HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 2 GAMPING

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 2 GAMPING

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

BELLA RIZKY ANDRIANI 20120320165

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

BELLA RIZKY ANDRIANI 20120320165

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Bella Rizky Andriani NIM : 20120320165

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar–benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Bella Rizky Andriani


(4)

iii

kepada Allah SWT serta Sholawat salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah memberikan kemudahan serta kelancaran bagi penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Terimakasih banyak kepada kedua ortua Bapakku tersayang (Adriansyah) dan Ibunda tercinta (Mardahani) yang selalu memberikan dukungan, arahan dan doa-doa setiap saatnya. Alhamdulillah, anakmu bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 3. Dosen ku tercinta Ibu Dewi Puspita, S.Kp., M.Sc,. yang senantiasa

meluangkan waktunya dalam membimbing saya dengan penuh kesabaran yang luar biasa. Terimakasih banyak ibu, semoga jasa ibu akan dibalas oleh Allah sebagai Amal Jariah Aamiin.

4. Kepada Dosen penguji Ibu Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat, terimakasih banyak atas pengarahan sehingga penulis dapat menciptakan Karta Tulis Ilmiah ini dengan baik.

5. Terimakasih juga buat adik ku satu-satunya yang selalu mengingatkan kakak nya serta doa-doa selalu di panjatkan. Semua keluarga besar yang ada di Kalimantan Selatan (Kai, Nini, Paman, Acil, Sepupu) terimakasih banyak atas doa-doa nya serta dukungan yang secara finansial.

6. Terimaksih banyak kepada sahabatku tercinta Defia, Fyonna, Novi, Ayya, selalu memberikan arahan, bantuan dalam menyelesai Karya Tulis Ilmiah.

7. Terimakasih buat teman-teman satu bimbingan baik yang dulu sampai sekarang, Fidha, Shari, Nana, Linda, Tiffani, Chendy, Ahid, dam Azzam. Serta teman seperjuangan PSIK 2012 sukses buat kita Aamiin.


(5)

iv

Alhamdulillah „ala Kulilli Haal

“Segala Puji Bagi Allah Dalam Setiap Keadaan” (HR. Ibnu Majah)

“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di Sisi Allah

Taala Selain DOA

(HR. Tirmizi, Ibnu Majah & Ahmad)

“Ketika kamu berhenti belajar, kamu mulai menuju kematian.” -Albert Einsten-

Hidup diawali dengan menghirup udara dan diakhiri dengan mengembuskan udara. Maka, proses bernapas yang kita lakukan

setiap detiknya merupakan peringatan nyata bahwa kehidupan begitu singkat. Sesingkat jeda antara hirup dan embus.

-Febrianti Almeera-

Hijrah belum berakhir sebelum berakhirnya tobat, dan tobat

tidak akan berakhir sebelum matahari terbit dari sebelah barat.”

(HR. Ahmad, Abu Dawud, Thabrani, dan Baihaqi) “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.


(6)

v

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan salawat atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di SMP N 2 GAMPING”.

Teriring rasa syukur penulis yang begitu besar, karena akhirnya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dewi Puspita, S.Kp. M. Sc selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan sehingga beliau mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Ferika Indarwati, S.Kep, Ns.,M.Ng selaku dosen pembimbing sebelumnya yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan.

5. Dosen penguji Yuni Astuti, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat, yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi arahan kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.


(7)

vi

sebelumnya dalam sidang proposal Karya Tulis Ilmiah Proposal ini tidak akan lebih baik tanpa ketulusan ibu dalam menguji, memberikan saran serta meluangkan waktunya kepada peneliti.

7. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

8. Responden penelitian ini yaitu siswi-siwi SMP N 2 Gamping beserta guru dan wali murid.

9. Teman-teman PSIK 2012 seangkatan yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan karya tulis ini.

10.Teman-teman sejawat yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah memiliki kekurangan, mengingat keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum, wr.wb.

Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis


(8)

vii

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Penelitian Terkait ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Gizi ... 11

2. Pengertian Status Gizi ... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi ... 11

4. Kebutuhan Gizi Remaja ... 13

5. Faktor penyebab masalah Gizi Remaja ... 17

6. Penilaian Status Gizi ... 19

7. Antropemetri Gizi ... 19

8. Klasifikasi Status Gizi ... 20

B. Menstruasi 1. Definisi Menstruasi ... 21

2. Siklus Menstruasi ... 21

3. Fisiologi Menstruasi ... 23

4. Fase Siklus Menstruasi ... 24

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi... 25

6. Perubahan Siklus Menstruasi ... 27

7. Gangguan Siklus Menstruasi... 28

8. Siklus Teratur Dan Tidak Teratur ... 28

C. Masa Remaja 1.Definisi Remaja ... 29

2.Tahapan Remaja ... 29


(9)

viii

D. Kerangka Teori ... 33

E. Kerangka Konsep ... 34

E. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Definisi Operasional ... 40

F. Instrumen Operasional ... 41

G. Cara Pengumpulan Data ... 41

H. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 44

J. Etik Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 52

C. Kekuatan Penelitian ... 64

D. Kekurangan Penelitain ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ix

Tabel 4.1 Frekuensi Distribusi Usia Remaja... 48

Tabel 4.2 Frekuensi Distribusi Usia Menarche ... 49

Tabel 4.3 Frekuensi Distribusi Status Gizi ... 49

Tabel 4.4 Frekuensi Distribusi Siklus Menstruasi ... 50

Tabel 4.5 Crosstab Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi ... 50


(11)

x

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 34 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 35 Gambar 3.3 Hubungan Antar Variabel ... 39


(12)

xi BPS : Badan Pusat Statistik

SMP N : Sekolah Menengah Pertama Negeri WHO : World Health Organization

FSH : Folikel Stimulating Hormone

LH : Litenizing Hormone

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone CRH : Corticotrofin Releasing Hormone DUB : Disfungsional Uteria Bleeding AUB : Abnormal Uteria Bleeding

TB : Tinggi Badan BB : Berat Badan

IMT : Index Massa Tubuh BMI : Body Massa Index


(13)

xii Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Surat Lembar Kalibrasi Alat Timbangan Badan Lampiran 3 : Surat Lembar Kalibrasi Alat Ukuran Tinggi Badan Lampiran 4 : Surat Keterangan kelayakan Etika Penelitian Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Sleman

Lampiran 6 : Surat Permohonan Surat Ijin Penelitian ke SMPN 2 Gamping Lampiran 7 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 8 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 9 : Data Demografi

Lampiran 10 : Tabel 3 Bulan Siklus Menstruasi Lampiran 11 : Hasil Olah Data


(14)

(15)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari setiap bulannya (Winkjosastro, 2009). Menstruasi atau disebut juga haid merupakan perdarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan embrio atau mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, lapisan ini akan luruh kemudian darah akan keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) rata-rata menarche atau menstruasi pertama pada perempuan usia 10-15 tahun di Indonesia adalah (20,0%) dengan beberapa kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun yang tidak dijelaskan berapa.

Masa remaja (Adolescence) merupakan masa di mana terjadi transisi masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun, yang mengalami perubahan psikologis, kognitif, dan seksualitas. Anak usia sekolah mengalami perubahan mulai dari 6-18 tahun sangat luas dan mencakup seluruh area pertumbuhan dan perkembangan (Potter & Perry, 2009). Menurut World Health Organization [WHO] (2014), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19, dan masa remaja terbagi atas masa


(16)

remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir (late adolescence) berusia 17-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Menurut WHO (2014) di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia jumlah kelompok usia 10-19 tahun menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dan di DI Yogyakarta sekitar 68,2%. Menurut perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS), presentase remaja mencapai 24,13% dengan pertumbuhan tiga kali lipat lebih (3,24%) dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk (BPS, 2012). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa yang akan datang (BKKBN, 2011).

