Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 3-3

Dalam   struktur   APBD   Provinsi   Sulawesi   Tengah   terdiri   dari
Pendapatan   Daerah,   Belanja   Daerah   dan   Pembiayaan   Daerah.   Untuk
kelompok Pendapatan Daerah terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daaerah, 2)
Pendapatan Transfer, dan 3) Lain­lain Pendapatan yang sah.  Kurun waktu
2006   s.d   2010   trend   realisasi   pendapatan   berdasarkan   masing­masing
kelompok   pendapatan   menunjukkan   kenaikan   setiap   tahunnya.   Berikut
grafik trend realisasi pendapatan atas kelompok pendapatan.
Gambar 3.4
Trend Realisasi Pendapatan atas Kelompok Pendapatan
Tahun 2006 ­ 2010
Realisasi Pendapatan

Pendapatan Asli
Daerah

800000000000.000

Pendapatan Transfer

600000000000.000
400000000000.000


Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah

200000000000.000
.000
2006

2007

2008

2009

2010

Proporsi   pendapatan   untuk   kelompok   Pendapatan   Asli   Daerah
menunjukkan   trend   peningkatan   yang   positif.   Realisasi   Pendapatan   Asli
Daerah   Tahun   2006   sebesar   Rp.160.508.900.042,45,  Tahun  2007
Rp.194.190.568.734,40,  Tahun  2008 Rp.280.560.862.996,30,  Tahun  2009

sebesar   Rp.275.187.616.354,70   dan  Tahun  2010   Rp.411.797.139.600,13,
dengan   capaian   rata­rata   pertumbuhan   pendapatan   sebesar   28,29%.
Pencapaian realisasi pendapatan asli daerah yang memberikan konstribusi
tertinggi adalah Restribusi Daerah, dengan rata­rata pertumbuhan sebesar
28.51%  sehingga untuk meningkatkan pendapatan daerah maka kebijakan
pengelolaan   pendapatan   yang   dilakukan   adalah   dengan   menggali   potensi
sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. 
Kelompok   Pendapatan   Transfer   merupakan   sumber   pendapatan
APBD Provinsi Sulawesi Tengah yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat
berupa   Dana   Perimbangan.   Selama   kurun   waktu   2006   s.d   2010
menujukkan   peningkatan   setiap   tahunnya.   Realisasi   pendapatan   transfer
Tahun 2006 Rp.521.910.355.176,60,  Tahun  2007 Rp.562.092.462.492,26,
Tahun  2008   Rp.700.353.351.105,00,  Tahun  2009   Rp.756.439.213.127,00
dan,  Tahun  2010   Rp.763.723.378.590,00  dengan   capaian   rata­rata
pertumbuhan   pendapatan   sebesar   10.31%.   Berdasarkan   Undang­undang
Nomor 13 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat   dan   Pemerintah   Daerah,   Dana   Perimbangan   diperuntukkan   guna
90

mendukung   penyelenggaraan   otonomi   daerah   yang   menjadi   kewenangan,

tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah.  
Proporsi   pendapatan   untuk   kelompok   Lain­lain   Pendapatan   Daerah
yang   sah   merupakan   sumber   pendapatan   daerah   yang   bersumber   dari
pendapatan hibah dan dana bagi hasil pajak, dengan perincian di  Tahun
2006 Rp.105.761.915,00,  Tahun  2007 Rp.36.333.889.000,00,  Tahun  2008
Rp.61.570.409.564,16,  Tahun  2009   Rp.20.705.806.404,00,  Tahun  2010
Rp.2.089.380.300,00   dengan  rata­rata   pertumbuhan   pendapatan   sebesar
8.541,89%. 
3.1.2  Neraca Daerah
Neraca   Daerah   merupakan   sumber   informasi   kepada   manajemen
pemerintah daerah mengenai likuiditas keuangan daerah yang memberikan
informasi mengenai posisi keuanngan berupa aset, kewajiban (utang) dan
ekuitas   dana.   Hal   ini   dimaksudkan  guna   mendorong   terciptanya   tata
pemerintahan   yang   baik   (good   governance).  Sesuai   dengan   ketentuan
Peraturan   Pemerintah   Nomor   71  Tahun  2010   tentang   Standar   Akuntasi
Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang
harus   dibuat   oleh   Pemerintah   Daerah.   Sebagai   salah   satu   entitas
pelaporan,   pemerintah   daerah   wajib   menyusun   sebuah   laporan   yang
menggambarkan   posisi   keuangan   yang   tidak   hanya   dalam   rangka
memenuhi   kewajiban   peraturan   perundang­undangan   yang   berlaku   saja,

