UJI KOEFISIEN KORELASI PERAN SERTA MASYA

UJI KOEFISIEN KORELASI PERAN SERTA MASYARAKAT ANTARA
PERAN SERTA MASYARAKAT, URBANISASI DAN PERKEMBANGAN
KOTA
� �� � �� �� ��� � � ���

Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
Pasundan,shifashafira96@gmail.com
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – Universitas Pasundan
Bandung. Jl. Dr. Setiabudi. No. 193, Kota Bandung.
I.

Pendahuluan
Dalam suatu negara negara berkembang, masih menghadapi permasalahan
besar dalam menatata perkembangan dan pertumbuhan wilayah di kota-kotanya.
Fenomena perkembangan kota yang terlihat jelas adalah bahwa pertumbuhan kota
yang pesat terkesan meluas terdesak oleh kebutuhan masyarakat, menjadi kurang
serasi dan terkesan kurang terencana. Kehidupan kota besar di Indonesia, semakin
tidak nyaman akibat dari meningkatnya kepadatan penduduk, kurangnya wilayah
hijau dan ruang-ruang terbuka, dan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor
dengan cepat.
Sedangkan hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan

yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi suatu variabel atau
tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Suatu pengujian hipotesis statistik ialah
prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk
menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji.
Hipotesis (atau lengkapnya hipotesis statistik) merupakan suatu anggapan
atau suatu dugaan mengenai populasi. Sebelum menerima atau menolak sebuah
hipotesis, seorang peneliti harus menguji keabsahan hipotesis tersebut untuk
menentukan apakah hipotesis itu benar atau salah. H0 dapat berisikan tanda
kesamaan (equality sign) seperti : = , ≤ , atau ≥. Bilamana H0 berisi tanda kesamaan
yang tegas (strict equality sign) = , maka Ha akan berisi tanda tidak sama (notequality sign). Jika H0 berisikan tanda ketidaksamaan yang lemah ( weak inequality
sign) ≤ , maka Ha akan berisi tanda ketidaksamaan yang kuat (stirct inequality sign)
> ; dan jika H0 berisi ≥, maka Ha akan berisi �
�� : � < �
� :� �
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis.
Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah
kebenarannya. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis
adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji

kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya.

Hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter
populasi. Dengan kata lain, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi,
melalui data-data sampel. Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam
hipotesis, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan
sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya
perbedaan antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis
yang diuji adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan
adanya perbedaan data populasi dengan sampel.selanjutnya hipotesis alternatif
adalah lawan hipotesis nol, yang berbunyi ada perbedaan antara data populasi
dengan data sampel.
II.

Teori
A. Urbanisai
Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah,
suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.
Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua
pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial
unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan
ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang berubah dari desa
ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian kedua adalah banyaknya
penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, misal
kesempatan kerja.
Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap
orang yang berbeda-beda. Ir. Triatno Yudo Harjoko (2010) pengertian urbanisasi
diartikan sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu
wilayah yang non-urban menjadi urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai
suatu proses diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu
menerima bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.
Shogo kayono dalam Abbas (2002) memberikan pengertian urbanisasi
sebagai perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak
dalam hubungannya dengan masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Sementara Keban dalam Abbas (2002)
berpendapat bahwa urbanisasi jangan hanya dalam konteks demografi saja karena
urbanisasi mengandung pengertian yang multidimensional. Urbanisasi dari
pendekatan demografis berarti sebagai suatu proses peningkatan konsentrasi

penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi
meningkat yang biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi
penduduk yang tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan
perubahan jumlah pusat-pusat kota. Sedangkan urbanisasi menurut pendekatan
ekonomi politik didefenisikan sebagai transformasi sosial ekonomi yang timbul
sebagai akibat dari pengembangan dan ekspansi kapitalisme ( capitalist
urbanization). Dalam konteks modernisasi, urbanisasi mengandung pengertian
sebagai perubahan nilai dari orientasi tradisional ke orientasi modern sehingga
terjadi difusi modal, teknologi, nilai-nilai, pengelolaan kelembagaan dan orientasi
dari masyarakat tradisional ke dunia barat (kota).

