Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

BAB II
USAHA PERASURANSIAN MENURUT HUKUM POSITIF DI
INDONESIA

A. Usaha Perasuransian Sebagai Lembaga Keuangan Menurut Hukum
Positif di Indonesia
1.

Pengertian asuransi
Verzekering (bahasa Belanda) disebut pula dengan asuransi atau juga

berarti pertanggungan. Ada 2 pihak terlibat di dalam asuranis yaitu: yang satu
sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat
penggantian suatu kerugian yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu
peristiwa yang belum tentu akan terjadi. Suatu kontrak prestasi dari
pertanggungan ini, pihak yang ditanggung itu, diwajibkan membayar sejumlah
uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik
pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksudkan
itu tidak terjadi. 15
Menurut Mehr dan Cammack asuransi merupakan suatu alat untuk
mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit dalam jumlah

yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan.
Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang
tergabung.Sedangkan menurut Mark R. Green asuransi adalah suatu lembaga
ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan

15

Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 1.

20
Universitas Sumatera Utara

21

dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga
kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.
C. Arthur William Jr dan Richard M. Heins mendefinisikan asuransi
berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:
a.


Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang
dilakukan oleh seorang penanggung.

b.

Asuransi adalah suatu persetujuan dengan dua atau lebih orang atau badan
mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulakan bahwa

asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada
perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena
risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar
probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan
terjadiakan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu. 16
Pengertian dan ketentuan tentang asuransi di Indonesia telah dimuat dalam
beberapa dokumen, antara lain Burgerlijke Wetboek atau sering di singkat BW,
yang kemudian dikenal menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk
selanjutnya disebut KUHPerdata). Dalam Pasal 1774 KUHPerdata, pengertian
asuransi dinyatakan sebagai berikut:
“Suatu persetujuan untung–untungan (kansovereenkomst) adalah suatu

perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang
belum tentu”.
16

http://dokumen.tips/documents/makalah-hukum-asuransi.html (diakses 04 Februari

2016).

Universitas Sumatera Utara

22

Selanjutnya pengertian asuransi juga termuat dalam Pasal 246 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) yang berbunyi:
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat
dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti)”.

Tahun 1992 usaha perasuransian telah memiliki ketentuan sendiri dengan
disahkannya UU Usaha Perasuransian dan sejumlah peraturan pendukungnya,
yakni Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, serta peraturan-peraturan
lainnya yang sifatnya teknis. Pengertian asuransi dalam UU Usaha Perasuransian
terdapat dalam Pasal 1 angka 1, berbunyi sebagai berikut:
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan”.
Tanggal 17 Oktober 2014 Pemerintah mengesahkan UU Perasuransian
untuk menggantikan UU Usaha Perasuransian mengingat undang-undang ini
sudah lama dan tidak lagi cukup untuk menjadi dasar peraturan indurtri

Universitas Sumatera Utara


23

perasuransian yang sudah berkembang. Pengertian asuransi menurut UU
Perasuransian terdapat pada Pasal 1 angka 1, berbunyi sebagai berikut:
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi
dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a.

memberi penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau

b.

memberikan

pembayaran


yang

didasarkan

kepada

meninggalnya

tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada
hasil pengelolaan dana”.
Definisi-definisi asuransi diatas dapat dilihat bahwa asuransi memiliki
empat unsur, yaitu:
a.

Pihak tertanggung, yang berjanji akan membayar premi kepada
penanggung, karena bersedia memberikan ganti rugi bila peristiwa
terjadinya risiko yang tidak pasti, benar-benar terjadi.


b.

Pihak penanggung, yang berjanji akan memberikan ganti rugi yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, yang akan diderita oleh tertanggung.

c.

Obyek pertanggungan, berupa harta benda, hidup dan meninggalnya
seseorang, dan/atau kepentingan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

24

d.

Peristiwa terjadinya risiko, yang tidak pasti, dimana, kapan dan besarnya,
dampak kerugian yang timbul, yang sebenarnya juga tidak diharapkan oleh
tertanggung dan penanggung. 17


2.

Perkembangan perasuransian
a.

Sebelum masehi
Pada jaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great

seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan banyak uang untuk
guna membiayai pemerintahan pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut
Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak supaya mendaftarkan
budak-budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes.
Sebagai imbalanya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang
melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu di tangkap, atau
jika tidak ditangkap akan dibayar dengan uang sebagai gantinya. 18
Apabila ditelaah dan diteliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari
pemilik budak adalah semacam premi yang di terima dari tertanggung, sedangkan
kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau
membayar ganti kerugian karena karena budak yang hilang adalah semacam
resiko yang dipikul oleh penanggung. Perjanjian ini dengan Asuransi Kerugian. 19

Scheltema menjelaskan bahwa pada zaman Yunani banyak juga orang
yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji
bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan
bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan.Jadi, perjanjian ini mirip

17

Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 131-132.
18
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 1.
19
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

25

dengan asuransi jiwa.Apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat dipahami bahwa
perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari

perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jiwa. 20
b.

