Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 3

BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH

3.1.   ARAH KEBIJAKAN  EKONOMI DAERAH
Dalam   rangka   memahami   arah   kebijakan   ekonomi   daerah   yang
menjadi   acuan   dalam   perumusan   rencana   Kerja   Pemerintah   Daerah
Kabupaten   Minahasa   Selatan   Tahun   2016   maka   pada   bagian   ini
diuraikan   gambaran   tentang   realisasi   ekonomi   makro   tahun   2014,
perkiraan pada tahun 2016, dan target yang akan dicapai pada tahun
2016   dengan   mempertimbangkan   perkembangan   ekonomi   makro
nasional serta kebijakan pemerintah pusat dalam bidang perekonomian.
Prospek   perekonomian   Minahasa   Selatan   tahun   2016   akan
dipengaruhi   oleh   perkembangan   perekonomian   nasional   yang   tidak
terlepas   dari   keadaan   perekonomian   dunia.   Perkembangan   ekonomi
global   berpengaruh   cukup   berarti   terhadap   perekonomian   Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup
berat,   perekonomian   Amerika   Serikat   (AS)   pada   pertengahan   tahun
2014  mulai membaik. Namun demikian perekonomian beberapa Negara
maju   lainnya   belum   menunjukkan   perbaikan   secara   memadai.
Pemulihan   Kawasan   Eropa   masih   lambat,   pertumbuhan   ekonomi

Tiongkok terus menurun, dan ekonomi Jepang masih mengalami resesi.
Dalam   periode   yang   sama   penurunan   permintaan   dunia   diikuti   oleh
penurunan   harga   komoditas   internasional,   termasuk   harga   minyak
dunia   yang   turun   dengan   tajam.   Perekonomian   Indonesia   juga
dihadapkan   pada   makin   sulitnya   likuiditas   dunia   sejalan   dengan
kebijakan   pengurangan/penghentian   pembelian   obligasi   (tapering   off)
yang dilakukan oleh Bank Sentral AS. Dengan perkembangan ini, pada
tahun   2014   perekonomian   global   hanya   tumbuh   3,4   persen,   namun
dengan   didorong   oleh   makin   baiknya   perekonomian   AS,   negara   maju
lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi
global   diperkirakan   akan   terus   membaik,   dan   tumbuh   sebesar   3,5
persen.  
Sejalan   dengan   pergerakan   perekonomian   global,   pertumbuhan
ekonomi   nasional   pada   tahun   2014   melambat   menjadi   5,1   persen   di

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-1


tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang besarnya 5,8
persen.   Dari   sisi   eksternal   perlambatan   tersebut   disebabkan   oleh
turunnya permintaan dunia, turunnya harga  komoditas internasional,
dan   kebijakan   pemerintah   terkait   dengan   pembatasan  ekspor  mineral
mentah.   Dari   sisi   permintaan   domestik,   perlambatan   tersebut
disebabkan oleh investasi yang masih tumbuh rendah yang diantaranya
disebabkan   oleh   turunnya   harga   komoditas   global,   dan   juga   adanya
penghematan   anggaran   pengeluaran   pemerintah.   Namun   demikian,
meskipun   melambat,   pertumbuhan   ekonomi   Indonesia   masih   cukup
tinggi   disbanding   beberapa   negara   lainnya,   yang   terutama   didukung
oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi.
Di   tingkat   nasional,   jika   dilihat   dari   sisi   stabilitas,   inflasi   pada
tahun 2014 mendapat tekanan yang tinggi dari barang yang harganya
ditetapkan   oleh   Pemerintah   (administered   prices)  dan   bahan   pangan
yang   harganya   bergejolak   (volatile   food).   Inflasi   tahun   2014   tercatat
sebesar   8,36   persen   (yoy),   berada   di   atas   sasaran   inflasi   yang   telah
ditetapkan   sebesar   4,5±1   persen.   Namun   demikian,   inflasi   tersebut
masih   sedikit   lebih   rendah   dibandingkan   inflasi   tahun   2013   yang
besarnya   8,38   persen.   Kenaikan   inflasi   terutama   disebabkan   oleh
adanya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak gejolak

harga pangan domestik pada akhir tahun 2014. 
Kenaikan   harga   BBM   bersubsidi   secara   signifikan   telah
mendorong   kenaikan   harga   secara   umum,   baik   disebabkan   oleh
dampak   langsung   maupun   dampak   lanjutan   (second   round   effect).
Selain   BBM,   penyesuaian   harga   barang  administered  lainnya   juga
terjadi sepanjang 2014, seperti TDL dan LPG. Namun, inflasi inti tetap
terkendali   4,93   persen   (yoy).   Terkendalinya   inflasi   pada   tahun   2014
tidak   terlepas   dari   semakin   membaiknya   koordinasi   kebijakan
pengendalian   inflasi   antara   Pemerintah   (baik   pusat   maupun   daerah)
dengan Bank Indonesia. Dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun
2014, terjadi penurunan inflasi yang cukup besar. Jika pada triwulan
sebelumnya   inflasi   tahunan   menembus   angka   8,36   persen   di   bulan
Desember 2014 (yoy), maka pada triwulan I tahun 2015 inflasi berada
pada posisi 6,38 persen di bulan Maret 2015 (yoy). 