Siklus atau lamanya menstruasi biasanya adalah 3-5 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah dapat sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Panjang siklus menstruasi sangat bervariasi tergantung individu. Siklus menstruasi pendek anatara 15-23 hari sedangkan, siklus menstruasi panjang anatara 35-45 hari. Namun, panjang siklus menstruasi yang


(17)

dianggap rata-rata normal adalah 28 hari (Indiarti, 2007). Panjang siklus yang biasanya pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% perempuan yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Siklus yang kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi atau anovulatoar (Prawirohardjo, 2005).

Penelitian (Sanya, 2007) sebesar 66.7% anak perempuan mengalami siklus menstruasi selama 25-35 hari. Sedangkan, rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun yaitu 35 hari dan dapat dipengaruhi oleh usia. Selain itu faktor lain yang mengganggu kelancaran siklus menstruasi adalah stres, perubahan berat badan, olahraga yang berlebihan, dan keluhan di saat menstruasi. Penelitian (Pratiwi, 2011) remaja yang memiliki siklus menstruasi teratur adalah siswi dengan status gizi normal yakni 33,3% dan siswi yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur adalah siswi dengan status gizi kurus yaitu sebesar 21,9%. Sedangkan pada siswi dengan status gizi lebih persentasenya sebanding untuk siklus menstruasi teratur dan tidak teratur yaitu sebesar 6,6%.

Gangguan siklus menstruasi akan memberikan dampak bagi remaja tersebut. Gangguan siklus menstruasi secara fisiologis dapat menandakan adanya kehamilan, gangguan endokrin, kelainan siklus, dan status gizi remaja tersebut kurang. Remaja yang mempunyai status gizi yang baik dan sebaliknya dapat dilihat dari berat badannya. Berat badan juga mempengaruhi keseimbangan hormon dan siklus menstruasi. Remaja


(18)

yang mengalami berat badan yang berlebihan maka akan terjadi gangguan metabolisme estrogen berupa peningkatan produksi estrogen pada wanita sehingga menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur, sedangkan apabila terjadi penurun berat badan yang akut maka menyebabkan ganguan pada fungsi ovarium maka akan terjadi gangguan siklus menstruasi yaitu

amenorrhea (Winkjosastro 2005 & Kusmiran 2012). Sebaliknya jika nutrisi yang baik akan mempengaruhi sekresi FSH dan LH. Penurunan kalori kronis akan menurunkan sekresi FSH dan LH, sehingga terjadi penurunan berat badan rendah atau diet ketat, maka ovulasi mungkin akan berhenti (Henderson, 2013).

Siklus menstruasi merupakan proses kompleks yang mencakup reproduktif, endokrin yang secara kompleks dan saling mempengaruhi dalam prosesnya terdapat pengaruh besar hormon. Hormon estrogen salah satunya peranan yang sangat signifikan, sehingga segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus menstruasi yang normal (Prawirohardjo, 2005).

Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi untuk tubuh (Marmi, 2013). Menurut Supariasa dalam (Marmi, 2013), status gizi


(19)

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

Secara umum status gizi dapat diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi sangat mempengaruhi status pertumbuhan dan perkembangan, karena status gizi perlu diperhatikan. Status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya. Beberapa penelitian mengatakan status gizi dapat mempengaruhi keteraturan menstruasi. Hal ini dikemukakan oleh (Riyadi, 2012) yaitu remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas (prapubertas) dibandingkan dengan remaja yang kurang gizi.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia atau Riset Kesehatan Dasar, 2011 diketahui prevalensi status gizi remaja umur 13-15 tahun berdasarkan tinggi badan per berat badan (TB/BB) adalah kurus (13,1%), gemuk (22,1%), normal (64,9%). Sedangkan prevalensi remaja yang kurus secara nasional didapatkan sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus) dan prevalensi gemuk sebanyak 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas) (Rikesdas, 2013).

Status gizi remaja di ukur menggunakan Antropometri Gizi yaitu mengitung berat badan per tinggi badan (BB/TB), dan indek massa tubuh (IMT). Klasifikasi status gizi usia anak sekolah atau remaja yang sudah


(20)

menstruasi atau dari usia 8-15 tahun ada 4 hasil yang bisa didapatkan yaitu; kurus, normal, gemuk, dan obesitas (Supariasa, dkk 2009).

Status gizi remaja yang berlebihan maupun malnutrisi dapat membahayakan kesehatan dan status nutrisi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, dan dapat berlanjut sampai dewasa. Kurangnya asupan gizi atau sebaliknya dari konsumsi makanan yang dilakukan dapat mempengaruhi hormon ovarium yaitu estrogen, progesterone, LH (lutenizing hormone), dan FSH (folikel stimulating hormone) (Kelly, 2013). Status gizi yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan atau perubahan berat badan dalam jangka waktu yang lama atau menetap maka akan mempengaruhi fungsi menstruasi dan gangguan hormon ovarium (Rahayu, 2012). Masalah yang sering terjadi pada remaja saat ini adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan tubuh dan sistem reproduksi hormon yang berkaitan erat dengan terjadinya menarche (Depkes RI dalam Mentari, 2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 18 Mei 2016 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping, dari 10 sisiwi yang peneliti wawancarai mengalami gangguan siklus menstruasi yaitu ketidakteraturan menstruasi setiap bulannya, bahkan ada beberapa bulan tidak mengalami menstruasi dan lamanya waktu menstruasi yang pendek pada sisiwi tersebut. Peneliti pun melakukan wawancara yang lebih dalam sesuai dengan landasan teori apa saja yang


(21)

mempengaruhi siklus menstruasi, didapatkan bahwa dari 8 siswi 4 diantaranya yang mengalami berat badan yang lebih atau obesitas karena siswi tersebut tidak mengetahui kandungan gizi yang baik untuk dikonsumsi bagi tubuh agar tidak terjadinya kelebihan nutrisi, dan 4 diantaranya yang mengalami berat badan yang kurus karena siswi tersebut menginginkan berat badan yang ideal. Latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah “apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui ada tidaknya hubungan status gizi terhadap siklus menstruasi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui status gizi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.


(22)

b. Mengetahui siklus menstruasi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

c. Mengetahui hubungan status gizi dengan siklus menstruasi padaremaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping. D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan

a. Referensi untuk mengetahui adakah hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi.

b. Dasar untuk peneliti lebih lanjut mengenai topik yang memiliki keterkaitan terhadap hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi.

2. Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya

a. Memberikan informasi mengenai hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi.

b. Dasar bagi kalangan para medis untuk menjelaskan kepada wanita, adakah hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi. 3. Bagi Sekolah

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sekolahan dalam melakukan tindakan promotif pemenuhan status gizi yang baik. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang


(23)

E. Penelitian Terkait

1. Nur Rahmatullah tahun 2012 dengan judul “Hubungan Body Mass Index dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Body Mass Index dengan siklus menstruasi. Subyek dari penelitian ini berjumlah 77 orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang sama (mahasiswi kedokteran). Masing-masing mahasiswi diukur tinggi serta berat badannya dan dicatat 2 periode dari siklus menstruasi yang lalu dengan menggunakan sistem pencatatan kalender. Hasil dari penelitian dihitung korelasinya dengan menggunakan Spearman. Lebih dari setengah siklus menstruasi mahasiswa adalah teratur, 51 (66%) mahasiswi mempunyai siklus yang teratur. Hasil dari Spearman menunjukkan bahwa koefisien kolerasi (r) = -0,153 dan nilai p adalah 0,183. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Body Mass Index

dengan siklus menstruasi. Perbedaan dari penelitian ini adalah, pencatatan siklus menstruasi selama 3 periode, sampelnya pada remaja putri SMP, dan stratified random sampling. Persamaan dari penelitian ini adalah pencatatan kalender, uji kolerasi.