Abad pertengahan
Peristiwa-peristiwa hukum yang telah diuraikan diatas terus berkembang

pada abad pertengahan.Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi
sejenis membentuk satu perkumpulan yang disebut gilde. Pekumpulan ini
mengurus kepentingan anggota-anggotanya dengan berjanji apabila ada anggota
yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari
dana gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi
pada ke-9 dan mirip dengan Asuransi Kebakaran.
Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman
dan negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad ke-12.Pada abad ke-13 dan
pertengahan abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat.Akan
tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan
melalui laut.Keadaan ini untuk mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan
kerugian yang timbul melalui laut.Inilah perkembangan asuransi kerugia laut. 21
c.


Sesudah abad pertengahan
Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan kebakaran mengalami

perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti
Inggris

pada

20
21

abad

ke-17

dan

prancis

abad

ke-18

serta

sampai

ke

Ibid., hlm 1-2.
Ibid.,hlm. 2-3.

Universitas Sumatera Utara

26

Belanda.Perkembangan pesat asuransi ini sampai ke negara-negara seberang laut
terutama daerah-derah jajahan mereka. 22
Pada waktu pembentukan Code de Commerce Prancis awal abad ke-19,
asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek
van Koophandel Nederland, disamping asuransi laut dimasukan juga asuransi
kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi
laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut (Marine
Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas konkordansi,
Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui
Staatsblad Nomor 23 Tahun 1947. 23
d.

Abad ilmu dan teknologi
Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak

positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian.Kegiatan usaha tidak
hanya bidang perasuransian, tetapi juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan
bidang prasarana transportasi sampai daerah pelosok mendorong perkembangan
sarana tranformasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang
dari suatu daerah ke daerah bahkan ke negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas
juga makin meningkat, sehingga kebutuhan perlindungan terhadap barang muatan
dan jiwa penumpang juga meningkat.Keadaan ini mendorong perkembangan
perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi sosial. 24
Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi
masyarakat.Makin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu
masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan
22

Ibid.,hlm. 4.
Ibid.
24
Ibid.
23

Universitas Sumatera Utara

27

keselamatannya dari ancaman bahaya.Karena pendapatan masyarakat meningkat,
maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat.Dengan demikian,
usaha perasuransian juga berkembang. 25

B. Prinsip, Jenis dan Fungsi Asuransi
1.

Prinsip Asuransi
Terdapat 6 (enam) macam prinsip dasar dalam dunia asuransi yang harus

dipenuhi, yaitu insurable interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity,
subrogation dan contribution. 26
a.

Kepentingan yang diasuransikan (Insurable Interest)
Pemahaman tertanggung tentang kepentingan yang dapat diasuransikan

(insurable interest) merupakan prinsip yang harus ditegakkan sejak awal
perjanjian asuransi.Asuransi atas kehidupan seseorang tidak sah apabila
tertanggung/pemegang polis tidak mempunyai insurable interest atau hidup atau
kehidupan dari orang yang menjadi obyek pertanggungan, demikian juga terhadap
harta benda yang diasuransikan. Tertanggung akan menderita kerugian apabila
terjadi kerusakan atau kehilangan, atau menghadapi kemungkinan tuntutan ganti
rugi dari pihak ketiga. Insurable interest dapat timbul sesuai ketentuan yang diatur
dalam Pasal 250 KUHD, berbunyi:
“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk
diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu
pertanggungan,

pada

saat

diadakannya

pertanggungan

itu

tidak

25

Ibid.,hlm. 5.
http://asuransibinagriya.blogspot.co.id/2011/11/dalam-dunia-asuransi-ada-6macam.html (diakses 04 Februari 2016).
26

Universitas Sumatera Utara

28

mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu
maka sipenanggung tidaklah wajib memberikan ganti rugi.”
b.

Itikad baik (Utmost good faith)
Prinsip medasar yang harus dimiliki adalah prinsip adanya itikad baik atau

utmost good faith atau uberrimai fides. Sedangkan dalam jual beli produk nyata
(tangible product) berlaku prinsip caveat emptor atau let the buyer beware yaitu
bahwa pembelilah yang harus berhati-hati sebelum melakukan pembelian atas
suatu barang dan jasa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penanggung
sebagai penjual polis perlu dilindungi terhadap kemungkinan adanya kesalahan
informasi yang diberikan oleh calon tertanggung mengenai obyek pertanggungan,
sehingga jika penanggung mengetahuinya ia tidak akan menerima pertanggungan
tersebut atau menerimanya tetapi dengan kondisi yang berbeda. Untuk melindungi
kepentingan tersebut, Pasal 251 KUHD mengaturnya yaitu:
“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapaun
itikad baik ada padanya. Yang demikian sifatnya, sehingga seandainya si
penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu
tidak akan ditutup, atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama,
mengakibatkan batalnya pertanggungan.”

c.

