc.cit
46

Universitas Sumatera Utara

rumah dari salah satu seorang anggota terkena musibah kebaaran. Uang tersebut
dari dana kepunyaan glide tersebut. 50

Oleh beberapa penulis, yaitu Molengraaff, Dorhout Mess, dan Noslt
Trenite dalam bukunya dinyatakan dengan jelas, bahwa dalam abad ke-13 dan
abad ke-14 mulailah ada perkembangan di laut.
Gejala ini ada hubungannya erat dengan tempat perkernbangan
perdangangan melalui laut pada waktu itu, yang dimulai dilautan tengah selatan
diadakan “Kruistochten” yaitu pengiriman tentara–tentara dari berbagai negeri
Eropa Barat untuk membebaskan Jerusalem, tanah suci umat Kristen, dari
penguasa yang beragama lain. 51
Dirasakan betul–betul pada pengangkutan dengan kapal laut banyak
risikonya.Pada waktu itu belum ada radio dan radar, yang memungkinkan orang
dapat lekas mengetahuinya apakah ada suatu kapal berada dalam bahaya dan
dimana kapal laut itu berada. 52
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa dibidang pengangkutan lautlah
biasanya yang sering mengakibatkan kapal dengan penumpang–pemumpangnya
dan barang–barang musnah sama sekali. Pemiliknya merasa benar–benar ditimpa
oleh suatu mala petaka.Karena itu dibidang pengangkutan laut ini sangat
dirasakan kebutuhan membagi resiko kepada orang–orang lain juga. 53

50


Abdulkadir, Hukum Asuransi..........op.cit.,hal. 2.
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi………..op.cit.,hal.15.
52
Zian Farodis, Buku Pintar Asuransi, (Jakarta:Laksana,2014), hal.12.
53
Djanius Djamin, Bahan Dasar…….op.cit.,hal.3.
51

Universitas Sumatera Utara

Bentuk pembagian resiko ini dapat berupa bermacam cara seperti: para
pemilik kapal dan para pengangkut barang, meminjam uang dari orang lain untuk
membiayai kapal dan pengangkutan barang–barang itu dengan janji, bahwa uang
pinjaman itu tidak perlu dibayar kemabli apabila kapal dan barang–barang
angkutan musnah di tengah–tengah laut. Sebaliknya uang pinjaman ini harus
dikembalikan dan biasanya ditambah dengan bunga apabila kapal dan barang–
barang angkutan terhindar dari musibah. 54
Namun dengan adanya larangan riba oleh agama Kristen maka diadakan
bentuk yang mirip dengan asuransi, yaitu uang yang diperlukan oleh pemilik atau
si pengangkut barang–barang tidak dibayarkan di depan sebagai uang pinjaman,

melainkan akan dibayarkan apabila kapal dan barang–barang musnah ditengahtengah laut. Sedangkan pada permulaan berlayar si pemilik kapal dan
sipengangkut barang–barang harus membayar kepada sipemilik uang yang akan
menjadi tetap hak sipemilik uang. Apabila selamat tanpa ada apa-apa, uang ini
akan menjadi uang premi dalam asuransi. 55
Pada waktu itu sudah ada surat perjanjian yang dinamakan bodemerji yang
mula–mula diatur dalam W.V.K tetapi sekarang sudah tidak adalagi bodemerji ini.
Bodemerji adalah suatu pinjam uang dengan kapal laut sebagai penjamin dalam
arti apabila kapal itu musnah uang pijaman tidak usah dibayar. 56

54

Zian Farodis, Buku Pintar………..op.cit.,hal.14.
Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:Salemba
Empat,2008), hal.178.
56
Djanius Djamin, Loc.cit.
55

Universitas Sumatera Utara


4. Zaman Sesudah Abad Pertengahan Sampai Sekarang.
Pada abad–abad pertengahan dan sesudahnya, asuransi laut berkembang
cepat, dan menjadi hal yang biasa di Eropa Barat.Kemudian baru menyusul
perkembangan asuransi kebakaran.Menurut Nolst Trenite asuransi kebakaran ini
mulai diadakan di Inggris pada akhir abad ke-17 dan satu abad kemudian berubah
menyusul dinegara Perancis dan Negeri Belanda. 57
Perkembangan pesat tersebut di Negara Eropa didorong oleh dialihkannya
suatu rencana undang-undang di Inggris yang menciptakan suatu dewan asuransi
untuk menjual asuransi tersebut.Beberapa tahun selanjutnya didirikan sebuah
pengadilan untuk menyelesaikan masalah-masalah dengan perkembangan tersebut
pengadaan asuransi laut dan kebakaran berubah menjadi sebuah kegiatan paruh
waktu untuk para saudagar menjadi sebuah usaha tetap bagi para spesialis. 58
Awal mula para underwriter (penanggung) menjelajah jalan di sebuah
distrik perkapalan untuk mencari bisnis selanjutnya berkembang praktek
pertemuan

di

warung-warung

kopiuntuk

melakukan

kegiatan

transaksi

bisnis. 59pemilik warung menarik orang-orang asuransi datang ke warungnya
dengan mengumpulkan informasi perkapalan untuk mereka yang diterbitkannya
sebagai Lloyd’News akibatnya warung tersebut menjadi tempat yang sangat
popular sebagai tempat pertemuan dan akhirnya berdirilah sebuah organisasi yang
sekarang terkenal sebagai Llody’of London. 60

57

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi………op.cit.,hal.17.
Hasymi Ali, Pengantar....................op.cit.,hal.152.
59
Djanius Djamin, Bahan Dasar Hukum…..op.cit.,hal.5.
60
Ibid.,hal.153.
58