tetapi   juga   sebagai   dasar   untuk   pengambilan   keputusan   yang   terarah
dalam rangka pengelolaan sumber­sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh
daerah secara efisien dan efektif. 
Tabel 3.4
Rata – rata Pertumbahan Neraca Daerah
Tahun 2006 ­ 2009
No
1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.2
1.2.1
1.2.2
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4

1.3.5
1.3.6
1.4

Uraian
ASET
ASET LANCAR
Kas
Piutang
Persediaan
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi non permanen
Investasi permanen
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan mesin
Gedung dan bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset tetap lainnya
Konstruksi dalam pengerjaan

ASET LAINNYA

91

Rata-rata Pertumbuhan %
7,56
67,31
67,14
97,86
112,32
12,42
-2,98
12,08
5,97
-0,05
31,77
8,22
4,81
48,29
37,15

1036,35

No
1.4.1
1.4.2
1.4.5
2
2.1
2.1.6
3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3


Uraian
Tagihan penjualan angsuran
Tagihan tuntutan ganti kerugian
daerah
Aset Lainnya
KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang perhitungan pihak ketiga
Utang jangka pendek lainnya
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA
Cadangan piutang
Cadangan persediaan
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang
Pendapatan yang ditangguhkan
EKUITAS DANA INVESTASI

Diinvestasikan dalam investasi
jangka panjang
Diinvestasikan dalam aset tetap
Diinvestasikan dalam aset lainnya

Rata-rata Pertumbuhan %
278,63
868,07
147,32
7,56
2.997,42
2.997,42
479,68
7,33
58,39
66,98
97,86
112,32
479,68
3.086,55

6,25
12,42
5,97
1.036,35

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2006­2009
Berdasarkan   informasi   Neraca   Daerah   pada   Tabel   3.7,   aset   daerah
merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi
yang   dimiliki   dan   dikuasai   pemerintah   daerah,   memberikan   manfaat
ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa
mendatang   sebagai   akibat   dari   peristiwa   masa   lalu,   serta   dapat   diukur
dalam   uang.  Selama   kurun   waktu   2006­2010,   pertumbuhan   rata­rata
jumlah aset daerah  Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah  mencapai 7,56%
yang   berarti   bahwa   jumlah   aset   Pemerintah   Provinsi   Sulawesi   Tengah
meningkat sebesar 7,56% setiap tahun. Aset tersebut berupa tanah, gedung
dan bangunan serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang semuanya
dipergunakan untuk menunjang kelancaran tugas pemerintahan. 
Pertumbuhan rata­rata aset lancar mencapai 67,31%, dengan piutang
tertagih  meningkat sebesar 97,86%.  Hal ini disebabkan karena komponen
aset   lancar,   yaitu   kas   dan   persediaan,   mengalami   kenaikan   yang   cukup

signifikan   masing­masing   sebesar   67,14%   dan   112,32%.   Tingginya
pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset pemerintah
Provinsi Sulawesi Tengah berada pada kondisi sehat.
Kewajiban   Jangka   Pendek,   memberikan   informasi   tentang   utang
pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap
arus   kas   pemerintah   daerah.   Kewajiban   umumnya   timbul   karena
konsekuensi   pelaksanaan   tugas   atau   tanggungjawab   untuk   bertindak   di
masa   lalu   yang   dalam   penyelesaiannya   mengakibatkan   pengorbanan
92

