Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 3
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Dalam rangka memahami arah kebijakan ekonomi daerah yang
menjadi acuan dalam perumusan rencana Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016 maka pada bagian ini
diuraikan gambaran tentang realisasi ekonomi makro tahun 2014,
perkiraan pada tahun 2016, dan target yang akan dicapai pada tahun
2016 dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro
nasional serta kebijakan pemerintah pusat dalam bidang perekonomian.
Prospek perekonomian Minahasa Selatan tahun 2016 akan
dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian nasional yang tidak
terlepas dari keadaan perekonomian dunia. Perkembangan ekonomi
global berpengaruh cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup
berat, perekonomian Amerika Serikat (AS) pada pertengahan tahun
2014 mulai membaik. Namun demikian perekonomian beberapa Negara
maju lainnya belum menunjukkan perbaikan secara memadai.
Pemulihan Kawasan Eropa masih lambat, pertumbuhan ekonomi
Tiongkok terus menurun, dan ekonomi Jepang masih mengalami resesi.
Dalam periode yang sama penurunan permintaan dunia diikuti oleh
penurunan harga komoditas internasional, termasuk harga minyak
dunia yang turun dengan tajam. Perekonomian Indonesia juga
dihadapkan pada makin sulitnya likuiditas dunia sejalan dengan
kebijakan pengurangan/penghentian pembelian obligasi (tapering off)
yang dilakukan oleh Bank Sentral AS. Dengan perkembangan ini, pada
tahun 2014 perekonomian global hanya tumbuh 3,4 persen, namun
dengan didorong oleh makin baiknya perekonomian AS, negara maju
lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi
global diperkirakan akan terus membaik, dan tumbuh sebesar 3,5
persen.
Sejalan dengan pergerakan perekonomian global, pertumbuhan
ekonomi nasional pada tahun 2014 melambat menjadi 5,1 persen di
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-1
tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang besarnya 5,8
persen. Dari sisi eksternal perlambatan tersebut disebabkan oleh
turunnya permintaan dunia, turunnya harga komoditas internasional,
dan kebijakan pemerintah terkait dengan pembatasan ekspor mineral
mentah. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut
disebabkan oleh investasi yang masih tumbuh rendah yang diantaranya
disebabkan oleh turunnya harga komoditas global, dan juga adanya
penghematan anggaran pengeluaran pemerintah. Namun demikian,
meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup
tinggi disbanding beberapa negara lainnya, yang terutama didukung
oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi.
Di tingkat nasional, jika dilihat dari sisi stabilitas, inflasi pada
tahun 2014 mendapat tekanan yang tinggi dari barang yang harganya
ditetapkan oleh Pemerintah (administered prices) dan bahan pangan
yang harganya bergejolak (volatile food). Inflasi tahun 2014 tercatat
sebesar 8,36 persen (yoy), berada di atas sasaran inflasi yang telah
ditetapkan sebesar 4,5±1 persen. Namun demikian, inflasi tersebut
masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2013 yang
besarnya 8,38 persen. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh
adanya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak gejolak
harga pangan domestik pada akhir tahun 2014.
Kenaikan harga BBM bersubsidi secara signifikan telah
mendorong kenaikan harga secara umum, baik disebabkan oleh
dampak langsung maupun dampak lanjutan (second round effect).
Selain BBM, penyesuaian harga barang administered lainnya juga
terjadi sepanjang 2014, seperti TDL dan LPG. Namun, inflasi inti tetap
terkendali 4,93 persen (yoy). Terkendalinya inflasi pada tahun 2014
tidak terlepas dari semakin membaiknya koordinasi kebijakan
pengendalian inflasi antara Pemerintah (baik pusat maupun daerah)
dengan Bank Indonesia. Dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun
2014, terjadi penurunan inflasi yang cukup besar. Jika pada triwulan
sebelumnya inflasi tahunan menembus angka 8,36 persen di bulan
Desember 2014 (yoy), maka pada triwulan I tahun 2015 inflasi berada
pada posisi 6,38 persen di bulan Maret 2015 (yoy).
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-2
Penurunan inflasi ini merupakan dampak dari penurunan harga
minyak dunia yang berimbas pada penurunan harga bahan bakar
minyak (BBM) sebanyak 2 (dua) kali di bulan Januari 2015. Penurunan
harga BBM telah mendorong penurunan hargaharga khususnya
transportasi dan bahan makanan. Hal ini berimbas pada terjadinya
deflasi di bulan Januari dan Februari 2015 masingmasing sebesar 0,24
persen dan 0,36 persen. Namun demikian, pada bulan Maret 2015
kembali terjadi dua kali kenaikan harga BBM yang berimbas pada
tingkat inflasi menjadi 0,17 persen (mtm), hal ini masih berada pada
batasan tingkat inflasi yang terkendali.
Pada tahun 2016 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Minahasa Selatan akan positif atau sesuai dengan target yang
ditetapkan, apabila bebrapa asumsi makro dapat terjaga.
Kebijakan keuangan daerah tahun 2016 memberi gambaran
tentang realisasi pendapatan dan belanja tahun 2013, 2014 serta tahun
2015 juga target tahun 2016 yang meliputi pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah serta upayaupaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk mencapai target yang telah ditetapkan terutama
pendapatan asli daerah.
3.1.1.
KONDISI EKONOMI DAERAH TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN
TAHUN 2015
A.
PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2014
Perekonomian Minahasa Selatan tahun 2014 tumbuh sebesar 6,75
persen, memiliki pertumbuhan lebih lambat dibandingkan tahun 2013
yang tumbuh sebesar 6,64 persen. Nilai PDRB Minsel tahun 2014 atas
dasar harga berlaku mencapai Rp 3,77 triliun dan PDRB perkapita
mencapai Rp 18,54 juta. Realisasi PDRB tahun 2014 dan selanjutnya
menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008. Dari sisi produksi
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pertanian sebesar 30,31 persen.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-3
Ekonomi Minahasa Selatan tahun 2014 yang tumbuh 6,75 persen,
memiliki pertumbuhan agak melambat dibandingkan tahun 2012 yang
tumbuh sebesar 6,37 persen. Nilai PDRB Sulut tahun 2013 secara riil
(atas dasar harga konstan 2000) tercatat senilai Rp. 1,60 triliun, lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp. 1,50 triliun.
Atas dasar harga berlaku, nilai PDRB tahun 2012 tercatat senilai Rp.
3,32 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang senilai Rp. 3,01
triliun.
Secara sektoral perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan
IV 2014 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan dua sektor ekonomi
utama Sulut yaitu sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan Hotel dan
Restoran.
B.
STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Perekonomian Minahasa Selatan tahun 2014 tumbuh sebesar 6,31
persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Penyediaan
Akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,86 persen, diikuti oleh
Pengadaan listrik, Gas dan Produksi Es sebesar 10,47 persen dan
Transportasi dan pergudangan sebesar 10,40 dan persen sepeda motor
12,29 persen dan konstruksi 11,46 persen. Masih didominasi oleh tiga
lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 22,08
persen, Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi mobil 12,29 persen dan
konstruksi 11,46 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi
Minahasa Selatan tahun 2014, Perdagangan Besar dan eceran: Reparasi
Mobil dan sepeda Motor memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar
1,15 persen, diikuti transportasi dan Pergudangan dan Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan masingmasing sebesar 0,84 dan 0,76 persen.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-4
C. KEMISKINAN
Tingkat Kemisikinan Kabupaten Minahasa Selatan pada September
2014 ini secara year to year (September 2013 ke September 2014)
mengalami penurunan, demikian juga jika dibandingkan dengan Maret
2014 tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan juga mengalami
penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
September 2014 diketahui bahwa tingkat kemiskinan Minahasa Selatan
pada September 2014 sebesar 8,26 persen atau sebanyak 197,56 ribu
jiwa. Sementara data September 2013 menunjukkan tingkat kemskinan
Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 8,75 persen atau atau 208.23 ribu
jiwa. Dengan kata lain jika dibandingkan dengan September 2013
persentase penduduk miskin berkurang 0,24 persentase penduduk
miskin berkurang 0,49 persen atau secara absolute telah terjadi
penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 10,7 ribu jiwa.
Penduduk miskin di Minahasa Selatan masih didominasi penduduk
di daerah perdesaan. Dari 197.56 ribu jiwa penduduk miskin 2014 pada
September 2014 sebanyak 137,48 ribu jiwa tinggal di daerah perdesaan.
Dan diperkotaan hanya juga 60,08 ribu jiwa. Jumlah itu juga member
arti bahwa diperkotaan tingkat kemiskinan sebesar 5,57 persen
sedangkan di perdesaan 10,47 persen.
Tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan pada periode
MaretSeptember 2014, terjadi kenaikan di daerah urban (perkotaan)
sebesar 0,06 persen atau secara absolute jumlah penduduk miskin naik
sebanyak 0,9 ribu jiwa, sedangkan didaerah rural (perdesaan) mengalami
penurunan sebesar 0,94 persen atau secara absolute jumlah penduduk
miskin turun sebanyak 11,6 ribu jiwa.
Pada periode tahun September 2011 September 2014 tingkat
kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan selalu dibawah angka nasional.