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2010),
pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses
pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam
masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan
struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya
lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota.
Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi menyangkut adanya
gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi,
ekonomi, sosial dan psikologi.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses
perubahan dari desa ke kota yang meliputi wilayah/daerah beserta masyarakat di
dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek-aspek fisik atau morfologi, sosial, ekonomi,
budaya, dan psikologi masyarakatnya.
Dampak Urbanisai
Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya
beberapa kebijakan ”gegabah” orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi
makro (1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara
kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan
(manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada
metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor
pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para
sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana
pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan
pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat
pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.
Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “over urbanisasi” yaitu
dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan

perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “under ruralisasi ”
yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang
ada.
Pada saat kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki
urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan under employment. Kota
dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga
urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Persoalan-persoalan urbanisasi telah menjadi perhatian yang cukup besar,
beberapa pemikiran yang membahas dampak urbanisasi dari sudut pandangn
ekonomi yaitu Evers dalam Abbas (2002) berpendapat bahwa tingkat urbanisasi
yang terlalu rendah dan mengabaikan kebutuhan- kebutuhan kota dapat
memperlambat kemajuan ekonomi. Sedangkan menurut Keban, proses urbanisasi
yang tidak terkendali dan adanya hirarki kota akan menimbulkan berbagai akibat
negatif yaitu munculnya gejala kemiskinan di perkotaan, ketimpangan income
perkapita, pengangguran, kriminalitas, polusi udara dan suara, pertumbuhan daerah
kumuh, dan sebagainya.

Gmelch dan Zenner (1980) membahas mengenai dampak sosial yang
ditimbulkan oleh urbanisasi dengan menggunakan pendekatan tiga teori urbanisasi
yaitu :

1. Determinist Theory atau dikenal juga dengan theory of urban anomie.
Writh (1938) sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam teori
ini memulai analisasnya dengan mendefinisikan “kota” sebagai sebuah
wilayah yang relatif besar, padat, dan tempat tinggal permanen dari
individu yang secara sosial sangat beragam. Writh menganalisis bagaimana
urbanisasi menghasilkan disorganisasi sosial dan gangguan kepribadian.
Argumen yang digunakan Writh berdasarkan argument psikologi dan
struktur sosial. Argumen psikologi Writh didasarkan pada pemikiran
George Simmel yang juga gurunya dalam tulisan “The Metropolis
and Mental Life”. Simmel memusatkan perhatiannya pada cara hidup di
kota yang mengubah cara berfikir dan kepribadian individu.
Bagaimana stimulasi yang cepat dan terputus dirubah oleh stimulasi
yang datang dari dalam dan luar individu. Stimulasi yang paling
berpengaruh menurut Simmel antara lain adalah pemandangan, suara,
bau, tindakan orang lain, sehingga individu merespon untuk melindungi
diri dan beradaptasi dengan fikiran dan hati. Dengan adanya stimulasi dan
cara individu merespon tersebut menjadikan individu lebih intelek,
rasional, dan berjarak secara emosional dengan orang lain. Suara klakson,
telepon, pantulan cahaya, pandangan dan perilaku orang asing, berita surat
kabar mempengaruhi perilaku individu dengan reaksi yang berbeda-beda.