sumber   daya   ekonomi   di   masa   yang   akan   datang   meliputi   penggunaan
sumber pembiayaan, pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintah   lain   atau   lembaga   internasional.   Kewajiban   Pemerintah
Provinisi Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 5 tahun (2006­2010) dengan
rata­rata sebesar  2.997,42%,  yang berarti bahwa kewajiban kepada pihak
ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah dari
Tahun  2006   sampai   dengan  Tahun  2010   mengalami   peningkatan   yang
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah   selama   kurun   waktu   tersebut   belum   dapat   melaksanakan
kewajiban finansial jangka pendek yang cukup tinggi secara tepat waktu.
Ekuitas   Dana   adalah   kekayaan   bersih   yang     merupakan   selisih
antara jumlah asset dan kewajiban yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar
dan   Ekuitas   Dana   Investasi.   Ekuitas   Dana   Pemerintah   Provinsi   Sulawesi
Tengah   selama   kurun   waktu   5   tahun   mengalami   pertumbuhan   sebesar
7,33%.
Selanjutnya,   tingkat   kualitas   pengelolaan   keuangan   daerah   dapat
diketahui   berdasarkan   analisis  rasio   atau   perbandingan   antara
kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain.
Beberapa   rasio   yang   dapat   diterapkan   di   sektor   publik   adalah   rasio
likuiditas,  rasio  solvabilitas  dan  rasio  utang.  Rasio  likuiditas  terdiri  rasio
lancar  (current   ratio),  rasio   kas  (cash   ratio)  dan   rasio   cepat  (quick   ratio).
Sedangkan rasio lancar  (current ratio)  adalah rasio standar untuk menilai
kesehatan   organisasi.   Rasio   ini   menunjukkan   apakah   pemerintah  daerah
memiliki   aset   yang   cukup   untuk   melunasi   kewajiban   yang   jatuh   tempo.
Kualitas   pengelolaan   keuangan   daerah   dikategorikan   baik   apabila   nilai
rasio lebih dari satu. 
Aset lancar Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan hasil analisis rasio
menunjukkan bahwa rasio lancar Provinsi Sulawesi Tengah selama kurun
waktu  Tahun  2006­2009   mempunyai   nilai   lebih   dari   satu,   yang   berarti
bahwa   pemerintah   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dapat   memenuhi
kewajiban   yang   jatuh   tempo.     Rasio   lancar   pada  Tahun  2009   mencapai
93,53,83%   yang   berarti   bahwa   aset   lancar   pemerintah   Provinsi   Sulawesi
Tengah adalah 93,53 kali lipat bila dibandingkan dengan kewajiban yang
jatuh   tempo.   Persediaan   masuk   dalam   kategori   aset   lancar,   namun
memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di pemerintah
daerah   bukan   merupakan   barang   dagangan,   sehingga   sebagai   faktor
pengurang dalam aset lancar.
Tabel 3.5
Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah 
Tahun 2006­2009
NO
1.

2006
(%-hari)

Uraian
Rasio lancar (current ratio)

282,83

93

2007
(%hari)
7,39 %

2008
(%-hari)
11,16 %

2009
(%hari)
93,53

NO

2.

2006
(%-hari)

Uraian

Rasio quick (quick ratio)

4.
5.

Rasio total hutang terhadap total
asset
Rasio hutang terhadap modal
Rata-rata umur piutang

6.

Rata-rata umur persediaan

3.

%
279,76
%
5,08%
5,08%
365
hari

2007
(%hari)

2008
(%-hari)

7,33%

11,13%

0,05%
0,05%
1 hari
365
hari

0,05%
0,05%
365 hari

2009
(%hari)
%
92,84
%
5,51%
5,51%
365
hari

  Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2006­2009
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai rasio lancar (quick
ratio)  mencapai 92,84% pada  Tahun  2009  hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah   daerah   dapat   membayar   kewajibannya   dalam   waktu   yang
singkat   karena   persentasi   ratio   lancar   adalah   merupakan   satu   ukuran
likuiditas   keuangan   terbaik,   untuk   rasio   solvabilitas  Provinsi   Sulawesi
Tengah adalah sebesar 2,67%.   Hal ini menunjukan bahwa total kewajiban
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dapat ditutupi oleh total aset ataupun
oleh modal pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah  karena menghitung rasio
solvabilitas yaitu perbandingan total aset dengan total utang.   Untuk rata­
rata umur persediaan  selama kurun waktu 2006­2009 mencapai 365 hari
per   tahun.   Hal   ini   menunjukkan   bahwa   pemerintah   Provinsi   Sulawesi
Tengah   berada   pada   tingkat   aman   karena   mempunyai   persediaan   yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan selama kurang lebih 365 hari.
yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk
persediaan   (menggunakan   persediaan   untuk   memberi   pelayanan   publik).
Pada   sektor   pelayanan   publik   semakin   lama   rata­rata   umur   persediaan
adalah     semakin   baik.   Rata­rata   umur   persedian   Pemerintah   Provinsi
Sulawesi Tengah, 
3.2