Secara trend pada periode September 2012 – Maret 2014 menunjukkan
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-5
kenaikan angka kemiskinan di Kabupaten Minahasa Selatan tetapi
dengan angka kenaikan yang realatif kecil.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh
garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki ratarata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi
peningkatan pendapatan.
Garis kemiskinan naik sebesar 5.412 atau 2,07 persen yaitu dari
261.117 perkapita perbulan pada maret 2014 menjadi 266.528 perkapita
perbulan pada September 2014.
Penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis
chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis
adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh dibawah garis
kemiskinan dan biasa tidak memilik akses yang cukup terhadap sumber
daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin
yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan
dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin
sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk
tidak miskin.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh
garis Kemiskinan, Karena penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis
kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi
peningkatan pendapatan.
D. PENGANGGURAN
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-6
Struktur ketenagakerjaan Minahasa Selatan pada Agustus 2014
menunjukkan adanya kenaikan jumlah angkatan kerja, jumlah
penduduk bekerja, dan tingkat penganggura. Jumlah angkatan kerja
disbanding Agustus 2013 bertambah sebanyak 25 ribu orang. Hal serupa
terjadi pada penduduk yang bekerja, pada Agustus 2014 jika
dibandingkan keadaan Agustus 2013 mengalami kenaikan yaitu
sebanyak 9,7 ribu orang jika disbanding keadaan Agustus 2013.
Dalam setahun terakhir, besaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) tidak mengalami perubahan yang berarti.
Secara relatife angka pengangguran Minahasa Selatan menunjukkan
kenaikan dari 6,79 persen pada Agustus 2013 menjadi 7,54 persen pada
bulan Agustus 2014. Angka pengangguran Minahasa Selatan tersebut
berada diatas angka penggangguran nasional. Pada Agustus 2014
Tingkat Pengangguran Terbuka nasional sebesar 5,94 persen. Jumlah
pengangguran keadaan bulan Agustus 2014 sebesar 80,0 ribu orang,
mengalami kenaikan sebanyak 9,7 ribu orang dari bulan Agustus 2013
namun bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2014 turun
sebanyak 4,2 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten
Minahasa Selatan selama tiga tahun terakhir terus mengalami fluktuasi,
yaitu 7,91 persen (Agustus 2012), turun menjadi 6,79 persen (Agustus
2013) dan naik menjadi 7,54 persen.
Dilihat perbandingan desa kota, tingkat pengangguran lebih tinggi
terjadi diwilayah perkotaan. Sebanyak 10,11 persen angkatan kerja
diperkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara
dengan 49,1 ribu orang. Sedangkan diperdesaan (rural area) tingkat
pengangguran 5,37 persen atau 30,9 ribu orang. Dibandingkan Agustus
2013 jumlah pengangguran di daerah perkotaan dan perdesaan terjadi
peningkatan.
E. INFLASI
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-7
Perkembangan harga berbagai komoditi pada bulan Desember 2014
secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Kabupaten Minahasa
Selatan mengalami inflasi sebesar 3,83 persen atau terjadi kenaikan
indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,23 di bulan November 2014
menjadi 118,61 di bulan Desember 9,67 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada semua kelompok
komoditas yaitu meliputi kelompok bahan makanan sebesar 9,31 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,70
persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar
1,42 persen; kelompok sandang sebesar 1,16 persen, kelompok
kesehatan 0,38 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga
sebesar 0,71 persen; kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan
sebesar 7,22 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit,
tomat sayur, angkutan dalam kota, bensin, semen, tariff listrik, cabai
merah, bawang merah, beras, emas perhiasaan, mie, paket liburan,
angkutan antar kota, tariff parker, nasi dengan lauk, seng, telur ayam
ras, bahan pelumas/oil, apel, pasta gigi, ekor kuning, angkutan udara,
bawang putih, kendaraan carter/rental, soto, mujair, kembang, coklat
batang, blus, kakap putih, papaya, buncis dan lainlain.
Semua kelompok memberikan sumbangan/andil inflasi pada bulan
Desember 2014 ini, sehingga tidak ada kelompok yang memberikan
sumbangan deflasi. Sumbangan inflasi masingmasing kelompok yaitu:
kelompok bahan makanan sebesar 2,0136 persen; makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,1157 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,4202 persen;
kelompok kesehatan sebesar 0,0155 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga 0,0471 persen; kelompok tranpor, komunikasi dan
jasa keuangan sebesar 1,1571.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-8
Tingkat inflasi tahun kalender (Desember) 2014 adalah sama dengan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2014 terhadap Desember 2013)
masingmasing sebesar 9,67 persen. Sedangkan tingkat inflasi Desember
2014 terhadap November 2014 sebesar 3,83 persen.
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016
A. Pertumbuhan Ekonomi 2016
Posisi strategis yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa Selatan menjadi
salah satu modal utama pendorong pertumbuhan ekonomi dengan
menstimulus faktorfaktor yang dapat memperbesar Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Minahasa Selatan tetap meningkat, dampaknya tampak pada
tahun 2010 terjadi penurunan dari 7,85% tahun 2009 menjadi 7,12%
tahun 2010. Secara nasional terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi
sejak tahun 2011 yang dampaknya juga dirasakan oleh daerah.
Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi di Kabupaten Minahasa
Selatan setelah mencapai pertumbuhan tertinggi 8% pada tahun 2012
dengan Nasional.
Pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami fluktuasi terutama dengan
adanya gejolak perekonomian tahun 2009. Secara nasional terjadi
penurunan pertumbuhan ekonomi dari 6,06% tahun 2008 menjadi
4,30% pada tahun 2009. Namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Minahasa Selatan terus meningkat. Pengembangan kawasan strategis
cepat tumbuh baik kawasan minapolitan dan kawasan agropolitan
menjadi basis pengembangan berbagai komoditi unggulan dan potensial
yang ada di Minahasa Selatan. Secara riil perekonomian suatu daerah
dicerminkan oleh PDRB per kapita. Keseimbangan pertumbuhan
penduduk dan kapasitas produksi nasional menjadi salah satu masalah
utama makro ekonomi suatu perekonomian. Perkembangan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 20112013
dan prediksi tahun 20142016.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-9
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 20112013
dan Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
TAHUN
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
6,05
6,37
6,64
6,75
6,82
6,94
Sumber : BPS Kab. Minsel
Ket : * = prediksi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan, tahun 2011
mencapai 6,05%, sedangkan tahun 2012 telah mencapai 6,37% untuk
tahun 2013 mencapai 6,64% dan prediksi tahun 2014 terus meningkat
mencapai 6,75% di tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diprediksi
mencapai 6,82% dan di tahun 2016, pertumbuhan ekonomi diprediksi
mencapai 6,94%.
B. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah utama makro
ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah. Masalah ini dapat
menimbulkan masalahmasalah sosial lainnya di dalam masyarakat. Jika
tingkat pengangguran relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicitacitakan. Hal ini
terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian
Pengangguran selain disebabkan oleh daya serap pasar kerja yang
sangat terbatas, juga ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja
dengan tingkat keahlian yang dibutuhkan dan kualitas tenaga kerja yang
mencari pekerjaan.
Fenomena pengangguran dilihat dari sisi suplly dan demand atau pasar
kerja bersifat kompleks karena disebabkan oleh banyak faktor. Tingkat
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-10
keahlian dan ketrampilan pencari kerja menjadi sangat penting terutama
mempersiapkan Indonesia menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pasar tunggal untuk tenaga kerja profesional menjadi salah satu tujuan
utama MEA. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk ikut
mengambil bagian mempersiapkan tenaga kerja yang tidak hanya siap pakai
tapi memiliki ketrampilan dan keahlian.
Tingkat pengangguran erat kaitannya dengan ketimpangan, sehingga
kondisi spasial suatu daerah mempengaruhi prilaku pencari kerja baik yang
ada di Kota maupun di Desa. Seperti umumnya di Indonesia, daerah
perkotaan (urban) di Kabupaten Minahasa Selatan memiliki daya tarik yang
menjadi magnet bagi pencari kerja. Hal ini menyebabkan disparitas angka
pengangguran yang tinggi antara kotadesa yakni 10,38 persen di kota dan
5,50 persen di desa. Perdesaan jauh lebih kecil karena para pencari kerja yang
masih muda mencari pekerjaan ke perkotaan dan menyisakan pencari kerja
buruh pertanian yang umumnya lebih tua di perdesaan.
Tabel 3.2
Tingkat Pengangguran Tahun 20112013 dan Prediksi Tahun 20142016
TAHUN
INDIKATOR
Tingkat Penganguran
% Tingkat Penganguran
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
5.716
6,13
6.790
7,54
6.032
6,69
5.322
5,90
4.612
5,11
3.902
4,32
Sumber : BPS Kab. Minsel
Ket : * = prediksi
Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda
pembangunan, jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan. Pada tahun
2011 jumlah pengangguran Kabupaten Minahasa Selatan mencapai 5.716
orang (6,13%) dan tahun 2012 naik mencapai 6.790 orang (7,54%), tahun
2013 jumlah pengangguran turun mencapai 6.032 orang (6,69%), sedangkan
tahun 2014 sampai tahun 2016 jumlah pengangguran diprediksi mencapai
5.322 orang (5.90%), 4.612 orang (5,11%) dan 3.902 orang (4,32%).
