Analisis Pengaruh Penggunaan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Permintaan Uang Kartal di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Pembayaran
2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran
Sistem pembayaranmenurut Pohan (2011 : 70) adalah “suatu sistem yang
melakukan pengaturan kontrak, fasilitas pengoperasian dan mekanisme teknis yang
digunakan untuk penyampaian, pengesahan, dan penerimaan instruksi pembayaran,
serta pemenuhan kewajiban pembayaran yang dikumpulkan melalui pertukaran
“nilai” antarperorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun
antarnegara (cross border)”.
Sistem pembayaran berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Dahulu sistem pembayaran dikenal dengan sistem barter yaitu pertukaran antarbarang
sesuai dengan kebutuhan dari pelaku barter itu sendiri. Kemudian sistem tersebut
berkembang ketika mulai dikenal adanya satuan tertentu yang memiliki nilai
pembayaran yang dikenal dengan sebutan uang.Hingga saat ini uang masih menjadi
salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya sistem
pembayaran terus berkembang dari sistem pembayaran tunai (cash based) ke sistem
pembayaran nontunai (non-cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper
based), misalnya cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran
paperless seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card
based) seperti kartu kredit, kartu debit, dan kartu prabayar.
16
Universitas Sumatera Utara
Sistem pembayaran memiliki implikasi yang sangat kuat terhadap stabilitas
sistem keuangan bahkan terhadap perekonomian suatu negara. Sistem pembayaran
yang dapat memenuhi semua prinsip yang dipersyaratkan, yakni dapat meminimalkan
risiko yang dapat terjadi, sangat efisien, memiliki kesetaraan akses dan melindungi
konsumen, akan menjadi modal bagi stabilitas sistem keuangan. Sebaliknya sistem
pembayaran yang tidak mampu meminimalkan risiko akan menjadi sumber
instabilitas keuangan. Oleh karena itu, sistem pembayaran dapat dikatakan sebagai
simpul penting dalam perekonomian.
Menurut Fikri (2014) Sistem pembayaran terdiri dari beberapa komponen
yang saling terkait satu dengan yang lain, yaitu:
Kebijakan
Komponen
kebijakan
dalam
sistem
pembayaran
memberikan
dasar
pengembangan sistem pembayaran di suatu negara. Kebijakan sistem pembayaran
biasanya tercermin dalam berbagai peraturan dan ketentuan. Kebijakan sistem
pembayaran di berbagai Negara sangat bervariasi, mengingat masing-masing negara
mempunyai sejarah, karakteristik, dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang
berbeda-beda. Pada umumnya, kebijakan yang berkaitan dengan sistem pembayaran
ditetapkan oleh bank sentral masing-masing negara. Hal ini dikarenakan adanya
keterkaitan yang erat antara kebijakan-kebijakan di bidang sistem pembayaran
dengan sistem moneter dan sistem perbankan. Adapun kebijakan sistem pembayaran
yang ditetapkan Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya mengacu pada empat
prinsip: keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen
17
Universitas Sumatera Utara
Kelembagaan
Kelembagaan dalam sistem pembayaran meliputi berbagai lembaga yang
secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam penyelenggaraan system
pembayaran. Secara umum, lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pembayaran
meliputi: bank sentral, bank-bank dan lembaga kliring, pasar modal, penyedia jasa
jaringan komunikasi, dan penerbit kartu kredit. Masing-masing lembaga tersebut
mempunyai peran dan tanggung jawab yang berbeda dalam sistem pembayaran.
Secara umum peran Bank Sentral dalam sistem pembayaran bisa sebagai operator,
regulator, dan supervisor. Meskipun demikian ada juga bank sentral yang hanya
berperan sebagai regulator dan supervisor.
Instrumen Pembayaran
Instrumen atau alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam
pembayaran. Instrumen pembayaran saat ini dapat diklasifikasikan atas tunai dan
non-tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah uang kartal yang terdiri dari uang
kertas dan uang logam yang sudah kita kenal selama ini. Sementara instrumen
pembayaran non-tunai, dapat dibagi lagi atas alat pembayaran non-tunai dengan
media kertas atau lazim disebut paperbased instrument, seperti: cek, bilyet giro,
wesel, dan lain-lain serta alat pembayaran non-tunai dengan media kartu atau lazim
disebut card-based instrument seperti kartu kredit, kartu debit, kartu ATM dan lainlain. Dengan semakin berkembangnya teknologi, saat ini mulai dikembangkan pula
berbagai alat pembayaran yang menggunakan teknologi microchips yang dikenal
dengan electronic money (e-money).
18
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme Operasional
Dalam sistem pembayaran diperlukan suatu mekanisme operasional untuk
melakukan perpindahan dana dari satu pihak ke pihak lainnya. Mekanisme
operasional ini idealnya harus dapat menjamin kelancaran dan keamanan perpindahan
dana, serta kepastian penerimaan dana oleh pihak penerima. Sebagai contoh,
mekanisme operasional yang ada saat ini antara lain adalah kliring, transfer dana via
RTGS, dan lain-lain.
2.1.2
Infrastruktur Teknis
Infrastruktur teknis meliputi berbagai komponen teknis yang diperlukan untuk
memproses dan melakukan perpindahan dana, standar-standar seperti message
format, sistem jaringan komputer, komunikasi, perangkat keras dan lunak, sistem
back-up, disaster recovery plan, dan lain-lain. Keberadaan infrastruktur teknis ini
sangat menunjang kelancaran penyelenggaraan suatu system pembayaran. Seiring
dengan berkembangnya teknologi hardware, software dan komunikasi, saat ini
tersedia berbagai pilihan infrastruktur teknis di bidang sistem pembayaran yang
menawarkan berbagai keunggulan baik dari segi kecepatan maupun keamanan.
Pilihan atas infrastruktur ini tergantung pada kebutuhan dan kebijakan masingmasing
negara dalam pengembangan sistem pembayaran nasionalnya. Pilihan ini tentunya
mempunyai implikasi terhadap investasi yang harus dikeluarkan, di mana semakin
tinggi teknologi yang digunakan diperlukan investasi yang semakin besar pula.
19
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Jenis Sistem Pembayaran
Dalam praktiknya sehari-hari, ada dua jenis sistem pembayaran yaitu
pembayaran tunai (cash) dan pembayaran nontunai (non-cash).
1. Pembayaran Tunai (cash)
Alat pembayaran tunai dapat dilakukan dengan menggunakan uang,
baik jenis uang logam ataupun uang kertas.Dalam peredarannya, uang tersedia
dalam berbagai jenis pecahan agar memudahkan untuk bertransaksi. Pada
mata uang Rupiah misalnya, pecahan uang dimulai dari Rp. 100,00, Rp.
500,00, Rp. 1.000,00, Rp.2.000,00, Rp. 5.000,00, Rp. 10.000,00, Rp.
20.000,00, Rp. 50.000,00, dan Rp. 100.000,00.
Meskipun transaksi non-tunai di satu sisi mengalami peningkatan dan
di sisi lain transaksi tunai mengalami penurunan. Namun demikian, tetap saja
banyak yang merasa lebih nyaman bertransaksi secara tunai.Terlebih dalam
transaksi nontunai membutuhkan pengetahuan mengenai teknologi sebagai
syarat bagi pengguna.
Oleh karena itu, ketersediaan uang tunai hingga kini masih dianggap
sebagai hal yang penting dalam sistem pembayaran di belahan dunia
manapun, tak terkecuali Indonesia.
Begitu pentingnya uang tunai, baik dalam ketersediaan, pasokan,
pengaturan, hingga pendistribusiannya, menuntut kehadiran lembaga yang
kapabel.Di banyak negara, lembaga yang memiliki peran dalam pengaturan
uang beredar adalah bank sentral.
20
Universitas Sumatera Utara
Dalam kebijakan pengedaran uang tunai yang terpenting adalah
bagaimana memenuhi kebutuhan uang di masyarakat dalam jumlah nominal
yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang
layak edar. Oleh karena itu, uang tunai yang digunakan dalam bertransaksi
harus memiliki beberapa karakteristik penting, di antaranya:
a. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan
untuk mempermudah
kelancaran transaksi pembayaran tunai, dapat diterima dan dipercaya oleh
masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa
karakteristik:
1. Mudah digunakan dan nyaman (user friendly),
2. Tahan lama (durable),
3. Mudah dikenali (easily recognized), dan
4. Sulit dipalsukan (secure against counterfeiting)
b. Jumlah uang tunai harus tersedia secara cukup di masyarakat, dengan
memerhatikan kesesuaian jenis pecahannya. Untuk ini, diperlukan
perencanaan yang baik terutama dalam perencanaan pengadaan maupun
perencanaan distribusinya.
c. Perlu diupayakan tersedianya kelembagaan pendukung untuk mewujudkan
terciptanya kelancaran arus uang tunai yang layak edar, baik secara
regional maupun nasional.
21
Universitas Sumatera Utara
2. Pembayaran Nontunai (non-cash)
Alat pembayaran non-tunai dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yakni alat pembayaran untuk credit transfer dan alat pembayaran untuk debit
transfer.
Perbedaan antara credit transfer dan debit transfer terletak pada
perintah pengiriman uang. Berdasarkan terminologi yang dibuat oleh Bank for
International Settlement (BIS), credit transfer adalah perintah pembayaran
untuk tujuan penempatan dana dari pengirim ke penerima melalui jalur
transfer dana dari bank pengirim ke bank penerima dan dimungkinkan melalui
bank lain sebagai perantara. Sedangkan debit transfer adalah sistem transfer
dana dimana perintah transfer dibuat atau diotorisasi oleh pihak yang
memiliki dana dan akan melakukan pengiriman dana tersebut kepada pihak
lain. Perintah transfer tersebut disampaikan kepada pihak yang akan
menerima dana untuk kemudian dicairkan. Selanjutnya, bank tersebut
mengkliringkan perintah transfer debit tersebut di lembaga kliring, untuk
menagihkan dana ke bank pengirim. Alat pembayaran yang digunakan saat ini
adalah cek, bilyet giro, dan nota debet.
Perkembangan
sistem
pembayaran
non-tunai
diawali
dengan
instrumen pembayaran yang bersifat paper based seperti cek, bilyet giro, dan
warkat lainnya. Sejak perbankan mendorong penggunaan sistem elektronik
serta penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu dengan segala
bentuknya, berangsur-angsur pertumbuhan penggunaan alat pembayaran yang
22
Universitas Sumatera Utara
paper based semakin menurun. Apalagi sejak sistem elektronik, seperti
transfer dan sistem kliring mulai banyak digunakan.
Selanjutnya berkembang instrumen pembayaran yang berbasis kartu
sejalan dengan perkembangan teknologi.Saat ini, instrumen pembayaran
berbasis kartu yang telah berkembang dengan berbagai variannya.Mulai dari
kartu kredit, kartu ATM, kartu debit, dan berbagai macam jenis uang
elektronik.
Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan salah satu transaksi non-tunai yang dananya
berasal dari perbankan.Jenis alat transaksi ini berkembang cukup pesat.Di
Indonesia kartu kredit mulai berkembang sejak dekade 90-an. Kartu kredit
umumnya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas. Selain menawarkan
keuntungan yang tinggi, segmen penggunanya merupakan kalangan atas
dimana eksposur risiko gagal bayar dianggap relatif kecil. Hal ini menarik
minat banyak bank untuk masuk dalam industri kartu kredit tersebut.