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-2


Penurunan inflasi ini merupakan dampak dari penurunan harga
minyak   dunia   yang   berimbas   pada   penurunan   harga   bahan   bakar
minyak (BBM) sebanyak 2 (dua) kali di bulan Januari 2015. Penurunan
harga   BBM   telah   mendorong   penurunan   harga­harga   khususnya
transportasi   dan   bahan   makanan.   Hal   ini   berimbas   pada   terjadinya
deflasi di bulan Januari dan Februari 2015 masing­masing sebesar 0,24
persen   dan   0,36   persen.   Namun   demikian,   pada   bulan   Maret   2015
kembali   terjadi   dua   kali   kenaikan   harga   BBM   yang   berimbas   pada
tingkat   inflasi   menjadi  0,17   persen   (mtm),  hal  ini  masih   berada   pada
batasan tingkat inflasi yang terkendali.
Pada tahun 2016 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Minahasa   Selatan   akan   positif   atau   sesuai   dengan   target   yang
ditetapkan, apabila bebrapa asumsi makro dapat terjaga.
Kebijakan   keuangan   daerah   tahun   2016   memberi   gambaran
tentang realisasi pendapatan dan belanja tahun 2013, 2014 serta tahun
2015   juga   target   tahun   2016   yang   meliputi   pendapatan,   belanja   dan
pembiayaan daerah serta upaya­upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah   untuk   mencapai   target   yang   telah   ditetapkan   terutama
pendapatan asli daerah.


3.1.1.

KONDISI EKONOMI DAERAH TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN 
TAHUN 2015
A.

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2014
Perekonomian  Minahasa Selatan tahun 2014  tumbuh  sebesar  6,75

persen,   memiliki   pertumbuhan   lebih  lambat  dibandingkan   tahun   2013
yang tumbuh sebesar  6,64    persen. Nilai PDRB Minsel tahun 2014  atas
dasar   harga   berlaku   mencapai   Rp   3,77   triliun   dan   PDRB   perkapita
mencapai   Rp   18,54   juta.   Realisasi   PDRB   tahun   2014   dan   selanjutnya
menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008. Dari sisi produksi
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pertanian sebesar 30,31 persen. 

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-3


Ekonomi Minahasa Selatan tahun 2014 yang tumbuh 6,75 persen,
memiliki   pertumbuhan  agak   melambat   dibandingkan   tahun   2012   yang
tumbuh  sebesar   6,37   persen.   Nilai  PDRB   Sulut   tahun  2013   secara   riil
(atas dasar   harga  konstan  2000)  tercatat  senilai  Rp.   1,60   triliun,  lebih
rendah   dibandingkan   tahun   sebelumnya   yang   senilai   Rp.   1,50   triliun.
Atas   dasar   harga   berlaku,   nilai   PDRB   tahun   2012   tercatat   senilai   Rp.
3,32 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang senilai Rp. 3,01
triliun.
Secara   sektoral   perlambatan  pertumbuhan  ekonomi   pada   triwulan
IV 2014 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan dua sektor ekonomi
utama Sulut yaitu sektor  Pertanian dan Sektor Perdagangan Hotel dan
Restoran.
B.

STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Perekonomian Minahasa Selatan tahun 2014 tumbuh sebesar 6,31

persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Penyediaan
Akomodasi   dan   makan   minum   merupakan   lapangan   usaha   yang

mengalami   pertumbuhan   tertinggi   sebesar   10,86   persen,   diikuti   oleh
Pengadaan   listrik,   Gas   dan   Produksi   Es   sebesar   10,47   persen   dan
Transportasi dan pergudangan sebesar 10,40 dan persen sepeda motor
12,29  persen dan konstruksi 11,46 persen. Masih didominasi oleh tiga
lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 22,08
persen, Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi mobil 12,29 persen dan
konstruksi 11,46 persen. 
Bila   dilihat   dari   penciptaan   sumber   pertumbuhan   ekonomi
Minahasa Selatan tahun 2014, Perdagangan Besar dan eceran: Reparasi
Mobil dan sepeda Motor memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar
1,15   persen,   diikuti   transportasi   dan   Pergudangan   dan   Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan masing­masing sebesar 0,84 dan 0,76 persen.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-4

C. KEMISKINAN
Tingkat Kemisikinan Kabupaten Minahasa Selatan  pada September

2014  ini  secara   year   to   year   (September   2013   ke   September   2014)
mengalami penurunan,  demikian  juga   jika  dibandingkan   dengan  Maret
2014 tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan juga mengalami
penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
September 2014 diketahui bahwa tingkat kemiskinan Minahasa Selatan
pada   September   2014   sebesar   8,26   persen   atau   sebanyak   197,56   ribu
jiwa.  Sementara data September 2013 menunjukkan tingkat kemskinan
Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 8,75 persen atau atau 208.23 ribu
jiwa.   Dengan   kata   lain   jika   dibandingkan   dengan   September   2013
persentase   penduduk   miskin   berkurang   0,24   persentase   penduduk
miskin   berkurang   0,49   persen   atau   secara   absolute   telah   terjadi
penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 10,7 ribu jiwa. 
Penduduk miskin di Minahasa Selatan  masih didominasi penduduk
di daerah perdesaan. Dari 197.56 ribu jiwa penduduk miskin 2014 pada
September 2014 sebanyak  137,48 ribu jiwa tinggal di daerah perdesaan.
Dan diperkotaan hanya juga   60,08 ribu jiwa. Jumlah itu juga member
arti   bahwa   diperkotaan   tingkat   kemiskinan   sebesar   5,57   persen
sedangkan di perdesaan 10,47 persen.
Tingkat   kemiskinan   Kabupaten   Minahasa   Selatan   pada   periode
Maret­September   2014,   terjadi   kenaikan   di   daerah   urban   (perkotaan)

sebesar 0,06 persen atau secara absolute jumlah penduduk miskin naik
sebanyak 0,9 ribu jiwa, sedangkan didaerah rural (perdesaan) mengalami
penurunan sebesar 0,94 persen atau secara absolute jumlah penduduk
miskin turun sebanyak 11,6 ribu jiwa. 
Pada       periode   tahun   September   2011­   September   2014   tingkat
kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan selalu dibawah angka nasional.
Secara trend pada periode September 2012 – Maret 2014 menunjukkan