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-11
Penurunan angka pengangguran tahun menunjukkan komitmen Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan dalam mengurangi pengangguran telah
memperlihatkan hasil yang signifikan. Keberhasilan ini didukung dengan
adanya program revitalisasi pertanian serta berbagai program investasi
lainnya. Diperkirakan jumlah pengangguran akan terus mengalami
penurunan pada tahun berikutnya akibat dari peningkatan pembangunan
ekonomi di Kabupaten Minahasa Selatan.
C. Kemiskinan
Salah satu isu MDGs (Millenium Development Goals) adalah pengentasan
kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim (Eradicate extreme poverty and
hunger). Tujuan yang diharapkan pada tahun 2015 adalah setengah proporsi
penduduk memiliki pendapatan US $ 1 per hari. Ini menjadi perhatian
pemerintah untuk bisa mencapai target yang diinginkan dengan prioritas
pembangunan yang ditetapkan. Persentase jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Minahasa Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2013
(8,50%). Sehingga target MDGs yang sudah tercapai pada tahun 2012 (7,64%)
menjadi perhatian penting di tahun 2015.
Pola perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Minahasa Selatan
mengikuti pola jumlah penduduk miskin tingkat nasional dengan gap yang
semakin lama semakin mengecil. Terdapat kecenderungan penurunan jumlah
penduduk miskin yang lebih tajam di tingkat nasional dibandingkan dengan
di tingkat Kabupaten Minahasa Selatan.
Garis kemiskinan terus meningkat setiap tahunnya menunjukkan
adanya peningkatan daya beli masyarakat baik untuk makanan dan non
makanan. Kontribusi pengeluaran anggota rumahtangga untuk makanan
lebih besar dibandingkan dengan non makanan.
Proporsi penduduk miskin selalu terbesar di perdesaan, pada tahun 2014
mencapai 70% dan hanya 30% yang berada di perkotaan. Jika dilihat
berdasarkan kecamatan. Kondisi geografis menentukan jumlah penduduk
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-12
miskin yang eksis di daerah tersebut. Pada tahun 2014 jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Minahasa Selatan adalah yang terendah di wilayah
Sulawesi Utara. Bahkan terdapat 4 Kabupaten yang berada di atas nasional
yaitu Kabupaten Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Barat. Masalah kemiskinan yang sangat kompleks memerlukan
analisa yang lebih dalam untuk mengatasi atau mengurangi atau
mempercepat penanggulangan kemiskinan yang ada di tingkat nasional
maupun daerah. Terdapat multidimensi kemiskinan sesuai dengan
penyebabnya, bahkan terdapat juga kelompok masyarakat miskin, rentan
miskin dan sangat miskin. Masingmasing bentuk kemiskinan membutuhkan
kebijakan yang berbeda untuk mengangkat mereka dari kemiskinan di masa
yang akan datang. Perkembangan tingkat Kemiskinan Kabupaten Minahasa
Selatan 20112013 dan prediksi tahun 2014 2016.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 20112013 & Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR
Persentase
Penduduk
Miskin
TAHUN
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
8,38
7,35
8,55
8,92
8,51
8,17
Sumber : BPS Kab. Minsel
Ket : * = prediksi
D. Inflasi
Pemerintah daerah harus mampu mengendalikan harga barang
dan jasa yang menjadi salah satu indicator keberhasilan kebijakan.
Sejak tahun 2008 pemerintah Minahasa Selatan sudah mampu
menekan tingkat inflasi di bawah 2 digit. Menunjukkan bahwa selang
10 tahun terakhir Kabupaten Minahasa Selatan 3 kali memiliki tingkat
inflasi lebih tinggi dari nasional yaitu pada tahun 2005 sebesar 18,73
persen tahun 2011 sebesar 5,67 persen inflasi terendah di Kabupaten
Minahasa Selatan terjadi tahun 2011 hanya mencapai 0,96 persen.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-13
Harga cenderung berfluktuasi sehingga tingkat inflasi juga
menjadi sangat berfluktuasi. Penurunan yang tajam tampak terjadi
pada tahun 2006 dan 2009 sesuai dengan kondisi perekonomian saat
itu. Jika dilihat dari trend perkembangan inlasi selang 10 tahun
terakhir, menunjukkan bahwa pola fluktuasi inflasi lebih elatis ditingkat
nasional disbanding di Kabupaten Minahasa Selatan. Ini menunjukkan
bahwa beberapa kebijakan harga ditentukan di tingkat pusat dan
daerah menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sampai saat ini
pengaruh harga BBM menjadi salah satu penentu fluktuasi harga dan
atau flutuasi inflasi di Indonesia. Kontribusi komoditi makanan
penyumbang inflasi terbesar khusus untuk Kabupaten Minahasa
Selatan adalah cabe rawit.
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.1.
Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
A.
Proyeksi Pendapatan Daerah
Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap
tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Minahasa Selatan
tahun 2016, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber
pendapatan
daerah
yang
dituangkan
kedalam
tabel
Realisasi
dan
Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut :
Tabel 3.4. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016 Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No
1
1,1
1,2
1,3
1,4
Uraian
Pendapatan Asli
Daerah
Pendapatan Pajak
Daerah
Hasil Retribusi
Daerah
Hasil Kekayaan
Daerah yang
dipisahkan
Lainlain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
2016
Realisasi 2013 (Rp)
Proyeksi/Target
pada 2015
Realisasi 2014
Proyeksi/Targe
pada 2016
14.406.092.809,00
26.137.234.620,00
32.567.773.521,00
32.567.773.521,0
6.039.092.849,00
8.796.148.283,00
8.951.129.640,00
8.951.129.640,0
1.896.320.372,00
1.989.213.244,00
2.714.335.676,00
2.714.335.676,0
436.261.651,00
386.949.227,00
353.475.045,00
6.034.417.93
7,00
14.964.923.86
6,00
20.548.833.16
0,00
353.475.045,00
20.548.833
0,00
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-14
2
2,1
2,2
2,3
3
3,1
3.2
3.3
3.4
3.5
A
Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana Alokasi
Umum
Dana Alokasi
Khusus
LainLain
Pendapatan
Daerah Yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Bagi Hasil
Pajak Kabupaten
dan dari
Pemerintah
Daerah lainnya
Dana penyesuian
otonomi khusus
Dana Darurat
Bantuan
Keuangan dari
Provinsi atau
Pemerintah
Daerah Lainnya
Jumlah
Pendapatan
B.
2016
503.567.777.126,00
544.861.074.752,00
662.561.383.662,00
20.083.544.126,00
15.145.859.752,00
14.943.418.662,00
435.848.663.000,00
476.105.045.000,00
494.327.305.000,00
494.327.305.000,
47.635.570.000,00
53.610.170.000,00
153.290.660.000,00
153.290.660.000,
86.641.099.473,00
113.373.412.129,00
174.464.320.052,00
174.464.320.052,
14.834.521.473,00
14.145.787.129,00
14.238.271.052,00
71.806.578.000,00
95.658.825.000,00
152.931.089.000,00
7.294.960.000,00
662.561.383.662,
14.943.418.662,0
14.238.271.052,0
152.931.089.000,
7.294.960.000,0
3.568.800.000,00
604.614.969.408,00 684.371.721.501,00 869.593.477.235,00 869.593.477.235
Kebijakan Pendapatan Daerah
Dalam upaya meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah,
khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Minahasa
Selatan untuk tahun 2016, rencana penerimaan mengacu pada
realisasi tahun 2013 dan prediksi perkembangan potensi
penerimaan selang tahun 2014. Dari sumbersumber pendapatan
asli daerah yang sudah dikelola selama ini, ada beberapa sumber
pendapatan yang perlu dioptimalkan penerimaannya dengan
meningkatkan kuantitas dan jangkauan pelayanan, kualitas
pelayanan serta peningkatan penegakan peraturan perundang
undangan yang berlaku dengan tetap memperhatikan dampak
dampak yang mungkin berpengaruh terhadap sendi perekonomian
masyarakat.