Proximate cause
Prinsip proksima dalam asuransi adalah penyebab utama terjadinya risiko

(proximate cause).Sering juga timbul perselisihan karena kesalahan dalam
penafsiran terhadap penyebab terjadinya risiko. Dalam polis-polis asuransi selalu

Universitas Sumatera Utara

29

tercantum penyebab-penyebab apa saja yang dijamin. Pernyataan ini mengandung
arti bahwa perusahaan akan membayar ganti rugi terhadap kerugian obyek yang
dipertanggungkan apabila kerugian tersebut timbul akibat salah satu sebab yang
dijamin.
Sebelum tertanggung dapat mengklaim kerugian yang dideritanya dari
penanggung terlebih dahulu harus ditetapkan apa penyebab kerugian tersebut.
Artinya tertanggung dapat mengklaim hanya jika kerugian yang dideritanya
disebabkan oleh suatu risiko yang dijamin polis.Penyebab yang dijamin itu
haruslah “penyebab terdekat” (proximate cause). Kausa yang membawa suatu
akibat tanpa intervensi sesuatu penyebab lain yang bekerja secara aktif dan yang
datang dari suatu sumber baru dan independen.
Doktrin ini menyatakan bahwa agar seseorang tertanggung dapat
mengklaim, maka rantai peristiwa sejak penyebab yang dijamin polis hingga
kerugian finansial yang diderita tertanggung tidak boleh terputus.Jika rantai
peristiwa itu terputus oleh suatu penyebab baru yang dikecualikan dari polis maka
kerugian yang dijamin hanyalah kerugian yang diderita hingga penyebab baru itu
mulai bekerja.Kerugian yang diderita setelah terjadinya risiko yang tidak dijamin
tidak dapat diklaim.
d.

Ganti Rugi Indemnitas (Indemnity)
Prinsip ganti-rugi (indemnity) adalah prinsip yang memberikan ganti rugi

atas kerugian yang sebenarnya, artinya tidak akan terjadi pembayaran suatu
kerugian atas risiko yang direncanakan. Bahwa prinsip indemnity merupakan
suatu mekanisme yang akan menempatkan kembali tertanggung kepada posisi
semua sesaat sebelum terjadinya kerugian, dengan menerima pembayaran ganti

Universitas Sumatera Utara

30

rugi dari penanggung setelah terjadinya suatu kerugian. Besarnya ganti rugi yang
diberikan tidak boleh melebihi kerugian yang sebenarnya diderita (atau tidak
boleh melebihi jumlah penggantian penuh/jumlah uang pertanggungan).
Prinsip ganti-rugi ini diatur dalam Pasal 253, 273 dan 275 KUHD, yang
dapat diketahui bahwa:
1) Jumlah uang pertanggunagn (UP) harus sama dengan jumlah harga
yang sebenarnya dari obyek pertanggungan.
2) Bila terjadi kerugian, maka jumlah pemberian ganti rugi akan
dilakukan sepenuhnya (sesuai dengan kerugian yang diderita) sampai
jumlah yang dipertanggungkan.
Menghitung atau menakar besaran ganti-rugi (indemnity) selalu menjadi
berdebatan, perbedaan perhitungan, dan bahkan akhirnya menjadi pertentangan
atau perselisihan atau sengketa. Akan tetapi dalam perjanjian asuransi yang
tertuang dalam polis akan ditentukan lembaga independen dan imparsial yang
akan ditunjuk untuk melakukan besarnya perhitungan suatu kerugian yang disebut
lembaga Loss Adjuster. Demikian juga dalam polis asuransi kesehatan yang
menetapkan besarnya biaya perawatan kesehatan yang dapat dijamin perusahaan
asuransi sesuai penilaian provider kesehatan yang ditunjuk.Khusus untuk kerugian
yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan sehingga berakibat pada ketidakmampuan
seseorang, pada umumnya ditentukan besarannya sejak awal.
e.

