PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGG

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ) DI KELAS X-2 SMA YADIKA CICALENGKA

BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Lia Nikmatul Maula
08.21.0109

Lia_nikmatulmaula@yahoo.co.id
STKIP Siliwangi Bandung
ABSTRAK
Penelitian ini didasari karena siswa mengganggap menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri yang disesuaikan dengan
unsur intrinsik cerpen sangat sulit dilakukan, karena harus ekstra mengeluarkan semua ingatannya kembali tentang
pengalamannya. Tetapi siswa biasanya enggan untuk menulis dikarenakan merasa malas. Yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah (1) Efektifkah pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan CTL ? (2) Bagaimana hasil
belajar yang diraih dengan menggunakan pendekatan CTL ? Dari permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk
menjawab semua rumusan masalah. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik penelitian, yaitu
studi kepustakaan, observasi dan tes. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siswa kelas X-2 yang
berjumlah 30 siswa, yaitu pembelajaran dengan diadakan tes menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri yang
disesuaikan dengan unsur intrinsik cerpen, berupa tes awal didapat hasil nilai rata-rata siswa 61,11, dengan nilai tertinggi 87,5
dan nilai terendah 50. Kedua berupa tes akhir yang dilaksanakan sesudah menggunakan pendekatan CTL didapat hasil nilai
rata-rata siswa meningkat menjadi 76,66, dengan nilai tertinggi 95,8 dan nilai terendah 66,7. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran terbukti lebih efektif, siswa dapat belajar dengan lebih aktif dan kreatif dalam menulis
cerpen. Hasil belajar yang diraih pun lebih meningkat dengan menggunakan pendekatan CTL.
Kata kunci: Cerpen, CTL ( Contextual Teaching and Learning )

gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21). Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
mendasar, dari keempat keterampilan tersebut yaitu :
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia
dalam
mengungkapkan
penghayatan
dengan
menggunakan bahasa (Suhendar, 1993: 2). Salah satu
bentuk yang termasuk dalam sastra yaitu cerpen.
Cerpen adalah cerita pendek yang dapat dibaca dalam
satu kali duduk atau dalam waktu yang singkat.
Menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri,
tentunya menuntut siswa untuk kreatif menuangkan
ide atau pun pengalaman mereka sendiri untuk

dijadikan sebuah cerpen. Di dalam pembelajaran
menulis cerpen, tentu dibutuhkan satu pendekatan
yang tepat, agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Dalam hal menulis cerpen siswa dapat
belajar menulisnya berdasarkan kehidupan diri
sendiri, yang mengandalkan pengalaman diri mereka
sendiri untuk dijadikan sebuah cerita, dan dapat
dijadikan bacaan oleh yang lainnya. Biasanya siswa
mengganggap menulis cerpen berdasarkan kehidupan

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan proses interaksi
yang terjadi antara seorang guru dengan siswa yang
menghasilkan sebuah pengetahuan baru atau
pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran haruslah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan, agar
mendapatkan hasil yang sesuai. Pembelajaran
menulis merupakan suatu pembelajaran yang tidak
dapat dikuasai oleh setiap orang, tapi menulis dapat

dilakukan oleh setiap orang. Untuk itu menulis
bukanlah hal yang tabu dilakukan oleh siswa sekolah
menengah, tinggal bagaimana siswa dapat
mengembangkan minat dan bakatnya dalam menulis.
Terutama dalam menulis sebuah sastra, tentunya
menuntut siswa untuk dapat menuangkan ide-ide
kreatifnya dalam sebuah bacaan yang bersifat
menghibur dengan nilai estetika yang tinggi.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
1

2
diri sendiri yang disesuaikan dengan adanya tema,
tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan
gaya bahasa sangat sulit dilakukan, karena harus
ekstra mengeluarkan semua ingatannya kembali

tentang pengalamannya. Tetapi siswa biasanya
enggan untuk menulis dikarenakan merasa malas,
untuk itu agar pembelajaran yang dimaksud dapat
berjalan dengan lancar dan siswa dapat termotivasi
untuk menulis, dibutuhkan suatu teknik pendekatan
yang baik.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk
membantu guru dalam penyampaian materi
pembelajaran menulis cerpen ini, yaitu dengan
menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning ).
Berdasarkan
kondisi
tersebut
maka
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
efektifkah pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan pendekatan CTL? dan bagaimana hasil
belajar yang diraih dengan menggunakan pendekatan
CTL?

Tujuan penelitian untuk mengetahui efektif tidaknya
dan hasil belajar pembelajaran menulis cerita pendek
dengan menggunakan pendekatan CTL di kelas X-2
SMA Yadika Cicalengka Bandung.
Dengan demikian penelitian ini mengusung
judul “Pembelajaran Menulis Cerpen dengan
Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning) di Kelas X-2 SMA Yadika Cicalengka
Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012”.