Dorongan bank untuk memasuki industri kartu kredit juga disebabkan
oleh pangsa pasar Indonesia yang masih terbuka untuk pengembangan kartu
kredit. Salah satu faktor untuk melihat potensi pasar tersebut adalah
perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah
pemegang kartu kredit.
23
Universitas Sumatera Utara
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa dari 230 juta
penduduk Indonesia terdapat 127 juta penduduk yang tergolong dalam usia
produktif (usia 20 - 50 tahun).
Pesatnya pertumbuhan kartu kredit tercermin pada trend peningkatan
jumlah kartu beredar tiap tahunnya. Pada tahun 2003 jumlah kartu kredit baru
berkisar 4,5 juta kartu, dan pada tahun 2011 mencapai 11,5 juta kartu, atau
rata-rata pertumbuhannya per tahun sebesar 20,8%. Pada tahun 2014 jumlah
kartu kredit meningkat sebesar dari 15,12 juta kartu, pada tahun 2013 menjadi
15,81 juta kartu.
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki
target dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting untuk mengukur/ acuan,
apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Menurut Manurung (2009),
dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk
menilai kebijakan moneter adalah:
1. Jumlah Uang Beredar (JUB)
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar
4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan
5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor
dan dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara itu inflasi, suku bunga,
24
Universitas Sumatera Utara
nilai tukar dan ekspansi relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh
masyarakat.
Account Based Card (Kartu ATM dan Debet)
Account Based Card adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang
dananya berasal dari rekening (account) nasabah. Jenis kartu yang masuk
dalam kategori ini adalah kartu ATM, Kartu Debet atau perpaduan ATM dan
Debet. Pada awal perkembangannya, jenis Account Based Card, yang banyak
dipakai adalah murni kartu ATM. Ini karena tujuan awal teknologi ATM
hanya sebagai pengganti fungsi teller untuk meningkatkan efisiensi overhead
cost, seperti penyediaan kantor cabang baru dan penambahan penggunaan
sumber daya manusia.
Dalam perkembangannya, infrastruktur jaringan ATM semakin
diperluas penggunaannya. Bank yang memiliki basis teknologi relatif maju
mulai menjajaki pengembangan kartu debet sekaligus membuat perusahaan
yang menangani infrastruktur switching transfer dana antar bank. Pada saat
sekarang ini banyak bank yang menawarkan pembayaran di merchant dengan
menggunakan kartu ATM yang telah ditambahkan fungsinya sebagai kartu
debet.
Perkembangan penggunaan kartu account based semakin meningkat
lagi ketika jumlah bank yang menjadi acquiring(penerbit)semakin banyak
menyediakan infrastruktur Electronic Data Capture (EDC) yaitu mesin
pembaca kartu debet di merchant. Perkembangan tersebut mendorong account
25
Universitas Sumatera Utara
based card memiliki pertumbuhan paling tinggi di antara jenis instrumen
pembayaran lainnya.
Ada tiga faktor yang menyebabkan pertumbuhan account based card
lebih tinggi dari instrumen pembayaran lain:
1. Terjadinya peningkatan jumlah penabung yang signifikan dari tahun ke
tahun
2. Semakin beragamnya fitur dan manfaat yang ditawarkan kepada
pemegang kartu
3. Fungsi account based card untuk pembayaran di merchant semakin
meningkat
Uang Elektronik
Meskipun kehadiran alat pembayaran menggunakan uang elektronik
masih relative baru namun uang elektronik cukup mendapat tempat di
masyarakat. Selama kurang lebih satu setengah tahun sejak pertama terbit
pada April 2007, jumlah uang elektronik telah mencapai 430 ribu. Berbeda
pada awal penerbitannya, uang elektronik saat ini tidak hanya diterbitkan
dalam bentuk chip yang tertanam pada kartu atau media lainnya (chip based),
namun juga telah diterbitkan dalam media lain yaitusuatu media yang saat
digunakan untuk bertransaksi akan terkoneksi terlebih dulu dengan server
penerbit (server based). Begitu pula dari sisi penggunaannya, hampir dari
seluruh uang elektronik yang diterbitkan tidak lagi bersifat single purpose
namun sudah multi purpose sehingga dapat diterima di banyak merchant yang
26
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Aktivitas penggunaan uang elektronik pada tahun 2008 mencapai 2,5
juta transaksi atau meningkat 77,1% dari tahun sebelumnya dengan nilai
transaksi sebesar Rp76,7 miliar atau meningkat 93,1% dari tahun sebelumnya.
Bertambahnya
penerbit
uang
elektronik
telah
mendorong
pesatnya
perkembangan transaksi instrumen pembayaran ini. Sampai dengan akhir
tahun 2014, terdapat 18 penerbit uang elektronik yang telah mendapatkan izin
dari Bank Indonesia. Berharap trend ini terus berlanjut, sehingga
pertumbuhan uang elektronik yang semakin luas akan mengurangi
penggunaan uang tunai untuk bertransaksi. Dalam skala yang lebih besar,
diyakini penggunaan uang elektronik secara luas di masyarakat akan
meningkatkan efisiensi biaya transaksi ritel, terutama dalam mengurangi biaya
cash handling. Sebagai alat pembayaran, perolehan dan penggunaan uang
elektronik pun cukup mudah. Calon pemegang hanya perlu menyetorkan
sejumlah uang kepada penerbit atau melalui agen-agen penerbit dan nilai uang
tersebut secara digital disimpan dalam media uang elektronik. Untuk chip
based, pemegang dapat bertransaksi secara off-line melalui uang elektronik
(dalam bentuk kartu atau bentuk lainnya). Sedangkan pada server based,
pemegang akan diberi sarana untuk mengakses “virtual account” melalui
handphone (sms), kartu akses, atau sarana lainnya, sehingga transaksi
diproses secara on-line. Transaksi melalui uang elektronik khususnya
transaksi yang diproses secara off-line sangat cepat hanya memerlukan waktu
kurang lebih 2-4 detik. Saat ini nilai uang yang dapat disimpan dalam uang
27
Universitas Sumatera Utara
elektronik dibatasi tidak lebih dari Rp1 juta, karena fungsinya memang
ditujukan sebagai alat pembayaran untuk transaksi yang bernilai kecil. Namun
batasan
tersebut
nantinya
dapat
saja
disesuaikan
dengan
melihat
perkembangan dan kebutuhan industri. Dalam mekanisme uang elektronik,
apabila pemegang tidak lagi berminat menggunakan uang elektronik atau
ingin mengakhiri penggunaan uang elektronik, nilai uang yang ada pada uang
elektronik dapat di-redeem sesuai tata cara yang diatur oleh masing-masing
penerbit. Reedem adalah penarikan seluruh sisa nilai uang pada uang
elektronik pada saat pemegang mengakhiri penggunaan uang elektronik
tersebut. Pertumbuhan non-tunai dari agustus 2014 ke September 2015
mencapai 71,7% dengan
volume pertumbuhan e-money mencapai 217%,
Nilai transaksi uang elektronik hingga akhir 2015 mencapai RP.5,2 trilliun
meningkat bila di bandingkan posisi pada September lalu RP 4,3 trilliun
2009=RP 520 milliyar.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 tentang uang
elektronik (Electronic Money), yang dimaksud dengan uang elektronik adalah
alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip
28
Universitas Sumatera Utara
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Maka dapat disimpulkan bahwa uang elektronik adalah alat
pembayaran dengan nilai uang yang telah tersimpan secara elektronik pada
server atau pun kartu dan tata cara penggunaan dan penerbitan telah diatur
dan diawasi langsung leh Bank Indonesia.
3. Pembayaran Elektronik (Electronic Payment System)
Kemajuan teknologi informasi semakin mendorong kemudahan
pelaksanaan transfer dana. Teknologi seperti internet, mobile phone maupun
telepon
dapat
dimanfaatkan
menjadi
saluran
pembayaran
yang
menghubungkan jalur sistem pembayaran yang ada. Misalnya kita akan
melakukan transfer dana, media konvensional adalah melalui perantara teller
di bank, atau lebih modern lagi dengan menggunakan mesin ATM. Sekarang
dengan kemajuan teknologi, kita tidakperlu datang untuk antri ke bank
ataupun gerai ATM untuk melakukan instruksi transfer, cek saldo, atau
melakukan pembayaran karena saat ini semua transaksi tersebut dapat
dilakukan melalui internet, mobile phone atau telepon tanpa harus pergi ke
suatu tempat tertentu. Di sisi perbankan, penggunaan teknologi ini dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu penggalian sumber dana murah terutama
29
Universitas Sumatera Utara
untuk keperluan intermediasi. Apabila masyarakat merasakan manfaat yang
besar dari kemudahan transaksi, maka mereka akan terdorong untuk
berhubungan atau selalu berhubungan dengan perbankan. Hal ini tentunya
akan meningkatkan penghimpunan dana masyarakat pada perbankan yang
notabenenya merupakan dana murah bagi perbankan. Selanjutnya bank juga
memperoleh fee based income yang akhir-akhir ini menjadi andalan
perbankan untuk memperoleh laba. Memang pada awalnya upaya ini
memerlukan investasi yang lumayan besar, tapi apabila perputaran
transaksinya tinggi, bukan tidak mungkin biaya investasi tersebut akan
tertutup oleh fee based income yang diperoleh. Keuntungan lain adalah
berkurangnya biaya overhead yang harus ditanggung.
Electronic Payment System dapat didefinisikan sebagai layanan
perbankan modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan
kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan
cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas
(Wardiana, 2002).
Menurut Pohan (2011), sistem pembayaran elektronik adalah sistem
pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti
Integrated Circuit (IC), cryptography atausandi pengamanan data transaksi
dan jaringan komunikasi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pembayaran elektronik merupakan sistem pembayaran yang menggunakan
30
Universitas Sumatera Utara
teknologi dan komunikasi baik berupa Integrated Circuit (IC), cryptography
atausandi pengamanan data transaksi dan jaringan komunikasi, sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan produktifitas.
Kartu pembayaran elektronik terdiri dari kartu kredit (credit card),
charge card, kartu debet (debet card), dan cash card. Ada perbedaan
signifikan antara kartu-kartu tersebut, baik fungsi maupun konsekuensi
penggunaannya. Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan
cara kredit konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak
mempunyai uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih
dari itu, konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan menyicil
sejumlah minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum
itu biasanya sebesar 10-20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya
terhadap sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya
tergantung pada bank penerbit kartu (issuer). Umumnya tingkat bunga kartu
kredit saat ini berkisar antara 3-4 persen per bulan. Selain mesti membayar
bunga, jika terlambat membayar konsumen juga akan dikenai denda
keterlambatan (late charge).
Berbeda dengan charge card, bila pembayaran utang kartu kredit bisa
dicicil, hal itu tidak berlaku bagi charge card. Setiap bulannya konsumen
harus membayar penuh semua transaksi yang telah dilakukan dengan
menggunakan charge card. Jika tidak dapat membayar penuh, konsumen akan
dikenakan denda keterlambatan sebesar persentase tertentu. Tetapi pengguna
31
Universitas Sumatera Utara
charge card tidak dikenakan bunga apa pun. Cash card adalah kartu untuk
menarik uang tunai baik langsung melalui teller bank atau melalui Anjungan
Tunai Mandiri ATM dan belakangan ini juga sudah dapat dipergunakan pada
toko-toko tertentu. Kartu plastik jenis ini pada dasarnya bukanlah alat
pembayaran melainkan hanya mempermudah nasabah agar tidak perlu
membawa uang terlalu banyak.