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-5

kenaikan   angka   kemiskinan   di   Kabupaten   Minahasa   Selatan     tetapi
dengan angka kenaikan yang realatif kecil.
Besar   kecilnya   jumlah  penduduk     miskin   sangat   dipengaruhi   oleh
garis   kemiskinan,   karena   penduduk   miskin   adalah   penduduk   yang
memiliki   rata­rata   pengeluaran   perkapita   perbulan   dibawah   garis
kemiskinan.   Semakin   tinggi   garis   kemiskinan,   semakin   banyak
penduduk   yang   tergolong   sebagai   penduduk   miskin   jika   tidak   terjadi

peningkatan pendapatan. 
Garis   kemiskinan   naik   sebesar   5.412   atau   2,07   persen   yaitu   dari
261.117 perkapita perbulan pada maret 2014 menjadi 266.528 perkapita
perbulan pada September 2014. 
Penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis
chronic   poor)   dan   miskin   sementara   (transient   poor).   Miskin   kronis
adalah   penduduk   miskin   yang   berpenghasilan   jauh   dibawah   garis
kemiskinan dan biasa tidak memilik akses yang cukup terhadap sumber
daya   ekonomi,   sedangkan   miskin   sementara   adalah   penduduk   miskin
yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan
dalam   ekonomi,   kondisi   penduduk   yang   termasuk   kategori   miskin
sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk
tidak miskin.  
Besar   kecilnya   jumlah   penduduk   miskin   sangat   dipengaruhi   oleh
garis   Kemiskinan,   Karena   penduduk   miskin   adalah   penduduk   yang
memiliki   rata­rata   pengeluaran   per   kapita   per   bulan   dibawah   garis
kemiskinan.   Semakin   tinggi   garis   kemiskinan,   semakin   banyak
penduduk   yang   tergolong   sebagai   penduduk   miskin   jika   tidak   terjadi
peningkatan pendapatan.   


D. PENGANGGURAN

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-6

Struktur   ketenagakerjaan   Minahasa   Selatan   pada   Agustus   2014
menunjukkan   adanya   kenaikan   jumlah   angkatan   kerja,   jumlah
penduduk   bekerja,   dan   tingkat   penganggura.   Jumlah   angkatan   kerja
disbanding Agustus 2013 bertambah sebanyak 25 ribu orang. Hal serupa
terjadi   pada   penduduk   yang   bekerja,   pada   Agustus   2014   jika
dibandingkan   keadaan   Agustus   2013   mengalami   kenaikan   yaitu
sebanyak 9,7 ribu orang jika disbanding keadaan Agustus 2013.
Dalam setahun terakhir, besaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) tidak mengalami perubahan yang berarti.
Secara relatife angka pengangguran Minahasa Selatan menunjukkan
kenaikan dari 6,79 persen pada Agustus 2013 menjadi 7,54 persen pada
bulan   Agustus   2014.   Angka   pengangguran   Minahasa   Selatan   tersebut
berada   diatas   angka   penggangguran   nasional.   Pada   Agustus   2014
Tingkat   Pengangguran   Terbuka   nasional   sebesar   5,94   persen.   Jumlah
pengangguran   keadaan   bulan   Agustus   2014   sebesar   80,0   ribu   orang,
mengalami kenaikan sebanyak 9,7 ribu orang dari bulan Agustus 2013
namun   bila   dibandingkan   dengan   keadaan   Februari   2014   turun
sebanyak 4,2 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten
Minahasa Selatan selama tiga tahun terakhir  terus mengalami fluktuasi,
yaitu 7,91  persen  (Agustus 2012), turun menjadi 6,79 persen  (Agustus
2013) dan naik menjadi 7,54 persen.
Dilihat   perbandingan  desa   kota,  tingkat   pengangguran  lebih   tinggi
terjadi   diwilayah   perkotaan.   Sebanyak   10,11   persen   angkatan   kerja
diperkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara
dengan   49,1   ribu   orang.   Sedangkan   diperdesaan   (rural   area)   tingkat
pengangguran 5,37 persen atau 30,9 ribu orang. Dibandingkan Agustus
2013  jumlah pengangguran  di daerah perkotaan dan perdesaan terjadi
peningkatan. 
       E. INFLASI

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-7

 Perkembangan harga berbagai komoditi pada bulan Desember 2014
secara   umum   menunjukkan   adanya   kenaikan.  Kabupaten   Minahasa
Selatan  mengalami   inflasi   sebesar   3,83   persen   atau   terjadi   kenaikan
indeks   Harga   Konsumen   (IHK)   dari   114,23   di   bulan   November   2014
menjadi 118,61 di bulan Desember 9,67 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada semua kelompok
komoditas yaitu meliputi kelompok bahan makanan sebesar 9,31 persen;
kelompok   makanan   jadi,   minuman,   rokok   dan   tembakau   sebesar   0,70
persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar
1,42   persen;   kelompok   sandang   sebesar   1,16   persen,   kelompok
kesehatan   0,38   persen;   kelompok   pendidikan,   rekreasi   dan   olah   raga
sebesar 0,71 persen; kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan
sebesar 7,22 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit,
tomat   sayur,   angkutan   dalam   kota,   bensin,   semen,   tariff   listrik,   cabai
merah,   bawang   merah,   beras,   emas   perhiasaan,   mie,   paket   liburan,
angkutan antar kota, tariff parker, nasi dengan lauk, seng,  telur ayam
ras, bahan pelumas/oil, apel, pasta gigi, ekor kuning, angkutan udara,
bawang   putih,   kendaraan   carter/rental,   soto,   mujair,   kembang,   coklat
batang, blus, kakap putih, papaya, buncis dan lain­lain.
Semua kelompok memberikan sumbangan/andil inflasi pada bulan
Desember   2014   ini,   sehingga     tidak   ada   kelompok   yang   memberikan
sumbangan   deflasi.   Sumbangan   inflasi   masing­masing   kelompok   yaitu:
kelompok   bahan   makanan   sebesar   2,0136   persen;   makanan   jadi,
minuman,   rokok   dan   tembakau   sebesar   0,1157   persen;   kelompok
perumahan,   air,   listrik,   gas   dan   bahan   bakar   sebesar   0,4202   persen;
kelompok   kesehatan   sebesar   0,0155   persen;   kelompok   pendidikan,
rekreasi dan olahraga 0,0471 persen; kelompok tranpor, komunikasi dan
jasa keuangan sebesar 1,1571.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-8