2. Alfian Rizki Yahya tahun 2013, dengan judul “Hubungan Tingkat Stress Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan, UMY”. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat


(24)

stress dengan keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi VII PSIK FKIK UMY 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kolerasi dengan pendekatan retrospektif, dengan responden penelitian sebanyak 71 mahasiswi. Sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alat penelitian berupa kuesioner DASS 42 dan kalender siklus menstruasi. Analisis data menggunakan uji kolerasi lambda dengan taraf signifikan (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara tingkat stress terhadap keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY tahun 2012 dengan kekuatan kolerasi sedang, ditunjukkan dengan nilai (p) = 0,002< 0,05dan nilai (r) = 0,475. Perbedaan dari penelitian ini adalah menggunakan pendekatan cross sectional, uji Spearma, dan penimbangan berat badan dan tinggi badan. Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan pencacatan kalender siklus menstruasi.


(25)

11

TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI

1. Pengertian Gizi

Pengertian gizi dalam kesehatan reproduksi adalah bagaimana seoarang individu, mampu untuk mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuhnya, agar individu tersebut tetap berada dalam keadaan sehat dan baik secara fisik atau mental. Serta mampu menjalankan sistem metabolisme dan reproduksi, baik fungsi atau prosesnya secara alamiah dengan keasan tubuh yang sehat (Marmi, 2013).

2. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto, 2009). Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energy yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi a. Faktor external

Faktor external yang mempengaruhi status gizi antara lain (Marmi, 2013):


(26)

1) Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya dalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli keluarga tersebut.

2) Pendidikan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat tentang status gizi yang baik.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4) Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.

b. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi status gizi anatara lain (Marmi, 2013):

1) Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak dan remaja.


(27)

2) Kondisi fisik

Seseoarang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Anak dan remaja pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

3) Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

4. Kebutuhan Gizi Remaja

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena remaja masih mengalami masa pertumbuhan. Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat yang lebih banyak. Secara biologis kebutuhan gizi remaja selaras dengan aktivitas. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral. Secara sosial dan psikologis, remaja sendiri menyakini bahwa mereka tidak terlalu memerhatikan faktor kesehatan dalam menjatuhkan pilihan makanannya, melainkan lebih memerhatikan faktor lain seperti orang dewasa, lingkungan sosial, dan faktor lain yang sangat mempengaruhinya (Marmi, 2013).


(28)

a. Energi

Energi merupakan kebutuhan yang terutama apabila tidak tercapai, diet protein, vitamin, dan mineral tidak dapat dipergunakan secara efektif dalam berbagai fungsi metabolik. Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, aktifitas otot, fungsi metaboliknya (menjaga suhu tubuh, menyimpan lemak tubuh). Sumber energi berasal dari karbohidrat, protein, lemak menghasilkan kalori masing-masing, sebagai berikut: karbohidrat 4 kkal/g, protein 4 kkal/g dan lemak 9 kkal/g. Kebutuhan energi bervariasi tergantung aktifitas fisik, remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan (BB) atau mungkin obesitas. Asupan energy yang rendah menyebabkan retardasi pertumbuhan, berat badan (BB) rendah, dan starvasi (Soetjiningsih, 2004). Starvasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya kekurangan asupan energi dan unsur-unsur nutrisi essensial yang diperlukan tubuh dalam beberapa hari sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan proses metabolisme didalam tubuh (Syahputra, 2003).

b. Protein

Protein diperlukan untuk sebagian besar proses metabolik, terutama pertumbuhan, dan maintenen atau merawat jaringan tubuh. Protein mensuplai sekitar 12%-14% asupan energi selama masa anak dan remaja. Kebutuhan sehari-hari yang direkomendasikan pada remaja berkisar antara 44-59 gram, tergantung jenis kelamin dan umur.


(29)

Berdasarkan BB, remaja umur 11-14 tahun pada laki-laki atau perempuan memerlukan protein 1 g/kg berat badan (BB), dan pada umur 15-18 tahun berkurang menjadi 0,9 g/kg pada laki-laki dan 0,8 g/kg pada perempuan. Sumber diet protein yang baik adalah daging, unggas, ikan, telur, susu, dan keju (Soetjiningsih, 2004).

c. Lemak

Lemak berperan penting sebagai komponen struktural dan fungsional membran sel, yang meliputi berbagai segi dari metabolisme. Lemak juga sebagai sumber asam lemak esensial yang diperlukan oleh pertumbuhan, karena merupakan sebagai sumber suplai energi yang berkadar tinggi dan pengangkut vitamin yang larut dalam lemak. Lemak esensial juga dibutuhkan oleh tubuh sekitar 3% dari total energi. Kebutuhan lemak dihitung sekitar 37% dari asupan energi total remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Asupan lemak yang kurang adekuat, akan terjadi defisiensi asal lemak esensial dan nutrien yang larut dalam lemak, serta terjadinya pertumbuhan yang buruk sebaliknya, jika kelebihan asupan akan berisiko kelebihan berat badan (BB), obesitas, mungkin bisa meningkatkan penyakit kardiovaskuler nantinya. Sumber lemak yang dapat dikonsumsi adalah lemak jenuh (mentega), asam lemak tak jenuh tak tunggal (minyak olive), asam lemak tak jenuh ganda (minyak kacang kedelai), kolestrol (hati, ginjal, otak, kuning telur, daging, unggas, ikan, dan keju) (Soetjiningsih, 2004).


(30)

d. Karbohidrat

Sumber terbesar energi tubuh adalah karbohidrat yang menjadi bagian dari bermacam-macam struktur sel dan substan dan komponen primer diet serat. Karbohidrat disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak tubuh. Sumber karbohidrat yang baik adalah karbohidrat simple

atau (buah-buahan, sayur-sayuran, susu, gula, pemanis berkalori lainnya), dan karbohidrat kompleks (produk padi-padian dan syur-sayuran). Asupan yang tidak adekuat menyebabkan ketosis. Ketosis adalah suatu keadaan tubuh, yang terjadi sebagai akibat dari kurangnya kadar karbohidrat dalam tubuh. Sebaliknya asupan yang berlebihan mengarah pada kelebihan kalori (Soetjiningsih, 2004).

e. Serat

Fungsi serat pada tubuh adalah untuk melancarkan proses pengeluaran dari tubuh. Sumber yang baik dari diet adalah, produk padi-padian, beberapa jenis buah dan sayur, kacang-kacangan kering, dan biji-bijian. Bila kekerungan asupan serat makan akan menyebabkan konstipasi, sebaliknya jika kelebihan mungkin menimbulkan absorbsi mineral berkurang (Soetjiningsih, 2004).

f. Mineral

Kebutuhan mineral seluruhnya meningkat pada masa kerja tumbuh remaja. Mineral berperan penting pada kesehatan, kalsium, zat besi, dan seng, khususnya penting pada masa pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2004).


(31)

g. Vitamin

Vitamin A merupakan nutrien yang larut dalam lemak, esensial untuk mata, tulang, pertumbuhan, pertumbuhan gigi, diferensial sel, reproduksi dan integritas sistem imun. Sumber vitamin A yang baik adalah, karoten (sayur daun hijau tua, buah dan sayur kuning dan orange), makanan yang diperkaya dengan vitamin A dan susu.

Vitamin C berfungsi dalam pembentukan kolagen tulang dan gigi, dan melindungi vitamin lain dan mineral dari oksidasi (antioksidan). Asupan perhari vitamin C yaitu, 50 mg/hari untuk remaja usia 11-14 tahun pada laki-laki, dan 60 mg/hari untuk usia 15-18 tahun pada perempuan. Sumber vitamin C yaitu, buah-buahan segar seperti jeruk, tomat, kentang, sayur hijau tua dan strawberi yang dijus merupakan sumber vitamin C yang sangat baik.