Sementara itu kartu debet merupakan alat pembayaran, seperti juga
kartu kredit dan charge card. Hanya saja yang membedakan adalah pola
penggunaannya. Kartu debet mensyaratkan pemiliknya memiliki rekening di
bank. Ketika pemilik berbelanja dengan menggunakan kartu debet, maka
simpanan dalam rekeningnya akan terdebet otomatis sebesar nilai transaksi
yang ia lakukan. Dengan kata lain, kartu debet juga kerap didefinisikan
sebagai pembayaran tunai tanpa perlu membawa uang tunai. Saat ini ada dua
jenis kartu debet. Pertama, kartu debet yang mengharuskan pemiliknya
menggunakan personal identification number (PIN) ketika bertransaksi. Jadi,
misalnya pemilik berbelanja di sebuah toko dengan menggunakan kartu debet,
maka untuk dapat mendebet rekeningnya, terlebih dahulu ia harus
memasukkan PIN dan baru kemudian pendebetan bisa dilakukan. Kedua,
kartu debet yang mekanisme penggunaannya mirip seperti menggunakan
kartu kredit. Artinya, pemilik cukup menyerahkan kartu debetnya kepada
pramuniaga dan ia menggesekkannya pada alat elektronik yang on-line
dengan bank. Pada saat itu juga rekening pemilik bisa dikurangi sebesar nilai
32
Universitas Sumatera Utara
transaksi yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi, karena di kartu debet pemilik
ada semacam sistem magnet sebagai alat verifikasi.
2.1.4
Efisiensi Sistem Pembayaran
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran di arahkan
untuk memastikan terselenggaranya sistem pembayaran yang efisien, cepat
dan aman dan andal. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam sistem
pembayaran selama tahun 2011 adalah peningkatan keamanan, efisiensi,
penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan interkoneksi infrastruktur
sistem pembayaran. Hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut adalah
semakin meningkatnya transaksi pembayaran yang dilakukan melalui sistem
pembayaran, baik melalui sistem Bank Indonesia-Real Time Gross
Settlement(BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia(SKNBI),
maupun saluran pembayaran lain seperti kartu kredit,kartu ATM/Debet,Uang
Elektronik, dan kegiatan usaha pengiriman uang(KUPU). Kebijakan dan
pengembangan sistem yang di tempuh oleh Bank Indonesia selama tahun
2011 antara lain adalah (i) tahapan pengembangan Sistem BI-RTGS dan Bank
Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II; (ii)
penerapan multiple settlement pada Kliring kredit SKNBI;(iii) standardisasi
Kartu ATM/Debet berbasis chip;(iv)
penyempurnaan ketentuan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK); dan (v) peningkatan layanan
pengelolaan rekening pemerintah.
33
Universitas Sumatera Utara
Sistem pembayaran memiliki peran yang strategis untuk menciptakan
stabilitas sistem keuangan dan mendukung pelaksanaan kebijakan moneter.
Dalam kegiatan perekonomian,peran strategis sistem pembayaran terutama
adalah menjamin terlaksananya berbagai transaksi pembayaran dari kegiatan
ekonomi dan kegiatan lainnya yang dilakukan,baik oleh masyarakat maupun
dunia usaha.
Kondisi perekonomian indonesia tahun 2011 yang tetap kondusif di
tengah
berlangsungnya
meningkatnya
aktivitas
ketidakpastian
sistem
global
pembayaran
menjadi
pada
faktor
tahun
utama
tersebut.
Perkembangan transaksi sistem pembayaran yang semakin meningkat
merupakan gambaran dari kondisi perekonomian indonesia yang mampu
berkinerja lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai transaksi
melalui sistem pembayaran selama tahun 2011 mencapai RP71,55 ribu triliun
atau meningkat 23,21% dari nilai transaksi tahun 2010 yang tercatat sebesar
RP58,07 ribu triliun. Sementara itu,dari sisi volume transaksi terjadi
peningkatan sebesar 22,66% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Volume transaksi sepanjang tahun 2011 mencapai 2,63 milliar transaksi.
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran di arahkan
untuk
memastikan
terselenggaranya
sistem
pembayaran
yang
efisien,cepat,aman, dan andal. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam sistem
pembayaran selama tahun 2011 adalah peningkatan keamanan, efisiensi,
34
Universitas Sumatera Utara
penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan interkoneksi infrastruktur
sistem pembayaran.
Prinsip lainnya di dalam sistem pembayaran adalah peningkatan
efisiensi. Arah dari prinsip ini adalah menuju efisiensi sistem pembayaran
yang pada gilirannya harus dapat mendukung efisiensi perekonomian.
Efisiensi dapat di lihat dari berbagai hal. Terutama efisien dalam
operasional yang menyangkut pemanfaatan waktu(efficient timely services).
Sistem pembayaran harus dapat memastikan bahwa waktu dalam transaksi
pembayaran dapat berjalan sangat efisien. Misalnya penerapan settlement
dengan sistem RTGS yang mampu mentransmisikan transfer dana terkait
kebijakan moneter secara cepat. Hal ini tentunya juga akan mengurangi lag
dengan pengaruh kebijakan moneter yang telah di ambil.
Dalam konteks waktu tadi, tentu juga tidak bisa di lepaskan dari
pemilihan jenis teknologi yang di gunakan. Oleh karena itu jenis teknologi
yang di gunakan harus dapat mendukung efficient timely service. Pemilihan
teknologi juga di maksudkan pada penyediaan. Sistem pembayaran yang
murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat di akses ke
seluruh pelosok. Hal itu perlu di pastikan agar dapat mendorong
perekonomian lebih efisien.
Walaupun
keseragaman
dan
keselarasan
teknologi
diantara
penyelenggara sistem pembayaran dan peserta merupakan hal yang sangat
pokok dalam penerapan efisiensi, namun hal tersebut sangat sulit di lakukan
35
Universitas Sumatera Utara
mengingat pemilihan teknologi antara satu institusi dengan institusi lain akan
berbeda tergantung dengan kebutuhan masing- masing. Akan tetapi
standarisasi massage format merupakan salah satu cara yang mungkin tepat
untuk mengatasi kendala seperti tersebut diatas.
Sistem
BI-RTGS
hampir
menyerupai
sistem
pembayaran
internasional(SWIFT) dan tidak mengikuti standar lainnya seperti EDIFACT
dengan alasan ekonomis dan effort yang besar, serta mengakomodasi
kebutuhan informasi dan statistic bagi kepentingan Bank Indonesia. Namun
demikian
sistem
BI-RTGS
message
format
saat
ini
telah
dapat
mengakomodasi kebutuhan operasional efisiensi bank khususnya dalam hal
interface dari bank ke bank baik sistem internal bank maupun sistem SWIFT.
Efisiensi juga dapat dilihat dari hal
yang lebih teknis, misalnya
implementasi teknologi tanpa kertas(paperless). Credit note dapat di proses
secara paperless, sehingga nota kredit tersebut dapat di proses secara lebih
efisien tabpa menggunakan kertas. Dengan demikian, efisiensi dapat di
terapkan, dimana sistem kliring dengan menggunakan kertas hanya dilakukan
untuk memproses warkat debet saja, sejauh nin warkat debet tidak mungkin
untuk dilakukan secara paperless.
Sistem pembayaran yang efisien salah satunya dapat di wujudkan
melalui pelayanan jasa sistem pembayaran secara nasional baik secara
geografis maupun segmentasi dari pengguna, upaya untuk melakukan
pelayanan jasa sistem pembayaran secara nasional dapat di wujudkan melalui
36
Universitas Sumatera Utara
penerapan sistem RTGS yang memungkinkan bank- bank yang berada di
daerah melakukan transaksi yang sama dengan bank- bank yang berada di
perkotaan. Upaya lain adalah melalui pengembangan sistem kliring yang
terintegrasi secara nasional, dalam implementasi di Indonesia dikenal dengan
sistem kliring nasional Bank Indonesia(SKNBI).
Pengembangan sistem pembayaran nasional dalam rangka menunjang
prinsip efisiensi di usahakan untuk memaksimalkan penggunaan dari
infrastruktur sistem pembayaranbaik yang telah ada saat ini maupun yang
akan di kembangkan. Sebagai contoh pengembangan interkoneksi jaringan
ATM di antara beberapa provider di harapkan dapat, menekan biaya bagi
bank-bank untuk menyediakan infrastruktur tambahan dan secara tidak
langsung dapat meningkatkan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat.
Kurangnya koordinasi dan kerja sama di antara lembaga dalam sistem
pembayaran nasional dapat berdampak terhadap ketidakefisienan. Terlebih di
tengah persaingan bisnis perbankan dalam wujud jumlah cabang, fasilitas dan
jasa-jasa perbankan yang di tawarkan kepada masyarakat maupun kalangan
usahawan. Hal ini dapat diminimalkan melalui kerja sama pembentukan
sepertiself
regulated
body
yang
menaungi
seluruh
penyelenggara
pembayaran,sehingga biaya biaya yang timbul untuk kebutuhan suatu
infrastruktur sistem pembayaran dapat di sharing secara merata untuk
keuntungan bersama.
37
Universitas Sumatera Utara
2.1.5
Sistem Pembayaran dan Kebijakan Moneter
Awalnya sistem pembayaran dianggap tidak punya keterkaitan dengan
hal lain sehingga kerap diabaikan. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya
waktu, kian disadari betapa sistem pembayaran mempunyai peran
instrumental
sebagai
infrastruktur
pendukung
pengendalian
moneter.
Penyelenggaraan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan yang sangat erat
baik dengan aktivitas perbankan maupun dengan stabilitas moneter. Oleh
karena itu pembuatan arsitektur sistem pembayaran perlu disinergikan dengan
kepentingan untuk senantiasa meningkatkan pelayanan jasa perbankan dan
upaya menjaga stabilitas moneter.Adanya keterkaitan yang sangat erat ini
melatarbelakangi
pemikiran
mengapa
fungsi
penyelenggaraan
dan
pengawasan sistem pembayaran di masukkan sebagai salah satu fungsi pokok
bank Indonesia, selain di bidang moneter dan pengawasan bank. Ketiga fungsi
bank sentral tersebut merupakan pilar-pilar utama untuk menjamin terciptanya
stabilitas keuangan dalam perekonomian.
Keterkaitan Dengan Bidang Moneter
Keterkaitan langsung antara sistem pembayaran dan pengendalian
kebijakan moneter adalah karena pelaksanaan sistem pembayaran dapat
berpengaruh terhadap penggunaan uang di masyarakat. Transaksi pembayaran
di antara pelaku ekonomi modern sering kali menggunakan dana di rekening
38
Universitas Sumatera Utara
bank. Hasil dari proses kliring dan settlement, yaitu rekening satu pihak
bertambah atas beban rekening pihak lain.
Dengan demikian,sistem pembayaran adalah penghubung akttivitas
ekonomi dan uang. Efisiensi penggunaan uang sangat tergantung dari efisiensi
sistem pembayaran. Sebagai contoh,time lag yang terjadi antara intruksi di
lakukan dan penyelesaian pembayaran sangat bervariasi, dan berpengaruh
terhadap saldo rekening di bank serta kemampuan pelaku untuk melakukan
transaksi lainnya. Pengaruh saldo rekening akibat dari time lag di kenal
sebagai float, yang merupakan faktor penting dalam keseimbangan money
supply dan demand.