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

Pengelolaan   Keuangan   Daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   selama
periode  Tahun                                  2008–2010  yang  meliputi  :  penganggaran,
penatausahaan,   pelaporan   dan   pertanggungjawaban   mengacu   pada
Peraturan   Pemerintah   Nomor   58   Tahun   2006   tentang   Pengelolaan
Keuangan   Derah   dan   Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimanan telah
diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas
Permendagri Nomor 13  Tahun 2006.
Berdasarkan   peraturan­peraturan   diatas,   maka   secara   umum
struktur   Anggaran   Pendapatan   dan   Belanja   Daerah   Provinsi   Sulawesi
Tengah Tahun 2008­2010 terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah
dan Pembiayaan Daerah.
94

1. Pendapatan daerah,  dikelompokkan kepada :
1) Pendapatan Asli daerah
2) Dana Perimbangan   (Tahun 2008­2009)
Pendapatan transfer (Tahun 2010)
3) Lain­lain Pendapatan yag sah
2. Belanja,  dikelompokkan pada belanja tidak langsung dan belanja 
langsung.
1) Belanja   tidak   langsung,   merupakan   belanja   yang   dianggarkan   tidak
terkait  secadar  langsung  dengan program  kegiatan ; belaja  pegawai,
belanja   barabg,   subsidi,   hibah,   bantuan   sosial,   belanja   bagi   hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
2) Belanja   langsung,   merupakan   belanja   yang   dianggarkan   terkait
dengan   pelaksanaan   program/kegiatan   ;   belanja   pegawai,
belanjabarang dan jasa dan belanja modal.
3. Pembiayaan, meliputi :
1) Penerimaan pembiayaan daerah
2) Pengeluaran pembiayaan daerah.
Selisih antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan merupakan
pembiayaan netto untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan
surplus anggaran.
Sejalan dengan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2010 yang dijabarkan dalam
Rencana   Pembangunan   Jangka   Menengah   Daerah  (RPJMD)   Tahun  2006­
2011, permasalahan pokok yang menjadi prioritas penanganan yaitu :
1. Masih besarnya jumlah penduduk miskin
2. Rendahnya kesempatan kerja, minat investasi dan interkoneksitas.
3. Kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat relatif masih rendah.
4. Pengelolaan potensi sumberdaya alam secara optimal
5. Dukungan infrastruktur belum memadai.
6. Kesenjangan antara wilayah masih besar.
7. Penegakan hukum masyarakat masih lemah.
8. Masih rentannya mitigasi bencana.
9. Masih adanya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat  sebagai
dampak konflik.
Kebutuhan APBD lebih diorientasikan pada upaya :
1. Penanggulangan kemiskinan.
2. Pengurangan kesenjangan antar wilayah serta penciptaan keamanan.
3. Penyediaan sarana dan prasarana dasar.
4. Peningkatan daya saing dan daya tarik investasi.
5. Revitalisasi pertanian, perikanan kelautan dan perdesaan.
6. Penegakan hukum dan HAM.
7. Mitigasi dan penanggulangan bencana.
8. Pemantapan ketertiban dan keamanan masyarakat.
95

Kebijakan atas pendapatan, belanja dan pembiayaan dapat diuraikan
sebagai berikut :
 Pengelolaan Pendapatan Daerah
Kebijakan  pengelolaan pendapatan  daerah  sebagaimana  termuat  dalam
Kebijakan  Umum   APBD   Provinsi   Sulawesi   Tengah  diarahkan   pada   :   1)
peningkatan kinerja pengelolaan sumber­sumber Pendapatan Asli daerah
yang lebih efektif dan efisien 2) perluasan potensi obyek sumber­sumber
Pendapatn   Asli   Daerah   dan   3)   peningkatan   kinerja   pengelolaan   Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). *(sumber : LKPD Tahun Anggaran 2010).
 Pengelolaan Pendapatan Daerah
Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja yang
berorientasi   pada   pencapaian   hasil   dari   input   yang   direncanakan.   Hal
tersebut   bertujuan   untuk   meningkatkan   akuntabilitas   perencanaan
anggaran   dan   memperjelas   efektifitas   dan   efesiensi   penggunaan
anggaran.   Struktur   APBD   dilkasifikasikan   berdasarkan   bidang
pemerintahan   daerah   sesuai   peraturan   perundang­undangan   dan
dilaksanakan   oleh   perangkat­perangkat   daerah   sebagai   pusat
pertanggungjawaban   sesuai   dengan   tugas   pokok   dan   fungsi  masing­
masing   dan dituangkan dalam klasifikasi belanja langsung dan belanja
tidak langsung.
3.2.1.  Proporsi Penggunaan Anggaran
Untuk   Provinsi   Sulawesi   Tengah   didalam   pengalokasian   belanja
aparatur dan publik adalah biaya pegawai lebih kecil prosentasenya apabila
dibandingkan   dengan   belanja   untuk   masyarakat     (belanja   publik)   yaitu
39,18 persen. Hal ini dapat dilihat pada table 3.9.
Tabel 3.6
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
No.
1
2
3