Subrogasi (Subrogation)
Subrogaasi (to subrogate) yang berarti menggantikan atau menempatkan

diri pada tempat orang lain. Dalam asuransi, subrogasi berarti bahwa penanggung
menempatkan diri atau menggantikan tempat tertanggung dengan maksud untuk

Universitas Sumatera Utara

31

memperoleh/menuntut ganti kerugian dari pihak ketiga atas kerugian yang
diderita oleh tertanggung.
Pasal 1382 KUHPerdata, disebutkan bahwa kemungkinan pembayaran
yang dilakukan oleh pihak ketiga-kepada kreditur atas nama debitur
mengakibatkan terjadinya penggantian kedudukan debitur disebut subrogasi.
Subrogasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu, yang terjadi karena perjanjian
(Pasal 1401 KUHPerdata) dan karena undang-undang (Pasal 1402 KUHPerdata).
Subrogasi dapat dikatakan sebagai penyerahan hak dari tertanggung
kepada penanggung untuk menggantikannya memperoleh/menuntut pembayaran
ganti kerugian yang dideritanya dari pihak ketiga yang menimbulkan kerugian
tersebut.Dengan demikian, seakan-akan penanggung ditempatkan pada posisi
tertanggung.Bahwa prinsip subrogasi sangat erat hubungannya dengan prinsip
indemnitas, jika pada prinsip indemnitas dikatakan bahwa tertanggung berhak
untuk memperoleh ganti rugi, tetapi tidak boleh melebihi jumlah kerugian yang
sebenarnya diderita oleh tertanggung tersebut.
Prinsip subrogasi, yaitu prinsip apabila kerugian yang timbul diakibatkan
oleh perbuatan kelalaian orang lain. Pasal 1365 KUHPerdata menetapkan bahwa,
tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.Setelah penanggung membayar ganti rugi kepada tertanggung,
hak tertanggung untuk menuntut ganti rugi dari orang yang lalai itu, secara
otomatis, berpindah kepada penanggung.
Adapun prinsip subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD, yang
menyatakan bahwa seseorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu

Universitas Sumatera Utara

32

barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak
yang diperolehnya terhadap orng-orang ketiga berhubung dengan penerbitan
kerugian tersebut dan si tertanggung itu adalah bertanggung-jawab untuk setiap
perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap orang-orang ketiga
itu.
Ketentuan KUHD diatas, dapat diketahui bahwa penanggung yang
membayar kerugian atas sesuatu “obyek pertanggungan” berhak menggantikan
tertanggung untuk menuntut penggantian kerugian dari pihak ketiga tertanggung
wajib membantu penanggung dalam rangka merealisasikan hak tersebut, dan
tertanggung tidak akan melkukan sesuatu perbuatan apapun yang merugikan hak
penanggung tersebut.
f.

Kontribusi (Contribution)
Kontribusi adalah hak penanggung untuk “menagih” bagian yang menjadi

tanggungjawab penanggung lain atas ganti rugi yang telah dibayarkan kepada
tertanggung. Dalam prakterk perasuransian, kita melihat bahwa kontribusi
tidaklah selamanya dilakukan sesuai dengan cara “bayar dulu” kepada
tertanggung “baru tagih” kepada penanggung lainnya, hal ini tergantung dari
bagaimana cara penutupan asuransi dilakukan. Pada umumnya, kita mengenal
beberapa cara penutupan asuransi yang dengan sendirinya mempengaruhi cara
kontribusi dalam pembayaran klaim. Prinsip kontribusi diatur dalam Pasal 252
KUHD, yang diketahui bahwa:
“Kecuali dalam hal-hal yang disebutkan dalam ketentuan undang-undang,
maka tak bolehlah suatu pertanggungkan harga sepenuhnya, maka
penanggung yang berikut bertanggung-jawab untuk harga selebihnya,

Universitas Sumatera Utara

33

menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan-pertanggungan berikut
ini.”
Untuk tidak membingungkan penerapan dari prinsip kontribusi dan prinsip
subrogasi berikut ini akan dijabarkan perbedaan dan persamaan dari masingmasing prinsip tersebut antara lain:
Persamaannya:
1) Kedua azas tersebut bertjujan agar pemberian ganti rugi (indemnitas)
kepada tertanggung tidak melebihi insurable interest atau tidak
melebihi ganti rugi penuh (full value).
2) Untuk melindungi penanggung dari kemungkinan usaha-usaha
tertanggung untuk mencari keuntungan dari berasuransi.
3) Kedua prinsip tersebut diterapkan pada waktu atau setelah terjadinya
klaim.
4) Sama-sama tidak berlaku untuk asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan
diri.
Perbedaannya:
1) Subrogasi ditujukan terhadap pihak ketiga yang karena telah
menimbulkan kerugian terhadap tertanggung. Sedangkan kontribusi
ditujukan terhadap sesame penaggung, agar secara bersama-sama
memberikan ganti rugi atas kerugian yang diderita tertanggung.
2) Hak subrogasi pada umumnya timbul setelah dilakukan pembayaran
ganti rugi kepada tertanggung. Hak kontribusi timbul bersama-sama.