Pengembangan sistem pembayaran senantiasa di arahkan untuk
terselenggaranya suatu sistem pembayaran yang efisien,cepat, dan aman. Hal
ini bukan hanya sangat penting bagi pelayanan jasa perbankan untuk
memenuhi tuntutan pengguna jasa perbankan yang semakin dinamis tetapi
juga sangat penting dalam menunjang sistem pengaturan dan pengawasan
bank serta bagi implementasi kebijakan moneter yang efektif dan efisien.
Sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman merupakan tulang punggung
(back bone)tercapainya suatu operasi moneter yang efektif dan efisien.
Dalam pengendalian moneter tidak langsung seperti diterapkan di
kebanyakan Negara dewasa ini termasuk Indonesia sejak 1983,proses
transmisi kebijakan sepenuhnya terjadi melalui dunia perbankan.kegagalan
39
Universitas Sumatera Utara
sistem setelmen antar bank secara langsung akan berdampak pada tidak
tercapainya target target moneter dalam jangka pendek. Injeksi atau kontraksi
uang melalui operasi pasar terbuka tidak akan efektif kalau terjadi kegagalan
dalam transaksi pembayaran sentelmen antar bank. Uang akan berhenti
mengalir dari satu pelaku ekonomi ke pelaku lainnya.
Kegagalan setelmen yang bersifat sementara, dengan berbagai alasan,
bagaimana pun akan memberikan gejolak pada kondisi moneter karena akan
terjadi gap liquiditas di pasar uang, pihak yang defisit tidak dapat ditutupi
oleh pihak yang surplus. Kegagalan setelmen yang berjangka lama
dampaknya tentu akan semakin serius yang pada gilirannya dapat
menyebabkan terhentinya proses intermediasi perbankan dan lumpuhnya
operasi moneter.
Dewasa ini, masalah masalah setelmen seperti ini sudah dapat diatasi
dengan adanya inovasi teknologi informasi yang menyediakan infrastruktur
pendukung bagi terlaksananya suatu sistem pembayaran yang efisien,tepat,dan
murah. Desain dari blue print sistem pembayaran nasional yang di buat tahun
1996
telah
memerhatikan
berbagai
kepentingan
di
atas
termasuk
mengantisipasi perkembangan teknologi informasi. Akan tetapi mengingat
perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat dewasa ini,desain
dari blue print SPN memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu.
Pengendalian Kebijakan Moneter
40
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan
dengan
fungsi
bank
sentral
dalam
mengendalikan
kebijaksanaan moneter, perhatian utama bank sentral adalah pelaksanaan
setelmen di bank sentral,karena setelmen merupakan muara seluruh transaksi
keuangan.
Melalui
same
day settlement
bank-
bank
dapat
dapat
memperkirakan kebutuhan liquiditasnya dengan cepat, demikian pula dengan
bank sentral dapat mengetahui money supply dan demand yang sebenarnya.
Pengoperasian transfer uang antar bank secara otomasi, khususnya
yang berjumlah besar(automated large value interbank funds transfer)
merupakan komponen infrastruktur penting dalam pasar keuangan yang
modern. Fungsi utamanya adalah mempercepat komunikasi,pemrosesan, dan
pelaksanaan sistem setelmen pembayaran.
Dari sudut pandang makroekonomi,automated large value interbank
funds transfer dapat menjembatani kebutuhan pasar uang dan secara
keseluruhan mempengaruhi kondisi moneter di suatu Negara. Karena melalui
otomasi transfer dana antar bank dalam jumlah besar(automated large value
interbank transfer system) informasi mengenai kondisi moneter Negara dapat
di ketahui secara akurat. Selain itu, penerapan kebijaksanaan moneter di suatu
tempat dengan cepat akan memengaruhi daerah lain.
Dari sudut pandang mikroekonomi penerapan automated large value
interbank transfer system akan meningkatkan kemampuan liquiditas bagi
bank bank maupun invidu lainnya. Pasar yang liquid dapat mengurangi
41
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan bank bank terhadap bank sentral, dan meningkatkan
penerapan reserve requirement yang berorientasi pada pasar.
Selain itu, pasar uang antar bank yang liquid dapat meningkatkan
fleksibilitas penerapan kebijaksanaan moneter bank sentral. Kondisi pasar
uang
yang
liquid
memungkinkan
bank
sentral
dapat
menerapkan
kebijaksanaan moneter secara langsung dan akurat, selain itu memungkinkan
bank- bank dengan cepat menyesuaikan posisi reserve requirementnya.
Di samping itu, baru di sadari pula bahwa sistem pembayaran itu
sendiri mengandung resiko instabilitas. Ini kalau tidak di pahami,dan karena
itu tidak di handle dengan benar, akan mengakibatkan instabilitas yang lain.
Resiko- resiko yang terkandung di dalam setiap sistem pembayaran terutama
sitem yang menghandle pembayaran pembayaran antar bank yang bernilai
besar-besar, cukup ragam, mulai dari resiko liquiditas dan resiko kredit
sampai resiko hukum dan resiko reputasi. Yang paling di takuti adalah resiko
sistemik(systemic risk). Kalau yang terakhir ini terjadi maka ia bisa
menumbangkan atau paling tidak menimbulkan kerugian yang tidak sedikit
terhadap para playernya dan bahkan bisa mengakibatkan kerugian besar bagi
penyelenggra sistem itu sendiri.
42
Universitas Sumatera Utara
2.2
Tingkat Bunga
Tingkat bunga menurut Keynes merupakan suatu fenomena moneter. Artinya
tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan akan uang. Uang sangat
mempengaruhi kegiatan ekonomi sepanjang uang mempengaruhi tingkat bunga.
Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi
dan dengan demikian akan mempengaruhi pendapatan nasional. Salah satu dari
tingkat bunga yang mempengaruhi kegiatan investasi tersebut adalah bunga bank.
Menurut Kasmir (2008), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga dapat juga diartikan sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar
oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan
kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:
a. Bunga Simpanan
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa
bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bungan simpanan merupakan
harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya seperti: jasa giro, bunga
tabungan, dan bunga deposito.
b. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga
yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit.
43
Universitas Sumatera Utara
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang
diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing
saling mempengaruhi satu sama lain. Jika bunga simpanan tinggi, maka secara
otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.
2.3
Penelitian Terdahulu
NO
Nama Penulis
1
Tiara Nirmala
(2011)
2
Ahmad Hafidh
Saiful Fikri,M.
Si. (2014)
3
Dharfan
Aprianto dkk
Judul
Variable Penelitian
Hasil Kajian
Effect of
increasing use
the card
payment
equipment on
the indonesian
economy
Analisis
transaksi nontunai(cash-less
transaction)
dalam
mempengaruhi
permintaan
uang (money
demand) guna
mewujudkan
perekonomian
indonesia yang
efisien.
M1 dan M2
Mengatakan bahwa
kepemilikan tunai
menurun,sementara
stok uang M1 dan M2
meningkat.
APMK(Kartu
Kredit,Kartu
ATM,Kartu Debit)
Perkembangan
Uang
Elektronik Dan
Kartu Kredit Di
Indonesia
alat pembayaran
berbasis kartu
(Kartu Kredit,
Kartu Debit,dan
Kartu ATM) dan
Mengatakan bahwa
penggunaan
APMK(kartu
kredit,kartu
ATM,kartu debit)
secara parsial
berpengaruh negatif
dan signifikan
sedangkan e-money
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap permintaan
uang kartal di
indonesia dalam
jangka pendek.
Perkembangan
teknologi informasi
dan komunikasi telah
mendorong
berkembangannya alat
44
Universitas Sumatera Utara
Periode 2007 –
2012
4
Sing Sumanjeet
Emergence of
payment
systems in the
age of
electronic
commerce: the
stat of art
berbasis elektronik pembayaran berbasis
(uang elektronik/e- kartu khususnya kartu
kredit dan berbasis
money).
Online credit, card
payment, system
online, electronic
cash
system,electronic
cheque system and
smart cards based
electronic payment
system.
Pembayaran
online,pembayaran
menggunakan
kartu,sistem
pembayaran tem
elektronik (uang
elektronik/e-money).
Jumlah penggunaan
kartu kredit dan uang
elektronik di indonesia
semakin meningkat
dari tahun ke tahun
mulai tahun 2007
hingga tahun 2012.
Pada tahun 2012
pengguna kartu kredit
mengalami
peningkatan dari tahun
2007 yaitu sebesar
28,31% (9,17 juta
pengguna pada tahun
2007 menjadi 14,81
juta pengguna pada
tahun 2007 menjadi
14,81 juta pengguna
pada tahun 2012),
begitu juga dengan
uang elektronik yang
mengalami
peningkatan dari 1,25
juta pada tahun 2007.
menjadi 17,50 juta
pada tahun 2012.
Kartu Kredit, Kartu
Debit, dan uang
elektronik sangatlah
penting terutama kartu
debit yang di harapkan
dapat menggantikan
sistem pembayaran
elektronik juga di
pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu
tergantung pada
pilihan pengguna,
kemudahan
penggunaan,
biaya,persetujuan
45
Universitas Sumatera Utara
cek, sistem ran
berdasarkan kartu
debit.
5
Kepha
Nyankora
Getembe(2013)
Electronic
Money
Transfer
System And
Business
Process
Management
Among
Commercial
Banks In
Kenya
Sistem transfer
elektronik, Bank
Komersial,
preference.
otorisasi,
keamanan,pengesahan,
kemudahan akses,
keandalan, dan
kebijakan umum.
Dari 25 responden
yang di targetkan
untuk penelitian kasus
ini,20 responden
memberikan
tanggapan positif dari
kuisioner yakni
sebesar 80%.
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi
sistem pembayaran
elektronik di antaranya
adalah biaya,
panjangnya antrian,
dan keefisienan waktu.
Banyak responden
menggunakan sistem
transfer uang karena
keuntungan yang di
tawarkan oleh
perusahaan kepada
mereka keuntungan
yang paling banyak di
pilih oleh responden
adalah keefisienan
seperti transaksi dapat
di lakukan dengan
cepat tanpa harus
datang ke bank.
46
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kerangka Konseptual
Sistem pembayaran merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari
perekenomian. Sistem pembayaran memegang peranan yang sangat penting baik di
masyarakat maupun di pemerintahan. Sistem pembayaran dapat dilakukan secara
tunai dan non-tunai. Dimana sistem pembayaran tunai dilakukan dengan
menggunakan uang kartal, sementara pembayaran non-tunai dilakukan dengan
menggunakan uang giral.
Transaksi non-tunai diperkenalkan kepada masyarakat dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat, sehingga dapat mengendalikan
laju inflasi dan dapat meningkatkan efisiensi bagi pemerintah. Dengan adanya
transaksi non-tunai maka jumlah uang yang beredar dimasyarakat akan menjadi
semakin berkurang dan tingkat permintaan akan uang kartal menjadi lebih sedikit
atau menurun. Salah satu pembayaran non-tunai tersebut adalah pembayaran
menggunakan uang elektronik.
Dari penjelasan tersebut penulis ingin menganalisis apakah sistem
pembayaran menggunakan uang elektronik (transaksi APMK, transaksi Kliringdan
suku bunga tabungan) mempengaruhi tingkat permintaan uang kartal.
47
Universitas Sumatera Utara
Transaksi Menggunakan
Uang Elektronik
1
Transaksi APMK
PERMINTAAN
Transaksi Kliring
UANG KARTAL
Suku Bunga
Deposito
Gambar 2.6
2.5
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris.
Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
Transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.
2)
Transaksi kliring berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan
uang kartal di Indonesia.
3)
Suku bunga deposito memiliki hubungan negatif terhadap transaksi non tunai
di Indonesia.