Universitas Sumatera Utara

Pada zaman inilah lahir sebuah istilah underwriter.Mereka akan mencari
asuransi akan mencantumkan usul untuk diperiksa oleh calon penanggung setiap
oramg yang ikut serta dalam risiko tersebut akan menuliskan namanya di bawah
usul itu dan menunjukkan bagian risiko yang bersedia di bebankanaya. Jadi orang
yang menulis usul tersebut dikenal dengan sebagai underwriter (penanggung). 61
Dengan

adanya

perkembangan–perkembangan

tadi

maka

semua

perjanjian asuransi dibuat antara seorang pemilik kapal dan seorang yang
meminjamkan uang karena dalam perkembangan perdagangan kapal merupakan
bagian dari perkembangan itu, dari itu timbullah perkumpulan tukang
meminjamkan uang yang kemudian menjelma menjadi suatu perusahaan khusus
untuk melayani kebutuhan pedagang dan pemilik kapal dalam menghadapi
berbagai resiko dan khusus berkecimpung dalam dunia pertanggungan. 62
5. Zaman Kodefikasi Perancis.
Seperti diketahui di Perancis kodefikasi hukum perdata dan hukum
dagang, diselenggarakan oleh Kaisar Napoleon dan dimuat dalam dua kitab yaitu
Code Civil (kitab hukum perdata) dan Code de Commerce (kitab hukum
dagang). 63
Ini terjadi pada permulaan abad ke-19 pada waktu ini dalam Code de
Commerce hanya termuat pasal–pasal mengenai asuransi laut.Dalam rancangan
Undang–Undang yang diadakan dinegeri Belanda untuk kitab hukum dagang,

61

Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan……………op.cit., hal.9.
R. Soerjatin, Hukum Dagang I dan II, P.P.A.K.R.I. Bhyangkara, (Jakarta;Direktorat
Peralatan Mabak,1969), hal. 130.
63
Abdulkadir, Hukum Asuransi……………op.cit.,hal. 4.
62

Universitas Sumatera Utara

juga hanya termuat peraturan tentang Asuransi laut. 64 Baru dalam rancangan
Undang–undang, yaitu Kitab Undang–Undang hukum perniagaan atau dalam
bahasa belanda Wetboek Van Koophandel dalam tahun 1838 termuat peraturan–
peraturan mengenai Asuransi Kebakaran, Asuransi Bumi dan Asuransi Jiwa. 65
Sistem ini dianut juga dalam KUHDagang Hindia Belanda dulu yang
sampai sekarang masih berlaku di Indonesia.
b. Sejarah Asuransi di Indonesia.
Kegiatan asuransi masuk kebumi nusantara mengikuti keberhasilan bangsa
Belanda dalam usaha perkebunan dan perdagangan di Negara jajahannya.Pada
awalnya, kegiatan asuransi terbatas untuk melindungi kepentingan Belanda,
Inggris dan bangsa Eropa lainnya yang melakukan perdagangan dan usaha
perkebunan di Indonesia, terutama untuk asuransi pengangkutan dan kebakaran. 66
Sejarah mencatat bahwa perusahaan asuransi yang pertama sekali
beroperasi adalah Semarang Sea yang berdiri tahun 1861.Perusahaan perusahaan
seangkatannya adalah Java Sea, Arjoeno, Veritas dan Mercurius. 67 Asuransi Jiwa
Nasional pertama adalah Bumi Putera 1912 yang didirikan pada tahun 1912 di
magelang atas prakarsa seorang guru yang bernama M. Ng. Dwidjosewojo
sebagai perusahaan asuransi yang berbentuk badan usaha bersama. Pendiri Bumi
Putera 1012 didorong oleh keprihatinan yang mendalam terhadap nasib para guru

64

Ibid.,
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi………..op.cit.,hal.18.
66
Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia,Sejarah Asuransi, (Jakarta:Citra Aditya Bakti
Edisi I,1984), hal.7.
67
Ibid.,
65

Universitas Sumatera Utara

pribumi (bumiputera).Asuransi non jiwa yang pertama adalah NV Indische Lloyd
yang kemudian berganti Nama menjadi Lloyd Indonesia. 68
Setelah kemerdekaan RI, pemerintah melakukan nasionalisasi atas
sejumlah perusahan asuransi termasuk NV Assurantie Maatshaappij de
Nederlandern dan Bloom Vander EE milik belanda yang didirikan tahun 1845
yang diubah menjadi umum International Underwriters (UIU) dan perusahaan
asuransi Inggris yang diganti nama menjadi Bendasraya. Pada tahun 1972 UIU
dan Bendasraya digabung menjadi Asuransi Jasa Indonesia. 69Untuk sektor
asuransi jiwa, pemerintah melakukan nasionalisasi atas perusahaan asuransi yang
berdiri pada tahun 1859 dengan Nama Nederlandsche Indische Leverzekring en
Lijvrente MaatschappijnI (NILLMIJ). 70 Dalam upaya meningkatkan retensi
asuransi dalam negeri, pada tahun 1953 berdirilah suatu perusahaan reasuransi
professional swasta, Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) yang disusul
pendirian PT Reasuransi Umum Indonesia yang merupakan perusahaan reasuransi
milik pemerintah. 71
Pencapaian penting lainnya dalam tonggak sejarah asuransi Indonesia
sejak kemerdekaan RI antara lain adalah terlaksananya Kongres Asuransi Seluruh
Indonesia atau KANSI pertama pada 25–30 November 1956 di Bogor. Tujuan
dari kongres tersebut adalah untuk menyatukan pendapat dan bekerjasama
memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perekonomian nasional, mengatasi
68

Bumiputera, Sejarah Asuransi Indonesia, http://www.bumupitera/news/sejarah/ asuransi
.html,(diakses pada tanggal 30 Maret 2017).
69
Jasindo, Asuransi Jasa Indonesia, www. Jasindo.co.id/ PT-Asuransi-Jasa-Indonesia,
(diakses pada tanggal 30 Maret 2017).
70
Jiwasraya,SejarahPenting Asuransi,www.Jiwasraya.co.id/penting/ asuransi? cat_id =1
&id=7&lang=en, (diakses pada tanggal 31 Maret 2017).
71
Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Sejarah……op.cit., hal.8.