Berkaitan dengan rencana peningkatan pendapatan daerah
kebijakan pengelolaan pendapatan daerah sesuai dengan peraturan
perundangan melalui : Intensifikasi Penerimaan Pajak Daerah dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-15
Retribusi Daerah, Peningkatan penerimaan lainlain PAD yang sah,
serta Peningkatan Dana Perimbangan. Kebijakan pengembangan
sumber pendapatan daerah tersebut diarahkan untuk :
a. Meningkatkan PAD melalui jenis penerimaan Pajak Daerah yang
meliputi sumber penerimaan yang telah ditetapkan dalam
UndangUndang dan yang telah dikembangkan berdasarkan
ruang lingkup kewenangan Kabupaten melalui Peraturan
Daerah, dengan meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kepada Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutan
Pajak Daerah.
b. Meningkatkan penerimaan PAD dari sektor Retribusi Daerah
melalui peningkatan pelayanan pada semua unit kerja penyedia
layanan publik yang berhubungan langsung dengan masyarakat
pengguna jasa / layanan yang menghasilkan Retribusi Daerah.
c. Meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah yang
menghasilkan Retribusi Daerah.
d. Meningkatkan pengelolaan potensi sumber Lainlain Pendapatan
Asli Daerah yang sah berdasarkan kewenangan Kabupaten.
e. Mengoptimalkan pendayagunaan Badan Usaha Milik Daerah
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.
f. Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Kecamatan dan
dalam peningkatan penerimaan PAD yang berimplikasi pada
bagi hasil Pajak Daerah.
g. Sosialisasi dan public relationship untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar jenisjenis
pajak daerah dan retribusi daerah.
h. Peningkatan sarana dan prasarana / fasilitas dan pelayanan
umum yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
manfaat membayar pajak daerah dan retribusi daerah.
i. Mengembangkan sistim evaluasi pelayanan prima dengan
melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap layanan
publik yang diberikan.
j. Melanjutkan dan meningkatkan pengelolaan keuangan daerah
sesuai ketentuan yang berlaku, yang juga berimplikasi pada
penerimaan penghargaan dari pemerintah pusat berupa insentif.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-16
Disamping kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah diperlukan juga upayaupaya untuk mendukung target
target pendapatan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan jangkauan pelayanan Pajak Daerah.
Penambahan/pembukaan 17 (tujuhbelas) Kecamatan pada
Kabupaten/Kota pemekaran di akhir tahun 2011
memaksimalkan penerimaan PAD dari jenis Pajak Daerah dalam
dua tahun terakhir akan lebih intens lagi menambah target
pendapatan tahun 2015, selain untuk mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat Wajib Pajak hingga ke pelosok wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan.
b. Peningkatan kualitas pelayanan Pajak Daerah.
Pelayanan kepada Wajib Pajak Daerah terus ditingkatkan
dengan membenahi
mekanisme pelayanan serta meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang.
c. Peningkatan pengawasan pengelolaan Pajak Daerah.
Meningkatkan pengawasan melekat terhadap sistim dan
aparatur pelaksana pemungutan Pajak Daerah yang dapat
mempertahankan/ meningkatkan kepercayaan masyarakat
Wajib Pajak terhadap pengelolaan Pajak Daerah yang transparan
dan akuntabel.
d. Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah.
Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah dilakukan dengan
pendekatan persuasif dalam bentuk sosialisasi, inventarisasi
dan pemungutan langsung yang bekerja sama dengan
Pemerintah tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, serta
pendekatan represif dalam bentuk razia/penertiban yang
didukung oleh pihak Kepolisian Daerah.
e. Sosialisasi dan Publik Relationship.
Upaya sosialisasi melalui kegiatan pertemuan umum maupun
melalui media cetak dan elektronik ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban
membayar Pajak Daerah sekaligus manfaat pengelolaan Pajak
Daerah, selain itu upaya sosialisasi ditujukan untuk aparatur
Pemerintah terutama pada tingkat Kecamatan dan
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-17
f.
g.
h.
i.
Desa/Kelurahan tentang manfaat dari kerja sama pemungutan
Pajak Kabupaten yang berimplikasi terhadap Bagi Hasil yang
juga turut berkontribusi bagi Pendapatan Daerah di
Kabupaten/Kota.
Peningkatan Fungsi Koordinasi Pengelolaan Pendapatan Daerah.
Mengoptimalkan fungsi RapatRapat Koordinasi dan Evaluasi
Pengelolaan Pendapatan Daerah sebagai forum komunikasi
upayaupaya pencapaian target Pendapatan Daerah sesuai
peran dan tupoksi masingmasing SKPD/unit kerja yang
berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah.
Penyesuaian tarif retribusi.
Menginventarisir, menganalisis tarif jenis retribusi tertentu yang
sudah layak disesuaikan dengan memperhitungkan daya bayar
masyarakat wajib retribusi serta dampaknya terhadap
perekonomian masyarakat termasuk investasi.
Optimalisasi sumber pendapatan lainlain PAD yang sah.
Memaksimalkan penerimaan dari pengelolaan sumber daya
milik daerah yang berpotensi menghasilkan pendapatan sebagai
salah satu sumber pendapatan dalam struktur APBD.
Meningkatkan koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil Pajak
dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak.
Keterlibatan aktif dalam koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil
Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak untuk kelancaran
penerimaan dana dimaksud yang turut berkontribusi terhadap
APBD, lebih khusus untuk Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dari
Cukai Hasil Tembakau yang baru mulai dikelola pada akhir
tahun 2011.
3.2.2.
Arah Kebijakan Belanja Daerah
Kebijakan Belanja Daerah Kabupaten Minahasa Selatan untuk
tahun 2016 diarahkan pertama untuk memenuhi kebutuhan pada
pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, social, infrastruktur,
perikanan/kelautan, pertanian, pariwisata dan lainlain yang bertujuan
untuk kesejahteraan masyrakat dan peningkatan perekonomian daerah
yang mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan daerah.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-18
Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumbersumber
pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah
dalam 2 (dua) tahun terakhir, arah kebijakan yang terkait dengan
belanja daerah, serta target penerimaan dan pengeluaran pembiayaan,
selanjutnya dituangkan dalam format tabel sebagai berikut :
Tabel 3.5. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016 Belanja Daerah
Kabupaten Minahasa Selatan
NO
1.
URAIAN
Belanja
REALISASI 2013
REALISASI 2014
PROYEKSI 2015
PROYEKSI 2016
317.941.217.539,
365.641.722.804,
386.047.678.302,
429.047.878.302,
00
00
00
00
Tidak
Langsung
2.
Belanja Pagawai
3.
Belanja Bunga
4.
Belanja Subsidi
5.
Belanja Hibah
6.763.500.000,00
7.200.000.000,00
28.958.008.960,0
32.958.008.960,0
0
0
6.
Belanja
Bantuan
9.045.000.000,00
8.444.000.000,00
16.418.907.480,0
28.500.693.240,0
71.866.506.632,0
75.866.506.632,0
0
0
0
0
230.246.718,00
278.246.718,00
Sosial
7.
Belanja Bagi Hasil
Kepada
Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
8.
Belanja
Keuangan
Bantuan
Kepada
Kabupaten/Kota,
Pemerintah Desa dan
Partai Politik
9.
Belanja Tidak Terduga
Jumlah
Belanja
Tidak Langsung
30.000.000,00
350.198.625.01
409.786.416.04
487.102.440.61
538.150.640.61
9,00
4,00
2,00
2,00
28.409.745.754,0
18.466.378.600,0
17.166.471.200,0
19.266.471.200,0
0
0
0
0
Belanja Langsung
1.
Belanja Pegawai
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-19
2.
Belanja Barang dan
80.166.758.842,0
127.961.040.799,
0
38
Jasa
3.
Belanja Modal
Jumlah
Belanja
102.467.563.469,
132.953.173.803,
00
00
211.044.068.065,00279.380.593.202
BELANJA
3.2.3.
189.721.635.365,
00
197.991.180
.114,00
199.991.580.11
4,00
392.979.286.
679,00
408.979.686.679
,38
Langsung
TOTAL
177.821.635.365,
JUMLAH
561.242.693.084
00
,00
689.167.009.246
880.081.727.291
947.130.327.291
,38
,00
,00
,00
Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
A.
Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan setiap
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya.
Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari :
1. Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah;
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang
Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi)
Daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana
Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada
Perusahaan Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian
Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
Berjalan (SILPA).
Sisa pembiayaan APBD Kabupaten Minahasa Selatan tahun pada
2014 adalah penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu Sebesar Rp. 61.970.828.220,00.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-20
Hasil analisis dan perkiraan sumbersumber penerimaan
pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan daerah dalam 2 (dua) tahun terakhir,
proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun
rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan
pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format
sebagai berikut :
Tabel 3.6. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016
Pembiayaan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No
1
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
2016
Jenis
Penerimaan dan
pengeluaran
pembiayaan
Daerah
2
Penerimaan
Pembiayaan
sisa lebih
perhitungan
anggaran tahun
sebelumnya
(SILPA)
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil penjualan
kekayaan daerah
yang dipisahkan
Penerimaan
Pinjaman daerah
Penerimaan
kembali
pemberian
pinjaman
Penerimaan
piutang
JUMLAH
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Pengeluaran
pembiayaan
Pembentukan
dana cadangan
penyertaan
modal investasi
daerah
Pembayaran
utang pokok
Pemberian
pinjaman daerah
Jumlah
Realisasi 2013
4
Proyeksi
2015
6
Realisasi 2014
5
Proyeksi
2016
7
31.105.167.165,00
61.970.828.220,00
35.655.262.3
39,00
35.655.262.3
39,00
31.105.167.165,00
61.970.828.220,00
35.655.262.3
39,00
35.655.262.3
39,00
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-21
2016
JUMLAH
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
JUMLAH
PEMBIAYAAN
NETTO
61.970.828.220,0
0
54.528.353.289,6
2
24.197.657.2
83,00
24.197.657.2
83,00
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-22
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Dalam rangka memahami arah kebijakan ekonomi daerah yang
menjadi acuan dalam perumusan rencana Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016 maka pada bagian ini
diuraikan gambaran tentang realisasi ekonomi makro tahun 2014,
perkiraan pada tahun 2016, dan target yang akan dicapai pada tahun
2016 dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro
nasional serta kebijakan pemerintah pusat dalam bidang perekonomian.