Universitas Sumatera Utara

34

3) Hak subrogasi “asalnya” adalah dari tertanggung yang diserahkan
kepada penanggung dengan menandatangani loss subrogation receipt.
Hak kontribusi adalah hak “asli” penanggung.
4) Kontribusi timbul karena adanya lebih dari satu penanggung atas obyek
pertanggungan yang sama. Subrogasi biasanya hanya melibatkan satu
penanggung.
2.

Jenis asuransi
Pada dasarnya asuransi terdiri dari 3 jenis yaitu, asuransi umum, asuransi

jiwa dan asuransi syariah.Pada setiap jenis asuransi didalamnya berkembang
bermacam-macam jenis asuransi yang dikelompokkan sesuai dengan fokus dan
resiko.Fokus dan resiko inilah yang menentukan ukuran keseragaman dalam
resiko yang ditanggung sesuai jenis kebijakan. Hal ini akan digunakan perusahaan
asuransi untuk mengantisipasi potensi kerugian serta menetapkan tingkat premi
yang ditawarkan sesuai dengan jenis asuransi masing-masing. 27
a.

Asuransi umum (kerugian)
Asuransi umum (kerugian) adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang

memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. 28 Asuransi
umum terdiri dari berbagai jenis atau cabang pertanggungan, yaitu, asuransi harta
benda (property insurance), asuransi rekayasa (engineering insurance), asuransi
kendaraan bermotor, asuransi kelautan, asuransi tanggung gugat (liability),
27

http://akhsoname.blogspot.co.id/2015/09/asuransi-kerugian-dan-asuransi-jiwa.html
(diakses 06 Februari 2016).
28
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 angka 5.

Universitas Sumatera Utara

35

asuransi professionalliability, asuransi aneka (miscellaneous), asuransi pesawat
dan satelit, asuransi energi, asuransi kerdit dan jaminan 29
b.

Asuransi jiwa
Asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggungan

risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau
pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup,
atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang
berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelola dana. 30Dalam perkembangan
industry perasuransian akhir-akhir ini, asuransi jiwa dan kesehatan dikelompokan
ke dalam 3 golongan besar yaitu, asuransi jiwa (produk asuransi: term life
insurance, cash value life insurance dan endowment insurance), kontrak annuitas,
asuransi kesehatan (produk asuransi: medical expense coverage dan disability
income coverage). 31
c.

Asuransi syariah
Usaha pengelola risiko berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong

dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Asuransi
syariah juga bergerak dibidang asuransi umum dan asuransi jiwa. 32
3.

Fungsi asuransi
29

http://sellamargaretta.blogspot.co.id/2014/10/asuransi-kerugian.html
(diakses
Februari 2016).
30
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 angka 6.
31
http://www.bisnisemas1.com/jenis-jenis-asuransi.htm (diakses 06 Februari 2016).
32
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 angka 8.

06

Universitas Sumatera Utara

36

Fungsi asuransi dapat digolongkan dalam 3 fungsi, yaitu: 33
a.

Fungsi primer (primary function)
1) Risk Transfer (Pengalihan Risiko)
Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko, dimana perorangan
atau badan usaha dapat mengalihkan sesuatu yang tidak pasti kepada
pihak lain, dengan sejumlah premi yang relatif kecil dibandingkan
dengan kemungkinan kerugian, ketidakpastian kerugian itu dialihkan
kepada asuransi.
2) Common Pool (Penghimpun Dana)
Pada awal timbulnya asuransi laut, para pedagang waktu itu
bersepakat untuk memberikan kontribusi terhadap kerugian (karena
risiko laut) yang dialami oleh seseorang diantara mereka.Praktik
demikian tidak sepenuhnya mengalihkan risiko tetapi hanya
mengurangi risiko. Dalam perkembangannya kontribusi itu ditetapkan
pada awal sebelum timbul kerugian, sehingga masing-masing sudah
bias mengetahui pasti beban kontribusi, yaitu membayar apa yang
disebut premi. Premi tersebut diterima dan dikumpulkan dalam satu
fund atau pool serta dikembangkan untuk mengulangi klim yang
terjadi.
3) Equitable Premiums (Premi Seimbang)
Dengan asumsi bahwa pengalihan risiko telah dilakukan melalui
penghimpun dana, fungsi utama yang ketiga adalah kontribusi yang
harus dibayar oleh masing-masing peserta harus adil. Tingkat risiko

33

https://kafeasuransi.wordpress.com/fungsi-asuransi/ (diakses 06 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

37

yang dialami setiap peserta bisa berbeda, misalnya untuk bangunan
yang terbuat dari kayu memiliki tingkat risiko lebih tinggi
dibandingan dengan bangunan dari batu.Pengemudi yang berumur 18
tahun lebih tinggi risikonya dibandingkan dengan pengemudi yang
berumur 50 tahun. Demikian juga nilai barang tang dipertanggungkan
tidak selalu sama. Perbedaaan mengenai tingkat hazard dan nilai itu
akan membawa konsekuensi besarnya premi yang dibebankan. Halhal semacam ini yang sekarang menjadi dasar para underwriter dalam
menetapkan tingkat premi.
b.