Vitamin E fungsinya sebagai antioksidan. Sumber vitamin E yang baik dalam diet, minyak dan lemak sayur-sayuran, beberapa produk sereal, kacang-kacangan dan beberapa ikan laut (Soetjiningsih, 2004).

5. Faktor penyebab masalah Gizi Remaja a. Kebiasaan makan yang buruk

Kebiasaan makan yang buruk, berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus menerus terjadi pada usia remaja. Remaja makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak


(32)

dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan (Adriani, dkk 2014).

b. Pemahaman gizi yang keliru

Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi setiap para remaja terutama wanita remaja hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapka pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan-makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi (Adriani, dkk 2014).

c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi. Keadaan seperti ini biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja (Adriani, dkk 2014).

d. Promosi yang berlebihan melalui media massa

Usia remaja merupakan usia di mana mereka sangat mudah tertarik pada sesuatu yang baru. Kondisi ini diamnfaatkan oleh pengusaha makanan dengan memperomosikan produk makanan mereka, dengan cara yang sangat memengaruhi pada remaja. Apalagi film yang menjadi idola mereka (Adriani, dkk 2014).


(33)

e. Masuknya produk-produk makanan baru

Produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara besar membawa pengaruh terhadap kebiasaan makan para remaja. Seperti jenis makanan siap saji (fast food) yang berasal dari Negara barat seperti hot dog, pizza, hamburger, fried chicken, dan french fries, berbagai makanan yang berupa kripik (junk food) sering dianggap lambing kehidupan modern oleh para remaja (Adriani, dkk 2014). 6. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasi, dkk (2009), penilain status gizi secara dibagi menjadi 2 cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari antropometri, klinis, biokimia, dan biosfik. Sedangkan penilain status gizi tidak langsung terdiri dari survey konsumsi, makanan, statistic vital dan factor ekologi.

7. Antropometri Gizi

Cara pengukuran yang paling sering digunakan di masyarakat adalah Antropometri gizi. Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antrometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Jenis-jenis dari Indeks Antropometri adalah berat badan


(34)

menutut tinggi badan (BB/TB), dan indeks massa tubuh (IMT) (Supariasa, dkk 2009).

8. Klasifikasi status gizi

Status gizi menurut Almatsier (2003) dalam Pratiwi (2011), dibagi menjadi 4 macam yaitu:

a. Status Gizi Buruk

Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

b. Status Gizi Kurang

Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

c. Status Gizi Baik atau Status Gizi Optimal

Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

d. Status Gizi Lebih

Terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan.

IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi pada remaja. Cara pengukuran IMT adalah:


(35)

Tabel 2.1. : Kategori IMT Berdasarkan WHO Klasifikasi IMT (kg/m2)

Underweight ≤ 18,4

Normal range 18.50 – 23

Overweight 23,1 – 25

Obese ≥25.00

Sumber: Sutter Health Palo Alto Medical Foundation (2012)

B. MENSTRUASI

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal yang terjadi pada seorang wanita, merupakan peristiwa terjadinya pengeluaran darah, lender dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mucosa uterus dan terjadi relatif teratur dimulai dari menarche sampai menopouse. Kecuali pada saat hamil dan pengeluaran laktasi maka tidak terjadi menstruasi. Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) dinding endometrium mengalami peluruhan maka terjadilah menstruasi atau haid (Winkjosastro & Ganong, 2009).

2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi biasanya terjadi selama 3-5 hari dalam sekali menstruasi, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah bisa sesingkat mungkin yaitu 1 hari atau pun bisa selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal dapat berkisar dari sekedar bercak sampai 80 ml dalam kisaran 1-6 jam, jumlah rata-rata yang keluar adalah 30 ml. Pengeluaran lebih dari 80 ml adalah abnormal (Ganong, 2009). Menstruasi dikatakan normal bila didapatkan siklus menstruasi haid, tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi dari 35 hari, lama menstruasi 3-7 hari,


(36)

dengan jumlah darah yang keluar berangsur tidak melebihi 80 ml, dan penggantian pembalut 2-6 kali per hari (Sarwono, 2011). Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama menstruasi dikatakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang normal atau diangap sebagai siklus mesntruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa perempuan tetapi juga pada perempuan yang sama contohnya pada kakak beradik maupun kembar, siklusnya tidak terlalu sama, karena panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada remaja usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun adalah 27,1 hari, dan pada perempuan usia 55 tahun adalah 51,9 hari. Panjang siklus menstruasi 28 hari itu sebenarnya tidak sering dijumpai. Pengamatan Hartman dalam Winkjosastro (2009) pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus menstruasi 28 hari. Panjang siklus menstruasi pada wanita umumnya terjadi dalam kisaran 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus menstruasinya berkisar antara 18-42 hari. Siklus menstruasi wanita yang kurang dari 18 hari atau bahkan lebih dari 42 hari dan tidak teratur, maka biasanya siklusnya tidak berovulasi. Lamanya menstruasi umumnya biasanya 3-5 hari, ada juga yang sampai 7-8 hari, dan pada setiap perempuan biasanya lama menstruasi tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc dan pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak (Winkjosastro, 2009).


(37)

3. Fisiologi Menstruasi

Selama 1 bulan mengalami 4 masa (stadium) menstruasi (Winkjosastro 2009):

a. Stadium Menstruasi (Desquamasi)

Endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tertinggal disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung selama 4 hari. Melalui haid, darah keluar, potongan-potongan endometrium, dan lender dari serviks. Darah ini tidak membeku karena adanya fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa tersebut. Banyaknya haid sekitar ±50cc dalam kisaran 1-6 jam perharinya. b. Stadium post menstruum (Regenerasi)

Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, lalu berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lender baru dari sel epitel kelenjar endometrium. Tebal endometrium sekiatar 0,5 mm. Stadium ini berlangsung selama 4 hari.

c. Stadium inter menstruum (Proliferasi)

Endometrium tumbuh menjadi tebal ±3,5 mm, kelenjar-kelenjarnya tumbuh lebih cepat dari jaringan lain. Stadium ini berlangsung ±5-14 hari dari hari pertama menstruasi atau haid.

d. Stadium pra menstruum (Sekresi)

Endometrium tetap tebal, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku serta mengeluarkan getah. Dalam


(38)

endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yng diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini dilakukan untuk mempersiapkan endometrium dalam menerima sel telur.

4. Fase Siklus Menstruasi: a. Fase Folikuler

Panjang fase Folikuler mempunyai variasi yng cukup lebar. Pada umumnya berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini didapatkan proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan oogenesis/meiosis yang saling terkait. Pada awal fase folikuler didapatkan beberapa folikel antral yang tumbuh, tetapi pada hari ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun.

b. Fase Ovulasi

Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi setelah keluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel pre-ovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pasca puncak kadar estrogen dan 10-12 jam setelah puncak LH. Ovulasi terjadi sekitar 34-36 jam pasca awal lonjakan LH. Yang memaju lonjakan LH ialah sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama dengan lonjakan FSH makan akan mengaktivasi enzim proreolitik, menyebabkan dinding folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel luteal.