Prospek perekonomian Minahasa Selatan tahun 2016 akan
dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian nasional yang tidak
terlepas dari keadaan perekonomian dunia. Perkembangan ekonomi
global berpengaruh cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup
berat, perekonomian Amerika Serikat (AS) pada pertengahan tahun
2014 mulai membaik. Namun demikian perekonomian beberapa Negara
maju lainnya belum menunjukkan perbaikan secara memadai.
Pemulihan Kawasan Eropa masih lambat, pertumbuhan ekonomi
Tiongkok terus menurun, dan ekonomi Jepang masih mengalami resesi.
Dalam periode yang sama penurunan permintaan dunia diikuti oleh
penurunan harga komoditas internasional, termasuk harga minyak
dunia yang turun dengan tajam. Perekonomian Indonesia juga
dihadapkan pada makin sulitnya likuiditas dunia sejalan dengan
kebijakan pengurangan/penghentian pembelian obligasi (tapering off)
yang dilakukan oleh Bank Sentral AS. Dengan perkembangan ini, pada
tahun 2014 perekonomian global hanya tumbuh 3,4 persen, namun
dengan didorong oleh makin baiknya perekonomian AS, negara maju
lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi
global diperkirakan akan terus membaik, dan tumbuh sebesar 3,5
persen.
Sejalan dengan pergerakan perekonomian global, pertumbuhan
ekonomi nasional pada tahun 2014 melambat menjadi 5,1 persen di
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-1
tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang besarnya 5,8
persen. Dari sisi eksternal perlambatan tersebut disebabkan oleh
turunnya permintaan dunia, turunnya harga komoditas internasional,
dan kebijakan pemerintah terkait dengan pembatasan ekspor mineral
mentah. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut
disebabkan oleh investasi yang masih tumbuh rendah yang diantaranya
disebabkan oleh turunnya harga komoditas global, dan juga adanya
penghematan anggaran pengeluaran pemerintah. Namun demikian,
meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup
tinggi disbanding beberapa negara lainnya, yang terutama didukung
oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi.
Di tingkat nasional, jika dilihat dari sisi stabilitas, inflasi pada
tahun 2014 mendapat tekanan yang tinggi dari barang yang harganya
ditetapkan oleh Pemerintah (administered prices) dan bahan pangan
yang harganya bergejolak (volatile food). Inflasi tahun 2014 tercatat
sebesar 8,36 persen (yoy), berada di atas sasaran inflasi yang telah
ditetapkan sebesar 4,5±1 persen. Namun demikian, inflasi tersebut
masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2013 yang
besarnya 8,38 persen. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh
adanya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak gejolak
harga pangan domestik pada akhir tahun 2014.
Kenaikan harga BBM bersubsidi secara signifikan telah
mendorong kenaikan harga secara umum, baik disebabkan oleh
dampak langsung maupun dampak lanjutan (second round effect).
Selain BBM, penyesuaian harga barang administered lainnya juga
terjadi sepanjang 2014, seperti TDL dan LPG. Namun, inflasi inti tetap
terkendali 4,93 persen (yoy). Terkendalinya inflasi pada tahun 2014
tidak terlepas dari semakin membaiknya koordinasi kebijakan
pengendalian inflasi antara Pemerintah (baik pusat maupun daerah)
dengan Bank Indonesia. Dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun
2014, terjadi penurunan inflasi yang cukup besar. Jika pada triwulan
sebelumnya inflasi tahunan menembus angka 8,36 persen di bulan
Desember 2014 (yoy), maka pada triwulan I tahun 2015 inflasi berada
pada posisi 6,38 persen di bulan Maret 2015 (yoy).
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-2
Penurunan inflasi ini merupakan dampak dari penurunan harga
minyak dunia yang berimbas pada penurunan harga bahan bakar
minyak (BBM) sebanyak 2 (dua) kali di bulan Januari 2015. Penurunan
harga BBM telah mendorong penurunan hargaharga khususnya
transportasi dan bahan makanan. Hal ini berimbas pada terjadinya
deflasi di bulan Januari dan Februari 2015 masingmasing sebesar 0,24
persen dan 0,36 persen. Namun demikian, pada bulan Maret 2015
kembali terjadi dua kali kenaikan harga BBM yang berimbas pada
tingkat inflasi menjadi 0,17 persen (mtm), hal ini masih berada pada
batasan tingkat inflasi yang terkendali.
Pada tahun 2016 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Minahasa Selatan akan positif atau sesuai dengan target yang
ditetapkan, apabila bebrapa asumsi makro dapat terjaga.
Kebijakan keuangan daerah tahun 2016 memberi gambaran
tentang realisasi pendapatan dan belanja tahun 2013, 2014 serta tahun
2015 juga target tahun 2016 yang meliputi pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah serta upayaupaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk mencapai target yang telah ditetapkan terutama
pendapatan asli daerah.
3.1.1.
KONDISI EKONOMI DAERAH TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN
TAHUN 2015
A.
PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2014
Perekonomian Minahasa Selatan tahun 2014 tumbuh sebesar 6,75
persen, memiliki pertumbuhan lebih lambat dibandingkan tahun 2013
yang tumbuh sebesar 6,64 persen. Nilai PDRB Minsel tahun 2014 atas
dasar harga berlaku mencapai Rp 3,77 triliun dan PDRB perkapita
mencapai Rp 18,54 juta. Realisasi PDRB tahun 2014 dan selanjutnya
menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008. Dari sisi produksi
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pertanian sebesar 30,31 persen.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-3
Ekonomi Minahasa Selatan tahun 2014 yang tumbuh 6,75 persen,
memiliki pertumbuhan agak melambat dibandingkan tahun 2012 yang
tumbuh sebesar 6,37 persen. Nilai PDRB Sulut tahun 2013 secara riil
(atas dasar harga konstan 2000) tercatat senilai Rp. 1,60 triliun, lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp. 1,50 triliun.
Atas dasar harga berlaku, nilai PDRB tahun 2012 tercatat senilai Rp.
3,32 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang senilai Rp. 3,01
triliun.
Secara sektoral perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan
IV 2014 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan dua sektor ekonomi
utama Sulut yaitu sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan Hotel dan
Restoran.
B.
STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Perekonomian Minahasa Selatan tahun 2014 tumbuh sebesar 6,31
persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Penyediaan
Akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,86 persen, diikuti oleh
Pengadaan listrik, Gas dan Produksi Es sebesar 10,47 persen dan
Transportasi dan pergudangan sebesar 10,40 dan persen sepeda motor
12,29 persen dan konstruksi 11,46 persen. Masih didominasi oleh tiga
lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 22,08
persen, Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi mobil 12,29 persen dan
konstruksi 11,46 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi
Minahasa Selatan tahun 2014, Perdagangan Besar dan eceran: Reparasi
Mobil dan sepeda Motor memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar
1,15 persen, diikuti transportasi dan Pergudangan dan Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan masingmasing sebesar 0,84 dan 0,76 persen.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-4
C. KEMISKINAN
Tingkat Kemisikinan Kabupaten Minahasa Selatan pada September
2014 ini secara year to year (September 2013 ke September 2014)
mengalami penurunan, demikian juga jika dibandingkan dengan Maret
2014 tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan juga mengalami
penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
September 2014 diketahui bahwa tingkat kemiskinan Minahasa Selatan
pada September 2014 sebesar 8,26 persen atau sebanyak 197,56 ribu
jiwa. Sementara data September 2013 menunjukkan tingkat kemskinan
Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 8,75 persen atau atau 208.23 ribu
jiwa. Dengan kata lain jika dibandingkan dengan September 2013
persentase penduduk miskin berkurang 0,24 persentase penduduk
miskin berkurang 0,49 persen atau secara absolute telah terjadi
penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 10,7 ribu jiwa.
Penduduk miskin di Minahasa Selatan masih didominasi penduduk
di daerah perdesaan. Dari 197.56 ribu jiwa penduduk miskin 2014 pada
September 2014 sebanyak 137,48 ribu jiwa tinggal di daerah perdesaan.
Dan diperkotaan hanya juga 60,08 ribu jiwa. Jumlah itu juga member
arti bahwa diperkotaan tingkat kemiskinan sebesar 5,57 persen
sedangkan di perdesaan 10,47 persen.
Tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan pada periode
MaretSeptember 2014, terjadi kenaikan di daerah urban (perkotaan)
sebesar 0,06 persen atau secara absolute jumlah penduduk miskin naik
sebanyak 0,9 ribu jiwa, sedangkan didaerah rural (perdesaan) mengalami
penurunan sebesar 0,94 persen atau secara absolute jumlah penduduk
miskin turun sebanyak 11,6 ribu jiwa.
Pada periode tahun September 2011 September 2014 tingkat
kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan selalu dibawah angka nasional.