KAJIAN TEORI DAN METODE
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah
dari seorang guru dan peserta didik, yang di antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens
dan terarah menuju pada suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2011 : 17).
Sedangkan menurut (Hamalik, 2009: 57)
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan

dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah interkasi dua arah antara guru
dengan siswa yang membutuhkan suatu material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang menunjang
serta dapat terjadinya komunikasi (transfer),
sehingga tercapailah satu tujuan atau target
pembelajaran tersebut.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21).
Selain itu, (Cahyani, et al., 2006: 97)

mengutip Rusyana, mengatakan bahwa menulis
adalah mengutarakan sesuatu secara tertulis dengan
menggunakan bahasa terpilih dan tersusun.
Tatkala (Cahyani, 2006: 97) mengutip
Ahmadi membuat definisi menulis sebagai suatu
proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan
makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan
menggunakan sistem tanda-tanda konvensional yang
dapat dibaca.
Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
menurunkan,
menyusun,
mencatat,
dan
mengkomunikasikan suatu lambang atau makna
tertentu secara tertulis dengan menggunakan bahasa
terpilih, sehingga orang lain dapat memahami makna
tersebut.
(Nurgiyantoro, 2009: 10) mengutip Edgar

Allan Poe, mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah
cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kirakira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu
hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk
sebuah novel.
Menurut Widjojoko (2006: 37) Cerpen
adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa
atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan
jiwa atau kehidupan manusia.
(Djuanda, 2006: 162) mengutip Sudjiman,
mengemukakan bahwa cerita pendek adalah kisahan
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dominan.
Dapat disimpulkan bahwa cerita pendek
adalah cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk
kurang dari 10.000 kata, yang ceritanya melukiskan
suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang
menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia.
CTL (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari (Trianto, 2011: 107).
(Djuanda, 2009 : 17) mengutip Sanjaya,
bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga
mendorong
siswa
untuk
dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dapat disimpulkan bahwa CTL (Contextual Teaching
and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari


3
materi yang diajarkan guru serta siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
CTL (Contextual Teaching and Learning) memiliki
tujuh komponen utama pembangun dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu : (1) Kontruktivisme,
(2) Inkuiri, (3) Bertanya, (4) Masyarakat Belajar, (5)
pemodelan, (6) Refleksi, (7) Penilaian autentik.
1. Kontruktivisme, yaitu menekankan pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar
(Trianto, 2011: 111).
2. Inkuiri, menurut Sanjaya (Djuanda, et al, 2009:
18) yaitu proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis.
3. Bertanya, menurut Sanjaya (Djuanda, et al, 2009:
18) “Belajar pada hakikatnya bertanya dan
menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang
sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir”.
4. Masyarakat belajar, terjadi apabila ada proses
komunikasi dua arah. Masyarakat belajar
member innformasi yang diperlukan oleh teman
bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi
yang diperlukan dari teman belajarnya (Trianto,
2011: 116-117).
5. Pemodelan, menurut Sanjaya (Djuanda, et a l,
2009: 19) adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi, adalah cara berpikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
(Trianto, 2011: 117-118).
7. Penilaian autentik (nyata), menurut Sanjaya
(Djuanda, et al, 2009: 19) adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa.
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
menggambarkan semua data atau keadaan
subyek/obyek penelitian kemudian dianalisis dan
dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba
untuk memberikan pemecahan masalahnya (Widi,
2010: 84). Tujuan penelitian deksriptif dibatasi untuk
menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana
adanya.
Ciri-ciri umum metode penelitian deskriptif
adalah memusatkan perhatian terhadap masalahmasalah yang ada pada saat penelitian dilakukan

(masa sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat
aktual, serta menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki sebagaimana adanya disertai
interpretasi rasional. (Widi, 2010 : 85)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan 3 teknik, yaitu :
a. Studi Kepustakaan
Sebelum
melaksanakan
penelitian,
penulis mengumpulkan teori-teori dari buku
yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Buku-buku referensi ini, digunakan
untuk menunjang dan memperkuat hasil
penelitian yang akan dilakukan penulis.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
salah satu bentuk. Observasi merupaka suatu
cara yang sangat bermanfaat, sistematik dan
selektif dalam mengamati dan mendengarkan
interaksi atau fenomena terjadi ( Widi, 2010:
236-237 ). Penulis mengadakan kunjungan
terhadap objek secara langsung ke SMA Yadika
Cicalengka Bandung.
c. Teknik Tes
Tes bersifat mengukur, karena berisi
pertanyaan atau pernyataan yang alternatif
jawabannnya memiliki standar jawaban tertentu.
Tes dipakai untuk mengukur kemampuan siswa,
baik kemampuan awal, perkembangan atau
peningkatan kemampuan selama dikenai
tindakan, dan kemampuan pada akhir siklus
tindakan. Tes yang akan diberikan berupa tes
tulis subjektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diperoleh data tes awal
(pretest) dengan tidak menggunakan pendekatan CTL
dan tes akhir (postest) setelah menggunakan CTL.
Tes awal (pretest) menulis cerpen ini terdiri
dari enam aspek penilaian yaitu, aspek tema, tokoh
dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan gaya
bahasa. Dengan nilai aspek tertinggi 4 dan nilai
terendah 1. Keenam aspek tersebut dijumlahkan dan
dikali seratus akan menjadi skor siswa lalu dibagi
dengan total skor idealnya 24, maka didapat nilai
siswa. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai
tertinggi 87,5 dengan kategori baik dan nilai terendah
50 dengan kategori kurang. Maka hasil menulis
cerpen siswa tersebut dimasukan dalam 5 kategori,
yaitu: Tidak ada siswa yang masuk kategori sangat
baik
2 siswa yang masuk kategori baik, dengan nilai 87,5,
dan 83,3.