Tingkat inflasi tahun kalender (Desember) 2014 adalah sama dengan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2014 terhadap Desember 2013)
masing­masing sebesar 9,67 persen. Sedangkan tingkat inflasi Desember
2014 terhadap November 2014 sebesar 3,83 persen.
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016
A.  Pertumbuhan Ekonomi 2016
Posisi strategis yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa Selatan menjadi
salah   satu   modal   utama   pendorong   pertumbuhan   ekonomi   dengan
menstimulus   faktor­faktor   yang   dapat   memperbesar   Pendapatan
Domestik   Regional   Bruto   (PDRB).   Namun   pertumbuhan   ekonomi
Kabupaten Minahasa Selatan tetap meningkat, dampaknya tampak pada
tahun   2010   terjadi   penurunan   dari   7,85%   tahun   2009   menjadi   7,12%
tahun 2010. Secara nasional terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi
sejak   tahun   2011   yang   dampaknya   juga   dirasakan   oleh   daerah.
Penurunan   pertumbuhan   ekonomi   terjadi   di   Kabupaten   Minahasa
Selatan   setelah   mencapai   pertumbuhan   tertinggi   8%   pada   tahun   2012
dengan Nasional. 
Pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami fluktuasi terutama dengan
adanya   gejolak   perekonomian   tahun   2009.   Secara   nasional   terjadi
penurunan   pertumbuhan   ekonomi   dari   6,06%   tahun   2008   menjadi
4,30%   pada   tahun   2009.   Namun   pertumbuhan   ekonomi   Kabupaten
Minahasa   Selatan   terus   meningkat.   Pengembangan   kawasan   strategis
cepat   tumbuh   baik   kawasan   minapolitan   dan   kawasan   agropolitan
menjadi basis pengembangan berbagai komoditi unggulan dan potensial
yang ada di Minahasa Selatan.   Secara riil perekonomian suatu daerah
dicerminkan   oleh   PDRB   per   kapita.   Keseimbangan   pertumbuhan
penduduk dan kapasitas produksi nasional menjadi salah satu masalah
utama   makro   ekonomi   suatu   perekonomian.   Perkembangan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2011­2013
dan prediksi tahun 2014­2016.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-9

          Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi  Tahun 2011­2013 
dan Prediksi Tahun 2014­2016
INDIKATOR
Pertumbuhan
Ekonomi (%)

TAHUN
2011

2012

2013

2014*

2015*

2016*

6,05

6,37

6,64

6,75

6,82

6,94

                       Sumber : BPS Kab. Minsel          
 Ket :  *  = prediksi
    
  

Pertumbuhan   ekonomi  Kabupaten   Minahasa   Selatan,   tahun   2011
mencapai 6,05%, sedangkan  tahun 2012 telah mencapai 6,37%    untuk
tahun 2013  mencapai  6,64% dan  prediksi  tahun 2014  terus meningkat
mencapai  6,75%  di   tahun   2015,   pertumbuhan   ekonomi   diprediksi
mencapai  6,82%  dan   di   tahun   2016,   pertumbuhan   ekonomi   diprediksi
mencapai 6,94%.   

B. Pengangguran
Masalah   pengangguran   merupakan   salah   satu   masalah   utama   makro
ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah. Masalah ini dapat
menimbulkan   masalah­masalah   sosial   lainnya   di   dalam   masyarakat.  Jika
tingkat   pengangguran   relatif   tinggi,   hal   tersebut   akan   menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita­citakan.  Hal ini
terjadi   karena   pengganguran   berdampak   negatif   terhadap   kegiatan
perekonomian
Pengangguran   selain   disebabkan   oleh   daya   serap   pasar   kerja   yang
sangat   terbatas,   juga   ketidakseimbangan   antara   permintaan   tenaga   kerja
dengan   tingkat   keahlian   yang   dibutuhkan   dan   kualitas   tenaga   kerja   yang
mencari pekerjaan. 
Fenomena pengangguran dilihat dari sisi suplly dan demand atau pasar
kerja   bersifat   kompleks   karena  disebabkan   oleh   banyak   faktor.   Tingkat

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-10

keahlian   dan   ketrampilan   pencari   kerja   menjadi   sangat   penting   terutama
mempersiapkan   Indonesia   menyambut   Masyarakat   Ekonomi   ASEAN   (MEA).
Pasar   tunggal   untuk   tenaga   kerja   profesional   menjadi   salah   satu   tujuan
utama   MEA.   Ini   menjadi   tantangan   bagi   pemerintah   daerah   untuk   ikut
mengambil bagian mempersiapkan tenaga kerja yang tidak hanya siap pakai
tapi memiliki ketrampilan dan keahlian.  
Tingkat   pengangguran   erat   kaitannya   dengan   ketimpangan,   sehingga
kondisi spasial suatu daerah mempengaruhi prilaku pencari kerja baik yang
ada   di   Kota   maupun   di   Desa.   Seperti   umumnya   di   Indonesia,   daerah
perkotaan (urban) di Kabupaten Minahasa Selatan memiliki daya tarik yang
menjadi   magnet   bagi   pencari   kerja.   Hal   ini   menyebabkan   disparitas   angka
pengangguran yang tinggi antara kota­desa  yakni 10,38 persen di kota dan
5,50 persen di desa. Perdesaan jauh lebih kecil karena para pencari kerja yang
masih muda mencari pekerjaan ke perkotaan dan menyisakan pencari kerja
buruh pertanian yang umumnya lebih tua di perdesaan. 
Tabel 3.2
Tingkat Pengangguran Tahun 2011­2013 dan Prediksi Tahun 2014­2016
TAHUN

INDIKATOR
Tingkat Penganguran
% Tingkat Penganguran

2011

2012

2013

2014*

2015*

2016*

5.716
6,13

6.790
7,54

6.032
6,69

5.322
5,90

4.612
5,11

3.902
4,32

Sumber : BPS Kab. Minsel     
Ket :  * = prediksi

Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda
pembangunan,     jumlah   dan   komposisi   tenaga   kerja   akan   terus   mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan.  Pada tahun
2011   jumlah   pengangguran   Kabupaten   Minahasa   Selatan   mencapai   5.716
orang (6,13%)  dan   tahun 2012  naik mencapai 6.790  orang  (7,54%),  tahun
2013 jumlah pengangguran turun mencapai 6.032 orang (6,69%), sedangkan
tahun   2014   sampai   tahun   2016   jumlah   pengangguran   diprediksi   mencapai
5.322   orang   (5.90%),   4.612   orang   (5,11%)   dan   3.902   orang   (4,32%).