(39)

c. Fase Luteal

Menjelang dinding folikel “pecah” dan oosit keluar saat ovulasi, maka sel granulosa membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi, yang disebut sebagai korpus luteum. Selama 3 hari pasca ovulasi, sel granulosa terus menerus membesar membentuk korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesterone, estrogen, maupun androgen (Winkjosastro, 2009).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Siklus Menstruasi a. Berat badan

Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurus/kurang dan anorexsia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang dapat menimbulkan

amenorrhea. Dan apabila kelebihan berat badan terjadi gangguan metabolisme estrogen berupa peningkatan produksi estrogen pada wanita sehingga menyebabkan siklus mesntruasi tidak teratur (Winkjosastro 2005 & Kusmiran 2012).

b. Aktifitas fisik

Tingkat aktivitas yang berat dan sedang dapat membatasi fungsi menstruasi. Seperti atlet pelari wanita, senam balet memiliki resiko


(40)

untuk mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level serum estrogen. Staus dari hipoestrogenik biasanya dikaitan dengan ketidakteraturan menstruasi pada atlet kompetitif (Varney, 2007).

c. Stres

Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya system persyarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolactin

atau endogenous opiate yang dapat mempengaruhi elevasi korsitol basal dan menurunkan hormone (LH) yang menyebabkan amenorrhea

(Kusmiran 2012). d. Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respon hormon pitutiari, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus mesntruasi dan periode pendarahan. Sedangkan diet rendah kalori seperti daging mentah, dan rendahnya lemak berhubungan dengan amenorrhea

(Kusmiran 2012). e. Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertiroid, serta hipotiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi


(41)

amenorrhea dan oligomenorhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Sedangkan penyakit polycystic ovarium berhubungan dengan obesitas (Kusmiran 2012).

f. Gangguan perdarahan

Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga yaitu perdarahan yang berlebih/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering. Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah suatu keadaan yang menyebabkan gangguan perdarahan menstruasi yang terdiri dari menorraghia, metorraghia, dan polyminorrhea. Disfungsional Uteria Bleeding (DUB) adalah gangguan perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis (Kusmiran 2012). 6. Perubahan Siklus Menstruasi

a. Ketidakteraturan jangka panjang

Dapat berupa apapun dari sebuah siklus yang bervariasi dalam hal lamanya, dan bulan ke bulan, hingga mengalami berbagai tanda abnormal. Contohnya: perdarahan berlebih, ketiadaan siklus berbulan-bulan, dan pada saat ovulasi sangat menyakitkan.

b. Ketidakteraturan jangka pendek

Dapat dijelaskan seperti pada ketidakteraturan jangka panjang tapi hanya saja tanda gejala tersebut muncul sekali waktu (Rahmatullah, 2012).


(42)

7. Gangguan Siklus Menstruasi

a. Hipermenorea, yaitu perdarahan dengan lama haid lebih panjang dari normal (>8 hari) dengan darah haid sekitar 26-40 ml.

Hipomenorea, yaitu perdarahan dengan jumlah yang lebih sedikit dari normal serta waktu haid yang lebih singkat (Manuba, 2009). b. Polimenorea yaitu siklus menstruasi lebih pendek dari normal

(kurang dari 21 hari) dengan perdarahan kurang lebih sama (Manuba, 2009).

c. Oligomenorea yaitu menstruasi yang jarang dengan panjang siklus menstruasi > 35 hari (Manuba, 2009).

d. Amenorea, yaitu tidak menstruasi > 3 bulan berturut-turut sejak menstruasi terakhir (Manuba, 2009).

e. Gangguan atau gejala yang menyertai siklus menstruasi, antara lain sindroma pra-menstruasi dan dismenorea. Dismenorea yaitu rasa nyeri di perut bagian bawah karena kontraksi otot-otot rahim saat terjadi peluruhan dinding (Rizki, 2013).

8. Siklus Teratur dan Tidak Teratur

a. Apabila dalam 3 bulan, salah satu siklus terdapat <25 hari atau >31 hari maka dikatakan siklus tidak teratur.

b. Apabila dalam 3 bulan, seluruh siklus menstruasi memiliki rentang 25-31 hari maka dikatakan siklus menstruasi teratur (Rizki, 2013).


(43)

C.

MASA REMAJA 1. Definisi Remaja

Masa remaja (Adolescence) merupakan masa di mana terjadi transisi masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun (Potter & Perry, 2009). Sedangkan menurut World Health Organization [WHO] mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-Undang No. 4 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja apabila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari Sekolah Menengah. Dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas.

2. Tahapan Remaja menurut Sarwono (2006): a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih heran dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan apa yang menyebabkan perubahan tersebut. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Contohnya apabila dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para


(44)

remaja awal sulit dimengerti orang dewasa, yaitu dengan cara pandang dan berpikir, keinginan mereka untuk mencoba sesuatu hal.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman di sekelilingnya. Ia senah kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini:

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.


(45)

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

3. Perubahan pada Remaja a. Perubahan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada masa remaja. Kematangan seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder. Menurut (Santrock, 2007) ada empat fokus utama perubahan fisik yaitu:

1) Peningkatan pertumbuhan tulang rangka, otot, dan organ dalam.

2) Perubahan yang spesifik untuk setiap jenis kelamin, seperti perubahan lebar bahu dan pinggul.

3) Perubahan distribusi otot dan lemak.

4) Perkembangan sistem reproduktif dan karakteristik seks sekunder. Anak perempuan umumnya lebih dulu mengalami perubahan fisik dibandingkan anak laki-laki, yaitu sekitar dua tahun lebih awal.

b. Perubahan Kognitif

Perubahan pada pikiran dan lingkungan sosial remaja kan menghasilkan tingkat perkembangan intelektual tertinggi. Para remaja memperoleh kemampuan memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkannya, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan melalui pemikiran logis. Saat mengalami


(46)

suatu masalah, remaja akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan penyebab dan penyelesaiannya. Selain itu, peningkatan kemampuan kognitif membuat remaja lebih terbuka terhadap informasi beragam tentang seksualitas dan tingkah laku seksual (Potter & Perry, 2009).

c. Perubahan Psikososial

Pencarian jati diri seorang remaja merupakan tugas utama remaja. Mereka dapat membentuk hubungan kelompok yang erat atau memilih untuk terisolasi. Meninjau kebingungan identitas (atau peran) sebagai bahaya utama pada tingkat ini. (Erikson (1963) dalam Potter & Perry (2009)). Remaja juga menyatakan bahwa penolakan kelompok terhadap perbedaan pada anggota remaja merupakan suatu mekanisme pertahanan terhadap kebingungan identitas tersebut (Erikson (1968) dalam Potter & Perry (2009)). Ketidakmampuan dalam membuat keputusan merupakan tingkah laku yang mengindikasikan cara penyelesaian negative dari tugas perkembangan (Potter & Perry, 2009).


(47)

D.

KERANGKA TEORI

Gambar 2.1

(Kurmiran, 2012.Marmi, 2013. Supariasa, 2009. Winkjosastro, 2009). : Diteliti : Tidak diteliti Menstruasi

Siklus menstruasi:  Teratur dan

Tidak Teratur

Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi:

3. External 4. Internal

Faktor yang mempengaruhi siklus mesntruasi:

 Aktifitas fisik  Stres  Diet  Gangguan Endokrin  Gangguan perdarahan Berat badan Antropemetri Gizi:  BB/TB  IMT  Kurus  Normal  Gemuk

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi:

1. External 2. Internal


(48)

E.

KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2

Penelitian ini untuk mengukur status gizi terhadap siklus menstruasi Remaja di sekolah menengah pertama (SMP) yang sudah mengalami menstruasi. Remaja putri sebagai subyek penelitian yang akan diteliti, yaitu siswi kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

F.

HIPOTESIS

Ada hubungan antara Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

Status Gizi Siklus

Menstruasi

Tidak teratur Teratur


(49)

35 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian deskriftif koleratif untuk mendeskripsikan hubungan status gizi dengan siklus menstruasi.Penelitian

cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Jumlah populasi dalam penelitian ini sejumlah 206 siswi kelas VII dan VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping. Penentuan besarnya sampel berdasarkan rumus Nursalam (2014), dari 206 siswi didapatkan bahwa sampel yang digunakan adalah:

Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel


(50)

Berdasarkan dari perhitungan sampel di atas maka besar sampel penelitian yang akan dilakukan adalah 136 siswi, dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Populasi yang telah dikenal sebelumnya dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Siswi kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping yang bersedia untuk menjadi subyek penelitian. 2) Sudah mengalami menstruasi minimal 3 kali.