Uraian
Tahun Anggaran
2008
Tahun Anggaran
2009
Tahun Anggaran
2010
Jumlah

Total belanja untuk
pemenuhan
kebutuhan aparatur
(Rp)
398.092.019.125,00
479.822.672.733,72
496.442.729.561,96
1.374.357.421.420,68

Total pengeluaran
(Belanja +
Pembiayaan
Pengeluaran) (Rp)
1.059.163.515.571,
00
1.210.798.584.634,
96
1.237.514.543.155,
66
3.507.476.643.361,
62

Persenta
se
(%)
38
40
40
39,18

Sumber : Perubahan APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010
3.2.2. 

Analisis Pembiayaan

96

Kondisi   pembiayaan   daerah   dalam   kurun   Tahun   2008­2010   dapat
digambarkan  seperti   terlihat   pada   Tabel   3.10   di   bawah   ini.   Dari   Tabel
tersebut, terlihat bahwa defisit riil anggaran Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah   pada   Tahun   2008   mencapai   angka   yang   sangat   besar   yaitu
sejumlah   Rp.   81.250.987.772,96     kemudian   menurun   menjadi
Rp.12.822.422.786,30  pada   Tahun  2009  dan  meningkat   kembali  menjadi
Rp.43.653.177.381,24 pada Tahun 2010.   
Tabel 3.7

Defisit Riil Anggaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010
No
 
 
1

2
3

Uraian
 
 
Realisasi Pendapatan 
Daerah
Dikurangi realisasi
Belanja daerah
Pengeluaran Pembiayaan 
Daerah
Surplus/Defisit riil

2008
Rp.

2009
Rp.

 

 

2010
Rp.
 

1.042.484.623.665,46

1.052.332.635.885,70

1.177.609.898.490,13

954.733.635.892,50

1.059.555.058.672,00

1.127.256.721.108,89

6.500.000.000,00

5.600.000.000,00

6.700.000.000,00

81.250.987.772,96

(12.822.422.786,30)

43.653.177.381,24

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­2010
Untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun tahun yang sama,
dapat digambarkan komposisinya pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010
No
.

Uraian

1.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 
Tahun Anggaran sebelumnya

2.
3.

Pencairan Dana Cadangan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang di 
Pisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah

4.
5.
6.

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 
Daerah
Penerimaan Piutang Daerah

Proporsi dari total defisit riil
2008
2009
2010
(%)
(%)
(%)
1.469
404,75
132,81
0,00
5,03

0,00
58,69

0,00
26,08

­

­

­

­

­

­

0,00

0,00

0,00

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2008­
2010
Berdasarkan   data   defisit   rill   anggaran   dari   Tahun   2008­2010
dibandingkan dengan SiLPA Tahun 2007­2009 terlihat bahwa angka SiLPA
lebih besar dibandingkan dengan defisit rill anggaran.  Hal ini berarti bahwa
97

defisit rill dapat ditutupi dengan SiLPA tahun sebelumnya.   Sehingga data
pada tabel 3.11 menunjukkan persentase SiLPA diatas 100%.
Untuk realisasi sisa lebih perhitungan anggaran pemerintah daerah,
dengan   kurun   waktu   yang   sama   pada   Tahun   2008­2010,   gambarannya
seperti terlihat pada Tabel 3.12
Tabel 3.9
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
 Provinsi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010
2008
No.

Uraian

1.
2.