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-11

Penurunan angka pengangguran tahun menunjukkan komitmen Pemerintah
Kabupaten   Minahasa   Selatan   dalam   mengurangi   pengangguran   telah
memperlihatkan   hasil   yang   signifikan.   Keberhasilan   ini   didukung   dengan
adanya   program   revitalisasi   pertanian   serta   berbagai   program   investasi
lainnya.     Diperkirakan   jumlah   pengangguran   akan   terus   mengalami
penurunan   pada   tahun   berikutnya   akibat   dari   peningkatan   pembangunan
ekonomi di Kabupaten Minahasa Selatan.

C. Kemiskinan 
Salah satu isu MDGs (Millenium Development Goals) adalah pengentasan
kemiskinan   dan   kelaparan   yang   ekstrim   (Eradicate   extreme   poverty   and
hunger). Tujuan yang diharapkan pada tahun 2015 adalah setengah proporsi
penduduk   memiliki   pendapatan   US   $   1   per   hari.   Ini   menjadi   perhatian
pemerintah   untuk   bisa   mencapai   target   yang   diinginkan   dengan   prioritas
pembangunan   yang   ditetapkan.  Persentase   jumlah   penduduk   miskin   di
Kabupaten   Minahasa   Selatan   mengalami   peningkatan   pada   tahun   2013
(8,50%). Sehingga target MDGs yang sudah tercapai pada tahun 2012 (7,64%)
menjadi perhatian penting di tahun 2015. 
Pola   perkembangan  penduduk   miskin  di   Kabupaten   Minahasa   Selatan
mengikuti  pola   jumlah  penduduk   miskin   tingkat   nasional  dengan   gap   yang
semakin lama semakin mengecil. Terdapat kecenderungan penurunan jumlah
penduduk miskin yang lebih tajam di tingkat nasional dibandingkan dengan
di tingkat Kabupaten Minahasa Selatan.
Garis   kemiskinan   terus   meningkat   setiap   tahunnya   menunjukkan
adanya   peningkatan   daya   beli   masyarakat   baik   untuk   makanan   dan   non
makanan.   Kontribusi   pengeluaran   anggota   rumahtangga   untuk   makanan
lebih besar dibandingkan dengan non makanan. 
Proporsi   penduduk   miskin   selalu   terbesar   di   perdesaan,   pada   tahun   2014
mencapai   70%   dan   hanya   30%   yang   berada   di   perkotaan.   Jika   dilihat
berdasarkan  kecamatan.   Kondisi   geografis   menentukan   jumlah   penduduk

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-12

miskin   yang   eksis   di   daerah   tersebut.   Pada   tahun   2014   jumlah   penduduk
miskin   di   Kabupaten   Minahasa   Selatan   adalah   yang   terendah   di   wilayah
Sulawesi  Utara. Bahkan terdapat 4 Kabupaten yang berada di atas nasional
yaitu   Kabupaten   Gorontalo,   Sulawesi   Tengah,   Sulawesi   Tenggara   dan
Sulawesi   Barat.   Masalah   kemiskinan   yang   sangat   kompleks   memerlukan
analisa   yang   lebih   dalam   untuk   mengatasi   atau   mengurangi   atau
mempercepat   penanggulangan   kemiskinan   yang   ada   di   tingkat   nasional
maupun   daerah.   Terdapat   multidimensi   kemiskinan   sesuai   dengan
penyebabnya,   bahkan     terdapat   juga   kelompok   masyarakat   miskin,   rentan
miskin dan sangat miskin. Masing­masing bentuk kemiskinan membutuhkan
kebijakan yang berbeda untuk mengangkat mereka dari kemiskinan di masa
yang  akan datang.  Perkembangan tingkat  Kemiskinan  Kabupaten  Minahasa
Selatan 2011­2013 dan prediksi tahun 2014­ 2016.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2011­2013 & Prediksi Tahun 2014­2016
INDIKATOR
Persentase
Penduduk 
Miskin 

TAHUN
2011

2012

2013

2014*

2015*

2016*

8,38

7,35

8,55

8,92

8,51

8,17

Sumber : BPS Kab. Minsel 
Ket : *  = prediksi

D.  Inflasi 

Pemerintah   daerah   harus   mampu  mengendalikan   harga   barang
dan   jasa   yang   menjadi   salah   satu   indicator   keberhasilan   kebijakan.
Sejak   tahun   2008   pemerintah   Minahasa   Selatan   sudah   mampu
menekan tingkat inflasi di bawah 2 digit. Menunjukkan bahwa selang
10 tahun terakhir Kabupaten Minahasa Selatan 3 kali memiliki tingkat
inflasi lebih tinggi dari nasional yaitu pada tahun 2005 sebesar 18,73
persen tahun 2011 sebesar 5,67 persen inflasi terendah di Kabupaten
Minahasa Selatan terjadi tahun 2011 hanya mencapai 0,96 persen.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-13

Harga   cenderung   berfluktuasi   sehingga   tingkat   inflasi   juga
menjadi   sangat   berfluktuasi.   Penurunan   yang   tajam   tampak   terjadi
pada tahun 2006 dan 2009 sesuai dengan kondisi perekonomian saat
itu.   Jika   dilihat   dari   trend   perkembangan   inlasi   selang     10   tahun
terakhir, menunjukkan bahwa pola fluktuasi inflasi lebih elatis ditingkat
nasional disbanding di Kabupaten Minahasa Selatan. Ini menunjukkan
bahwa   beberapa   kebijakan   harga   ditentukan   di   tingkat   pusat   dan
daerah   menyesuaikan   dengan   kondisi   yang   ada.   Sampai   saat   ini
pengaruh harga BBM menjadi salah satu penentu fluktuasi harga dan
atau   flutuasi   inflasi   di   Indonesia.   Kontribusi   komoditi   makanan
penyumbang   inflasi   terbesar   khusus   untuk   Kabupaten   Minahasa
Selatan adalah cabe rawit. 
3.2.  Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.1.

Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
A.

Proyeksi Pendapatan Daerah
Hasil   analisis   kondisi   ekonomi   daerah   dan   kajian   terhadap
tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Minahasa Selatan
tahun 2016, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber
pendapatan

daerah

yang

dituangkan

kedalam

tabel

Realisasi

dan

Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut :
Tabel 3.4. Realisasi 2013­2014 dan Proyeksi 2015­2016  Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No
 
1
1,1
1,2
1,3
1,4

Uraian
 
Pendapatan Asli 
Daerah
Pendapatan Pajak 
Daerah
Hasil Retribusi 
Daerah
Hasil Kekayaan 
Daerah yang 
dipisahkan
Lain­lain 
Pendapatan Asli 
Daerah yang Sah

2016

Realisasi 2013 (Rp)
 

Proyeksi/Target
pada 2015

Realisasi 2014
 

 

Proyeksi/Targe
pada 2016
 

 14.406.092.809,00 

 26.137.234.620,00 

 32.567.773.521,00 

 32.567.773.521,0

 6.039.092.849,00 

 8.796.148.283,00 

 8.951.129.640,00 

 8.951.129.640,0

 1.896.320.372,00 

 1.989.213.244,00 

 2.714.335.676,00 

 2.714.335.676,0

 436.261.651,00 

 386.949.227,00 

 353.475.045,00 

           6.034.417.93
7,00 

          14.964.923.86
6,00 

          20.548.833.16
0,00 

 353.475.045,00

          20.548.833
0,00 

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-14

 2
2,1
2,2
2,3

3
3,1

3.2
 3.3
3.4

3.5
A

Dana 
Perimbangan
Dana Bagi Hasil 
Pajak/Bagi Hasil 
Bukan Pajak
Dana Alokasi 
Umum
Dana Alokasi 
Khusus
Lain­Lain 
Pendapatan 
Daerah Yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Bagi Hasil 
Pajak Kabupaten 
dan dari 
Pemerintah 
Daerah lainnya
Dana penyesuian 
otonomi khusus
Dana Darurat
Bantuan 
Keuangan dari 
Provinsi atau 
Pemerintah 
Daerah Lainnya
Jumlah 
Pendapatan

B.

2016

 503.567.777.126,00 

 544.861.074.752,00 

 662.561.383.662,00 

 20.083.544.126,00 

 15.145.859.752,00 

 14.943.418.662,00 

 435.848.663.000,00 

 476.105.045.000,00 

 494.327.305.000,00 

 494.327.305.000,

 47.635.570.000,00 

 53.610.170.000,00 

 153.290.660.000,00 

 153.290.660.000,

 86.641.099.473,00 

 113.373.412.129,00 

 174.464.320.052,00 

 174.464.320.052,

 14.834.521.473,00 

­
 14.145.787.129,00 

­
 14.238.271.052,00 

 71.806.578.000,00 

 95.658.825.000,00 

 152.931.089.000,00 
7.294.960.000,00

 662.561.383.662,

 14.943.418.662,0

­
 14.238.271.052,0

 152.931.089.000,

7.294.960.000,0

3.568.800.000,00

604.614.969.408,00 684.371.721.501,00 869.593.477.235,00 869.593.477.235

Kebijakan Pendapatan Daerah
Dalam upaya meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah,
khususnya   Pendapatan   Asli   Daerah   (PAD)   Kabupaten   Minahasa
Selatan   untuk   tahun   2016,   rencana   penerimaan   mengacu   pada
realisasi   tahun   2013  dan   prediksi   perkembangan   potensi
penerimaan selang tahun 2014.   Dari sumber­sumber pendapatan
asli daerah yang sudah dikelola selama ini, ada beberapa sumber
pendapatan   yang   perlu   dioptimalkan   penerimaannya   dengan
meningkatkan   kuantitas   dan   jangkauan   pelayanan,   kualitas
pelayanan   serta   peningkatan   penegakan   peraturan   perundang­
undangan   yang   berlaku   dengan   tetap   memperhatikan   dampak­
dampak yang mungkin berpengaruh terhadap sendi perekonomian
masyarakat. 
Berkaitan   dengan   rencana   peningkatan   pendapatan   daerah
kebijakan pengelolaan pendapatan daerah sesuai dengan peraturan
perundangan melalui : Intensifikasi Penerimaan Pajak Daerah dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-15