Hal ini sangat memungkinkan bagi individu untuk mengalami gangguan
kepribadian. Analisa struktur sosial dalam teori ini tidak jauh berbeda
dengan argumen psikologi, tetapi dalam proses yang berbeda. Dalam
kompetisi ekonomi, spesialisasi pekerjaan, meraih keunggulan, dan
kemajemukan kota menghasilkan keberagaman aktivitas kehidupan sosial,
seperti di dunia pekerjaan, kehidupan bertetangga, rumah tangga, dan
sebagainya. Sehingga waktu dan perhatian inidividu terpecah dan terputus
pada tempat dan orang yang berbeda. Sebagai contoh, seorang pengusaha;
sarapan pagi dengan keluarga, rapat dengan rekan kerja di kantor, makan
siang dengan kolega, rapat dengan klien, bermain golf dengan temanteman, dan akhirnya makan malam dengan tetangga. Keberagaman
aktivitas ini membuat inidividu terisolasi dari kehidupan sosialnya dan
inilah yang memberi peluang terjadinya anomi karena hilangnya ikatanikatan sosial yang berisi nilai-nilai.
2. Compositional theory.
Tidak seperti Determinist Theory, teori ini menganggap bahwa urbanisasi
tidak berdampak secara langsung terhadap individu atau
masyarakat.Teori ini berpendapat bahwa keberagaman kehidupan
sosial tidak serta merta mempengaruhi perilaku individu dan masyarakat
sebab setiap individu atau masyarakat memiliki atribut-atribut yang dapat
membantu mereka menangani permasalahan urbanisasi. Atribut-atribut
yang dimaksud antara lain etnisitas, latar belakang keluarga, kehidupan

bertetangga, kekerabatan, ikatan pekerjaan, dan lain-lain. Jadi tidak semua

individu dapat terpengaruh oleh urbanisasi karena tergantung pada atributatribut yang dimilikinya. Sebagai contoh, seseorang yang tidak menikah
bukan disebabkan oleh ketidak mampuan secara pribadi tetapi lebih
dikarenakan oleh perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang tidak
seimbang.
3. Subculture theory.
Teori ini sebagai hasil sintesa dari Determinist Theory dan Compositional
theory, melihat bahwa urbanisasi berdampak langsung terhadap individu dan
masyarakat tetapi tidak mengintervensi. Asumsinya didasarkan pada pada
dua hal yaitu; pertama, banyaknya migran yang datang ke kota dengan
membawa budaya dan nilai yang beragam sehingga memberikan kontribusi
terhadap bentuk keberagaman kehidupan sosial. Kedua, tekanan-tekanan
struktur yang beragam seperti spesialisasi pekerjaan, tuntutan institusi, dan
sebagainya yang menghasilkan subkultur-subkultur baru. Sebagai contoh
subkultur
mahasiswa,
etnisCina-Amerika,criminal
professional,
homoseksual, artis, misionaris, dan lain-lain.

Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. Pertambahan
penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya
dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang
ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas
kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang
terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban
sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal
maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan
maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu,
para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan
kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan. Masyarakat yang melakukan
urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk
memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan
kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang
terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti

polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi
di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga
keharmonisan lingkungan perkotaan. Sebagian besar kota di Indonesia
mengalami persoalan polusi sebagai akibat dari proses urbanisasi, baik oleh
semakin banyaknya jumlah kendaraan maupun oleh industri-industri yang
tumbuh.
3. Penyebab bencana alam. Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan
tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun
di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan
bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal

ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya
bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya
banjir. daerah aliran sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Kepergian penduduk desa ke
kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat
mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun,
kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki
keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk
memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh
harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah
pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan
meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan
dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang-orang
akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok
bahkanmembunuh.Adajuga masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan
sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
5. Penyebab kemacetan lalu lintas. Padatnya penduduk di kota
menyebabkankemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang
makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun
pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota
yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para
urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap
ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota. Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam
menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para
migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk
membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri.
Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.
B.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau menyebutkan kewajiban pihak Pemerintah Daerah untuk
melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) dalam rangka menjaga
keberadaan dan keberlangsungan RTH. Pengelolaan RTH dilakukan berlandaskan
pada asas manfaat, selaras, seimbang, terpadu, keberlanjutan, keadilan,
perlindungan, dan kepastian hukum.
Pengaturan pengelolaan RTH dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan
arahan dalam rangka tertib pengelolaan RTH, serta menyelenggarakan pengelolaan
RTH secara secara terencana, sistematis, dan terpadu. Pengaturan tersebut juga
bertujuan menjamin kepastian hukum dalam menjaga dan melindungi ketersediaan
RTH dari alih fungsi lahan serta meningkatkan peran dan tanggung jawab aparatur
dan masyarakat dalam mengelola RTH.
Tujuan pengelolaan RTH adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
2. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;

3. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
di perkotaan;
4. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, aman
dan nyaman; dan
5. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan RTH.
Pengelolaan RTH diarahkan untuk meningkatkan fungsinya, baik fungsi
ekologis, sosial budaya, ekonomi, dan estetika, sebagai berikut:
1. Fungsi Ekologis, terdiri dari:
 pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
 tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati;
 pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara pengendali
tata air.
2. Fungsi Sosial dan Budaya, terdiri dari:
 sarana bagi warga kota untuk berinteraksi;
 tempat rekreasi;
 sarana pengembangan budaya daerah;
 sarana peningkatan kreativitas dan produktivitas warga kota sarana
pendidikan, penelitian dan pelatihan.
3. Fungsi Ekonomi, terdiri dari:
 sarana ekonomi dalam rangka transaksi komoditas produktif;
 sarana dalam rangka penambahan nilai dari lingkungan.
4. Fungsi Estetika, terdiri dari:
 sarana dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan keindahan
lingkungan;
 sarana dalam rangka meningkatkan harmonisasi dan keseimbangan
antara ruang terbangun dan ruang tidak terbangun.
C. Perkembangan Kota
Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah
penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta
merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang
penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan
berkembang (Jayadinata, 1992:110). Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting
sehingga seringkali menjadi basis perkembangan sebuah kota. Adanya berbagai
kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan
tersebut pada masa berikutnya.
Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai
suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam
masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya,
maupun perubahan fisik
(Hendarto, 1997).
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan
proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian
secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi
yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi

berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan
kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat
pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari
primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa
peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang
bersangkutan (Hendarto, 1997).
Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota,
yaitu:
1. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan
karena pertambahan alami maupun karena migrasi.
2. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat
3. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara
masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.
Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan
kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya
adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder dan
tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa cenderung untuk berlokasi di kota-kota
karena faktor “urbanization economics” yang diartikan sebagai kekuatan yang
mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat pasar, tenaga kerja
ahli,
dan
sebagainya.
Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001), bermakna
perubahan yang dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan
penghidupan kota tersebut, dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak,
dari kecil menjadi besar, dari ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, dari
penggunaan ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi secara luas, dan seterusnya.
Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab perkembangan
suatu kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh berbagai hal yang
saling berkaitan seperti hubungan antara kekuatan politik dan pasar, kebutuhan
politik,
serta
faktor-faktor
sosial
budaya.
Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai
perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kotakota. Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller
(Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam
menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga
menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam
menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batasbatas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung
mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu, hal tersebut akan menimbulkan
pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa
untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan
mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997).
D.

Uji Koefisien Korelasi
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association ). Pengukuran

asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua
teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson
Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut,
terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi
Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
Pengukuran asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan
asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan
berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika
tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya
Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal
menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah
hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai
kemungkinan pengujian hipotesis dua arah ( two tailed). Korelasi searah jika nilai
koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi
negatif, korelasi disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi
ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika
koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat
ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefesien korelasi diketemukan
+1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan
linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif.
Jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut
sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan
(slope) negatif.
Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena
kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna. Artinya variabel X
mempengaruhi variabel Y secara sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0),
maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Dalam korelasi sebenarnya tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel
tergantung. Biasanya dalam penghitungan digunakan simbol X untuk variabel
pertama dan Y untuk variabel kedua. Dalam contoh hubungan antara variabel
remunerasi dengan kepuasan kerja, maka variabel remunerasi merupakan variabel
X dan kepuasan kerja merupakan variabel Y.
Koefesien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua
variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan

interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan
kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
 >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
 >0,25 – 0,5: Korelasi cukup
 >0,5 – 0,75: Korelasi kuat
 >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat
 1: Korelasi sempurna
III.