Universitas Sumatera Utara

sisa–sisa sistem perekonomian kolonial, realisasi konkret dari pembatalan
perjanjian meja bundar (KMB) dan peningkatan kesadaran berasuransi. Konngres
tersebut antara lain melahirkan kesepakatan pendirian Dewan Asuransi Indonesia
selanjunya yang disebut DAI pada 1 Februari 1957. 72
Maksud dan tujuan pendirian DAI adalah untuk mengadakan dan
memilihara persatuan dan kerja sama di antara sesame perusahaan–perusahaan
asuransi dan reasuransi dan memperkuat kedudukan dan organisasi serta
mempertinggi mutu pekerjaan para anggota. 73Anggota DAI terbatas pada
perusahaan–perusahaan nasional saja. Dinamika politik nasional membuat
kegiatan DAI dibekukan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 1963 Tentang Gabungan Perusahaan Sejenis Asuransi yang mewajibkan
semua perusahaan asuransi dan reasuransi bergabung

di bawah gabungan

Perusahaan Sejenis Asuransi Kerugian yaitu GPS Asuransi. 74
Selanjutnya, melalui SK Menteri Urusan Funds & Forces Nomor 2 Tahun
1965 dibentuklah Organisasi Perusahaan Sejenis Asuransi Indonesia (OPS
Asuransi Indonesia) yang juga mewajibkan perusahaan asing untuk menjadi
anggota luar biasa. OPS Asuransi Indonesia diwajibkan menjadi anggota Badan
Musyawarah Nasional (Bamunas). Adanya perubahan politik setelah pembubaran
PKI membawa pengaruh terhadap kehidupan organisasi bidang usaha.Setelah
pembubaran Bamunas berdasarkan keputusan MPR Nomor 26 Tahun 1967.Pada

72

Badan Pekerja KANSI, Kata Pengantar Risalah Kongres Asuransi Nasional Seluruh
Indonesia, (tertanggal pada 1 Februari 1957).
73
Dewan Asuransi Indonesia, Anggaran Dasar, Pasal 3 yang disahkan Menteri
Kehakiman ,(pada tanggal 6 Januari 1958).
74
Junaedy Ganie, Hukum Asuransi……………op.cit., hal.34.

Universitas Sumatera Utara

tahun 1971 DAI berubah menjadi organisasi tunggal bagi semua perusahaan
asuransi dan reasuransi di Indonesia. 75
Pada tahun 2002, DAI berubah menjadi Federasi Asosiasi Perasuransian
Indonesia atau disingkat dengan nama FAPI yang menaungi semua asosiasi usaha
perasuransian di Indonesia menyusul pendirian Asosiasi Asuransi Umum
Indonesia atau AAUI dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia atau AAJIdan
Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia atau AAJSI, Asosiasi Asuransi
Syariah Indonesia AASI dan bergabungnya Asosiasi Pialang Asuransi dan
Reasuransi Indonesia atau disebut dengan nama ABAI dan Asosiasi Adjuster
Asuransi Indonesia atau AAAI kedalam FABI. 76Di samping itu, ke-6 anggota
tersebut, Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia atau AAMAIdan Ikatan
Eksekutif Asuransi Indonesia atau disebut dengan ISEAditerima sebagai anggota
kehormatan.Pada Juli 2010, disebabkan adanya kendala pengesahan Anggaran
Dasar FAPI,Nama FAPIdiganti kembali menjadi Dewan Asuransi Indonesia atau
disebut dengan DAI. 77
B. Ruang Lingkup Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Perasuransian adalah istilah hukum yang dipakai dalam perundang–
undangan dan perusahaan perasuransian.Istilah perasuransian berasal dari kata
“asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari
ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.Yang berarti segala urusan yang

75

Abdul Muis, Hukum Asuransi……….op.cit.,hal.10.
A.Junaedy Ganie, Hukum Asuransi…..op.cit.,hal.37.
77
Hasymi Ali, Pengantar………op.cit., hal 158.
76

Universitas Sumatera Utara

berkenaan dengan asuransi. 78 Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada 2 (dua)
jenis, yaitu: 79
a. Usaha di bidang kegiatan Asuransi disebut usaha disebut usaha Asuransi
atau insurance business. Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi
disebut Perusahaan Asuransi atau insurance company.
b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha
penunjang usaha asuransi atau complementary insurance business.
Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi Perusahaan
Penunjang Asuransi atau disebut complementary insurance company.
Dalam KUH Perdata dapat diperhatikan bunyi pasal 1774, maka perjanjian
asuransi

ini

masuk

dalam

perjanjian

untung-untungan

atau

kans-

ovreenkomst.Menurut pasal 1774 yang termasuk dalam perjanjian untung–
untungan, juga adalah bunga cagak hidup disebut perjudian dan pertaruhan.Hanya
saja pengaturan yang memasukkan asuransi ke dalam perjanjian untung–untungan
kurang tepat.Sebab dalam perjanjian untung-untungan pihak–pihak secara sadar
dan sengaja menjalani suatu kesempatan untung–untungan dimana prestasi secara
timbal balik tidak seimbang. 80Sedangkan dalam asuransi hal itu tidak
ada.Walaupun demikian ada juga sarjana yang menyatakan bahwa pengaturan
demikian sudah tepat. 81Hal ini disebabkan pembayaran uang asuransi selalu
digantingkan kepada “peristiwa yang tidak pasti” atau onzekker voorval.Dengan
terjadinya onzekker voorval itu maka dibayar uang asuransi.
78

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi..........op.cit., hal.5.
Junaidi Ganie, Hukum Asuransi……op.cit., hal.38.
80
Emmy Pangaribuan Simajuntak, Hukum Pertanggungan, (selanjutnya disebut Emmy
Pangaribuan I) Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjha Mada, Yogyakarta,
1980, hal.6.
81
Wirjono Prodjodikoro, Loc.cit
79