48
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Pembayaran
2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran
Sistem pembayaranmenurut Pohan (2011 : 70) adalah “suatu sistem yang
melakukan pengaturan kontrak, fasilitas pengoperasian dan mekanisme teknis yang
digunakan untuk penyampaian, pengesahan, dan penerimaan instruksi pembayaran,
serta pemenuhan kewajiban pembayaran yang dikumpulkan melalui pertukaran
“nilai” antarperorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun
antarnegara (cross border)”.
Sistem pembayaran berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Dahulu sistem pembayaran dikenal dengan sistem barter yaitu pertukaran antarbarang
sesuai dengan kebutuhan dari pelaku barter itu sendiri. Kemudian sistem tersebut
berkembang ketika mulai dikenal adanya satuan tertentu yang memiliki nilai
pembayaran yang dikenal dengan sebutan uang.Hingga saat ini uang masih menjadi
salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya sistem
pembayaran terus berkembang dari sistem pembayaran tunai (cash based) ke sistem
pembayaran nontunai (non-cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper
based), misalnya cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran
paperless seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card
based) seperti kartu kredit, kartu debit, dan kartu prabayar.
16
Universitas Sumatera Utara
Sistem pembayaran memiliki implikasi yang sangat kuat terhadap stabilitas
sistem keuangan bahkan terhadap perekonomian suatu negara. Sistem pembayaran
yang dapat memenuhi semua prinsip yang dipersyaratkan, yakni dapat meminimalkan
risiko yang dapat terjadi, sangat efisien, memiliki kesetaraan akses dan melindungi
konsumen, akan menjadi modal bagi stabilitas sistem keuangan. Sebaliknya sistem
pembayaran yang tidak mampu meminimalkan risiko akan menjadi sumber
instabilitas keuangan. Oleh karena itu, sistem pembayaran dapat dikatakan sebagai
simpul penting dalam perekonomian.
Menurut Fikri (2014) Sistem pembayaran terdiri dari beberapa komponen
yang saling terkait satu dengan yang lain, yaitu:
Kebijakan
Komponen
kebijakan
dalam
sistem
pembayaran
memberikan
dasar
pengembangan sistem pembayaran di suatu negara. Kebijakan sistem pembayaran
biasanya tercermin dalam berbagai peraturan dan ketentuan. Kebijakan sistem
pembayaran di berbagai Negara sangat bervariasi, mengingat masing-masing negara
mempunyai sejarah, karakteristik, dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang
berbeda-beda. Pada umumnya, kebijakan yang berkaitan dengan sistem pembayaran
ditetapkan oleh bank sentral masing-masing negara. Hal ini dikarenakan adanya
keterkaitan yang erat antara kebijakan-kebijakan di bidang sistem pembayaran
dengan sistem moneter dan sistem perbankan. Adapun kebijakan sistem pembayaran
yang ditetapkan Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya mengacu pada empat
prinsip: keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen
17
Universitas Sumatera Utara
Kelembagaan
Kelembagaan dalam sistem pembayaran meliputi berbagai lembaga yang
secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam penyelenggaraan system
pembayaran. Secara umum, lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pembayaran
meliputi: bank sentral, bank-bank dan lembaga kliring, pasar modal, penyedia jasa
jaringan komunikasi, dan penerbit kartu kredit. Masing-masing lembaga tersebut
mempunyai peran dan tanggung jawab yang berbeda dalam sistem pembayaran.
Secara umum peran Bank Sentral dalam sistem pembayaran bisa sebagai operator,
regulator, dan supervisor. Meskipun demikian ada juga bank sentral yang hanya
berperan sebagai regulator dan supervisor.
Instrumen Pembayaran
Instrumen atau alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam
pembayaran. Instrumen pembayaran saat ini dapat diklasifikasikan atas tunai dan
non-tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah uang kartal yang terdiri dari uang
kertas dan uang logam yang sudah kita kenal selama ini. Sementara instrumen
pembayaran non-tunai, dapat dibagi lagi atas alat pembayaran non-tunai dengan
media kertas atau lazim disebut paperbased instrument, seperti: cek, bilyet giro,
wesel, dan lain-lain serta alat pembayaran non-tunai dengan media kartu atau lazim
disebut card-based instrument seperti kartu kredit, kartu debit, kartu ATM dan lainlain. Dengan semakin berkembangnya teknologi, saat ini mulai dikembangkan pula
berbagai alat pembayaran yang menggunakan teknologi microchips yang dikenal
dengan electronic money (e-money).
18
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme Operasional
Dalam sistem pembayaran diperlukan suatu mekanisme operasional untuk
melakukan perpindahan dana dari satu pihak ke pihak lainnya. Mekanisme
operasional ini idealnya harus dapat menjamin kelancaran dan keamanan perpindahan
dana, serta kepastian penerimaan dana oleh pihak penerima. Sebagai contoh,
mekanisme operasional yang ada saat ini antara lain adalah kliring, transfer dana via
RTGS, dan lain-lain.
2.1.2
Infrastruktur Teknis
Infrastruktur teknis meliputi berbagai komponen teknis yang diperlukan untuk
memproses dan melakukan perpindahan dana, standar-standar seperti message
format, sistem jaringan komputer, komunikasi, perangkat keras dan lunak, sistem
back-up, disaster recovery plan, dan lain-lain. Keberadaan infrastruktur teknis ini
sangat menunjang kelancaran penyelenggaraan suatu system pembayaran. Seiring
dengan berkembangnya teknologi hardware, software dan komunikasi, saat ini
tersedia berbagai pilihan infrastruktur teknis di bidang sistem pembayaran yang
menawarkan berbagai keunggulan baik dari segi kecepatan maupun keamanan.
Pilihan atas infrastruktur ini tergantung pada kebutuhan dan kebijakan masingmasing
negara dalam pengembangan sistem pembayaran nasionalnya. Pilihan ini tentunya
mempunyai implikasi terhadap investasi yang harus dikeluarkan, di mana semakin
tinggi teknologi yang digunakan diperlukan investasi yang semakin besar pula.
19
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Jenis Sistem Pembayaran
Dalam praktiknya sehari-hari, ada dua jenis sistem pembayaran yaitu
pembayaran tunai (cash) dan pembayaran nontunai (non-cash).
1. Pembayaran Tunai (cash)
Alat pembayaran tunai dapat dilakukan dengan menggunakan uang,
baik jenis uang logam ataupun uang kertas.Dalam peredarannya, uang tersedia
dalam berbagai jenis pecahan agar memudahkan untuk bertransaksi. Pada
mata uang Rupiah misalnya, pecahan uang dimulai dari Rp. 100,00, Rp.
500,00, Rp. 1.000,00, Rp.2.000,00, Rp. 5.000,00, Rp. 10.000,00, Rp.
20.000,00, Rp. 50.000,00, dan Rp. 100.000,00.
Meskipun transaksi non-tunai di satu sisi mengalami peningkatan dan
di sisi lain transaksi tunai mengalami penurunan. Namun demikian, tetap saja
banyak yang merasa lebih nyaman bertransaksi secara tunai.Terlebih dalam
transaksi nontunai membutuhkan pengetahuan mengenai teknologi sebagai
syarat bagi pengguna.
Oleh karena itu, ketersediaan uang tunai hingga kini masih dianggap
sebagai hal yang penting dalam sistem pembayaran di belahan dunia
manapun, tak terkecuali Indonesia.
Begitu pentingnya uang tunai, baik dalam ketersediaan, pasokan,
pengaturan, hingga pendistribusiannya, menuntut kehadiran lembaga yang
kapabel.Di banyak negara, lembaga yang memiliki peran dalam pengaturan
uang beredar adalah bank sentral.
20
Universitas Sumatera Utara
Dalam kebijakan pengedaran uang tunai yang terpenting adalah
bagaimana memenuhi kebutuhan uang di masyarakat dalam jumlah nominal
yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang
layak edar. Oleh karena itu, uang tunai yang digunakan dalam bertransaksi
harus memiliki beberapa karakteristik penting, di antaranya:
a. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan
untuk mempermudah
kelancaran transaksi pembayaran tunai, dapat diterima dan dipercaya oleh
masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa
karakteristik:
1. Mudah digunakan dan nyaman (user friendly),
2. Tahan lama (durable),
3. Mudah dikenali (easily recognized), dan
4. Sulit dipalsukan (secure against counterfeiting)
b. Jumlah uang tunai harus tersedia secara cukup di masyarakat, dengan
memerhatikan kesesuaian jenis pecahannya. Untuk ini, diperlukan
perencanaan yang baik terutama dalam perencanaan pengadaan maupun
perencanaan distribusinya.
c. Perlu diupayakan tersedianya kelembagaan pendukung untuk mewujudkan
terciptanya kelancaran arus uang tunai yang layak edar, baik secara
regional maupun nasional.
21
Universitas Sumatera Utara
2. Pembayaran Nontunai (non-cash)
Alat pembayaran non-tunai dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yakni alat pembayaran untuk credit transfer dan alat pembayaran untuk debit
transfer.
Perbedaan antara credit transfer dan debit transfer terletak pada
perintah pengiriman uang. Berdasarkan terminologi yang dibuat oleh Bank for
International Settlement (BIS), credit transfer adalah perintah pembayaran
untuk tujuan penempatan dana dari pengirim ke penerima melalui jalur
transfer dana dari bank pengirim ke bank penerima dan dimungkinkan melalui
bank lain sebagai perantara. Sedangkan debit transfer adalah sistem transfer
dana dimana perintah transfer dibuat atau diotorisasi oleh pihak yang
memiliki dana dan akan melakukan pengiriman dana tersebut kepada pihak
lain. Perintah transfer tersebut disampaikan kepada pihak yang akan
menerima dana untuk kemudian dicairkan. Selanjutnya, bank tersebut
mengkliringkan perintah transfer debit tersebut di lembaga kliring, untuk
menagihkan dana ke bank pengirim. Alat pembayaran yang digunakan saat ini
adalah cek, bilyet giro, dan nota debet.
Perkembangan
sistem
pembayaran
non-tunai
diawali
dengan
instrumen pembayaran yang bersifat paper based seperti cek, bilyet giro, dan
warkat lainnya. Sejak perbankan mendorong penggunaan sistem elektronik
serta penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu dengan segala
bentuknya, berangsur-angsur pertumbuhan penggunaan alat pembayaran yang
22
Universitas Sumatera Utara
paper based semakin menurun. Apalagi sejak sistem elektronik, seperti
transfer dan sistem kliring mulai banyak digunakan.
Selanjutnya berkembang instrumen pembayaran yang berbasis kartu
sejalan dengan perkembangan teknologi.Saat ini, instrumen pembayaran
berbasis kartu yang telah berkembang dengan berbagai variannya.Mulai dari
kartu kredit, kartu ATM, kartu debit, dan berbagai macam jenis uang
elektronik.
Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan salah satu transaksi non-tunai yang dananya
berasal dari perbankan.Jenis alat transaksi ini berkembang cukup pesat.Di
Indonesia kartu kredit mulai berkembang sejak dekade 90-an. Kartu kredit
umumnya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas. Selain menawarkan
keuntungan yang tinggi, segmen penggunanya merupakan kalangan atas
dimana eksposur risiko gagal bayar dianggap relatif kecil. Hal ini menarik
minat banyak bank untuk masuk dalam industri kartu kredit tersebut.
Dorongan bank untuk memasuki industri kartu kredit juga disebabkan
oleh pangsa pasar Indonesia yang masih terbuka untuk pengembangan kartu
kredit. Salah satu faktor untuk melihat potensi pasar tersebut adalah
perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah
pemegang kartu kredit.
