RIVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN Dalam Siste

RIVIEW BUKU
HUKUM LINGKUNGAN “ Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia”
Zaki Aidina Zaen
Zaki.aidina@students.unnes.ac.id
DATA BUKU
Nama/Judul buku
Penulis/Pengarang
Penerbit
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman
ISBN Buku

: Hukum Lingkungan “ Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia”
: Prof. Dr. M. Daud Silalahi, S.H.
: P.T. Alumni
: 2014
: Bandung

: Bahasa Indonesia
: 328 hlm
: 978-979-414-214-1

DISKUSI/PEMBAHASAN RIVIEW
Dalam tugas review buku mata kuliah
hukum lingkungan kali ini saya memilih buku
yang berjudul “Hukum Lingkungan Dalam
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia” edisi ketiga yang terbitkan oleh
Penerbit
ALUMNI
telah
memperoleh
dukungan dari pemerhati hukum lingkungan,
termasuk kalangan akademisi dan praktisi.
Buku ini merupakan kumpulan maklah dan
ceramah Prof. Dr. M. Daud Daud Silalahi,
S.H. yang disampaikan dalam berbagai
seminar, loakarya, daan kursus-kursus hukum

lingkungan kepada aparat penegak hukum
lingkungan Indonesia yang terdiri dari polisi,
jaksa, dan pejabat pemerintah di tingkat pusat
dan daerah, dalam rangka pelaksanaan tugas
Prof. Dr. M. Daud Daud Silalahi, S.H. sebagai
Pembantu Asisten Menteri III Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
bidang Penegakan Hukum Lingkungan sejak
tahun 1989. Selama tiga tahun Prof. Dr. M.
Daud Daud Silalahi, S.H. berusaha
menyampaikan pokok-pokok pikiran yang
tersurat dan tersirat dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya disebut UULH-82, serta implikasinya pada sistem hukum
lingkungan di Indonesia yang sedang tumbuh dan berkembang cepat.
Buku ini membahas hukum lingkungan dalam masalah dan persepsi yang baru tentang cara
bagaimana sistem hukum harus mampu menjawab secara efektif persoalan yang timbul dari benturan –
benturan kepentingan akibat dari pemanfaatan lingkungan yang terjadi ahir-ahir ini.
Buku ini berusaha memberikan pemahaman yang lebih konkret, khususnya ditujukan kepada
para rimbawan atau ahli/ pemerhati lingkungan dalam perspektif hukum agar ketika menggambil

kebijakan dalam bidang kehutanan dilaksanakan secara komprehensif dan terukur. Demikian pula,
kepada pekerja swasta di bidang kehutanan, perbankan, dan lain sebagainya, termasuk para akademisi
dapat menjadikan buku ini sebagai rujukan.
Pembahasan masalah lingkungan membawa kita dalam masalah yang rumit, keterkaitan
berbagai factor, dan masalh serta persepsi baru yang mengharuskan kita untuk meninggalkan
pandangan-pandangan yang sudah dianggap using.
Bab 1 pada buku ini memberikan uraian tentang pengertian prinsip-prinsip ekologi yang
menjadi dasar dan pertimbangan hukum lingkungan dalam UULH-82 yang berlaku sekarang.
Pengertian ini akan membantu memahami karakter ketentuan hukum baru ini, terutama dilihat dari
ilmu lingkungan yang mempengaruhi pembentukan hukum lingkungan.
Pembahasan dalam bab ini dimaksudkan untuk memberikan suatu ringkasan mengenai masalah
lingkungan secara umum yang akan memberikan pengertian dan pengetahuan dasar bagi konsep
pengaturan hukumya dalam perspektif yang luas. Mengingat masalahnya yang terlalu luas, materi
pembahasan dalam bab ini di tekankan pada aspek-aspek dan masalah yang sudah menjadi perhatian
secara umum. Perkembangan ini dengan segara membawa kita pada suatu persoalan pokok penting,
yaitu yaitu cara bagaimana sistem hukum harus mampu menjawab secara efektif persoalan yang timbul
dari benturan-benturan kepentingan yang timbul dari pemanfaatan lingkungan yang terjadi akhir-akhir
ini. Untuk dapat memahami cara penyajian secara demikian, buku ini tidak saja akan membahas
masalah lingkungan dari sudut ilmu hukum saja, tetapi juga memberikan pengetahuan dasar ilmu
lingkungan dan prinsip-prinsip ekologi. Perkataan ekologi berasal dari bahasa yunani, yaitu oikos yang