Universitas Sumatera Utara

Dalam pasal 246 KUHDagangdijumpai suatu pengertian atau defenisi
resmi dari asuransi. Pasal tersebut menyatakan bahwa asuransi pada umumnya
adalah suatu persetujuan dimana penanggung dengan menikmati suatu premi
mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena
kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan
dapat diderita olehnya karena suatu yang tidak pasti. 82
Dari pengertian KUHDagang kita dapat mengambil beberapa unsur –unsur
yang penting: 83
1) Adanya suatu persetujuan atau perjanjian antara penanggung dan
tertanggung.
2) Dalam perjanjian tersebut terdapat unsur pengalihan resiko dari
tertanggung kepada penanggung.
3) Untuk mengalihkan resiko itu tertanggung membayar premi.
4) Kalau terjadi suatu peristiwa yang semula belum pasti terjadi,
penanggung membayar sejumlah uang atau ganti ruginya.
Dalam UU OJK menjelaskan pengertian Asuransi dalam Pasal 1 (7): 84
Asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungi
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap timbulnya
kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau
meninggalnya seseorang, usaha reasuransi, dan usaha penunjang usaha
asuransi yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian kerugian
asuransi dan jasa aktuaria, sebagaimana yang dimaksud dalam undang–
undang mengenai usaha perasuransian.

82

Junaedy Ganie, Hukum Asuransi……….op.cit.,hal.83.
Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk……op.cit.,hal.2.
84
Republik Indonesia, (Otoritas Jasa Keuangan), op.cit.,Pasal 1 angka (7).

83

Universitas Sumatera Utara

Dalam UU Perasuransian menjelaskan pengertian Asuransi dalam Pasal 1
(1): 85
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Dalam Asuransi terdapat beberapa prinsip–prinsip dasar atau yang disebut
sebagai doktrin Asuransi meliputi hal–hal berikut. 86
a. Utmost good faith
b. Proximate cause
c. Indemnity
d. Insurable interst
e. Subrogation and contribution

a. Utmost Good Faith
Prinsip Utmost good faith diterjemahkan secara bebas menjadi itikad baik,
yang berarti bahwa suatu kontrak atau persetujuan Asuransi harus dilakukakn
dengan

tidak

baik.

Tertanggung

dan

penanggung

tidak

diperbolehkan

85

Republik Indonesia, (Perasuransian) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian LN Nomor 337 Tahun 2014, TLN Nomor 5618, Pasal 1 angka (1).
86
Frianto Pandia, Lembaga Keuangan……Op.cit.,hal.136

Universitas Sumatera Utara

menyembunyikan suatu fakta yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian bagi
pihak lain. Semua pihak yang terlibat dalam kontrak asuransi diwajibkan untuk
memberikan seluruh informasi, baik yang bersifat materiil maupun immaterial,
yang dapat mempengaruhi kesedian masing–masing pihak untuk terikat dalam
suatu kontrak.Kewajiban ini disebut duty of disclosure. 87
Kewajiban dalam memberikan informasi serta fakta yang benar oleh kedua
belah pihak-tertanggung dan penanggung disebut sebagai duty of disclouser.
Selain itu, dalam prinsip utmost good faith juga terdapat beberapa unsur-unsur
yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran yaitu: 88
1) Non disclouser, yaitu unsur yang pada dasarnya menggemukakan bahwa
informasi atau fakta yang tidak diungkap disebabkan oleh unsur
ketidaktahuan, atau karena dianggap bahwa fakta tidak diperlukan atau
tidak penting.
2) Concealment,

yaitu

kesengajaan

yang

tidak

mengungkap

atau

menginformasikan suatu fakta materil dengan tujuan menyembunyikan.
3) Fraudulent misrepresentation, yaitu kesengajaan memberikan gambaran
palsu atau yang tidak sebenarnya atas suatu fakta materil.
4) Innocent misrepresentation, yaitu ketidaksengajaan dalam memberikan
gambaran atau informasi yang tidak sebenarnya tentang suatu fakta
materil.

87

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:Rajawali Pers,2011), hal.298.
Zian Farodis, Buku Pintar…………………..op.cit.,hal. 30.

88

Universitas Sumatera Utara

b. Proximate cause
Yang dimaksud dengan proximate cause merupakan suatu sebab utama
yang secara aktif dan efesien mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara
beruntun tanpa intervensi kekutan lain. Prinsip ini berguna untuk mencaritahu
suatu sebab utama dalam peristiwa yang menimbulkan kerugian pihak
tertanggung sebagai klaim yang harus dibebankan oleh pihak penanggung.
Misalkan, terjadi peristiwa kebakaran pada objek Asuransi akibat percikan api
karena arus pendek listrik. Pihak penanggung perlu mencaritahu proximate cause
peristiwa tersebut.Jika proximate cause-nya akibat dari arus pendek listrik, yang
tercakup dalam polis asuransi, maka pihak penanggung harus melakukan
penggantian. Sedangkan jika setelah diselidiki di dapatkan kebenaran bahwa
peristiwa tersebut diawali oleh sebab lain. Maka pihak penanggung memastikan
bahwa proximate cause-nya adalah sebab lain asuransi maka pihak penanggung
tidak perlu melakukan suatu ganti rugi. 89
c. Indemnity
Prinsip Indemnity memiliki arti pengembalian posisi finansial pihak
tertanggung

setelah

terjadinya

kerugian

ke

posisi

sebelum

terjadinya

kerugian.Atau dapat dikatakan bahwa prinsip indemnity merupakan prinsip ganti
rugi atau konpensasi finansial oleh penanggung terhadap tertanggung.Prinsip ini
tidak berlaku bagi kontrak asuransi jiwa atau asuransi kecelakaan karena prinsip
ini berkaitan dengan penggantian kerugian yang bersifat finansial. 90

89
90

Irsyad Lubis, Bank Dan Lembaga Keuangan……….op.cit., hal.191.
Frianto Pandia, Lembaga Keuangan…………..op.cit., hal. 138.