23
Universitas Sumatera Utara
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa dari 230 juta
penduduk Indonesia terdapat 127 juta penduduk yang tergolong dalam usia
produktif (usia 20 - 50 tahun).
Pesatnya pertumbuhan kartu kredit tercermin pada trend peningkatan
jumlah kartu beredar tiap tahunnya. Pada tahun 2003 jumlah kartu kredit baru
berkisar 4,5 juta kartu, dan pada tahun 2011 mencapai 11,5 juta kartu, atau
rata-rata pertumbuhannya per tahun sebesar 20,8%. Pada tahun 2014 jumlah
kartu kredit meningkat sebesar dari 15,12 juta kartu, pada tahun 2013 menjadi
15,81 juta kartu.
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki
target dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting untuk mengukur/ acuan,
apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Menurut Manurung (2009),
dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk
menilai kebijakan moneter adalah:
1. Jumlah Uang Beredar (JUB)
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar
4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan
5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor
dan dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara itu inflasi, suku bunga,
24
Universitas Sumatera Utara
nilai tukar dan ekspansi relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh
masyarakat.
Account Based Card (Kartu ATM dan Debet)
Account Based Card adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang
dananya berasal dari rekening (account) nasabah. Jenis kartu yang masuk
dalam kategori ini adalah kartu ATM, Kartu Debet atau perpaduan ATM dan
Debet. Pada awal perkembangannya, jenis Account Based Card, yang banyak
dipakai adalah murni kartu ATM. Ini karena tujuan awal teknologi ATM
hanya sebagai pengganti fungsi teller untuk meningkatkan efisiensi overhead
cost, seperti penyediaan kantor cabang baru dan penambahan penggunaan
sumber daya manusia.
Dalam perkembangannya, infrastruktur jaringan ATM semakin
diperluas penggunaannya. Bank yang memiliki basis teknologi relatif maju
mulai menjajaki pengembangan kartu debet sekaligus membuat perusahaan
yang menangani infrastruktur switching transfer dana antar bank. Pada saat
sekarang ini banyak bank yang menawarkan pembayaran di merchant dengan
menggunakan kartu ATM yang telah ditambahkan fungsinya sebagai kartu
debet.
Perkembangan penggunaan kartu account based semakin meningkat
lagi ketika jumlah bank yang menjadi acquiring(penerbit)semakin banyak
menyediakan infrastruktur Electronic Data Capture (EDC) yaitu mesin
pembaca kartu debet di merchant. Perkembangan tersebut mendorong account
25
Universitas Sumatera Utara
based card memiliki pertumbuhan paling tinggi di antara jenis instrumen
pembayaran lainnya.
Ada tiga faktor yang menyebabkan pertumbuhan account based card
lebih tinggi dari instrumen pembayaran lain:
1. Terjadinya peningkatan jumlah penabung yang signifikan dari tahun ke
tahun
2. Semakin beragamnya fitur dan manfaat yang ditawarkan kepada
pemegang kartu
3. Fungsi account based card untuk pembayaran di merchant semakin
meningkat
Uang Elektronik
Meskipun kehadiran alat pembayaran menggunakan uang elektronik
masih relative baru namun uang elektronik cukup mendapat tempat di
masyarakat. Selama kurang lebih satu setengah tahun sejak pertama terbit
pada April 2007, jumlah uang elektronik telah mencapai 430 ribu. Berbeda
pada awal penerbitannya, uang elektronik saat ini tidak hanya diterbitkan
dalam bentuk chip yang tertanam pada kartu atau media lainnya (chip based),
namun juga telah diterbitkan dalam media lain yaitusuatu media yang saat
digunakan untuk bertransaksi akan terkoneksi terlebih dulu dengan server
penerbit (server based). Begitu pula dari sisi penggunaannya, hampir dari
seluruh uang elektronik yang diterbitkan tidak lagi bersifat single purpose
namun sudah multi purpose sehingga dapat diterima di banyak merchant yang
26
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Aktivitas penggunaan uang elektronik pada tahun 2008 mencapai 2,5
juta transaksi atau meningkat 77,1% dari tahun sebelumnya dengan nilai
transaksi sebesar Rp76,7 miliar atau meningkat 93,1% dari tahun sebelumnya.
Bertambahnya
penerbit
uang
elektronik
telah
mendorong
pesatnya
perkembangan transaksi instrumen pembayaran ini. Sampai dengan akhir
tahun 2014, terdapat 18 penerbit uang elektronik yang telah mendapatkan izin
dari Bank Indonesia. Berharap trend ini terus berlanjut, sehingga
pertumbuhan uang elektronik yang semakin luas akan mengurangi
penggunaan uang tunai untuk bertransaksi. Dalam skala yang lebih besar,
diyakini penggunaan uang elektronik secara luas di masyarakat akan
meningkatkan efisiensi biaya transaksi ritel, terutama dalam mengurangi biaya
cash handling. Sebagai alat pembayaran, perolehan dan penggunaan uang
elektronik pun cukup mudah. Calon pemegang hanya perlu menyetorkan
sejumlah uang kepada penerbit atau melalui agen-agen penerbit dan nilai uang
tersebut secara digital disimpan dalam media uang elektronik. Untuk chip
based, pemegang dapat bertransaksi secara off-line melalui uang elektronik
(dalam bentuk kartu atau bentuk lainnya). Sedangkan pada server based,
pemegang akan diberi sarana untuk mengakses “virtual account” melalui
handphone (sms), kartu akses, atau sarana lainnya, sehingga transaksi
diproses secara on-line. Transaksi melalui uang elektronik khususnya
transaksi yang diproses secara off-line sangat cepat hanya memerlukan waktu
kurang lebih 2-4 detik. Saat ini nilai uang yang dapat disimpan dalam uang
27
Universitas Sumatera Utara
elektronik dibatasi tidak lebih dari Rp1 juta, karena fungsinya memang
ditujukan sebagai alat pembayaran untuk transaksi yang bernilai kecil. Namun
batasan
tersebut
nantinya
dapat
saja
disesuaikan
dengan
melihat
perkembangan dan kebutuhan industri. Dalam mekanisme uang elektronik,
apabila pemegang tidak lagi berminat menggunakan uang elektronik atau
ingin mengakhiri penggunaan uang elektronik, nilai uang yang ada pada uang
elektronik dapat di-redeem sesuai tata cara yang diatur oleh masing-masing
penerbit. Reedem adalah penarikan seluruh sisa nilai uang pada uang
elektronik pada saat pemegang mengakhiri penggunaan uang elektronik
tersebut. Pertumbuhan non-tunai dari agustus 2014 ke September 2015
mencapai 71,7% dengan
volume pertumbuhan e-money mencapai 217%,
Nilai transaksi uang elektronik hingga akhir 2015 mencapai RP.5,2 trilliun
meningkat bila di bandingkan posisi pada September lalu RP 4,3 trilliun
2009=RP 520 milliyar.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 tentang uang
elektronik (Electronic Money), yang dimaksud dengan uang elektronik adalah
alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip
28
Universitas Sumatera Utara
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Maka dapat disimpulkan bahwa uang elektronik adalah alat
pembayaran dengan nilai uang yang telah tersimpan secara elektronik pada
server atau pun kartu dan tata cara penggunaan dan penerbitan telah diatur
dan diawasi langsung leh Bank Indonesia.
3. Pembayaran Elektronik (Electronic Payment System)
Kemajuan teknologi informasi semakin mendorong kemudahan
pelaksanaan transfer dana. Teknologi seperti internet, mobile phone maupun
telepon
dapat
dimanfaatkan
menjadi
saluran
pembayaran
yang
menghubungkan jalur sistem pembayaran yang ada. Misalnya kita akan
melakukan transfer dana, media konvensional adalah melalui perantara teller
di bank, atau lebih modern lagi dengan menggunakan mesin ATM. Sekarang
dengan kemajuan teknologi, kita tidakperlu datang untuk antri ke bank
ataupun gerai ATM untuk melakukan instruksi transfer, cek saldo, atau
melakukan pembayaran karena saat ini semua transaksi tersebut dapat
dilakukan melalui internet, mobile phone atau telepon tanpa harus pergi ke
suatu tempat tertentu. Di sisi perbankan, penggunaan teknologi ini dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu penggalian sumber dana murah terutama
29
Universitas Sumatera Utara
untuk keperluan intermediasi. Apabila masyarakat merasakan manfaat yang
besar dari kemudahan transaksi, maka mereka akan terdorong untuk
berhubungan atau selalu berhubungan dengan perbankan. Hal ini tentunya
akan meningkatkan penghimpunan dana masyarakat pada perbankan yang
notabenenya merupakan dana murah bagi perbankan. Selanjutnya bank juga
memperoleh fee based income yang akhir-akhir ini menjadi andalan
perbankan untuk memperoleh laba. Memang pada awalnya upaya ini
memerlukan investasi yang lumayan besar, tapi apabila perputaran
transaksinya tinggi, bukan tidak mungkin biaya investasi tersebut akan
tertutup oleh fee based income yang diperoleh. Keuntungan lain adalah
berkurangnya biaya overhead yang harus ditanggung.
Electronic Payment System dapat didefinisikan sebagai layanan
perbankan modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan
kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan
cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas
(Wardiana, 2002).
Menurut Pohan (2011), sistem pembayaran elektronik adalah sistem
pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti
Integrated Circuit (IC), cryptography atausandi pengamanan data transaksi
dan jaringan komunikasi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pembayaran elektronik merupakan sistem pembayaran yang menggunakan
30
Universitas Sumatera Utara
teknologi dan komunikasi baik berupa Integrated Circuit (IC), cryptography
atausandi pengamanan data transaksi dan jaringan komunikasi, sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan produktifitas.
Kartu pembayaran elektronik terdiri dari kartu kredit (credit card),
charge card, kartu debet (debet card), dan cash card. Ada perbedaan
signifikan antara kartu-kartu tersebut, baik fungsi maupun konsekuensi
penggunaannya. Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan
cara kredit konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak
mempunyai uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih
dari itu, konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan menyicil
sejumlah minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum
itu biasanya sebesar 10-20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya
terhadap sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya
tergantung pada bank penerbit kartu (issuer). Umumnya tingkat bunga kartu
kredit saat ini berkisar antara 3-4 persen per bulan. Selain mesti membayar
bunga, jika terlambat membayar konsumen juga akan dikenai denda
keterlambatan (late charge).
Berbeda dengan charge card, bila pembayaran utang kartu kredit bisa
dicicil, hal itu tidak berlaku bagi charge card. Setiap bulannya konsumen
harus membayar penuh semua transaksi yang telah dilakukan dengan
menggunakan charge card. Jika tidak dapat membayar penuh, konsumen akan
dikenakan denda keterlambatan sebesar persentase tertentu. Tetapi pengguna
31
Universitas Sumatera Utara
charge card tidak dikenakan bunga apa pun. Cash card adalah kartu untuk
menarik uang tunai baik langsung melalui teller bank atau melalui Anjungan
Tunai Mandiri ATM dan belakangan ini juga sudah dapat dipergunakan pada
toko-toko tertentu. Kartu plastik jenis ini pada dasarnya bukanlah alat
pembayaran melainkan hanya mempermudah nasabah agar tidak perlu
membawa uang terlalu banyak.