Retribusi Daerah, Peningkatan penerimaan lain­lain PAD yang sah,
serta   Peningkatan   Dana   Perimbangan.  Kebijakan   pengembangan
sumber pendapatan daerah tersebut diarahkan untuk :
a. Meningkatkan PAD melalui jenis penerimaan Pajak Daerah yang
meliputi   sumber   penerimaan   yang   telah   ditetapkan   dalam
Undang­Undang   dan   yang   telah   dikembangkan   berdasarkan
ruang   lingkup   kewenangan   Kabupaten   melalui   Peraturan
Daerah,   dengan   meningkatkan   jangkauan   dan   kualitas
pelayanan   kepada   Wajib   Pajak   dan   intensifikasi   pemungutan
Pajak Daerah.
b. Meningkatkan   penerimaan   PAD   dari   sektor   Retribusi   Daerah
melalui peningkatan pelayanan pada semua unit kerja penyedia
layanan publik yang berhubungan langsung dengan masyarakat
pengguna jasa / layanan yang menghasilkan Retribusi Daerah.
c. Meningkatkan   pengelolaan   sumber   daya   daerah   yang
menghasilkan Retribusi Daerah. 
d. Meningkatkan pengelolaan potensi sumber Lain­lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah berdasarkan kewenangan Kabupaten.
e. Mengoptimalkan   pendayagunaan   Badan   Usaha   Milik   Daerah
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.
f.   Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Kecamatan dan
dalam   peningkatan   penerimaan   PAD   yang   berimplikasi   pada
bagi hasil Pajak Daerah.
g. Sosialisasi   dan  public   relationship  untuk   meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar jenis­jenis
pajak daerah dan retribusi daerah.
h. Peningkatan   sarana   dan   prasarana   /   fasilitas   dan   pelayanan
umum yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
manfaat membayar pajak daerah dan retribusi daerah.
i. Mengembangkan   sistim   evaluasi   pelayanan   prima   dengan
melakukan   survei   kepuasan   masyarakat   terhadap   layanan
publik yang diberikan.
j.   Melanjutkan dan meningkatkan pengelolaan keuangan daerah
sesuai   ketentuan   yang   berlaku,   yang   juga   berimplikasi   pada
penerimaan penghargaan dari pemerintah pusat berupa insentif.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-16

Disamping kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah   diperlukan   juga   upaya­upaya   untuk   mendukung   target­
target pendapatan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan jangkauan pelayanan Pajak Daerah.
Penambahan/pembukaan   17   (tujuhbelas)   Kecamatan   pada
Kabupaten/Kota   pemekaran   di   akhir   tahun   2011
memaksimalkan penerimaan PAD dari jenis Pajak Daerah dalam
dua   tahun   terakhir   akan   lebih   intens   lagi   menambah   target
pendapatan tahun 2015, selain untuk mendekatkan pelayanan
kepada   masyarakat   Wajib   Pajak   hingga   ke   pelosok   wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan.
b. Peningkatan kualitas pelayanan Pajak Daerah.
Pelayanan   kepada   Wajib   Pajak   Daerah   terus   ditingkatkan
dengan membenahi
mekanisme   pelayanan   serta   meningkatkan   sarana   dan
prasarana penunjang.
c. Peningkatan pengawasan pengelolaan Pajak Daerah.
Meningkatkan   pengawasan   melekat   terhadap   sistim   dan
aparatur   pelaksana   pemungutan   Pajak   Daerah   yang   dapat
mempertahankan/   meningkatkan   kepercayaan   masyarakat
Wajib Pajak terhadap pengelolaan Pajak Daerah yang transparan
dan akuntabel.
d. Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah.
Intensifikasi   penerimaan   Pajak   Daerah   dilakukan   dengan
pendekatan   persuasif   dalam   bentuk   sosialisasi,   inventarisasi
dan   pemungutan   langsung   yang   bekerja   sama   dengan
Pemerintah   tingkat   Kecamatan   dan   Desa/Kelurahan,   serta
pendekatan   represif   dalam   bentuk   razia/penertiban   yang
didukung oleh pihak Kepolisian Daerah.
e. Sosialisasi dan Publik Relationship.
Upaya   sosialisasi   melalui   kegiatan   pertemuan   umum   maupun
melalui   media   cetak   dan   elektronik   ditujukan   untuk
meningkatkan   kesadaran   masyarakat   tentang   kewajiban
membayar   Pajak   Daerah   sekaligus   manfaat   pengelolaan   Pajak
Daerah,   selain   itu   upaya   sosialisasi   ditujukan   untuk   aparatur
Pemerintah   terutama   pada   tingkat   Kecamatan   dan

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-17

f.

g.

h.

i.

Desa/Kelurahan tentang manfaat dari kerja sama pemungutan
Pajak   Kabupaten   yang   berimplikasi   terhadap   Bagi   Hasil   yang
juga   turut   berkontribusi   bagi   Pendapatan   Daerah   di
Kabupaten/Kota.
Peningkatan Fungsi Koordinasi Pengelolaan Pendapatan Daerah.
Mengoptimalkan   fungsi   Rapat­Rapat   Koordinasi   dan   Evaluasi
Pengelolaan   Pendapatan   Daerah   sebagai   forum   komunikasi
upaya­upaya   pencapaian   target   Pendapatan   Daerah   sesuai
peran   dan   tupoksi   masing­masing   SKPD/unit   kerja   yang
berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah.
Penyesuaian tarif retribusi.
Menginventarisir, menganalisis tarif jenis retribusi tertentu yang
sudah layak disesuaikan dengan memperhitungkan daya bayar
masyarakat   wajib   retribusi   serta   dampaknya   terhadap
perekonomian masyarakat termasuk investasi.
Optimalisasi sumber pendapatan lain­lain PAD yang sah.
Memaksimalkan   penerimaan   dari   pengelolaan   sumber   daya
milik daerah yang berpotensi menghasilkan pendapatan sebagai
salah satu sumber pendapatan dalam struktur APBD.
Meningkatkan   koordinasi   pengelolaan   Dana   Bagi   Hasil   Pajak
dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak.
Keterlibatan aktif dalam koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil
Pajak   dan   Dana   Bagi   Hasil   Bukan   Pajak   untuk   kelancaran
penerimaan dana dimaksud yang turut berkontribusi terhadap
APBD, lebih khusus untuk Dana  Bagi Hasil Bukan Pajak dari
Cukai   Hasil   Tembakau   yang   baru   mulai   dikelola   pada   akhir
tahun 2011.

3.2.2.