Secara trend pada periode September 2012 – Maret 2014 menunjukkan
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-5
kenaikan angka kemiskinan di Kabupaten Minahasa Selatan tetapi
dengan angka kenaikan yang realatif kecil.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh
garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki ratarata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi
peningkatan pendapatan.
Garis kemiskinan naik sebesar 5.412 atau 2,07 persen yaitu dari
261.117 perkapita perbulan pada maret 2014 menjadi 266.528 perkapita
perbulan pada September 2014.
Penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis
chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis
adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh dibawah garis
kemiskinan dan biasa tidak memilik akses yang cukup terhadap sumber
daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin
yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan
dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin
sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk
tidak miskin.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh
garis Kemiskinan, Karena penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis
kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi
peningkatan pendapatan.
D. PENGANGGURAN
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-6
Struktur ketenagakerjaan Minahasa Selatan pada Agustus 2014
menunjukkan adanya kenaikan jumlah angkatan kerja, jumlah
penduduk bekerja, dan tingkat penganggura. Jumlah angkatan kerja
disbanding Agustus 2013 bertambah sebanyak 25 ribu orang. Hal serupa
terjadi pada penduduk yang bekerja, pada Agustus 2014 jika
dibandingkan keadaan Agustus 2013 mengalami kenaikan yaitu
sebanyak 9,7 ribu orang jika disbanding keadaan Agustus 2013.
Dalam setahun terakhir, besaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) tidak mengalami perubahan yang berarti.
Secara relatife angka pengangguran Minahasa Selatan menunjukkan
kenaikan dari 6,79 persen pada Agustus 2013 menjadi 7,54 persen pada
bulan Agustus 2014. Angka pengangguran Minahasa Selatan tersebut
berada diatas angka penggangguran nasional. Pada Agustus 2014
Tingkat Pengangguran Terbuka nasional sebesar 5,94 persen. Jumlah
pengangguran keadaan bulan Agustus 2014 sebesar 80,0 ribu orang,
mengalami kenaikan sebanyak 9,7 ribu orang dari bulan Agustus 2013
namun bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2014 turun
sebanyak 4,2 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten
Minahasa Selatan selama tiga tahun terakhir terus mengalami fluktuasi,
yaitu 7,91 persen (Agustus 2012), turun menjadi 6,79 persen (Agustus
2013) dan naik menjadi 7,54 persen.
Dilihat perbandingan desa kota, tingkat pengangguran lebih tinggi
terjadi diwilayah perkotaan. Sebanyak 10,11 persen angkatan kerja
diperkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara
dengan 49,1 ribu orang. Sedangkan diperdesaan (rural area) tingkat
pengangguran 5,37 persen atau 30,9 ribu orang. Dibandingkan Agustus
2013 jumlah pengangguran di daerah perkotaan dan perdesaan terjadi
peningkatan.
E. INFLASI
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-7
Perkembangan harga berbagai komoditi pada bulan Desember 2014
secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Kabupaten Minahasa
Selatan mengalami inflasi sebesar 3,83 persen atau terjadi kenaikan
indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,23 di bulan November 2014
menjadi 118,61 di bulan Desember 9,67 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada semua kelompok
komoditas yaitu meliputi kelompok bahan makanan sebesar 9,31 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,70
persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar
1,42 persen; kelompok sandang sebesar 1,16 persen, kelompok
kesehatan 0,38 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga
sebesar 0,71 persen; kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan
sebesar 7,22 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit,
tomat sayur, angkutan dalam kota, bensin, semen, tariff listrik, cabai
merah, bawang merah, beras, emas perhiasaan, mie, paket liburan,
angkutan antar kota, tariff parker, nasi dengan lauk, seng, telur ayam
ras, bahan pelumas/oil, apel, pasta gigi, ekor kuning, angkutan udara,
bawang putih, kendaraan carter/rental, soto, mujair, kembang, coklat
batang, blus, kakap putih, papaya, buncis dan lainlain.
Semua kelompok memberikan sumbangan/andil inflasi pada bulan
Desember 2014 ini, sehingga tidak ada kelompok yang memberikan
sumbangan deflasi. Sumbangan inflasi masingmasing kelompok yaitu:
kelompok bahan makanan sebesar 2,0136 persen; makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,1157 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,4202 persen;
kelompok kesehatan sebesar 0,0155 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga 0,0471 persen; kelompok tranpor, komunikasi dan
jasa keuangan sebesar 1,1571.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-8
Tingkat inflasi tahun kalender (Desember) 2014 adalah sama dengan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2014 terhadap Desember 2013)
masingmasing sebesar 9,67 persen. Sedangkan tingkat inflasi Desember
2014 terhadap November 2014 sebesar 3,83 persen.
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016
A. Pertumbuhan Ekonomi 2016
Posisi strategis yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa Selatan menjadi
salah satu modal utama pendorong pertumbuhan ekonomi dengan
menstimulus faktorfaktor yang dapat memperbesar Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Minahasa Selatan tetap meningkat, dampaknya tampak pada
tahun 2010 terjadi penurunan dari 7,85% tahun 2009 menjadi 7,12%
tahun 2010. Secara nasional terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi
sejak tahun 2011 yang dampaknya juga dirasakan oleh daerah.
Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi di Kabupaten Minahasa
Selatan setelah mencapai pertumbuhan tertinggi 8% pada tahun 2012
dengan Nasional.
Pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami fluktuasi terutama dengan
adanya gejolak perekonomian tahun 2009. Secara nasional terjadi
penurunan pertumbuhan ekonomi dari 6,06% tahun 2008 menjadi
4,30% pada tahun 2009. Namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Minahasa Selatan terus meningkat. Pengembangan kawasan strategis
cepat tumbuh baik kawasan minapolitan dan kawasan agropolitan
menjadi basis pengembangan berbagai komoditi unggulan dan potensial
yang ada di Minahasa Selatan. Secara riil perekonomian suatu daerah
dicerminkan oleh PDRB per kapita. Keseimbangan pertumbuhan
penduduk dan kapasitas produksi nasional menjadi salah satu masalah
utama makro ekonomi suatu perekonomian. Perkembangan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 20112013
dan prediksi tahun 20142016.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-9
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 20112013
dan Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
TAHUN
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
6,05
6,37
6,64
6,75
6,82
6,94
Sumber : BPS Kab. Minsel
Ket : * = prediksi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan, tahun 2011
mencapai 6,05%, sedangkan tahun 2012 telah mencapai 6,37% untuk
tahun 2013 mencapai 6,64% dan prediksi tahun 2014 terus meningkat
mencapai 6,75% di tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diprediksi
mencapai 6,82% dan di tahun 2016, pertumbuhan ekonomi diprediksi
mencapai 6,94%.
B. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah utama makro
ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah. Masalah ini dapat
menimbulkan masalahmasalah sosial lainnya di dalam masyarakat. Jika
tingkat pengangguran relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicitacitakan. Hal ini
terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian
Pengangguran selain disebabkan oleh daya serap pasar kerja yang
sangat terbatas, juga ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja
dengan tingkat keahlian yang dibutuhkan dan kualitas tenaga kerja yang
mencari pekerjaan.
Fenomena pengangguran dilihat dari sisi suplly dan demand atau pasar
kerja bersifat kompleks karena disebabkan oleh banyak faktor. Tingkat
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-10
keahlian dan ketrampilan pencari kerja menjadi sangat penting terutama
mempersiapkan Indonesia menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pasar tunggal untuk tenaga kerja profesional menjadi salah satu tujuan
utama MEA. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk ikut
mengambil bagian mempersiapkan tenaga kerja yang tidak hanya siap pakai
tapi memiliki ketrampilan dan keahlian.
Tingkat pengangguran erat kaitannya dengan ketimpangan, sehingga
kondisi spasial suatu daerah mempengaruhi prilaku pencari kerja baik yang
ada di Kota maupun di Desa. Seperti umumnya di Indonesia, daerah
perkotaan (urban) di Kabupaten Minahasa Selatan memiliki daya tarik yang
menjadi magnet bagi pencari kerja. Hal ini menyebabkan disparitas angka
pengangguran yang tinggi antara kotadesa yakni 10,38 persen di kota dan
5,50 persen di desa. Perdesaan jauh lebih kecil karena para pencari kerja yang
masih muda mencari pekerjaan ke perkotaan dan menyisakan pencari kerja
buruh pertanian yang umumnya lebih tua di perdesaan.
Tabel 3.2
Tingkat Pengangguran Tahun 20112013 dan Prediksi Tahun 20142016
TAHUN
INDIKATOR
Tingkat Penganguran
% Tingkat Penganguran
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
5.716
6,13
6.790
7,54
6.032
6,69
5.322
5,90
4.612
5,11
3.902
4,32
Sumber : BPS Kab. Minsel
Ket : * = prediksi
Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda
pembangunan, jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan. Pada tahun
2011 jumlah pengangguran Kabupaten Minahasa Selatan mencapai 5.716
orang (6,13%) dan tahun 2012 naik mencapai 6.790 orang (7,54%), tahun
2013 jumlah pengangguran turun mencapai 6.032 orang (6,69%), sedangkan
tahun 2014 sampai tahun 2016 jumlah pengangguran diprediksi mencapai
5.322 orang (5.90%), 4.612 orang (5,11%) dan 3.902 orang (4,32%).