Sementara itu kartu debet merupakan alat pembayaran, seperti juga
kartu kredit dan charge card. Hanya saja yang membedakan adalah pola
penggunaannya. Kartu debet mensyaratkan pemiliknya memiliki rekening di
bank. Ketika pemilik berbelanja dengan menggunakan kartu debet, maka
simpanan dalam rekeningnya akan terdebet otomatis sebesar nilai transaksi
yang ia lakukan. Dengan kata lain, kartu debet juga kerap didefinisikan
sebagai pembayaran tunai tanpa perlu membawa uang tunai. Saat ini ada dua
jenis kartu debet. Pertama, kartu debet yang mengharuskan pemiliknya
menggunakan personal identification number (PIN) ketika bertransaksi. Jadi,
misalnya pemilik berbelanja di sebuah toko dengan menggunakan kartu debet,
maka untuk dapat mendebet rekeningnya, terlebih dahulu ia harus
memasukkan PIN dan baru kemudian pendebetan bisa dilakukan. Kedua,
kartu debet yang mekanisme penggunaannya mirip seperti menggunakan
kartu kredit. Artinya, pemilik cukup menyerahkan kartu debetnya kepada
pramuniaga dan ia menggesekkannya pada alat elektronik yang on-line
dengan bank. Pada saat itu juga rekening pemilik bisa dikurangi sebesar nilai
32
Universitas Sumatera Utara
transaksi yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi, karena di kartu debet pemilik
ada semacam sistem magnet sebagai alat verifikasi.
2.1.4
Efisiensi Sistem Pembayaran
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran di arahkan
untuk memastikan terselenggaranya sistem pembayaran yang efisien, cepat
dan aman dan andal. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam sistem
pembayaran selama tahun 2011 adalah peningkatan keamanan, efisiensi,
penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan interkoneksi infrastruktur
sistem pembayaran. Hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut adalah
semakin meningkatnya transaksi pembayaran yang dilakukan melalui sistem
pembayaran, baik melalui sistem Bank Indonesia-Real Time Gross
Settlement(BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia(SKNBI),
maupun saluran pembayaran lain seperti kartu kredit,kartu ATM/Debet,Uang
Elektronik, dan kegiatan usaha pengiriman uang(KUPU). Kebijakan dan
pengembangan sistem yang di tempuh oleh Bank Indonesia selama tahun
2011 antara lain adalah (i) tahapan pengembangan Sistem BI-RTGS dan Bank
Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II; (ii)
penerapan multiple settlement pada Kliring kredit SKNBI;(iii) standardisasi
Kartu ATM/Debet berbasis chip;(iv)
penyempurnaan ketentuan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK); dan (v) peningkatan layanan
pengelolaan rekening pemerintah.
33
Universitas Sumatera Utara
Sistem pembayaran memiliki peran yang strategis untuk menciptakan
stabilitas sistem keuangan dan mendukung pelaksanaan kebijakan moneter.
Dalam kegiatan perekonomian,peran strategis sistem pembayaran terutama
adalah menjamin terlaksananya berbagai transaksi pembayaran dari kegiatan
ekonomi dan kegiatan lainnya yang dilakukan,baik oleh masyarakat maupun
dunia usaha.
Kondisi perekonomian indonesia tahun 2011 yang tetap kondusif di
tengah
berlangsungnya
meningkatnya
aktivitas
ketidakpastian
sistem
global
pembayaran
menjadi
pada
faktor
tahun
utama
tersebut.
Perkembangan transaksi sistem pembayaran yang semakin meningkat
merupakan gambaran dari kondisi perekonomian indonesia yang mampu
berkinerja lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai transaksi
melalui sistem pembayaran selama tahun 2011 mencapai RP71,55 ribu triliun
atau meningkat 23,21% dari nilai transaksi tahun 2010 yang tercatat sebesar
RP58,07 ribu triliun. Sementara itu,dari sisi volume transaksi terjadi
peningkatan sebesar 22,66% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Volume transaksi sepanjang tahun 2011 mencapai 2,63 milliar transaksi.
Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran di arahkan
untuk
memastikan
terselenggaranya
sistem
pembayaran
yang
efisien,cepat,aman, dan andal. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam sistem
pembayaran selama tahun 2011 adalah peningkatan keamanan, efisiensi,
34
Universitas Sumatera Utara
penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan interkoneksi infrastruktur
sistem pembayaran.
Prinsip lainnya di dalam sistem pembayaran adalah peningkatan
efisiensi. Arah dari prinsip ini adalah menuju efisiensi sistem pembayaran
yang pada gilirannya harus dapat mendukung efisiensi perekonomian.
Efisiensi dapat di lihat dari berbagai hal. Terutama efisien dalam
operasional yang menyangkut pemanfaatan waktu(efficient timely services).
Sistem pembayaran harus dapat memastikan bahwa waktu dalam transaksi
pembayaran dapat berjalan sangat efisien. Misalnya penerapan settlement
dengan sistem RTGS yang mampu mentransmisikan transfer dana terkait
kebijakan moneter secara cepat. Hal ini tentunya juga akan mengurangi lag
dengan pengaruh kebijakan moneter yang telah di ambil.
Dalam konteks waktu tadi, tentu juga tidak bisa di lepaskan dari
pemilihan jenis teknologi yang di gunakan. Oleh karena itu jenis teknologi
yang di gunakan harus dapat mendukung efficient timely service. Pemilihan
teknologi juga di maksudkan pada penyediaan. Sistem pembayaran yang
murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat di akses ke
seluruh pelosok. Hal itu perlu di pastikan agar dapat mendorong
perekonomian lebih efisien.
Walaupun
keseragaman
dan
keselarasan
teknologi
diantara
penyelenggara sistem pembayaran dan peserta merupakan hal yang sangat
pokok dalam penerapan efisiensi, namun hal tersebut sangat sulit di lakukan
35
Universitas Sumatera Utara
mengingat pemilihan teknologi antara satu institusi dengan institusi lain akan
berbeda tergantung dengan kebutuhan masing- masing. Akan tetapi
standarisasi massage format merupakan salah satu cara yang mungkin tepat
untuk mengatasi kendala seperti tersebut diatas.
Sistem
BI-RTGS
hampir
menyerupai
sistem
pembayaran
internasional(SWIFT) dan tidak mengikuti standar lainnya seperti EDIFACT
dengan alasan ekonomis dan effort yang besar, serta mengakomodasi
kebutuhan informasi dan statistic bagi kepentingan Bank Indonesia. Namun
demikian
sistem
BI-RTGS
message
format
saat
ini
telah
dapat
mengakomodasi kebutuhan operasional efisiensi bank khususnya dalam hal
interface dari bank ke bank baik sistem internal bank maupun sistem SWIFT.
Efisiensi juga dapat dilihat dari hal
yang lebih teknis, misalnya
implementasi teknologi tanpa kertas(paperless). Credit note dapat di proses
secara paperless, sehingga nota kredit tersebut dapat di proses secara lebih
efisien tabpa menggunakan kertas. Dengan demikian, efisiensi dapat di
terapkan, dimana sistem kliring dengan menggunakan kertas hanya dilakukan
untuk memproses warkat debet saja, sejauh nin warkat debet tidak mungkin
untuk dilakukan secara paperless.
Sistem pembayaran yang efisien salah satunya dapat di wujudkan
melalui pelayanan jasa sistem pembayaran secara nasional baik secara
geografis maupun segmentasi dari pengguna, upaya untuk melakukan
pelayanan jasa sistem pembayaran secara nasional dapat di wujudkan melalui
36
Universitas Sumatera Utara
penerapan sistem RTGS yang memungkinkan bank- bank yang berada di
daerah melakukan transaksi yang sama dengan bank- bank yang berada di
perkotaan. Upaya lain adalah melalui pengembangan sistem kliring yang
terintegrasi secara nasional, dalam implementasi di Indonesia dikenal dengan
sistem kliring nasional Bank Indonesia(SKNBI).
Pengembangan sistem pembayaran nasional dalam rangka menunjang
prinsip efisiensi di usahakan untuk memaksimalkan penggunaan dari
infrastruktur sistem pembayaranbaik yang telah ada saat ini maupun yang
akan di kembangkan. Sebagai contoh pengembangan interkoneksi jaringan
ATM di antara beberapa provider di harapkan dapat, menekan biaya bagi
bank-bank untuk menyediakan infrastruktur tambahan dan secara tidak
langsung dapat meningkatkan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat.
Kurangnya koordinasi dan kerja sama di antara lembaga dalam sistem
pembayaran nasional dapat berdampak terhadap ketidakefisienan. Terlebih di
tengah persaingan bisnis perbankan dalam wujud jumlah cabang, fasilitas dan
jasa-jasa perbankan yang di tawarkan kepada masyarakat maupun kalangan
usahawan. Hal ini dapat diminimalkan melalui kerja sama pembentukan
sepertiself
regulated
body
yang
menaungi
seluruh
penyelenggara
pembayaran,sehingga biaya biaya yang timbul untuk kebutuhan suatu
infrastruktur sistem pembayaran dapat di sharing secara merata untuk
keuntungan bersama.
37
Universitas Sumatera Utara
2.1.5
Sistem Pembayaran dan Kebijakan Moneter
Awalnya sistem pembayaran dianggap tidak punya keterkaitan dengan
hal lain sehingga kerap diabaikan. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya
waktu, kian disadari betapa sistem pembayaran mempunyai peran
instrumental
sebagai
infrastruktur
pendukung
pengendalian
moneter.
Penyelenggaraan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan yang sangat erat
baik dengan aktivitas perbankan maupun dengan stabilitas moneter. Oleh
karena itu pembuatan arsitektur sistem pembayaran perlu disinergikan dengan
kepentingan untuk senantiasa meningkatkan pelayanan jasa perbankan dan
upaya menjaga stabilitas moneter.Adanya keterkaitan yang sangat erat ini
melatarbelakangi
pemikiran
mengapa
fungsi
penyelenggaraan
dan
pengawasan sistem pembayaran di masukkan sebagai salah satu fungsi pokok
bank Indonesia, selain di bidang moneter dan pengawasan bank. Ketiga fungsi
bank sentral tersebut merupakan pilar-pilar utama untuk menjamin terciptanya
stabilitas keuangan dalam perekonomian.
Keterkaitan Dengan Bidang Moneter
Keterkaitan langsung antara sistem pembayaran dan pengendalian
kebijakan moneter adalah karena pelaksanaan sistem pembayaran dapat
berpengaruh terhadap penggunaan uang di masyarakat. Transaksi pembayaran
di antara pelaku ekonomi modern sering kali menggunakan dana di rekening
38
Universitas Sumatera Utara
bank. Hasil dari proses kliring dan settlement, yaitu rekening satu pihak
bertambah atas beban rekening pihak lain.
Dengan demikian,sistem pembayaran adalah penghubung akttivitas
ekonomi dan uang. Efisiensi penggunaan uang sangat tergantung dari efisiensi
sistem pembayaran. Sebagai contoh,time lag yang terjadi antara intruksi di
lakukan dan penyelesaian pembayaran sangat bervariasi, dan berpengaruh
terhadap saldo rekening di bank serta kemampuan pelaku untuk melakukan
transaksi lainnya. Pengaruh saldo rekening akibat dari time lag di kenal
sebagai float, yang merupakan faktor penting dalam keseimbangan money
supply dan demand.
Pengembangan sistem pembayaran senantiasa di arahkan untuk
terselenggaranya suatu sistem pembayaran yang efisien,cepat, dan aman. Hal
ini bukan hanya sangat penting bagi pelayanan jasa perbankan untuk
memenuhi tuntutan pengguna jasa perbankan yang semakin dinamis tetapi
juga sangat penting dalam menunjang sistem pengaturan dan pengawasan
bank serta bagi implementasi kebijakan moneter yang efektif dan efisien.
Sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman merupakan tulang punggung
(back bone)tercapainya suatu operasi moneter yang efektif dan efisien.
Dalam pengendalian moneter tidak langsung seperti diterapkan di
kebanyakan Negara dewasa ini termasuk Indonesia sejak 1983,proses
transmisi kebijakan sepenuhnya terjadi melalui dunia perbankan.kegagalan
39
Universitas Sumatera Utara
sistem setelmen antar bank secara langsung akan berdampak pada tidak
tercapainya target target moneter dalam jangka pendek. Injeksi atau kontraksi
uang melalui operasi pasar terbuka tidak akan efektif kalau terjadi kegagalan
dalam transaksi pembayaran sentelmen antar bank. Uang akan berhenti
mengalir dari satu pelaku ekonomi ke pelaku lainnya.
Kegagalan setelmen yang bersifat sementara, dengan berbagai alasan,
bagaimana pun akan memberikan gejolak pada kondisi moneter karena akan
terjadi gap liquiditas di pasar uang, pihak yang defisit tidak dapat ditutupi
oleh pihak yang surplus. Kegagalan setelmen yang berjangka lama
dampaknya tentu akan semakin serius yang pada gilirannya dapat
menyebabkan terhentinya proses intermediasi perbankan dan lumpuhnya
operasi moneter.
Dewasa ini, masalah masalah setelmen seperti ini sudah dapat diatasi
dengan adanya inovasi teknologi informasi yang menyediakan infrastruktur
pendukung bagi terlaksananya suatu sistem pembayaran yang efisien,tepat,dan
murah. Desain dari blue print sistem pembayaran nasional yang di buat tahun
1996
telah
memerhatikan
berbagai
kepentingan
di
atas
termasuk
mengantisipasi perkembangan teknologi informasi. Akan tetapi mengingat
perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat dewasa ini,desain
dari blue print SPN memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu.
Pengendalian Kebijakan Moneter
40
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan
dengan
fungsi
bank
sentral
dalam
mengendalikan
kebijaksanaan moneter, perhatian utama bank sentral adalah pelaksanaan
setelmen di bank sentral,karena setelmen merupakan muara seluruh transaksi
keuangan.
Melalui
same
day settlement
bank-
bank
dapat
dapat
memperkirakan kebutuhan liquiditasnya dengan cepat, demikian pula dengan
bank sentral dapat mengetahui money supply dan demand yang sebenarnya.
Pengoperasian transfer uang antar bank secara otomasi, khususnya
yang berjumlah besar(automated large value interbank funds transfer)
merupakan komponen infrastruktur penting dalam pasar keuangan yang
modern. Fungsi utamanya adalah mempercepat komunikasi,pemrosesan, dan
pelaksanaan sistem setelmen pembayaran.
Dari sudut pandang makroekonomi,automated large value interbank
funds transfer dapat menjembatani kebutuhan pasar uang dan secara
keseluruhan mempengaruhi kondisi moneter di suatu Negara. Karena melalui
otomasi transfer dana antar bank dalam jumlah besar(automated large value
interbank transfer system) informasi mengenai kondisi moneter Negara dapat
di ketahui secara akurat. Selain itu, penerapan kebijaksanaan moneter di suatu
tempat dengan cepat akan memengaruhi daerah lain.
Dari sudut pandang mikroekonomi penerapan automated large value
interbank transfer system akan meningkatkan kemampuan liquiditas bagi
bank bank maupun invidu lainnya. Pasar yang liquid dapat mengurangi
41
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan bank bank terhadap bank sentral, dan meningkatkan
penerapan reserve requirement yang berorientasi pada pasar.
Selain itu, pasar uang antar bank yang liquid dapat meningkatkan
fleksibilitas penerapan kebijaksanaan moneter bank sentral. Kondisi pasar
uang
yang
liquid
memungkinkan
bank
sentral
dapat
menerapkan
kebijaksanaan moneter secara langsung dan akurat, selain itu memungkinkan
bank- bank dengan cepat menyesuaikan posisi reserve requirementnya.
Di samping itu, baru di sadari pula bahwa sistem pembayaran itu
sendiri mengandung resiko instabilitas. Ini kalau tidak di pahami,dan karena
itu tidak di handle dengan benar, akan mengakibatkan instabilitas yang lain.
Resiko- resiko yang terkandung di dalam setiap sistem pembayaran terutama
sitem yang menghandle pembayaran pembayaran antar bank yang bernilai
besar-besar, cukup ragam, mulai dari resiko liquiditas dan resiko kredit
sampai resiko hukum dan resiko reputasi. Yang paling di takuti adalah resiko
sistemik(systemic risk). Kalau yang terakhir ini terjadi maka ia bisa
menumbangkan atau paling tidak menimbulkan kerugian yang tidak sedikit
terhadap para playernya dan bahkan bisa mengakibatkan kerugian besar bagi
penyelenggra sistem itu sendiri.
42
Universitas Sumatera Utara
2.2
Tingkat Bunga
Tingkat bunga menurut Keynes merupakan suatu fenomena moneter. Artinya
tingkat bunga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan akan uang. Uang sangat
mempengaruhi kegiatan ekonomi sepanjang uang mempengaruhi tingkat bunga.
Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi
dan dengan demikian akan mempengaruhi pendapatan nasional. Salah satu dari
tingkat bunga yang mempengaruhi kegiatan investasi tersebut adalah bunga bank.
Menurut Kasmir (2008), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga dapat juga diartikan sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar
oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan
kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:
a. Bunga Simpanan
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa
bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bungan simpanan merupakan
harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya seperti: jasa giro, bunga
tabungan, dan bunga deposito.
b. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga
yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit.
43
Universitas Sumatera Utara
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang
diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing
saling mempengaruhi satu sama lain. Jika bunga simpanan tinggi, maka secara
otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.
2.3
Penelitian Terdahulu
NO
Nama Penulis
1
Tiara Nirmala
(2011)
2
Ahmad Hafidh
Saiful Fikri,M.
Si. (2014)
3
Dharfan
Aprianto dkk
Judul
Variable Penelitian
Hasil Kajian
Effect of
increasing use
the card
payment
equipment on
the indonesian
economy
Analisis
transaksi nontunai(cash-less
transaction)
dalam
mempengaruhi
permintaan
uang (money
demand) guna
mewujudkan
perekonomian
indonesia yang
efisien.
M1 dan M2
Mengatakan bahwa
kepemilikan tunai
menurun,sementara
stok uang M1 dan M2
meningkat.
APMK(Kartu
Kredit,Kartu
ATM,Kartu Debit)
Perkembangan
Uang
Elektronik Dan
Kartu Kredit Di
Indonesia
alat pembayaran
berbasis kartu
(Kartu Kredit,
Kartu Debit,dan
Kartu ATM) dan
Mengatakan bahwa
penggunaan
APMK(kartu
kredit,kartu
ATM,kartu debit)
secara parsial
berpengaruh negatif
dan signifikan
sedangkan e-money
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap permintaan
uang kartal di
indonesia dalam
jangka pendek.
Perkembangan
teknologi informasi
dan komunikasi telah
mendorong
berkembangannya alat
44
Universitas Sumatera Utara
Periode 2007 –
2012
4
Sing Sumanjeet
Emergence of
payment
systems in the
age of
electronic
commerce: the
stat of art
berbasis elektronik pembayaran berbasis
(uang elektronik/e- kartu khususnya kartu
kredit dan berbasis
money).
Online credit, card
payment, system
online, electronic
cash
system,electronic
cheque system and
smart cards based
electronic payment
system.
Pembayaran
online,pembayaran
menggunakan
kartu,sistem
pembayaran tem
elektronik (uang
elektronik/e-money).
Jumlah penggunaan
kartu kredit dan uang
elektronik di indonesia
semakin meningkat
dari tahun ke tahun
mulai tahun 2007
hingga tahun 2012.
Pada tahun 2012
pengguna kartu kredit
mengalami
peningkatan dari tahun
2007 yaitu sebesar
28,31% (9,17 juta
pengguna pada tahun
2007 menjadi 14,81
juta pengguna pada
tahun 2007 menjadi
14,81 juta pengguna
pada tahun 2012),
begitu juga dengan
uang elektronik yang
mengalami
peningkatan dari 1,25
juta pada tahun 2007.
menjadi 17,50 juta
pada tahun 2012.
Kartu Kredit, Kartu
Debit, dan uang
elektronik sangatlah
penting terutama kartu
debit yang di harapkan
dapat menggantikan
sistem pembayaran
elektronik juga di
pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu
tergantung pada
pilihan pengguna,
kemudahan
penggunaan,
biaya,persetujuan
45
Universitas Sumatera Utara
cek, sistem ran
berdasarkan kartu
debit.
5
Kepha
Nyankora
Getembe(2013)
Electronic
Money
Transfer
System And
Business
Process
Management
Among
Commercial
Banks In
Kenya
Sistem transfer
elektronik, Bank
Komersial,
preference.
otorisasi,
keamanan,pengesahan,
kemudahan akses,
keandalan, dan
kebijakan umum.
Dari 25 responden
yang di targetkan
untuk penelitian kasus
ini,20 responden
memberikan
tanggapan positif dari
kuisioner yakni
sebesar 80%.
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi
sistem pembayaran
elektronik di antaranya
adalah biaya,
panjangnya antrian,
dan keefisienan waktu.
Banyak responden
menggunakan sistem
transfer uang karena
keuntungan yang di
tawarkan oleh
perusahaan kepada
mereka keuntungan
yang paling banyak di
pilih oleh responden
adalah keefisienan
seperti transaksi dapat
di lakukan dengan
cepat tanpa harus
datang ke bank.
46
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kerangka Konseptual
Sistem pembayaran merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari
perekenomian. Sistem pembayaran memegang peranan yang sangat penting baik di
masyarakat maupun di pemerintahan. Sistem pembayaran dapat dilakukan secara
tunai dan non-tunai. Dimana sistem pembayaran tunai dilakukan dengan
menggunakan uang kartal, sementara pembayaran non-tunai dilakukan dengan
menggunakan uang giral.
Transaksi non-tunai diperkenalkan kepada masyarakat dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat, sehingga dapat mengendalikan
laju inflasi dan dapat meningkatkan efisiensi bagi pemerintah. Dengan adanya
transaksi non-tunai maka jumlah uang yang beredar dimasyarakat akan menjadi
semakin berkurang dan tingkat permintaan akan uang kartal menjadi lebih sedikit
atau menurun. Salah satu pembayaran non-tunai tersebut adalah pembayaran
menggunakan uang elektronik.
Dari penjelasan tersebut penulis ingin menganalisis apakah sistem
pembayaran menggunakan uang elektronik (transaksi APMK, transaksi Kliringdan
suku bunga tabungan) mempengaruhi tingkat permintaan uang kartal.
47
Universitas Sumatera Utara
Transaksi Menggunakan
Uang Elektronik
1
Transaksi APMK
PERMINTAAN
Transaksi Kliring
UANG KARTAL
Suku Bunga
Deposito
Gambar 2.6
2.5
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris.
Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
Transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap permintaan uang kartal di Indonesia.
2)
Transaksi kliring berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan
uang kartal di Indonesia.
3)
Suku bunga deposito memiliki hubungan negatif terhadap transaksi non tunai
di Indonesia.
48
Universitas Sumatera Utara