Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Status Gizi
1.1.

Definisi Status Gizi
Zat Gizi (nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan
setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan
diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap
melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh (Almatsier, 2010).
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2010). Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Banudi,
2013).

1.2.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Suhardjo, 2005)
a. Faktor Langsung
1) Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung
pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi dalam keluarga
dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini tergantung pula

4

Universitas Sumatera Utara

pada pendapatan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat
bersangkutan.
2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik.
Infeksi

dapat

menimbulkan


gizi

kurang

mekanismenya. Yang penting adalah efek

melalui

berbagai

langsung dari infeksi

sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terhadap
infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.
b. Faktor tidak langsung
1) Kesediaan pangan ditingkat rumah tangga
Hal ini terkait dengan produksi

dan distribusi bahan makanan


dalam jumlah yang cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat
rumah tangga.
2) Daya beli keluarga yang kurang untu memenuhi kebutuhan bahan
makanan bagi seluruh anggota keluarga
Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata pencaharian
atau penghasilan suatu keluarga. Apabila penghasilan keluarga tidak
cukup untuk membeli bahan makanan yang cukup
3) Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang gizi dan kesehatan
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya
beli memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa
menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan beranekaragam
dan bergizi setiap hari bagi keluarganya.

8

Universitas Sumatera Utara

1.3.


Kebutuhan Gizi pada Remaja
Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang unik apabila ditinjau dari
sudut pandang biologi, psikologi, dan dari sudut pandang sosial. Secara
biologis kebutuhan nutrisi mereka selaras dengan aktivitas mereka.
Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit
dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang
belum mengalami pubertas (Adriani & Wirjatmadi, 2012).
Kelompok usia ini sangat disibukkan dengan berbagai macam
aktivitas fisik. Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut, kebutuhan
kalori, protein, dan mikronutrien pada kelompok usia ini perlu
diutamakan. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi
makanan, baik secara kuantitatif maunpun kualitatif, akan menyebabkan
terjadinya gangguan proses metabolism tubuh, yang tentunya mengarah
pada

timbulnya

suatu


penyakit.

Demikian

sebaliknya,

apabila

mengonsumsi makananberlebih, tanpa diimbangi suatu kegiatan fisik
yang cukup, gangguan tubuh juga akan muncul (Adriani & Wirjatmadi,
2012).
Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri didasarkan
pada table RDA (Recommended Daily Allowances), secara garis besar
memuncak pada usia 12 tahun sebesar 2.550 kkal kemudian menurun
menjadi 2.200 kkal pada usia 19 tahun. Asupan lemak untuk wanita usia

9

Universitas Sumatera Utara


13-15 tahun adalah 26 gram/hari. Sedangkan kebutuhan akan protein
sebesar 0,27-0,29 g/cm tinggi badan (Arisman, 2004).
1.4.

Klasifikasi Status Gizi
Status gizi menurut Almatsier (2010), dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Gizi Kurang
Keadaan dimana masukan nutrisi yang tidak cukup jumlah atau
macamnya, disebabkan asupan kurang, gangguan pencernaan atau
absorbsi
b. Gizi Baik atau Gizi Optimal
Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara

efisien,

sehingga

memungkinkan


pertumbuhan

fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja daan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin.
c. Gizi Lebih (Overweight)
Penimbunan lemak berlebihan pada jaringan subkutan atau jaringan
lainnya
d.

Obesitas
Penimunan lemak yang berlebihan secara merata

pada seluruh

jaringan. Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang
melebihi kebutuhan tubuh dan biasnaya disertai kurangnya aktivitas
jasmani.


10

Universitas Sumatera Utara

1.5.

Penilaian Status Gizi
Menurut Waryana (2010), status gizi dapat ditentukan melalui
pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Metode penilaian
status gizi terdiri dari dua metode yaitu, metode langsung dan metode
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi metode
biokimia, antropometri, klinik dan biofisik. Sedangkan metode tidak
langsung adalah metode konsumsi makanan, statistik vital dan faktorfaktor ekologi. Metode penilaian status gizi yang banyak digunakan yaitu
antropometri (Supariasa, 2007).
Metode antropometri merupakan ilmu yang mempelajari secara
khusus

tentang

pengukuran


tubuh

manusia

untuk

merumuskan

perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan
ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Antropometri
sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa,
2002)
Salah satu indeks antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT)

(Supariasa, 2002). Menurut Hartono (2006), IMT digunakan untuk

11

Universitas Sumatera Utara

mengukur status gizi karena dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh
yang sekalipun hanya estimate tetapi lebih akurat daripada berat badan
saja. Menurut Permaisih dalam Waryana (2010), IMT direkomendasikan
sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan
dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat
(Gibson, 2005)
Berat badan (kg)
IMT

=
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
Berikut ini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi menurut


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori

IMT (kg/m2)

Berat badan kurang