4
4 siswa yang masuk kategori cukup baik, dengan
nilai 79,2, 75, dan 70,8.
8 siswa yang masuk kategori cukup, dengan nilai
66,7 dan 62,5.
16 siswa yang masuk kategori kurang, dengan nilai
58,3, 54,2 dan 50.
Tes akhir (postest) menulis cerpen ini
terdiri dari enam aspek penilaian yaitu, aspek tema,
tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan
gaya bahasa. Dengan nilai aspek tertinggi 4 dan nilai
terendah 1. Keenam aspek tersebut dijumlahkan dan
dikali seratus akan menjadi skor siswa lalu dibagi
dengan total skor idealnya 24, maka didapat nilai
siswa. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai
tertinggi 95,8 dan nilai terendah 66,7. Maka hasil
menulis cerpen siswa tersebut dimasukan dalam 5
kategori, yaitu:
3 siswa yang masuk kategori sangat baik, dengan
nilai 95,8 dan 91,7.
5 siswa yang masuk kategori baik, dengan nilai 87,5
dan 83,3.
18 siswa yang masuk kategori cukup baik dengan
nilai 79,2, 75, dan 70,8.
4 siswa yang masuk kategori cukup dengan nilai 66,7
tidak ada siswa yang masuk kategori kurang.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan
pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning
) di kelas X-2 SMA Yadika Cicalengka Bandung,
yaitu:
1. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek
dengan menggunakan pendekatan CTL (
Contextual Teaching and Learning ) di kelas X-2
SMA Yadika Cicalengka dapat berjalan dengan
efektif dan terencana dengan baik serta dapat
meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa lebih
aktif dan kreatif serta siswa termotivasi dapat
meningkatkan minat dan bakatnya jika
dibandingkan pembelajaran sebelum diterapkan
pendekatan CTL.
2. Dalam pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan pendekatan CTL ( Contextual
Teaching and Learning ) di kelas X-2 SMA
Yadika Cicalengka dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, yaitu pada saat awal tes (pretest)
nilai rata-ratanya 61,11, dengan nilai tertinggi
87,5 dan nilai terendah 50 meningkat pada saat
akhir tes (postes) menjadi 76,66, dengan nillai
tertinggi 95,8 dan nilai terendah 66,7.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyani et.al. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia .
Bandung: UPI Press. (Hal. 97)
Djuanda, Dadan, et.al. 2006. Apresiasi Sastra
Indonesia . Bandung: UPI Press. (Hal. 162)
Djuanda, Dadan, et.al. 2009. Model Pembelajaran di
Sekolah Dasar . Sumedang: UPI kampus
Sumedang. (Hal. 17, 18, 19)
Hamalik,
Oemar.
2009.
Kurikulum
dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. (Hal.
57)
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
(Hal. 10)
Somad, A. A., et.al . 2008. Aktif dan Kreatif
Berbahasa Indonesia untuk Kelas X
SMA/MA.
Jakarta:
Pusat
perbukuan,
Depdiknas. (174, 175, 206, 208, 209)
Suhendar, et.al. 1993. Pendekatan Teori Sejarah dan
Apresiasi Sastra Indonesia . Bandung: Pionir
Jaya. (Hal. 2)
Tarigan, H. G. 1994. Menulis: Sebagai Suatu
Keterampilan
Berbahasa .
Bandung:
Angkasa. (Hal. 21)
Tarigan, H. G. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra .
Bandung: Angkasa.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP).
Jakarta:
Kencana. (Hal. 17, 107, 111, 118)
Widi, R. K. 2010. Asas Metodologi Penelitian
Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah
demi Langkah Pelaksanaan Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu. (Hal. 84, 85, 236237)
Widjojoko, et.al. 2006. Teori dan Sejarah Sastra
Indonesia . Bandung: UPI Press (Hal. 37)