Arah Kebijakan Belanja  Daerah
Kebijakan   Belanja   Daerah   Kabupaten   Minahasa   Selatan   untuk
tahun   2016    diarahkan   pertama   untuk   memenuhi   kebutuhan   pada
pelayanan   dasar   seperti   pendidikan,   kesehatan,  social,  infrastruktur,
perikanan/kelautan, pertanian, pariwisata  dan lain­lain yang bertujuan
untuk kesejahteraan masyrakat dan peningkatan perekonomian daerah
yang mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan daerah.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-18

Berdasarkan   hasil   analisis   dan   perkiraan   sumber­sumber
pendapatan   daerah   dan   realisasi   serta   proyeksi   pendapatan   daerah
dalam   2   (dua)   tahun   terakhir,  arah   kebijakan   yang   terkait   dengan
belanja daerah, serta target penerimaan dan pengeluaran pembiayaan,
selanjutnya dituangkan dalam format tabel sebagai berikut :
Tabel 3.5.  Realisasi 2013­2014 dan Proyeksi 2015­2016 Belanja Daerah 
Kabupaten Minahasa Selatan

NO
1.

URAIAN
Belanja

 

REALISASI 2013

REALISASI 2014

PROYEKSI 2015

PROYEKSI 2016

317.941.217.539,

365.641.722.804,

386.047.678.302,

429.047.878.302,

00

00

00

00

Tidak

Langsung
2.

Belanja Pagawai

3.

Belanja Bunga

­

­

­

4.

Belanja Subsidi

­

­

­

5.

Belanja Hibah

6.763.500.000,00

7.200.000.000,00

28.958.008.960,0

32.958.008.960,0

0

0

6.

Belanja

 

Bantuan

9.045.000.000,00

8.444.000.000,00

16.418.907.480,0

28.500.693.240,0

71.866.506.632,0

75.866.506.632,0

0

0

0

0

230.246.718,00

278.246.718,00

Sosial
7.

Belanja   Bagi   Hasil
Kepada
Kabupaten/Kota   dan
Pemerintah Desa

8.

Belanja

 

Keuangan

Bantuan
 

Kepada

Kabupaten/Kota,
Pemerintah   Desa   dan
Partai Politik
9.

Belanja Tidak Terduga
Jumlah

 

Belanja

Tidak Langsung

30.000.000,00
350.198.625.01

409.786.416.04

487.102.440.61

538.150.640.61

9,00

4,00

2,00

2,00

28.409.745.754,0

18.466.378.600,0

17.166.471.200,0

19.266.471.200,0

0

0

0

0

Belanja Langsung
1.

Belanja Pegawai

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-19

2.

Belanja   Barang   dan

80.166.758.842,0

127.961.040.799,

0

38

Jasa
3.

Belanja Modal

Jumlah

 

Belanja

102.467.563.469,

132.953.173.803,

00

00

211.044.068.065,00279.380.593.202

 

BELANJA

3.2.3.

189.721.635.365,

00
197.991.180
.114,00

199.991.580.11
4,00

392.979.286.
679,00

408.979.686.679

,38

Langsung
TOTAL

177.821.635.365,

JUMLAH

561.242.693.084

00

,00

689.167.009.246

880.081.727.291

947.130.327.291

,38

,00

,00

,00

Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
A.

Kebijakan Pembiayaan Daerah 
Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan setiap
penerimaan   yang   perlu   dibayar   kembali   dan/atau   pengeluaran
yang   akan   diterima   kembali,   baik   pada   tahun   anggaran   yang
bersangkutan   maupun   pada   tahun­tahun   anggaran   berikutnya.
Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari :
1. Penerimaan   pembiayaan   bersumber   dari   Sisa   Lebih
Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah   yang   Dipisahkan;   Penerimaan   Pinjaman   Daerah;
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang
Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi)
Daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana
Cadangan;   Penyertaan   Modal   Pemerintah   Daerah   pada
Perusahaan   Daerah;   Pembayaran   Pokok   Utang;   Pemberian
Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
Berjalan (SILPA).
Sisa  pembiayaan APBD Kabupaten Minahasa Selatan tahun pada
2014 adalah penerimaan  pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu Sebesar Rp. 61.970.828.220,00.

2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-20

Hasil   analisis   dan   perkiraan   sumber­sumber   penerimaan
pembiayaan   daerah   dan   realisasi   serta   proyeksi   penerimaan   dan
pengeluaran   pembiayaan   daerah   dalam   2   (dua)   tahun   terakhir,
proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun
rencana   dalam   rangka   perumusan   arah   kebijakan   pengelolaan
pembiayaan   daerah   disajikan   dalam   bentuk   tabel   dengan   format
sebagai berikut :
Tabel   3.6.   Realisasi   2013­2014   dan   Proyeksi   2015­2016
Pembiayaan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan

No

1
3.1

3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4

3.1.5
3.1.6
 
 
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
 

2016

Jenis
Penerimaan dan
pengeluaran
pembiayaan
Daerah
2
Penerimaan 
Pembiayaan
sisa lebih 
perhitungan 
anggaran tahun 
sebelumnya 
(SILPA)
Pencairan Dana 
Cadangan
Hasil penjualan 
kekayaan daerah
yang dipisahkan
Penerimaan 
Pinjaman daerah
Penerimaan 
kembali 
pemberian 
pinjaman
Penerimaan 
piutang
JUMLAH 
PENERIMAAN 
PEMBIAYAAN 
 
Pengeluaran 
pembiayaan 
Pembentukan 
dana cadangan
penyertaan 
modal investasi 
daerah
Pembayaran 
utang pokok
Pemberian 
pinjaman daerah
 

Jumlah

Realisasi 2013
4

Proyeksi
2015
6

Realisasi 2014
5

Proyeksi
2016
7

 

 

 

 

31.105.167.165,00

61.970.828.220,00

35.655.262.3
39,00

35.655.262.3
39,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

31.105.167.165,00

61.970.828.220,00

35.655.262.3
39,00

35.655.262.3
39,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
 
 

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-21

 
 

 

2016

JUMLAH 
PENGELUARAN 
PEMBIAYAAN
 
JUMLAH 
PEMBIAYAAN   
NETTO

 

 

 

 

61.970.828.220,0
0

54.528.353.289,6
2

24.197.657.2
83,00

24.197.657.2
83,00

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-22