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, dalam prinsip indemnity, tertanggung sama sekali tidak tidak
dibenarkan untuk memperoleh pembayaran ganti rugi melebihi kepentingan
tertanggung terhadap obyek yang dipertanggungkan terkait dalam cara
pelaksanaannya, pada dasarnya prinsip indemnity dilakukan melalui empat cara
yaitu: 91
1) Pembayaran tunai. Pembayaran tunai semacam penggantian risiko
kerugian oleh pihak penanggung atas suatu klaim asuransi dengan
penyerahan kepada pihak tertanggung atau pihak ketiga dalam hak
asuransi tertanggung gugat cara penyelesaian klaim ganti rugi semacam ini
merupakan salah satu bentuk cara paling praktis.
2) Reclement atau Penggantian.ganti rugi atas klaim asuransi oleh pihak
penanggung terhadap pihak tertanggung dengan cara menggantikan barang
tertanggung dalam bentuk barang yang sama.
3) Repair atau perbaikan. Pelaksanaan prinsip ganti rugi dengan cara
melakukan perbaikan atas kerugian yang dialami oleh tertanggung
disebabkan oleh peristiwa tidak diinginkan yang terjadi kepada dirinya
4) Reinstantementatau atau pembagunan kembali. Penyelesaian ganti rugi
semacam penyelesaian ganti rugi yang biasanya banyak yang ditemukan
dalam asuransi harta atau property.

91

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007),

hal.282.

Universitas Sumatera Utara

d. Insurable Interest
Insurable Interest merupakan hak yang diakui sah secara hukum
mempertanggungkan suatu risiko finansial.Prinsip ini merupakan prinsip yang
fundamental karena menyangkut bentuk pertanggungan yang dijamin dalam
kontrak asuransi. Umumnya insurable interest hanya timbul apabila tertanggung
akan menderita suatu kerugian finansial karena kerusakan atau kerugian atas
objek yang diasuransikan. 92
Dalam prinsip insurable interst, sesuatu yang dipertanggungkan sematamata hanya menyangkut kepentingan yang bisa mengakibatkan kerugian dalam
konteks finansial atas sesuatu yang dipertanggungkan ada beberapa hal yang
penting yang perlu diketahui oleh tertanggung atau nasabah yaitu: 93
1) Harus berupa suatu hak, kepentingan, harta, jiwa, atau tanggung gugat;
2) Keadaan yang dimaksud dalam penjelasan pertama adalah sesuatu yang
dapat dipertanggungkan;
3) Tertanggung harus memiliki hubungan hukum dengan sesuatu yang
dipertanggungkan dalam hal ini, pihak tertanggung bisa menuai manfaat
apabila tidak terjadi peristiwa kerusakan dan akan menderita berupa
kerugian apabila yang dipertanggungkan mengalami kerusakan;
4) Antara pihak tertanggung dalam sesuatu yang dipertanggungkan harus
memiliki hubungan yang disahkan secara hukum.

92

Sigit Triandaru, Bank Dan Lemabag Keuangan………..op.cit., hal.180.
Isyad Lubis, Bank Dan Lembaga......................op..cit.,hal.189.

93

Universitas Sumatera Utara

e. Subroggation and Contribution
1) Prinsip subrogation atau subrogasi pada prinsipnya, merupakan hak
penanggung selaku pihak yang telah memberikan ganti rugi kepada
pihak tertanggung, dimana dalam hal ini penangung memiliki hak
untuk menuntut pihak lain

yang mengakibatkan kepentingan

asuransinya mengalami suatu peristiwa yang tidak diinginkan sehingga
mengakibatkan kerugian dengan adanya prinsip semacam ini maka
pada saat bersamaan pihak tertanggung tidak memungkinkan untuk
memperoleh biaya ganti rugi melebihi kerugian yang dialami atau
yang dideritanya. 94
Selanjutnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi
kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan suatu
peristiwa yang merugikan kepentingan asuransinya. Misalnya dalam asuransi
kecelakaan bermotor apabila tertanggung mengalami kecelakaan karena tertabrak
pihak

lain

mengakibatkan

kerusakan

pada

kendaraannya,

maka

pihak

penanggunglah yang menggantikan segala bentuk kerugian kepada tertanggung. 95
2) Prinsip contribution (kontribusi) merupakan bagian dari konsekuensi
logis prinsip indemnity dalam prinip ini, penanggung memiliki hak
otoritas guna mengajak penanggung-penanggung lain memiliki
kepentingan serupa untuk turut andil dalam membayar ganti rugi
kepada pihak tertanggung meskipun secara jumlah nominal masingmasing penanggung tidak lants harus sama. Hal tersebut bisa saja

94
95

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan …………..op.cit., hal.299.
Zian Parodis, Buku Pintar………….op.cit., hal.35.

Universitas Sumatera Utara

terjadi apabila pihak pihak tertanggung pada saat bersamaan
mempertanggungkan suatu obyek benda atas suatu risiko yang sama
kepada beberapa penanggung atau pihak perusahaan asuransi. 96
Dalam situasi semacam ini, apabila sewaktu-waktu terjadi klaim maka
masing-masing pihak perusahaan asuransi yang berperan sebagai penanggung
memiliki kewajiban untuk membayar ganti rugi secara proporsional dalam jumlah
dan nominal sesuai dengan yang ditanggungnya. 97
2. Tujuan dan Fungsi Asuransi.
a. Tujuan Asuransi
1) Teori Pengalihan Risiko
Dalam teori pengalihan risiko, tertanggung sadar terhadap ada ancama
bahaya yang memantau harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Jika
bahaya tersebut menghampiri harta kekayaan atau jiwanya, dia akan mendapatkan
kerugian atau korban jiwa atau cacat raganya. 98 Secara ekonomi, kerugian
material atau korban jiwa atau cacat raga akan mempengaruhi perjalanan hidup
seseorang atau ahli warisnya. Tertanggung sebagai pihak yang terancam bahaya
merasa berat menahan beban risiko yang secara tiba-tiba menghampiri. 99
Untuk mengurangi atau menghilangkan beban risiko tersebut, pihak
tertanggung berupa mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia mengambil
alih beban risiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi

96

Sigit Triandaru, Bank Dan Lembaga………..op.cit., hal.183.
Frianto Pandia, Bank Dan Lembaga……….op.cit.,hal.184.
98
Ibid.,
99
Abdulkadir,Hukum Asuransi………….op.cit.,hal.12

97

Universitas Sumatera Utara

yang disebut premi. 100Dalam dunia bisnis perusahaan asuransi selalu siap
menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil alih risiko dengan
imbalan pembayaran premi.Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan
mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.Dengan
membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi/penanggung.Apabila
sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan,
penanggung beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya
dari tertanggung. 101
Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila sampai
berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa kematian atau
kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka tertanggung akan memperoleh
pengembalian sejumlah uang dari penanggung sesuai dengan isi perjanjian
asuransi. Premi yang dibayar oleh tertanggung itu seolah-olah sebagai tabungan
pada penanggung timbulnya perbedaan dengan asuransi kerugian karena
pembayaran premi pada asuransi jiwa dilakukan secara berkala biasanya secara
bulanan dalam jangka waktu yang cukup lama premi yang disetorkan kepada
penanggung dapat berguna sebagai modal usaha dengan mana tertanggung diberi
hak untuk menikmati hasilnya setelah jangka waktu asuransi berakhir tanpa terjadi
evenemen. 102

100

Ibid., hal.14.
Irsyad Lubus, Bank dan Lembaga Keuangan……..op.cit.,hal 187.
102
Ibid.,

101

Universitas Sumatera Utara

2) Pembayaran Ganti Kerugian
Dalam suatu kejadian yang tidak menimbulkan kerugian, maka tidak ada
masalah terhadap risiko yang ditanggung oleh penanggung.Dalam pelaksanaannya
tidak ada ancaman bahaya yang mengancam itu benar-benar terjadi.Ini merupakan
kesempatan baik bagi penanggung mengumpulkan premi yang dibayar oleh
beberapa tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya. Jika pada suatu ketika
benar-benar terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian, maka kepada
tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian sesuai dengan
jumlah asuransinya. Dalam praktiknya, kerugian yang timbul itu bersifat sebagian
atau partical loss. Tidak semuanya berupa kerugian total atau total loss. Dengan
demikian, tertanggung mengadakan asuransi yang bertujuan untuk memperoleh
pembayaran ganti kerugian yang sungguh–sungguh dideritanya. 103
Jika dibandingkan dengan jumlah premi yang diterima dari beberapa
tertanggung, maka jumlah ganti kerugian yang dibayarkan kepada tertanggung
yang menderita kerugian itu tidaklah begitu besar jumlahnya.Kerugian yang
diganti oleh penanggung itu hanya sebagian kecil dari jumlah premi yang diterima
dari seluruh tertaggung.Dari sudut perhitungan ekonomi, keadilan ini merupakan
faktor pendorong perkembangan perusahaan asuransi, di samping faktor tingginya
pendapatan perkapita warga Negara atau warga masyarakat. 104
Antara asuransi kerugian dan asuransi jiwa terdapat perbedaan, pada
asuransi jiwa apabila dalam jangka watu asuransi terjadi perisiwa kematian atau
kecelakaan yang menimpa tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah
103
104

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi…………op.cit., hal.12.
Abdulkadir, Hukum Asuransi………op.cit.,hal.14.

Universitas Sumatera Utara

asuransi yang telah disepakati itu merupakan dasar perhitungan premi dan untuk
memudahkan penanggung membayar berupa uang akibat terjadinya peristiwa
kematian atau kecelakaan. Jadi pembayaran uang itu bukan sebagai ganti rugi
kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan harta kekayaan dan tidak dapat
dinilai dengan uang. 105
3) Pembayaran Santunan
Asuransi kerugian dan asuransi jiwa berdasarkan perjanjian bebas atau
sukarela antara pennanggung dan tertanggung/voluntary insurance.Akan tetapi,
undang–undang bukan karena perjanjian.Asuransi jenis ini disebut asuransi
sosial/sosial security insurance.Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat
dari ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat
tubuh.Dengan membayar sejumlah kontribusi/semacam premi, tertanggung
berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya. 106
Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang
terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang–undang,
misalnya hubungan kerja, penumpang angkuta umum.Apabila mereka mendapat
musibah kecelakaan dalam pekerjaanya atau selama angkutan berlangsung.
Mereka atau ahli warisnya akan memperoleh pembayaran santunan dari
penanggung, yang jumlahnya telah ditetapkan oleh undang–undang. Jadi, tujuan
mengadakan asuransi sosial menurut pembentuk undang–undang adalah untuk

105

Djanius Djamin, Bahan Dasar Hukum………op.cit hal 8.
Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan…….op.cit.,hal.31.

106

Universitas Sumatera Utara

melindungi kepentingan masyarakat, dan mereka yang terkena musibah diberi
santunan sejumlah uang. 107
4) Kesejahteraan Anggota
Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan
membayar kontribusi/iuran kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu
berkedudukan

sebagai

penanggung,

sedangkan

anggota

perkumpulan

berkedudukan sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan
kerugian atau kematian bagi anggota/tertanggung, perkumpulan akan membayar
sejumlah uang kepada anggota/tertanggung yang bersangkutan. Prof Wirjono
Prodjodikoro menyebut asuransi seperti ini mirip dengan “perkumpulan koperasi”
asuransi ini merupakan asuransi saling menanggung atau asuransi usaha bersama
yang bertujuan mewudjudkan kesejahteraan anggota. 108
Setelah ditelaah dengan seksama, asuransi saling menanggung tidak dapat
digolongkan ke dalam asuransi murni, tetapi hanya mempunyai unsur–unsur yang
mirip dengan asuransi kerugian atau asuransi jumlah. Penyetoran uang iuran oleh
anggota perkumpulan/semacam premi oleh tertanggung merupakan pengumpulan
dana untuk kesejahteraan anggotanya atau untuk mengurus kepentingan
anggotanya, misalnya bantuan biaya upacara bagi anggota yang mengadakan
selamatan, bantuan biaya penguburan bagi anggota yang meninggal dunia, dan
biaya perawatan bagi anggota yang megalami kecelakaan atau sakit. 109

107

Ibid.,
Sigit Triandaru, Bank Dan Lembaga Keuangan……..op.cit.,hal.187.
109
Abdulkadir, Hukum Asuransi………..op.cit., hal.15.