Fungsi subsider (subsidiary function)
1) Stimulus to business enterprise
Fungsi sebagai pendorong usaha tergambar dalam kegiatan asuransi
melakukan investasi yang berasal dari dana asuransi. Selain itu dengan
asuransi

dapat

memberikan

keberanian

para

investor

untuk

membangun usaha baru atau mengembangkan usahanya.
2) Loss prevention
Tenaga surveyor asuransi banyak memperoleh pelatihan dan
pengalaman dalam melakukan identifikasi suatu risiko menjadikan
dirinya memiliki kemampuan untuk memberikan saran pencegahan
kerugian.Fungsi sebagai loss prevention tergambar dalam saran
direkomendir oleh surveyor asuransi untuk melakukan hal-hal yang
dapat mencegah terjadinya kerugian.Surveyor asuransi pencurian
dapat memberikan saran adanya pemasangan alat detektor yang dapat
mencegah atau menghambat pencuri.

Universitas Sumatera Utara

38

3) Loss control
Rekomendasi dari surveyor asuransi bukan saja terbatas pada
pencegahan kerugian tetapi juga memberikan rekomendasi cara untuk
mengurangi kerugian. Saran memenuhi persyaratan konstruksi
bangunan, pemasangan sprinkler, alarm, merupakan upaya untuk
mengendalikan kerugian apabila risiko terjadi.
4) Manfaat sosial (social benefits)
Klaim yang dibayarkan oleh asuransi memungkinkan pengusaha dapat
membangun kembali pabrik/usahanya, sehingga dapat menghindari
adanya pemutusan hubungan kerja akibat pabrik terbakar.Kegiatan
asuransi itu sesuai menciptakan lapangan kerja. Melalui asuransi,
dapat disediakan dana untuk mengatasi masalah sosial, misalnya
satuan orang cacat, janda dan yatim.
5) Tabungan (savings)
Dalam produk asuransi jiwa khususnya endowment insurance
menjamin pembayaran baik meninggal atau hidup diakhir kontrak,
pembayaran yang diterima tertanggung pada akhir kontrak pada
dasarnya merupakan akumulasi premi ditambah dengan bunga.
c.

Other related function 34
1) Dana investasi (investment of funds)
Himpunan dana asuransi (premi) yang disediakan untuk membayar
klaim, merupakan sumber dana investasi yang menimbulkan kegiatan
investasi dalam pasar uang dan pasar modal.

34

http://lulusujianaamai.com(diakses 06 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

39

2) Pendapatan jasa (invisible earnings)
Transaksi asuransi dan reasuransi terjadi dalam jangkauan yang luas
antar negara. Suatu negara yang banyak menerima pendapatan premi
dari negara lain merupakan penghasilan negara yang bersangkutan
dari perdagangan jasa. Di Indonesia yang terjadi adalah sebaliknya,
perusahaan asuransi di Indonesia banyak yang menempatkan
reasuransi di luar negeri, sehingga neraca perdagangan kita defisit
karena pembayaran premi merupakan penerimaan bagi luar negeri dan
pengeluaran bagi Indonesia. Sebabnya anatara lain:
a) Kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
b) Tidak adanya integritas pengusaha asuransi
Perusahaan asuransi di Indonesia membayar klaim dari hasil
reasuransi di luar negeri sehingga fungsi perusahaan asuransi hanya
sebagai agen/broker saja.
c) Konsumen

masih

berpikir

luar

negeri,

sehingga

memilih

perusahaan asuransi luar negeri.

C. Ruang Lingkup Usaha Perasuransian
Perusahaan perasuransian hanya dapat melakukan usaha sesuai dengan
ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Di bidang perasuransian pada dasarnya dianut prinsip spesialisasi
usaha.Dengan adanya spesialisasi usaha tersebut sebuah perusahaan asuransi tidak
dimungkinkan menjalankan usaha asuransi kerugian dan usaha asuransi jiwa
secara sekaligus dalam satu badan usaha.Ketentuan ini didasarkan pertimbangan

Universitas Sumatera Utara

40

bahwa usaha perasuransian merupakan usaha yang memerlukan keahlian serta
ketrampilan teknis dan khusus dalam penyelenggaraannya.Selain pengelompokan
menurut jenis usahanya, usaha perasuransian dapat pula dibedakan menurut sifat
usahanya, yaitu sifat sosial dan bersifat komersil.
Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan:
1.