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-11
Penurunan angka pengangguran tahun menunjukkan komitmen Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan dalam mengurangi pengangguran telah
memperlihatkan hasil yang signifikan. Keberhasilan ini didukung dengan
adanya program revitalisasi pertanian serta berbagai program investasi
lainnya. Diperkirakan jumlah pengangguran akan terus mengalami
penurunan pada tahun berikutnya akibat dari peningkatan pembangunan
ekonomi di Kabupaten Minahasa Selatan.
C. Kemiskinan
Salah satu isu MDGs (Millenium Development Goals) adalah pengentasan
kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim (Eradicate extreme poverty and
hunger). Tujuan yang diharapkan pada tahun 2015 adalah setengah proporsi
penduduk memiliki pendapatan US $ 1 per hari. Ini menjadi perhatian
pemerintah untuk bisa mencapai target yang diinginkan dengan prioritas
pembangunan yang ditetapkan. Persentase jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Minahasa Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2013
(8,50%). Sehingga target MDGs yang sudah tercapai pada tahun 2012 (7,64%)
menjadi perhatian penting di tahun 2015.
Pola perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Minahasa Selatan
mengikuti pola jumlah penduduk miskin tingkat nasional dengan gap yang
semakin lama semakin mengecil. Terdapat kecenderungan penurunan jumlah
penduduk miskin yang lebih tajam di tingkat nasional dibandingkan dengan
di tingkat Kabupaten Minahasa Selatan.
Garis kemiskinan terus meningkat setiap tahunnya menunjukkan
adanya peningkatan daya beli masyarakat baik untuk makanan dan non
makanan. Kontribusi pengeluaran anggota rumahtangga untuk makanan
lebih besar dibandingkan dengan non makanan.
Proporsi penduduk miskin selalu terbesar di perdesaan, pada tahun 2014
mencapai 70% dan hanya 30% yang berada di perkotaan. Jika dilihat
berdasarkan kecamatan. Kondisi geografis menentukan jumlah penduduk
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-12
miskin yang eksis di daerah tersebut. Pada tahun 2014 jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Minahasa Selatan adalah yang terendah di wilayah
Sulawesi Utara. Bahkan terdapat 4 Kabupaten yang berada di atas nasional
yaitu Kabupaten Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Barat. Masalah kemiskinan yang sangat kompleks memerlukan
analisa yang lebih dalam untuk mengatasi atau mengurangi atau
mempercepat penanggulangan kemiskinan yang ada di tingkat nasional
maupun daerah. Terdapat multidimensi kemiskinan sesuai dengan
penyebabnya, bahkan terdapat juga kelompok masyarakat miskin, rentan
miskin dan sangat miskin. Masingmasing bentuk kemiskinan membutuhkan
kebijakan yang berbeda untuk mengangkat mereka dari kemiskinan di masa
yang akan datang. Perkembangan tingkat Kemiskinan Kabupaten Minahasa
Selatan 20112013 dan prediksi tahun 2014 2016.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 20112013 & Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR
Persentase
Penduduk
Miskin
TAHUN
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
8,38
7,35
8,55
8,92
8,51
8,17
Sumber : BPS Kab. Minsel
Ket : * = prediksi
D. Inflasi
Pemerintah daerah harus mampu mengendalikan harga barang
dan jasa yang menjadi salah satu indicator keberhasilan kebijakan.
Sejak tahun 2008 pemerintah Minahasa Selatan sudah mampu
menekan tingkat inflasi di bawah 2 digit. Menunjukkan bahwa selang
10 tahun terakhir Kabupaten Minahasa Selatan 3 kali memiliki tingkat
inflasi lebih tinggi dari nasional yaitu pada tahun 2005 sebesar 18,73
persen tahun 2011 sebesar 5,67 persen inflasi terendah di Kabupaten
Minahasa Selatan terjadi tahun 2011 hanya mencapai 0,96 persen.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-13
Harga cenderung berfluktuasi sehingga tingkat inflasi juga
menjadi sangat berfluktuasi. Penurunan yang tajam tampak terjadi
pada tahun 2006 dan 2009 sesuai dengan kondisi perekonomian saat
itu. Jika dilihat dari trend perkembangan inlasi selang 10 tahun
terakhir, menunjukkan bahwa pola fluktuasi inflasi lebih elatis ditingkat
nasional disbanding di Kabupaten Minahasa Selatan. Ini menunjukkan
bahwa beberapa kebijakan harga ditentukan di tingkat pusat dan
daerah menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sampai saat ini
pengaruh harga BBM menjadi salah satu penentu fluktuasi harga dan
atau flutuasi inflasi di Indonesia. Kontribusi komoditi makanan
penyumbang inflasi terbesar khusus untuk Kabupaten Minahasa
Selatan adalah cabe rawit.
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.1.
Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
A.
Proyeksi Pendapatan Daerah
Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap
tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Minahasa Selatan
tahun 2016, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber
pendapatan
daerah
yang
dituangkan
kedalam
tabel
Realisasi
dan
Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut :
Tabel 3.4. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016 Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No
1
1,1
1,2
1,3
1,4
Uraian
Pendapatan Asli
Daerah
Pendapatan Pajak
Daerah
Hasil Retribusi
Daerah
Hasil Kekayaan
Daerah yang
dipisahkan
Lainlain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
2016
Realisasi 2013 (Rp)
Proyeksi/Target
pada 2015
Realisasi 2014
Proyeksi/Targe
pada 2016
14.406.092.809,00
26.137.234.620,00
32.567.773.521,00
32.567.773.521,0
6.039.092.849,00
8.796.148.283,00
8.951.129.640,00
8.951.129.640,0
1.896.320.372,00
1.989.213.244,00
2.714.335.676,00
2.714.335.676,0
436.261.651,00
386.949.227,00
353.475.045,00
6.034.417.93
7,00
14.964.923.86
6,00
20.548.833.16
0,00
353.475.045,00
20.548.833
0,00
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-14
2
2,1
2,2
2,3
3
3,1
3.2
3.3
3.4
3.5
A
Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana Alokasi
Umum
Dana Alokasi
Khusus
LainLain
Pendapatan
Daerah Yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Bagi Hasil
Pajak Kabupaten
dan dari
Pemerintah
Daerah lainnya
Dana penyesuian
otonomi khusus
Dana Darurat
Bantuan
Keuangan dari
Provinsi atau
Pemerintah
Daerah Lainnya
Jumlah
Pendapatan
B.
2016
503.567.777.126,00
544.861.074.752,00
662.561.383.662,00
20.083.544.126,00
15.145.859.752,00
14.943.418.662,00
435.848.663.000,00
476.105.045.000,00
494.327.305.000,00
494.327.305.000,
47.635.570.000,00
53.610.170.000,00
153.290.660.000,00
153.290.660.000,
86.641.099.473,00
113.373.412.129,00
174.464.320.052,00
174.464.320.052,
14.834.521.473,00
14.145.787.129,00
14.238.271.052,00
71.806.578.000,00
95.658.825.000,00
152.931.089.000,00
7.294.960.000,00
662.561.383.662,
14.943.418.662,0
14.238.271.052,0
152.931.089.000,
7.294.960.000,0
3.568.800.000,00
604.614.969.408,00 684.371.721.501,00 869.593.477.235,00 869.593.477.235
Kebijakan Pendapatan Daerah
Dalam upaya meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah,
khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Minahasa
Selatan untuk tahun 2016, rencana penerimaan mengacu pada
realisasi tahun 2013 dan prediksi perkembangan potensi
penerimaan selang tahun 2014. Dari sumbersumber pendapatan
asli daerah yang sudah dikelola selama ini, ada beberapa sumber
pendapatan yang perlu dioptimalkan penerimaannya dengan
meningkatkan kuantitas dan jangkauan pelayanan, kualitas
pelayanan serta peningkatan penegakan peraturan perundang
undangan yang berlaku dengan tetap memperhatikan dampak
dampak yang mungkin berpengaruh terhadap sendi perekonomian
masyarakat.