108

Universitas Sumatera Utara

b. Fungsi Asuransi 110
1) Asuransi menimbulkan atau membuat masyarakat dan perusahaan–
perusahaan berada dalam keadaan aman. Dengan membeli asuransi, para
pengusaha atau masyarakat akan menjadi tenang dan merasa aman
hidupnya, pengguna asuransi tidak perlu memikirkan risiko tentang yang
akan terjadi, karena sudah dialihkan keperusahaan asuransi yang siap untuk
menangggung risiko.
2) Dengan adanya asuransi terdapat suatu kecenderungan, penarikan biaya
akan dilakukan sesuai mungkin atau the equitable assetment of cost
maksudnya ialah biaya-biaya asuransi harus adil sesuai dengan besar
kecilnya risiko yang dipertanggungkan.
3) Asuransi berguna sebagai alat penabung/saving. Terlebih dahulu kita
mengeluarkan uang untuk membayar premi, dan dikemudian hari akan
menerima hasilnya.
4) Asuransi dianggap sebagai sumber pennghasilan atau earing power.
5) Sumber penghasilan ini berdasarkan pada financing the business. Sumber
pennghasilan untuk segala sesuatu yang dipertanggungkan.
Menurut Hasyim Ali fungsi asuransi merupakan suatu faidah penting dari
asuransi adalah mengganti kerugian. 111Banyak keluarga dan perusahaan sesudah
terjadi kerugian dapat hidup terus secara utuh karena kerugian itu diganti

110

Jiwasraya, Fungsi Asuransi, http://jiwasraya.co.id/2015/08/fungsi-asuransi/,(diakses
padatanggal 14 april 2017).
111
A.Hasyim Ali, Pengantar Asuransi,…………op.cit., hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

sepenuhnya atau sebagian oleh dana–dana asuransi.Dengan demikian asuransi
memperkokoh stabilitas sosial dan bisnis. 112
3. Subyek dan Objek Asuransi
a. Subjek Asuransi 113
Untuk menemukan siapa saja yang dapat digolongkan sebagai subyek
asuransi.Yang dimaksud dengan subyek asuransi adalah sesuatu yang mempunyai
hak dan kewajiban, yang terdiri manusia dan badan hukum.Jadi setiap manusia
adalah sebagai subyek hukum. Sebagai subyek hukum, pembawa hak, manusia
mempunyai hak–hak dan kewajiban–kewajiban untuk melakukan sesuatu
tindakan hukum dimana ia dapat mengadakan persetujuan–persetujuan.
Pada hakikatnya berlakunya manusia itu sebagai pembawa hak berawal
dari saat seseorang dilahirkan dan berakhir pada saat seseorang itu meminggal
dunia, bahkan seorang anak yang masih berada dalam kandungan ibunya dapat
dianggap sebagai pembawa hak.jika kepentingannya diperlukan untu menjadi ahli
waris maka anak tersebut dianggap telah lahir. 114
Walaupun hukum menentukan bahwa setiap orang tiada terkecuali dapat
memiliki hak–hak, akan tetapi pada dasarnya tidaklah semua orang diperbolehkan
bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak–hak itu. 115
Dalam hal ini ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah
dinyatakan tidak cakap atau kurang cakap untuk bertindak sendiri dalam

112

Ibid.,
Djanius Djamindan, Bahan Dasar Hukum…….,op.cit.,hal.30
114
Ibid.,hal.31.
115
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi……..op.cit., hal.33.
113

Universitas Sumatera Utara

melakukan perbuatan–perbuatan hukum, akan tetapi mereka itu harus dimiliki
atau dibantu orang lain. 116
Demikian juga halnya dalam setiap perjanjian memiliki dua macam
subyek hukum, yaitu disatu pihak seseorang atau satu badan hukum yang
mendapat beban kewajiban mendapatkan sesuatu dan pihak lainnya ada seorang
atau badan hukum yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu.Oleh karena
itu di dalam setiap perjanjian selalu ada pihak berkewajiban dan pihak berhak. 117
Akan tetapi berbeda halnya dalam perjanjian asuransi yang merupakan
perjanjian timbal balik, dimana satu pihak tidak selalu menjadi pihak yang berhak,
melainkan dari sudut lain mempunyai beban kewajiban juga terhadap pihak
berwajib melainkan menjadi pihak berhak pula terhadap kewajiban dari pihak
pertama yang harus dilaksanakan. 118
Jadi dalam setiap mengadakan perjanjian asuransi haruslah sekuurang–
kurangnya ada dua pihak subyek, dimana pihak yang satu disebut penanggung dan
pihak yang lain disebut pihak tertanggung. 119
Dalam hal ini pihak penanggung adalah pihak yang terhadap siapa
diperalihkan risiko, yang seharusnya dipikul sendiri oleh tertanggung karena
menderita kerugian sebagai akibat dari suatu peristiwa yang tidak tertentu.Risiko
ini hanya diperalihkan kepadanya berdasarkan adanya premi yang juga

116

Hasymi Ali,Pengantar Asuransi……….op.cit., hal.91.
Ibid.,
118
Sigit Triiandaru, Bank dan Lemabaga…….op.cit.,hal.183.
119
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi………op.cit.,hal.34.
117