3) Tidak memiliki kelainan-kelainan penyakit yang berhubungan pada siklus menstruasi.

4) Tidak menggunakan kontrasepsi dan tidak dalam terapi obat-obatan hormonal.


(51)

b. Kriteria Ekslusi

1) Siswi yang tidak dapat mengingat siklus menstruasi dalam 3 bulan terakhir perhitungannya dengan pencatatan tabel menstruasi.

2) Siswi yang tidak ada dalam pengambilan data.

3) Siswi yang mempunyai penyakit kronis yang menyebabkan penurunan berat badan.

4) Siswi yang memiliki penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi.

3. Cara pengambilan Sampel

Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti rata-rata siswi yang sudah mengalami tiga kali menstruasi pada setiap kelas sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Data Jumlah 3 kali Menstruasi No. Nama kelas

VII

Jumlah 3 kali menstruasi

No. Nama kelas VIII

Jumlah 3 kali menstruasi 1. VII A 14 siswi 1. VIII A 16 siswi 2. VII B 17 siswi 2. VIII B 15 siswi 3. VII C 16 siswi 3. VIII C 14 siswi 4. VII D 15 siswi 4. VIII D 14 siswi 5. VII E 14 siswi 5. VIII E 13 siswi 6. VII F 14 siswi 6. VIII F 15 siswi

Jumlah= 90 Jumlah= 87

Untuk mengambil sampel dari masing-masing kelas digunakan rumus sebagai berikut:


(52)

Keterangan:

n= jumlah siswi setiap kelas

= jumlah siswi menstruasi 3 kali perkelas = 177 = Total populasi sampel = 206

N= Jumlah sampel: 136

Data jumlah sampel tiap kelas adalah sebagai berikut: Tabel. 3.2 Data Jumlah sampel kelas VII & VIII No. Nama kelas

VII

Jumlah sampel

No. Nama kelas VIII

Jumlah sampel 1. VII A 10 siswi 1. VIII A 12 siswi 2. VII B 12 siswi 2. VIII B 11 siswi 3. VII C 12 siswi 3. VIII C 10 siswi 4. VII D 11 siswi 4. VIII D 13 siswi 5. VII E 12 siswi 5. VIII E 11 siswi 6. VII F 11 siswi 6. VIII F 11 siswi

Jumlah= 68 Jumlah= 68

Setelah mendapatkan jumlah sampel untuk masing-masing kelas peneliti akan melakukan undian secara acak untuk mengambil sampel dari kelas tersebut.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping.

2. Waktu Penelitian


(53)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah status gizi pada remaja.

b. Variabel Dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah siklus menstruasi remaja.

c. Variabel Penggangu dalam penelitian ini adalah diet, stress, dan aktifitas fisik.

d. Hubungan antar variabel

Gambar 3.3: Hubungan Antar Variabel Penelitian Keterangan gambar:

: Variabel yang diteiti

: Variabel yang tidak diteliti (Variabel penganggu) Variabel bebas: status

gizi remaja

Variabel terikat: Siklus menstruasi

Variabel pengganggu: diet, stres, aktifitas


(54)

E. Definisi Operasional 1. Status gizi

Status gizi adalah kondisi tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan penggunaannya yang diketahui dengan perhitungan IMT (indek masa tubuh) dengan pengukuran berat badan dalam (kg) di bagi tinggi badan dalam (m).

Skala yang digunakan adalah Ordinal. Klasifikasi Status Gizi yang digunakan sesuai IMT menurut WHO adalah kurus ≤ 18,4, normal 18.50 – 23, gemuk >23,1.

2. Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi bulan yang lalu dan mulainya menstruasi bulan berikutnya, yang dapat diketahui dengan pengisian tabel menstruasi untuk menandai tanggal menstruasi dalam 3 bulan sebelumnya.

Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal. Kategori dalam variabel penelitian ini adalah siklus menstruasi teratur dan tidak teratur. Siklus menstruasi dihitung mulai hari pertama menstruasi hingga menstruasi berikutnya terjadi. Siklus dikelompokkan ke dalam kategori teratur dan tidak teratur, menggunakan kategori sebagai berikut:

a. Apabila dalam 3 bulan salah satu siklus terdapat <25 hari atau >35hari maka dikatakan siklus tidak teratur.


(55)

b. Apabila dalam 3 bulan, seluruh siklus menstruasi memiliki rentang 25-`35 hari maka dikatakan siklus menstruasi teratur.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Instruments dan data demografi

Instrumenst dengan pengukur Timbangan dan Microtoise berisi pengukuran berat badan, tinggi badan, dan index masa tubuh. Data demografi berisi nama, usia, alamat, usia menarche, dan riwayat kelainan penyakit.

b. Pengisian tabel siklus menstruasi 3 bulanan

Pemberian tanggalan dari bulan Februari-April, responden menandai tanggal awal menstruasi sampai terakhir menstruasi di setiap bulannya.

c. Alat pengukur IMT (indek masa tubuh)

Pengukuran IMT menggunakan alat timbangan injak digital dan

microtoise.

G. Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Penghitungan BB (berat badan) menggunakan timbangan injak digital otomatis, dengan kapasitas berat badan 150 kg, merk Gea Medical, dan sudah dilakukan kalibrasi di Balai Metrologi DIY. Pengukuran TB (tinggi badan) menggunakan microtice 2 meter, merk Gea Medical,


(56)

dan sudah dilakukan kalibrasi di Balai Metrologi DIY. Perhitungan IMT (indek masa tubuh) menggunakan soft ware SPSS 16.0.

2. Pencatatan siklus menstruasi

Prosedur untuk menilai siklus menstruasi dari responden yaitu:

a. Peneliti memberikan tabel untuk mencatat siklus menstruasi 3 bulan yang lalu.

b. Responden diminta untuk mengisi tabel menstruasi 3 bulan yang lalu secara berturut-turut.

c. Peneliti melihat tanggalan pencatatan siklus menstruasi 3 bulan yang lalu dengan cara penentuan: apabila dalam 3 bulan, salah satu siklus terdapat <25 hari atau >35hari maka dikatakan siklus tidak teratur dan apabila dalam 3 bulan, seluruh siklus menstruasi memiliki rentang 25-35 hari maka dikatakan siklus menstruasi teratur.

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti meminta surat izin survei pendahuluan ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2) Peneliti memintan izin dan memberikan penjelasan prosuder penelitian kepada Kepala sekolah di sekolah menengah pertama 2 Gamping


(57)

4) Melakukan uji etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5) Pembagian tabel siklus menstruasi selama 3 bulan

6) Melakukan kalibrasi alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan

7) Peneliti meminta surat izin uji penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

8) Melakukan perizinan penelitian di BAPPEDA Sleman 9) Menentukan waktu pengambilan data dengan pihak Sekolah 10)Mengambil tabel siklus menstruasi selama 3 bulan

11)Melakukan pengambilan sampel di setiap kelasnya

12)Responden membawa informed concent pulang kerumah, mengisinya dengan diketahui orang tua dan membawa kembali pada saat pengambilan data.

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti mengumpulkan 2 asisten dengan kriteria asisten yaitu, mahasiswa ilmu keperawatan

2) Mengumpulkan responden di ruang Aula Sekolah, setiap kelasnya dengan bantuan Guru Bimningan konseling (BK) 3) Peneliti menjelaskan tujuan, cara pengisian data demografi, dan


(58)

4) Peneliti dan asisten memberikan lembar data demografi dan mengambil kembali informed concent yang dibawa pulang 5) Peneliti memanggil satu persatu siswi untuk melakukan

pengukuran Berat Badan & Tinggi Badan yang di bantu oleh asisten peneliti dan mencacat hasilnya

6) Peneliti dan asisten mencek kembali data demografi sudah lengkap apa belum

7) Kemudian siswi di kumpulkan kembali dan peneliti menutup dan memberikan ucapan terimakasih

c. Tahap akhir

1) Peneliti memeriksa kembali kelengkapan pengukuran BB (berat badan) dan TB (tinggi badan)

2) Melakukan analisa univariat dan bivariat 3) Membuat pembahasan hasil penelitian H. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari hasil kuesioner yang telah disebarkan pada responden selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Penelitian memeriksa kebenaran dan kelengkapan pengukuran IMT (indek masa tubuh) dan tabel menstruasi yang sudah diisi oleh responden.