Berkaitan dengan rencana peningkatan pendapatan daerah
kebijakan pengelolaan pendapatan daerah sesuai dengan peraturan
perundangan melalui : Intensifikasi Penerimaan Pajak Daerah dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-15
Retribusi Daerah, Peningkatan penerimaan lainlain PAD yang sah,
serta Peningkatan Dana Perimbangan. Kebijakan pengembangan
sumber pendapatan daerah tersebut diarahkan untuk :
a. Meningkatkan PAD melalui jenis penerimaan Pajak Daerah yang
meliputi sumber penerimaan yang telah ditetapkan dalam
UndangUndang dan yang telah dikembangkan berdasarkan
ruang lingkup kewenangan Kabupaten melalui Peraturan
Daerah, dengan meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kepada Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutan
Pajak Daerah.
b. Meningkatkan penerimaan PAD dari sektor Retribusi Daerah
melalui peningkatan pelayanan pada semua unit kerja penyedia
layanan publik yang berhubungan langsung dengan masyarakat
pengguna jasa / layanan yang menghasilkan Retribusi Daerah.
c. Meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah yang
menghasilkan Retribusi Daerah.
d. Meningkatkan pengelolaan potensi sumber Lainlain Pendapatan
Asli Daerah yang sah berdasarkan kewenangan Kabupaten.
e. Mengoptimalkan pendayagunaan Badan Usaha Milik Daerah
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.
f. Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Kecamatan dan
dalam peningkatan penerimaan PAD yang berimplikasi pada
bagi hasil Pajak Daerah.
g. Sosialisasi dan public relationship untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar jenisjenis
pajak daerah dan retribusi daerah.
h. Peningkatan sarana dan prasarana / fasilitas dan pelayanan
umum yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
manfaat membayar pajak daerah dan retribusi daerah.
i. Mengembangkan sistim evaluasi pelayanan prima dengan
melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap layanan
publik yang diberikan.
j. Melanjutkan dan meningkatkan pengelolaan keuangan daerah
sesuai ketentuan yang berlaku, yang juga berimplikasi pada
penerimaan penghargaan dari pemerintah pusat berupa insentif.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-16
Disamping kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah diperlukan juga upayaupaya untuk mendukung target
target pendapatan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan jangkauan pelayanan Pajak Daerah.
Penambahan/pembukaan 17 (tujuhbelas) Kecamatan pada
Kabupaten/Kota pemekaran di akhir tahun 2011
memaksimalkan penerimaan PAD dari jenis Pajak Daerah dalam
dua tahun terakhir akan lebih intens lagi menambah target
pendapatan tahun 2015, selain untuk mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat Wajib Pajak hingga ke pelosok wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan.
b. Peningkatan kualitas pelayanan Pajak Daerah.
Pelayanan kepada Wajib Pajak Daerah terus ditingkatkan
dengan membenahi
mekanisme pelayanan serta meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang.
c. Peningkatan pengawasan pengelolaan Pajak Daerah.
Meningkatkan pengawasan melekat terhadap sistim dan
aparatur pelaksana pemungutan Pajak Daerah yang dapat
mempertahankan/ meningkatkan kepercayaan masyarakat
Wajib Pajak terhadap pengelolaan Pajak Daerah yang transparan
dan akuntabel.
d. Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah.
Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah dilakukan dengan
pendekatan persuasif dalam bentuk sosialisasi, inventarisasi
dan pemungutan langsung yang bekerja sama dengan
Pemerintah tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, serta
pendekatan represif dalam bentuk razia/penertiban yang
didukung oleh pihak Kepolisian Daerah.
e. Sosialisasi dan Publik Relationship.
Upaya sosialisasi melalui kegiatan pertemuan umum maupun
melalui media cetak dan elektronik ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban
membayar Pajak Daerah sekaligus manfaat pengelolaan Pajak
Daerah, selain itu upaya sosialisasi ditujukan untuk aparatur
Pemerintah terutama pada tingkat Kecamatan dan
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-17
f.
g.
h.
i.
Desa/Kelurahan tentang manfaat dari kerja sama pemungutan
Pajak Kabupaten yang berimplikasi terhadap Bagi Hasil yang
juga turut berkontribusi bagi Pendapatan Daerah di
Kabupaten/Kota.
Peningkatan Fungsi Koordinasi Pengelolaan Pendapatan Daerah.
Mengoptimalkan fungsi RapatRapat Koordinasi dan Evaluasi
Pengelolaan Pendapatan Daerah sebagai forum komunikasi
upayaupaya pencapaian target Pendapatan Daerah sesuai
peran dan tupoksi masingmasing SKPD/unit kerja yang
berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah.
Penyesuaian tarif retribusi.
Menginventarisir, menganalisis tarif jenis retribusi tertentu yang
sudah layak disesuaikan dengan memperhitungkan daya bayar
masyarakat wajib retribusi serta dampaknya terhadap
perekonomian masyarakat termasuk investasi.
Optimalisasi sumber pendapatan lainlain PAD yang sah.
Memaksimalkan penerimaan dari pengelolaan sumber daya
milik daerah yang berpotensi menghasilkan pendapatan sebagai
salah satu sumber pendapatan dalam struktur APBD.
Meningkatkan koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil Pajak
dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak.
Keterlibatan aktif dalam koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil
Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak untuk kelancaran
penerimaan dana dimaksud yang turut berkontribusi terhadap
APBD, lebih khusus untuk Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dari
Cukai Hasil Tembakau yang baru mulai dikelola pada akhir
tahun 2011.
3.2.2.
Arah Kebijakan Belanja Daerah
Kebijakan Belanja Daerah Kabupaten Minahasa Selatan untuk
tahun 2016 diarahkan pertama untuk memenuhi kebutuhan pada
pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, social, infrastruktur,
perikanan/kelautan, pertanian, pariwisata dan lainlain yang bertujuan
untuk kesejahteraan masyrakat dan peningkatan perekonomian daerah
yang mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan daerah.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-18
Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumbersumber
pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah
dalam 2 (dua) tahun terakhir, arah kebijakan yang terkait dengan
belanja daerah, serta target penerimaan dan pengeluaran pembiayaan,
selanjutnya dituangkan dalam format tabel sebagai berikut :
Tabel 3.5. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016 Belanja Daerah
Kabupaten Minahasa Selatan
NO
1.
URAIAN
Belanja
REALISASI 2013
REALISASI 2014
PROYEKSI 2015
PROYEKSI 2016
317.941.217.539,
365.641.722.804,
386.047.678.302,
429.047.878.302,
00
00
00
00
Tidak
Langsung
2.
Belanja Pagawai
3.
Belanja Bunga
4.
Belanja Subsidi
5.
Belanja Hibah
6.763.500.000,00
7.200.000.000,00
28.958.008.960,0
32.958.008.960,0
0
0
6.
Belanja
Bantuan
9.045.000.000,00
8.444.000.000,00
16.418.907.480,0
28.500.693.240,0
71.866.506.632,0
75.866.506.632,0
0
0
0
0
230.246.718,00
278.246.718,00
Sosial
7.
Belanja Bagi Hasil
Kepada
Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
8.
Belanja
Keuangan
Bantuan
Kepada
Kabupaten/Kota,
Pemerintah Desa dan
Partai Politik
9.
Belanja Tidak Terduga
Jumlah
Belanja
Tidak Langsung
30.000.000,00
350.198.625.01
409.786.416.04
487.102.440.61
538.150.640.61
9,00
4,00
2,00
2,00
28.409.745.754,0
18.466.378.600,0
17.166.471.200,0
19.266.471.200,0
0
0
0
0
Belanja Langsung
1.
Belanja Pegawai
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-19
2.
Belanja Barang dan
80.166.758.842,0
127.961.040.799,
0
38
Jasa
3.
Belanja Modal
Jumlah
Belanja
102.467.563.469,
132.953.173.803,
00
00
211.044.068.065,00279.380.593.202
BELANJA
3.2.3.
189.721.635.365,
00
197.991.180
.114,00
199.991.580.11
4,00
392.979.286.
679,00
408.979.686.679
,38
Langsung
TOTAL
177.821.635.365,
JUMLAH
561.242.693.084
00
,00
689.167.009.246
880.081.727.291
947.130.327.291
,38
,00
,00
,00
Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
A.
Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan setiap
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya.
Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari :
1. Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah;
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang
Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi)
Daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana
Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada
Perusahaan Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian
Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
Berjalan (SILPA).
Sisa pembiayaan APBD Kabupaten Minahasa Selatan tahun pada
2014 adalah penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu Sebesar Rp. 61.970.828.220,00.
2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-20
Hasil analisis dan perkiraan sumbersumber penerimaan
pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan daerah dalam 2 (dua) tahun terakhir,
proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun
rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan
pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format
sebagai berikut :
Tabel 3.6. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016
Pembiayaan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No
1
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
2016
Jenis
Penerimaan dan
pengeluaran
pembiayaan
Daerah
2
Penerimaan
Pembiayaan
sisa lebih
perhitungan
anggaran tahun
sebelumnya
(SILPA)
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil penjualan
kekayaan daerah
yang dipisahkan
Penerimaan
Pinjaman daerah
Penerimaan
kembali
pemberian
pinjaman
Penerimaan
piutang
JUMLAH
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Pengeluaran
pembiayaan
Pembentukan
dana cadangan
penyertaan
modal investasi
daerah
Pembayaran
utang pokok
Pemberian
pinjaman daerah
Jumlah
Realisasi 2013
4
Proyeksi
2015
6
Realisasi 2014
5
Proyeksi
2016
7
31.105.167.165,00
61.970.828.220,00
35.655.262.3
39,00
35.655.262.3
39,00
31.105.167.165,00
61.970.828.220,00
35.655.262.3
39,00
35.655.262.3
39,00
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-21
2016
JUMLAH
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
JUMLAH
PEMBIAYAAN
NETTO
61.970.828.220,0
0
54.528.353.289,6
2
24.197.657.2
83,00
24.197.657.2
83,00
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kab. Minahasa Selatan
BAB III-22