Usaha asuransi umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha
asuransi kecelakaan diri

2.

Usaha reasuransi untuk risiko perusahaan asuransi umum lain.
Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha asuransi

jiwa termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha
asuransi kecelakaan diri.Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan
usaha reasuransi.Berdasarkan mekanisme pengelolaan risikonya, lini usaha
asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri lebih tepat digolongkan
sebagai usaha asuransi umum.Namun, mengingat objek asuransi

yang

dipertanggungkan dalam kedua lini usaha dimaksud menyangkut diri manusia, lini
usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri juga dapat
digolongkan sebagai usaha asuransi jiwa.Dalam praktiknya, kedua lini usaha
asuransi tersebut telah diselenggarakan, baik oleh perusahaan asuransi umum
maupun oleh perusahaan asuransi jiwa. 35
Usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi syariah berbeda dari usaha
asuransi konvensional dan usaha reasuransi konvensional. Usaha asuransi dan
usaha reasuransi yang dikelola secara konvensional menerapkan konsep transfer
risiko, sedangkan usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi syariah merupakan

35

Undang-Undang No.40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Pasal 2.

Universitas Sumatera Utara

41

penerapan konsep berbagi risiko (risk sharing). Mengingat perbedaan konsepsi
yang mendasari penyelenggaraan usahanya, usaha asuransi syariah dan usaha
reasuransi syariah yang saat ini diperkenankan dalam bentuk unit di dalam
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional akan didorong untuk
diselenggarakan oleh entitas yang terpisah. Perusahaan asuransi umum syariah
hanya dapat menyelenggarakan:
1.

Usaha asuransi umum syariah, termasuk lini usaha asuransi kesehatan
berdasarkan prinsip syariah dan lini usaha asuransi kecelakaan diri
berdasarkan prinsip syariah

2.

Usaha reasuransi syariah untuk risiko perusahaan asuransi umum syariah lain.
Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha

asuransi jiwa syariah termasuk lini usaha anuitas berdasarkan prinsip syariah, lini
usaha asuransi kesehatan berdasarkan prinsip syariah, dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri berdasarkan prinsip syariah.Perusahaan reasuransi syariah hanya
dapat menyelenggarakan usaha reasuransi syariah. 36
Perusahaan pialang asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha pialang
asuransi.Perusahaan pialang reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha
pialang

reasuransi.perusahaan

penilai

kerugian

asuransi

hanya

dapat

menyelenggarakan usaha penilai kerugian asuransi. 37
Ruang lingkup usaha perasuransian diatas dapat diperluas sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Perluasan ruang lingkup usaha perasuransian dapat berupa
penambahan manfaat yang besarnya didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 38

36

Ibid.,Pasal 3.
Ibid.,Pasal 4.
38
Ibid.,Pasal 5.
37

Universitas Sumatera Utara

42

Mengenai bentuk badan usaha perasuransian, pada umumnya ada 5 (lima)
yaitu: Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perseroan Terbatas (PT), Mutual
Company, Reciprocal, Lloyds Association. 39
1.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan

usaha badan usaha yang seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan.Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan
negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut
APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN.Selanjutnya,
pembinaan dan pengelolaan tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun
pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang
sehat. 40
2.

Perseroan Terbatas
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT), perseroan terbatas
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU PT
serta peraturan pelaksananya. Mayoritas perusahaan asuransi di Indonesia
berbentuk badan usaha perseroan terbatas.
3.

Mutual Company

39

http://pusspaadewii.blogspot.co.id/2013/11/pengelolaan-bisnis-asuransi.html (diakses
tanggal 06 Februari 2016).
40
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia (Ciawi, Ghalia
Indonesia), hlm. 151.

Universitas Sumatera Utara

43

Badan asuransi yang didirikan dan dimiliki oleh para pemegang polis.
Badan usaha ini tidak bertujuan untuk mencari keuntungantapi bertujuan untuk
menanggulangi risiko (yang sama) secara bersama-sama, karena dengan demikian
probabilitas terjadinya risiko menjadi lebih kecil. 41
4.

Reciprocal
Reciprocal dikenal dengan istilah interinsurance exchange dalam

reciprocal pemilik perusahaan atau pemegang polis memilih dewan direktur
untuk mengelola perusahaan, dalam mutual bentuk perusahaan asuransi dengan
jumlah modal tertentu, sedangkan reciprocal tidak demikian halnya. 42
5.