Aplikasi Dalam SPSS
A. Signifikansi :
1. Berkenaan dengan besaran angka, jika 0, maka artinya tidak ada
korelasi sama sekali dan jika korelasi 1 berarti korelasi sempurna,
hal ini berarti bahwa semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan
dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, jika r (koefisien korelasi)
mendekati 0 maka hubungan dua variabel semakin lemah. Sebagai
standarisasi, angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan korelasi yang
cukup kuat, sedangkan dibawah 0,5 korelasi lemah.
2. Selain besarnya korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada
penafsiran hasil. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan adanya
arahan yang berlawanan, sedangkan tanda positif (+) pada output
menunjukkan adanya arahan yang sama.
B. Dasar Pengambilan Keputusan pada Uji Koef. Korelasi :
1. Berdasarkan nilai signifikansi : Jika nilai signifikansi > dari 0,05,
maka kesimpulannya tidak terdapat korelasi, sedangkan jika < dari
0,05, maka terdapat korelasi.
2. Berdasarkan tanda bintang (*) yang diberikan SPSS. Jika
terdapat tanda bintang pada pearson correlation maka antara
variabel yang dianalisis terjadi korelasi, sebaliknya jika tidak
terdapat tanda bintang pada pearson correlation maka antara
variabel yang dianalisis tidak terjadi korelasi.
IV.
Hasil dan Pembahasan
Berikut merupakan langkah – langkah dalam menggunakan Uji Koefisien
Korelasi pada SPSS, diantaranya :
1. Buka SPSS
2. Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja Urbanisasi,
kemudian di baris kedua Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dan dibaris
ketiga Perkembangan Kota, selanjutnya pada kolom Type ubah menjadi
Numeric. Pindah ke Data View dan lengkapi data sampai seperti
dibawah ini.

3. Klik menu Analyze, kemudian pilih Correlate, dan klik Bivariate

4. Selanjutnya akan muncul kotak dengan nama Bivariate Correlations,
masukkan variabel Urbanisasi, Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dan
Perkembangan Kota ke dalam kolom variables. Pastikan kolom
Correlation Coefficients sudah mencentang Pearson, kemudian kolom
Test Of Significance sudah mencentang Two Tailed. Dan Flag significant
correlation juga sudah dicentang.

5. Klik OK, maka akan keluar hasil sebagai berikut.

Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai siginifikansi dan
nilai Pearson pada Tabel Correlation. Maka dapat dilihat 2
pertimbangan :
a. Berdasarkan nilai signifikansi : dari output diatas, diketahui antara
Urbanisasi dengan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau , nilai signifikansi
0,002 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan. Selanjutnya
antara Urbanisasi dengan Perkembangan Kota nilai signifikansinya
0,717 > 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang tidak signifikan.
Terakhir antara Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dengan
Perkembangan Kota nilai signifikan 0.520 > 0,05 yang berarti terdapat
korelasi yang tidak signifikan.
b. Melihat nilai Pearson Correlation : dari output diatas, diketahui
bahwa Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antara masing –
masing variabel mempunyai tanda bintang, ini berarti terdapat korelasi
yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.
V.
Daftar Pustaka
Harahap, Fitri. (2013). Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota di Indonesia.
Jurnal Society UBB, 1, 35-41.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: “TARSITO” Bandung
Astriani, Nadia. (2015). Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau (Rth) Di Kota Bandung. Veritas et Justitia , 1, 274-297.
WWW user survey. (n.d). Maret 13,2018.

perencanaankota.blogspot.co.id
Burhanuddin, Muhammad. (2006). Koefisien Korelasi, Signifikansi,
& Determinasi. Retrieved Maret 14 , 2018 from
https://alvinburhani.wordpress.com/2012/06/28/koefisien-korelasi-signifikansideterminasi/