Universitas Sumatera Utara

dinikmatinya. Jadi pihak penanggung mengikatkan dirinya untuk menanggung
risiko apabila ia menikmati suatu premi. 120
Sedangkan pihak tertanggung sebagia orang–orang yang berkepentingan
dalam mengadakan perjanjian asuransi adalah sebagai pihak yang berkewajiban
untuk membayar premi kepada penanggung, sekaligus atau berangsur–angsur.
Dengan tujuan akan mendapat penggantian suatu kerugian yang mungkin akan ia
derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi. 121
b. Obyek Asuransi 122
1) Obyek perjanjian pada umumnya
Obyek dalam suatu perjanjian dapat diartikan sebagai hal yang diperlukan
oleh oleh subyek, suatu hal yang penting dalam tujuan membentuk suatu
perjanjian.Sehingga

hal

yang

diwajibkan

kepada

pihak

yang

berkewajiban/debitur, terhadap mana pihak yang berhak/kreditur, mempunyai hak
adalah merupakan obyek dalam hubungan hukum mengenai perjanjian.
Dari apa yang diuraikan diatas, menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian–
perjanjian itu sedikit banyaknya juga mengenai harta benda. Dan selaku semua
perjajian itu pada umumnya menyinggung hal kekayaan harta benda seseorang
atau sebahagian dari kekayaan itu.Maka dari itu, boleh juga dikatakan, hukum
perjanjian masuk masuk golongan Hukun Kekayaan Harta Benda, lain dari hukum
kekeluargaan dan hukum perkawinan, sedangkan Hukum Warisan bersifat
tengah–tengah.Karena itu umumnya obyek hubungan hukum perjanjian selalu

120

Djanius Djamin, Bahan Dasar Hukum…………..op.cit.,hal.32.
Irsyad Lubis, Bank dan Lembaga……..op.cit., hal.194.
122
Djanius Djamin, Bahan Dasar Hukum………op.ci.,hal.26.

121

Universitas Sumatera Utara

bagian dari kekayaan seseorang, dan hampir selalu berupa suatu harta atau
benda. 123
2) Pengertian Obyek Asuransi
Pada KUHDagang Pasal 268, dimana di dalam pasal tersebut dikatakan
tentang hal–hal yang dapat menjadi obyek asuransi, ialah semua kepentingan
yang: 124
a) Dapat dinilai dengan jumlah uang/op geld waardeerbar
b) Dapat takluk pada macam macam bahaya/aan gevaar on derhevig
c) Tidak terkecuali oleh Undang–Undang
Secara lengkap bunyi pasal 268 KUHD adalah sebagai berkut: sesuatu
pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilai dengan
uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh UndangUndang.
Dan pengertian obyek Asuransi pada Pasal 1 angka (25) UU
Perasuransia: 125
Obyek asuransi adalah jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab
hukum, benda dan jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang,
rusak, rugi dan atau berkurang nilainnya.

123

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi……op.cit.,hal.41.
Republik Indonesia, (KUHD) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 268.
125
Republik Indonesia, (Perasuransian), op.,cit, Pasal 1 Angka( 25).
124

Universitas Sumatera Utara

3) Obyek Asuransi Tanpa Benda dan Kerugian yang Nyata
Yang dimaksud di sini dengan obyek asuransi tanpa benda ialah ada
kalanya diadakan asuransi terhadap kemungkinan orang menderita karena tidak
akan mendapat untung dalam suatu perusahan. Dalam hal ini tidak ada suatu
benda berwujud, yang akan musnah atau akan ada kerusakan dan sebagainya.
Pengertian singkatnya selama persetujuan asuransi berjalan, tidak ada suatu
barang benda. 126
4) Saat Kepentingan Harus Ada
Ketentuan

pasal

250

KUHDagang

selayaknya

ditujukan

kepada

tertanggung sebagai suatu isyarat bahwa pada waktu mengadakan asuransi
tertanggung perlu menyatakan dengan tegas dan jelas apa kepentingannya
mengadakan asuransi itu dengan adanya kepentingan sejumlah premi dapat
dibayar sehingga asuransi berjalan jika terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian tertanggung yang berkepentingan berhak mengklaim pembayaran ganti
kerugian dari penanggung. 127
Adalah logis bahwa setiap orang yang mengadakan asuransi itu ada
kepentingan bagi dirinya sendiri ataupun bagi pihak ketiga. Jika tidak mempunyai
kepentingan buat apa mengadakan perjanjian asuransi. 128Mengeluarkan uang
untuk membayar premi bagi mereka yang beritikad buruk mengadakan asuransi
seolah-olah berkepentingan, sudah selayaknya tidak dilindungi undang-undang
artinya penanggung tidak berkewajiban membayar ganti kerugian jika terjadi

126

Djanius Djamin, Bahan Dasar Hukum…….op.cit.,hal.26.
Abdulkadir, Hukum Asuransi…….op.cit., hal.92.
128
Djanius Djamin, Loc.cit

127

Universitas Sumatera Utara

peristiwa terhadap benda yang diasuransikan walaupun tertanggung yang tidak
jujur itu telah membayar premi asuransi bukanlah untung-untungan. 129
5) Jumlah yang Diasuransikan
Jumlah yang diasuransikan adalah jumlah yang dipakai sebagai ukuran
untuk menentukan jumlah maksimum ganti kerugian yang wajib dibayar oleh
penanggung dalam suatu asuransi kerugian. Jumlah yang diasuransikan erat
hubungannya dengan nilai benda asuransi dengan ditentukannya jumlah yang
diasuransikan dapat diketahui apakah asuransi itu di bawah nilai asuransi atau
sama dengan nilai benda asuransi atau melebihi benda asuransi dengan demikian
dapat ditentukan jumlah maksimum ganti kerugian yang dapat dibayar jika timbul
kerugian akibat peristiwa yang menjadi beban penanggung. 130
Menurut ketentuan pasal 253 ayat (1) KUHDagang asuransi yamg melebihi
jumlah nilai benda atau kepentingan yang sesungguhnya hanya sah sampai jumlah
nilai benda tersebut apabila ju