berarti rumah atau tempat untuk hidup dan logos yang berarti ilmu. secara harfiah berarti ekologi
berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga mahkluk hidup.
Secara ekonomi ekologi juga dikatakan ekonomi alam, yang melakukan transaksi dalam bentuk materi,
energy dan informasi.
Bab 2 menguraikan beberapa implikasi dari ketentuan-ketentuan dalam UULH-82 terhadap
sistem hukum lingkungan Indonesia yang terdiri dari sekumpulan peraturan perundang-undangan
sektoral sebagai ketentuan operasionalnya. Salah satu implikasinya terhadap pelaksanaan ketentuan
hukum sektoral adalah keharusan untuk menyesuaikan dan menafsirkan ketentuan hukum sektoral
tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip ekologi dan prinsip-prinsip UULH-82 yang bersifat lintas
sektoral dan antar disiplin ilmu, suatu pendekatan yang baru dalam sistem hukum nasional.
Isi dari bab 2 ini juga terdapat dasar kebijaksanaan diperhatikannya aspek-aspek lingkungan
dalam pembangunan tahap kedua ini ditemukan dalam bab III huruf B ayat 10 Tap MPR No. IV
tahun1973. Dan juga terdapat analisis kasus “showa maru” yaitu peristiwa kandasnya kapal tangki
Showa Maru di selat Malaka dan selat Singapura pada tahun 1975 yang mempunyai arti cukup besar
bagi perkembangan perhatian tentang perlunya undang-undang lingkungan hidup diadakan, termasuk
keikutsertaan dalam konvensi-konvensi internasional tentang perlindungan lingkungan hidup yang
bersifat transnasional. Dalam bab ini juga terdapat analisis mengenai dampak lingkungan sebagaimana
diatur dalam PP No. 29/86 (amandemen tahun 1993, 1999). Yang dimaksud dengan analisi dampak
lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Dan cara-cara penyelesaian


dalam sengketa lingkungan hidup yang menurut Pasal 30 ayat (1) UULH-97 bahwa penyelesaian
sengketa lingungan dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan
cesara suka rela dari pihak yang bersengketa. Ayat 2 pasal ini dengan tegas menyatakan bahwa
penyelesaian di luar pengadilan tidak berlaku bagi tindak pidana lingkungan
Pada bab 3 buku Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia
ini membahas konsepsi baku mutu lingkungan dan perumusan kriterianya serta tata ruang dalam sistem
hukum lingkungan Indonesia (UULH-82) yang merupaan aspek baru pula dari keseluruhan kaidah
hukum lingkungan Indonesia. Lebih mendalam penulis pada bab ini menerangkang pengaturan dan
penegakan hukum konservasi dan pengelolaan sumber daya alam hayati, efektifitas pelaksanaan hukum
konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati, tinjauan ke depan bagi pengembangan hukum
konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati.
Dari bab ini dapat disimpulkan keanekaragaman sumber daya alam hayati dalam arti jenis,
jumlah, dan keunikannya mempertinggi sistem pendukung kehidupan. Karena itu, perlindungan
keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya melalui hukum sangat penting. Meskipun
peraturan perundang-undangan konservasi sumber daya alam hayati telah didasarkan pada ketentuan
yang bersifat ekologis dan dengan pendekatan yang menyeluruh, karena ketentuan operasionalnya
masih didasarkan pada ketentuan sektoral yang dibentuk sebelum undang-undang konservasi yang
baru, masih mengalami hambatan pada tingkat pelaksanaan. Hal ini disebabkan penafsirannya yang
belum mengacu pada undang-undang baru dan aparat pelaksaannya belum dipersiapkan untuk itu.