(59)

b. Coding

Koding dalam penelitian ini dilakukan dengan merubah data dengan pemberian kode data dari berbentuk huruf ke dalam data angka variabel siklus menstruasi yaitu, teratur = 1, tidak teratur = 2. Status gizi yaitu, kurus = 1, normal = 2, gemuk = 3.

c. Data Entry atau Processing

Peneliti memasukkan data ke dalam program atau software statistik komputer untuk analisis data lebih lanjut dan peneliti memproses data.

d. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya keselahan memberian kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. Setelah itu dilakukan koreksi atau pembetulan pada data tersebut.

2. Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik analisis univariat (deskriftif) dan bivariat (korelasi) menganalisis kolerasi dari kedua variabel status gizi dan siklus menstruasi.

a. Analisa univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan distribusi setiap variabel penelitian dan akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel


(60)

(Nursalam, 2014). Variabel status gizi responden dan siklus menstruasi pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan presentase.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menghubungkan antara variabel status gizi dengan siklus menstruasi. Skala variabel dalam penelitian ini adalah ordinal–nominal sehingga, uji koleratifnya menggunakan

Chi-Square. Menurut Dahlan (2013) ada syarat untuk menentukan uji bivariat menggunakan Chi-Square yaitu, skala pengukuran kategorik, jenis hipotesis komparatif, skala pengukuran kategorik, tidak berpasangan, jumlah kelompok 2, prinsip tabel B x K, sel mempunyai

expected <dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Chi-Square

digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel, dilihat dari nilai signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien kolerasi atau r. Jika nilai signifikan >0,05 maka Ho diterima, dan jika nilai signifikan <0,05 maka Ho ditolak.

I. Etika Penelitian

1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gamping” mengajukan izin etik ke bidang etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan Nomor: 201/EP-FKIK-UMY/VI/2016.


(61)

2. Prinsip manfaat (bebas dari penderitaan, eksploitasi, dan risiko)

Penelitian yang dilakukan tidak mengakibatkan penderitaan dan dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan pada responden, informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun, dan mempertimbangkan risiko yang akan berakibat kepada responden pada setiap tindakan.

3. Respect human dignity

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia atau tidak, tanpa adanya sangsi apa pun.

4. Right to full disclosure

Peneliti menjelaskan secara rinci tentang penelitian yang akan dilakukan, serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden.

5. Informed consent

Responden mendapatkan informed consent yang diisi dan berisi bahwa data yang akan diperoleh dari penelitian nantinya hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

6. Right to privacy


(62)

48

Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta, dengan jumlah responden sebanyak 136 siswi dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

1. Analisa Univariat a. Usia

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Remaja Putri di SMP N 2 Gamping

Usia Frekuensi (n) Presentase (%)

12 14 10,3

13 60 44,1

14 51 37,5

15 11 8,1

Total 136 100

Sumber: Data primer 2016

Pada tabel 4.1. berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia remaja putri di SMP N 2 Gamping adalah usia 13 tahun sebanyak 60 responden (44,1%)


(63)

b. Usia Menarche

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Usia Menarche Putri di SMP N 2 Gamping

Usia Menarche Frekuensi (n) Presentase (%)

9 1 0,7

10 8 5,9

11 37 27,2

12 61 44,9

13 26 19,1

14 3 2,2

Total 136 100

Sumber: Data primer 2016

Pada tabel 4.2. berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia menarche remaja putri di SMP N 2 Gamping adalah pada usia 12 tahun sebanyak 61 responden (44,9%).

c. Status Gizi Remaja Putri

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Remaja Putri di SMP N 2 Gamping

Status Gizi Frekuensi (n) Presentase (%)

Kurus 49 36,0

Normal 56 41,2

Gemuk 31 22,8

Total 136 100

Sumber: Data primer 2016

Pada tabel 4.3. berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi remaja putri di SMP N 2 Gamping adalah berstatus gizi normal sebanyak 56 responden (41,2%).


(64)

d. Siklus Menstruasi Remaja Putri

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di SMP N 2 Gamping

Siklus Menstruasi Frekuensi (n) Presentase (%)

Teratur 41 30,1

Tidak Teratur 95 69,9

Total 136 100

Sumber: Data primer 2016

Pada tabel 4.3. berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus menstruasi remaja putri di SMP N 2 Gamping adalah siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 95 responden (69,9%).

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMP N 2 Gamping adalah uji chi-square tabel 3x2, nilai p >0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan antar variabel.

Berdasarkan data statistik penelitian mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hubungan Status Gizi dengan siklus menstruasi pada Remaja Putri di SMP N 2 Gamping

Siklus Menstruasi

Status Gizi Teratur Tidak Teratur

N % N %

Kurus 14 28,6 35 71,4

Normal 22 39,3 34 60,7

Gemuk 5 16,1 26 83,9

Total 41 30,1 95 69,9


(65)

Tabel 4.6 Hasil Uji Pearson Chi-Square

Value Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 5.171a .075

Sumber: Data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.5. dari hasil analisis data menunjukkan bahwa siswi yang mempunyai status gizi kurus dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 14 responden (28,6%) dan status gizi dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 35 responden (71,4%). Diikuti dengan siswi yang mempunyai status gizi normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 22 responden (39,3%) dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 34 responden (60,7%). Sedangkan status gizi gemuk dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 5 responden (16,1%) dan status gizi gemuk dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 26 responden (83,9%).

Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil analisis dari variabel independen (status gizi) dengan variabel dependen (siklus menstruasi) menggunakan chi-square tabel 3x2 didapatkan hasil nilai p>0,05 (0,075) dan sebelumnya menggunakan tabel 4x2 karena tidak sesuai dengan syarat Chi-square, yaitu sel mempunyai nilai expected >5, dan berpedaan jumlah antara kategori gemuk dan obesitas tidak lebih dari 20% dari jumlah sel. Maka dari itu dilakukan menggabungan sel menjadi 3x2. Hasil analisis statistik dengan penggabungkan sel diperoleh nilai p = 0,075 (dengan nilai α > 0,05) maka tidak ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMP N 2 Gamping.


(66)

B. PEMBAHASAN 1. Usia Remaja

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia responden pada remaja putri di SMP N 2 Gamping yaitu 13 tahun. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswi di SMP N 2 Gamping mempunyai rentang usia remaja yang normal. Menurut WHO (2014), usia rentang 10-13 tahun termasuk remaja awal (early adolescence). Kelompok usia remaja 12-14 tahun juga merupakan kelompok umur dimana remaja sedang dalam masa pubertas yang membuat sikap mereka kadang-kadang tidak menentu. Hal ini juga dapat berakibat mereka jadi lebih suka memilih-milih makanan atau makan tidak teratur. selain itu selama melakukan aktifitas mereka lebih sering jajan dan ngemil (Ridhwanah, 2014).

Kebiasaan makan remaja juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan seperti teman sebaya, namun orang tua juga mempunyai peranan penting dalam membentuk kebiasaan makan anaknya (Almatsier, 2011). Hal ini sependapat dengan penelitian (Rahman, 2016) bahwa pengaruh faktor lingkungan membuat remaja putri ingin tampil seperti temannya yang memiliki bentuk tubuh ideal. Hal tersebut dapat menyebabkan mereka mencoba mengubah bentuk tubuhnya dengan membatasi konsumsi makanan yang bergizi seimbang.