Lloyds Association
Lloyds Association adalah suatu organisasi dari individu-individu yang

bersatu untuk underwriter risiko atas dasar kerja sama (cooperative basis). Ciri
terpenting dari Lloyds Association bahwa masing masing individu menanggung
risiko atas namanya sendiri dan tidak mengikat atas segala kewajibannya. Masingmasing underwriter bertanggung jawab atas segala kerugian kerugian yang sudah
bersedia ditanggungnya dengan keseluruhan harta pribadinya kecuali menyatakan
bahwa kerugian yang akan ditanggungnya sampai jumlah tertentu. 43
Ada 2 bentuk Lloyds Association yaitu:
a.

London Lloyds Yaitu salah satu perusahaan asuransi terkenal di dunia dan
pada dasarnya salah satu bentuk pertama dari aktivitas perasuransian. Ada
3600 anggota Lloyds of London yang beroperasi melalui kelompok ini.

41

http://sukamandisoreang.blogspot.co.id/2014/10/tugas-3-managemen-risiko-danasuransi.html (diakses 06 Februari 2016).
42
Ibid.
43
http://rinaldisantoso.blogspot.co.id/2011/11/asuransi.html (diakses 06 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

44

b.

American Lloyds Yaitu beroperasi disebagian besar Amerika Serikat,
hanya jenis jenis aasuransi tertentu yang ditangani Lloyd’s ini yaitu:
Kebakaran, ocean marine, pengangkutan darat, dan asuransi mobil. 44
Badan usaha perasuransian di Indonesia berdasarkan Pasal 6 UU

Perasuransian hanya ada 3 (tiga) yang di atur yaitu, perseroan terbatas, koperasi
dan usaha bersama yang telah ada pada saat undang-undang perasuransian
diundangkan. Pada ayat (2) Pasal 6 dinyatakan bahwa bentuk usaha bersama
dinyatakan sebagai badan hukum berdasarkan undang-undang. Dalam penjelasan
Pasal 6 ayat (1) huruf c pihak yang akan menyelenggarakan usaha asuransi
dengan bentuk usaha bersama didorong untuk menjadi berbentuk koperasi dengan
pertimbangan kejelasan tata kelola dan prinsip usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Terkait izin usaha, merupakan hal yang mendasar dari setiap perusahaan
asuransi. Untuk mendapatkan izin usaha dari OJK perusahaan perasuransian harus
mengajukan permohonan izin usahanya dengan memenuhi persyaran dan tata cara
yang telah ditentukan. Persyaratan untuk mengajukan permohonan izin kepada
OJK maka hurus memenuhi persyaratan yang terdapat dalma Pasal 8 ayat (2) UU
Perasuransian sebagai berikut:
1.

Anggaran dasar.

2.

Susunan organisasi.

3.

Modal disetor.

4.

Dana jaminan.

5.

Kepemilikan.

44

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

45

6.

Kelayakan dan kepatutan pemegang saham dan pengendali.

7.

Kemampuan dan kepatutan direksi dan dewan komisaris, atau yang setara
dengan direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi
atau usaha bersama.

8.

Tenaga ahli.

9.

Kelayakan rencana kerja.

10. Kelayakan sistem manajemen risiko.
11. Produk yang akan dipasarkan.
12. Perikatan dengan pihak terafiliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan
sebagai fungsi dalam penyelenggaraan usaha.
13. Infrastruktur penyiapan dan penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
14. Konfirmasi dari otoritas pengawas di negara asal pihak asing, dalam hal
terdapat penyertaan langsung pihak asing.
15. Hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.
Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan izin usaha perasuransian dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan izin usaha diterima secara lengkap. Dalam
rangka memberikan persetujuan atau penolakan OJK melakukan:
1.

penelitian atas kelengkapan dokumen;

2.

analisis kelayakan atas rencana kerja;

3.

penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap calon pihak utama; dan

4.

analisis pemenuhan ketentuan peraturan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perasuransian.

Universitas Sumatera Utara

46

Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan peninjauan ke kantor perusahaan
untuk memastikan kesiapan operasional perusahaan. Dalam hal permohonan izin
usaha yang disampaikan tidak lengkap, OJK menyampaikan kepada pemohon
untuk melengkapi persyaratan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
permohonan diterima.
Apabila dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat
permintaan kelengkapan dokumen, OJK belum menerima kelengkapan dokumen
dimaksud, pemohon dianggap membatalkan permohonan izin usaha. Penolakan
atas permohonan izin dilakukan secara tertulis dan disertai dengan alasan
penolakan.Apabila permohonan izin usaha disetujui, OJK menetapkanOJK
menetapkan keputusan pemberian izin usaha kepada pemohon.

Universitas Sumatera Utara