Agar ketentuan ini berlaku efektif, sambil menunggu ketentuan pelaksaan yang baru, aparat pelaksana
harus dipersiapkan dengan program pendidikan dan pelatihan yang memadai. Hakim sebagai
pembentuk hukum baru, dalam putusannya perlu mengembangkan teori penafsiran dan pendekatan
ilmu hukum perbandingan. Saksi ahli dan analisis laboratorium dalam kasus-kasus yang rumit dan
bersifat ilmiah dapat membantu menetapkan ukuran ilmiah yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Keterpaduan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya memerlukan
perkembangan mekanisme institusi.
Pada bab 4 penulis membahas tentang dasar hukum pengembangan konsep baku mutu
lingkungan. Baku mutu lingkungan secara umum dalam arti umumnya dalam perundang-undangan
Hindia Belanda dapat ditemukan, antara lain, pada hinder-ordonantie, mijn polite reglement, dan
ketentuan tentang bangunan. Istilah baku mutu lingkungan dalam perundang-undangan menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan pembangunan perlu selalu diadakan penilaian yang seksama terhadap
pengaruhnya bagi lingkungan hidup, agar pengamanan terhadap pelaksanaan pembangunan dan
lingkungan hidupnya dapat dilakukan sebaik-baiknya. Penilaian tersebut perlu dilakukan, baik secara
sektoral maupun regional, dan untuk itu perlu dikembangkan criteria baku mutu lingkungan hidup.
Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai gagasan yang tertuang dalm program
pembangunan sejak tahun 1979, diberikan uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang tersirat
dan tersurat di dalam repelita III (1979) yaitu tentang, pembangunan pertanian dan pengelolaan
lingkungan hidup, industri, pertambanganndan energy, serta pengelolaan lingkungan hidup, pemilikan
dan penguasaan tanah, tata guna tanah, tata guna ruang dan pengelolaan lingkungan hidup, pemanfaan

wilayah pesisir dan lautan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam bab 5 buku Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia ini penulis juga menuliskan beberapa ketentuan tentang baku mutu lingungan dalm
perundang-undangan Indonesia yang disertai analisis penulis pada tiap peraturan perundangundangannya seperti UU No.5 tahun 1984 tentang perindustrian, UU No. 11 tahun 1967 tentang pokokpokok pertambangan, UU No.1 tahun 1973 tentang landas kontinen, Peraturan Pemerintah No. 17
tahun 1974 tentang pengawasan pelaksanaan eksploitasi minyak dan gas bumi di daerah lepas pantai

mengatur serta lebih menyeluruh dan terinci kegiatan di lepas pantai, termasuk standard an syaratsyarat yang penting bagi perlindungan lingkungan dan peraturan menteri pertambangan No. 04 tahun
1973 tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan dalam kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi minyak dan gas bumi, antara lain, mengatur tentang syarat-syarat pengeboran dan
pembakaran bahan buangan minyak di atas tongkang. Terdapat pula penjelasan tentang dasar hukum
yang lahir dari keputusan hakim, baku mutu lingkungan dan sistem perizinan yang berwawasan
lingkungan, baku mutu lingkungan dalam perspektif ilmu dan teknologi di masa depan.
Bab 6 memberikan uraian singkat tentang aspek hukum transnasional masalah lingkungan
hidup Indonesia, yang perkembangannnya tidak dapat diabaikan dalam rangka pembinaan hukum
lingkungan nasional. Hukum lingkungan internasional merupakan bidang baru dalam sistem hukum
internasiona. Bidang baru ini dapat pula dianggap bagian dari hukla baru dengan nama hukum
lingkungan laut internasional. Pada bab hukum lingkungan internasional ini penulis menjelaskan
perkembangan hukum lingkungan dalam lintasan sejarah hukum internasional denga berbagai konsep
perlindungannnya dan konsep kedaulatan Negara seperti kebebasan suatu Negara untuk mengelola
lingkungan hidupnya namun tetap didasari pada perundang-undangan yang berlaku. Penulis

menjelaskan setiap materi disertai dengan contoh kronologi kasus yang terjadi di ranah internasional
sehingga dapat memudahkan pembaca untuk lebih memahami maksud penyampaian dari isi buku.
Bab 7 merupakan bab terahir pada buku ini yang membahas Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia, dilengkapi dengan pembahasan kasus-kasus hukum lingkungan Negara asing,
khususnya di Amerika Serikat dan Jepang, yang membantu kita memahami hukum lingkungan di
Negara maju tersebut sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksanaan hukum lingkungan di Indonesia.
Penegakan hukum lingkungan di Indonesia dalam tulisan ini mencakup penataan dan penindakan yang
meliputi bidang hukum administrasi Negara, bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana.
Pengertian peningkatan kesadaran masyarakat mencakup kegiatan penyuluhan, penyebarluasan
informasi dan pendidikan baik formal maupun nonformal tentang hukum dan lingkungan. Pendekatan
yang penulis lakukan untuk memaparkan sistem penegakan hukum lingkungan demikian adalah
pendekatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, baik non hukum maupun hukum dalam sistem
hukum lingkungan Indonesia berdasarkan UUPLH-82. Seminar nasional pengelolaan lingkungan
hidup dan pe,bangunan nasional tahun 1972 Unpad yang bekerjasama dengan Bapenas telah
mengawali konsep pembangunan Indonesia yang berwawasan lingkungan. Perkembangan baru ini juga
membawa pengaruh pada pengaturan hukum lingkungan yang konsep dasarnya juga pada prinsipprinsip lingkungan. Di samping pengaruhnya pada konsep pembangunan dengan masuknya
pertimbangan lingkungan pada setiap keputusan rencana pembangunan, juga membawa pengaruh pada
konsep pendidikan tinggi dalam pengembangan pola ilmiah pokok. Dengan berlakunya UndangUndang Lingkungan hidup No.4 Tahun 1982, selanjutnya disebut UULH-82, perhatian dan kesadaran
lingkungan berdasarkan hukum yang berlaku meningkat.