(67)

2. Usia Menarche

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia

menarche pada siswi remaja putri di SMP N 2 Gamping yaitu 12 tahun. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswi di SMP N 2 Gamping mempunyai rentang usia menarche yang normal. Menurut Susanti (2012), bahwa usia menarche bervariasi pada setiap individu dan wilayah tempat tinggal. Siswi yang megalami menarche dini bisa dipengaruhi oleh status ekonomi orang tua, karena orang tua dengan latar belakang sosial ekonomi tinggi akan berusaha memenuhi kebutuhan gizi yang baik pada putrinya. Berbagai jenis asupan makanan yang bernilai gizi tinggi yang dikonsumsi akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanngan anak (Ratna, 2012).

Sedangkan pada anak-anak dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin. Makin tinggi kadar leptin, makin cepat terjadi menarche (Soetjiningsih, 2004). Nutrisi sangat mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat mentruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat mentruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum mentruasi pada usia yang sama (Dewi, 2016). Sedangkan anak remaja yang status gizinya baik mengalami awal pubertas yang sesuai dengan usia dibandingkan dengan remaja yang bertubuh kurus atau yang memiliki gizi dibawah normal, oleh


(68)

karena itu apabila asupan nutrisinya diperbaiki dan fungsi hormon menjadi normal kembali serta kematangan seksual dapat berlangsung (Soetjiningsih, 2004).

3. Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi status gizi pada remaja putri di SMP N 2 Gamping menunjukkan bahwa berstatus gizi normal. Menurut Adriani (2014) mengemukakan bahwa status gizi remaja dapat dicerminkan oleh pola makan yang teratur dan aktifitas fisik, agar dapat mencapai pertumbuhan fisik yang optimal. Pertumbuhan status gizi remaja juga dipengaruhi oleh asupan protein, kalori, dan energi. Energi yang dibutuhkan oleh remaja sesuai dengan aktifitas yang mereka lakukan, oleh sebab itu apabila tidak sesuai maka kebutuhannya belum tercukupi dengan baik (Adriani, 2014). Dengan mengkonsumsi protein dan kalori sesuai kebutuhan dan cukup maka pertumbuhan badan yang menyangkut pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dicapai dengan baik (Dieny, 2014).

Sedangkan siswi yang berstatus gizi kurus dan gemuk, ada berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi remaja tersebut. Diantaranya kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru oleh remaja dimana mempunyai tubuh yang langsing menjadi idaman bagi remaja putri hal ini sering menjadi penyebab masalah karena mereka menerapkan pembatasan makanan secara


(69)

keliru. Selain itu kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu yang menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi, promosi yang berlebihan melalui media massa juga dapat mempengaruhi karena usia remaja di mana mereka sangat mudah tertarik pada sesuatu yang baru sehingga dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan produk mereka dengan sangat mempengaruhi remaja sehingga tertarik untuk membelinya tanpa tahu kandungan gizi yang kandung didalamnya apakah baik untuk pertumbuhan remaja. Serta masuknya produk-produk makanan siap saji (fast food) yang berasal dari negara lain secara bebas membawa pengaruh terhadap kebiasaan makan para remaja yang menjadi trend dikehidupan modern remaja saat ini yang menyebabkan remaja tidak memperhatikan asupan gizi mereka (Adriani, 2014).

Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi (2015), bahwa sebanyak 27 responden (75%) mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food). Hal ini dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori yang lebih tinggi. Secara signifikan akan terjadinya peningkatan IMT yang lebih besar apabila sering mengkonsumsi makan-makanan fast food, minuman bersoda (soft drink), dan makanan jajanan di luar rumah (Dewi, 2015).


(70)

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar remaja putri di SMP N 2 Gamping mempunyai status gizi yang normal, di mana mereka menjaga pola makan dengan baik, tidak melakukan diet dengan tujuan agar memperoleh bentuk tubuh yang diharapkan dan tidak mengonsumsi produk-produk makanan siap saji (fast food).

4. Siklus Menstruasi

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi siklus menstruasi pada remaja putri di SMP N 2 Gamping menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi lebih banyak dibandingkan dengan siklus menstruasi yang teratur. Siklus menstruasi adalah menstruasi setiap bulannya secara periodik karena tidah dibuahi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi, diantaranya stres, aktifitas fisik, status gizi yang berlebih atau kurang, dan hormon (Dieny, 2014). Menurut Wolfenden (2010) dalam Mentari (2015), faktor yang paling berpengaruh dalam regulasi siklus menstruasi adalah ketidakseimbangan hormon. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan pengaturan hormon terganggu yaitu stres, perubahan rutinitas, penyakit, gaya hidup dan berat badan. Ada 5 hormon yang berperan dalam proses menstruasi diantaranya, progesteron, estrogen, LH, FSH, dan GnRH (Winkjosastro, 2009).


(1)

Lampiran 9

A.

DATA DEMOGRAFI

Nama/inisial

:

Tanggal lahir/usia

:

Alamat

:

No Hp

:

Berat badan (BB)

:

Tinggi badan (TB)

:

Indek sama tubuh (IMT)

:

Usia menarche

:

Riwayat kelainan penyakit :


(2)

Lampiran 10

Nama :

Tanggal lahir/Usia :

Kelas :

Untuk mengukur atau menentukansiklus menstruasi teratur dan tidak

teratur dengan cara:

Apabila anda dalam 3 bulan, salah satu siklus terdapat <25

hari atau >35hari maka dikatakan siklus tidak teratur, dan apabila anda dalam 3

bulan, seluruh siklus menstruasi memiliki rentang 25-35 hari maka dikatakan

siklus menstruasi teratur.

Cara pengisian kalender menstruasi:

Lingkari atau beri tanda “O” pada tanggal

saat anda mendapatkan menstruasi hari pertama. Kemudian berilah tanda silang

“X” pada tanggal apabila menstruasi anda te

lah selesai. Lakukan lagi hal tersebut

untuk bulan-bulan berikutnya yaitu Februari-April 2016.

Februari 2016

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27


(3)

maret 2016

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

April 2016

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23


(4)

1.

Usia

N Valid 136

Missing 0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 12 14 10.3 10.3 10.3

13 60 44.1 44.1 54.4

14 51 37.5 37.5 91.9

15 11 8.1 8.1 100.0

Total 136 100.0 100.0

2. Usia_menarche

N Valid 136

Missing 0

Usia_menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 1 .7 .7 .7

10 8 5.9 5.9 6.6

11 37 27.2 27.2 33.8

12 61 44.9 44.9 78.7

13 26 19.1 19.1 97.8

14 3 2.2 2.2 100.0

Total 136 100.0 100.0

3. Silus_menstruasi

N Valid 136


(5)

Silus_menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid teratur 41 30.1 30.1 30.1

tidak teratur 95 69.9 69.9 100.0

Total 136 100.0 100.0

4. Kategori IMT

N Valid 136

Missing 0

Kategori IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurus 49 36.0 36.0 36.0

Normal 56 41.2 41.2 77.2

Gemuk 31 22.8 22.8 100.0

Total 136 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori IMT 2 *


(6)

Kategori IMT Siklus_Menstruasi Crosstabulation

Siklus_Menstruasi

Total teratur tidak teratur

Kategori IMT 2 Kurus Count 14 35 49

% within Kategori IMT 2 28.6% 71.4% 100.0%

Normal Count 22 34 56

% within Kategori IMT 2 39.3% 60.7% 100.0%

Gemuk Count 5 26 31

% within Kategori IMT 2 16.1% 83.9% 100.0%

Total Count 41 95 136

% within Kategori IMT 2 30.1% 69.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5.171a 2 .075

Likelihood Ratio 5.429 2 .066

Linear-by-Linear Association .776 1 .379

N of Valid Cases 136

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.35.

Risk Estimate

Value Odds Ratio for Kategori IMT

2 (Kurus / Normal)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.