Jumlah SiLPA
Pelampauan penerimaan PAD

3.

Pelampauan penerimaan dana
perimbangan
Pelampauan penerimaan lainlain pendapatan daerah yang
sah

4.

2009

107.915.258.852,00
80.845.812.993,30

% dari
SiLPA
100.00
42,72

711.232.569,00
9.679.621.384,16

Rp

2010

189.251.546.625,30
37.445.056.354,70

% dari
SiLPA
100.00
21,19

176.688.420.361,09
108.285.639.366,13

% dari
SiLPA
100.00
49,06

0,38

14.160.893.117,00

8,01

8.110.602.007,00

3,67

5,11

-

0,00

89.380.300,00

0,04

Rp

Rp

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­2010
Sesuai   Permendagri   Nomor   13   Tahun   2006   tentang   Pedoman
Pengelolaan   Keuangan   Daerah   SiLPA   terjadi   apabila   pelampauan
penerimaan PAD, pendapatan penerimaan dan perimbangan, pelampauan
penerimaan   lain­lain   pendapatan   daerah   yang   sah.   Pelampauan
penerimaan   pembiayaan,   menghemat   belanja,   kewajiban   pihak   ketiga
sampai   akhir   tahun   belum   terselesaikan   dan   sisa   kegiatan   lanjutan.
Berdasarkan   hal   tersebut   di   atas   maka   yang   memberikan   kontribusi
terhadap SiLPA   yaitu pelampauan penerimaan PAD, pelampauan lain­lain
pendapatan daerah yang sah dan sisa penghematan belanja.
3.3

Kerangka Pendanaan

Sub   bab   ini   akan   dijelaskan   pengeluaran     keuangan   yang   harus
dilakukan   pemerintah   daerah,   terkait   pembelanjaan   pada   katagori
kewajiban   maupun   pengeluaran   pembiayaan.     Pengeluaran   keuangan
mengacu   pada   pedoman   pengelolaan   keuangan   daerah,   sebagaimana
ketentuan disampaikan dalam uraian sebelumnya. 
3.3.1. Analisis  Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas
Utama
Pengeluaran periodik   wajib dan mengikat Provinsi Sulawesi Tengah
yang dibebankan pada keuangan   daerah pada   RPJMD Tahun 2009­2010
disusun, memperlihatkan kondisi seperti berikut:
Tabel. 3.10
Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
98

Provinsi Sulawesi Tengah
No.
A
1
2
3

Uraian

6

Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil kepada
Provinsi/
Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja Tidak Terduga

B
1
2
3

Belanja
Belanja
Belanja
Belanja

C

Penerimaan Pembiayaan Daerah

1

Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya
Penerimaan Piutang Daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Daerah
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah

4

5

2
D
1

Langsung
Pegawai
Barang dan Jasa
Modal

2009
(RP)
467,376,968,555.0
0
258,665,066,703.00
34,174,084,266.00
16,407,712,565.00

2010
(RP
504,698,493,753.
60
291,205,310,322.00
58,608,736,026.00
13,923,700,800.00

Rata-Rata
Pertumbuhan (%)

112,284,226,021.00

93,456,633,605.60

(16.77)

45,845,879,000.00

47,504,113,000.00

3.61

592,178,090,117.0
0
58,952,350,812.00
321,410,524,953.00
211,815,214,352.00
189,511,576,625.3
0

622,557,734,335.
29
59,205,439,001.00
359,559,994,786.20
203,792,300,548.09
177,052,953,838.
66

5.13
0.42
11.87
(3.79)
(6.63)

189,251,546,625.30

176,689,153,838.66

(6.63)

260,030,000.00

363,800,000.00

39.9

5,600,000,000.00
5,600,000,000.00

6,700,000,000.00
6,700,000,000.00

19.64

7.98
12.59
71.5
(15.14)

-

      Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­2010
3.3.2 Penghitungan Kerangka Pendanaan
Setelah   menyajikan   pengelolaan   keuangan   daerah   masa   lalu   yang
dibuat hingga  Tahun 2010, sebagai dasar keuangan yang telah ada dalam
laporan   keuangan   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah,   selanjutnya   akan
dilihat   kapasitas   riil   keuangan   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dalam
mendanai kebutuhan pembangunan daerah hingga  Tahun 2011 s.d 2016
mendatang.

99