KESIMPULAN
pengakuan ius standi lembaga swadaya masyarakat yang tujuan dan bidang kegiatannya khusus
mengenai perlindungan lingkungan dan memperlihatkan kepeduliannya pada lingkungan merupakan
mitra kerja pemerintah yang dapat berlangsung langgeng karena didasarkan pada idealisme sebagai
Pembina lingkungan dan mempunyai landasan hukum yang kuat, baik perundang-undangan maupun
putusan hakim harus disertai dengan pembinaan oleh pemerintah dan masyarakat. Kedua, masalah
pembuktian akan tetap menjadi pokok bahasan yang menarik karena mempersoalkan berbagai
kepentingan dan telah merupakan salah satu masalah pokok dan mendasar dalam pelaksanaan hukum
lingkungan yang baru. Masalah ini terkait dengan sifat teknis yang rumit, ragam disiplin ilmu yang

terlibat dan syarat-syarat sahnya suatu alat bukti dan kesaksian ahli serta peranan laboratorium. Ketiga,
asas tanggung jawab mutlak meskipun telah diterima sebagai asas ganti rugi yang luas di berbagai
Negara dan telah diterima dalam perundang-undangan Indonesia, karena kurangnya dipahami sejarah
dan tujuan diberlakukannya asas ini pada pencemaran/perusakan lingkungan, penegakan hukumnya
akan lebih banyak menguntungkan pihak yang ekonominya kuat apabila tidak diberlakukan secara
tegas. Keempat, masalh interpretasi kaidah hukum loingkungan masih tetap menjadi perdebatan
diantara para pakar dan penegak hukum. Atas dasar hasil penafsirannya harus tetap memeperhatikan
ilmu lingkumgan sebagai dasar penilaian dan penyeragaman persepsinya. Selain itu, perlu dipahami
bahwa konsep hukum yang bersifat ekologis, bukan lagi sistem atau konsep hukum yang lazim dianut
oleh penegak hukum sebelum tahun 1970-an, melainkan konserp lingkungan atau ekologi yang

mempengaruhi sifat kaidah hukumnya secara mendasar. Kelima, sesuai dengan pola
pembangunan/pembinaan hukum nasional, pembentukan hukum nasional disamping melalui ketentuan
perundang-undangan berdasarkan UULH-82, perlu dikembangkan pembentukan hukum lingkungan
berdasarkan putusan hakim dengan melibatkan saksi ahali dan laboratorium rujukan. Keenam, untuk
melaksanakan kaidah hukum lingkungan secara baik dan efektif perlu pendidikan atau pelatihan
dibidang lingungan dan meningkatkan penyuluhan serta mnyebarluaskan pengetahuan, informasi
dibidang hukum dan lingkungan. Ketujuh, Unpad sesuai dengan pola ilmiah pokoknya dan
pengalamannnya di bidang lingkungan selama lebih delapan belas tahun dapat berperan aktif
meningatkan kualitas sumber manusia yang sadar hukum dan lingkungan melalui pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
KELEBIHAN
Kelebihan buku Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia ini
adalah memuatkan contoh kronologi kasus beserta analisis dari kasus tersebut pada setiap materi yang
disampaikan.
KEKURANGAN
Kekurangan pada buku karya Prof. Dr. M. Daud Silalahi, S.H. dengan judul Lingkungan Dalam Sistem
Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia ini adalah terlalu banyak menggunakan bahasa asing tanpa
memberi penjelasan yang jelas.