Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(1)

4 Lampiran 1 INFORM CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Sartika Rajagukguk

NIM : 121101134

JudulPenelitian : Hubungan Sttaus Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi berhubungan dengan siklus menstruasi.

Saudara telah diminta untuk berpartisipas idalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatanatas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian untuk dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa keperawatan tentang hubungan status gizi dengan siklus menstruasi.

2. Jika Saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan angket berisi beberapa pertanyaan mengenai status gizi dan siklus menstruasi yang harus Saudara isi sesuai dengan petunjuk pengisian yang tertera dalam angket. Pengisian angket ini akan membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit.

3. Penelitian ini tidak menimbulkaan resiko. Apabila Saudara merasa tidak aman saat pengumpulan data, Saudara boleh tidak menjawab atau mengundurkan diri dari penelitian ini.


(2)

26

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Saudara tanyakan kepada peneliti. 6. Jika Saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.

Peneliti,

Sartika Rajagukguk


(3)

27

Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri

A. Data demografi

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik -titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini.

1. Nama/ inisial :

2. Usia :

3. Usia Menarche : Dibawah 12 tahun (menstruasi pertama kali) 12-13 tahun

Diatas 13 tahun

4. Riwayat merokok : ฀ Ada ฀ Tidak ada

5. Penyakit ginekologis : ฀ Ada (Sebutkan) ……… (Peenyakit pada sistem

Reproduksi) ฀ Tidak ada 6. Penyakit lain : ………


(4)

28 B. Data Antropometri

1. Berat Badan : kg 2. Tinggi Badan : cm

C. Siklus Menstruasi

1. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya Anda mengalami

.menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Berapa harikah .siklus menstruasi Anda berlangsung?

a. 21-35 hari b. < 21 hari c. > 35 hari

2. Berapa harikah lamanya menstruasi Anda berlangsung? a. 3-7 hari

b. < 3 hari c. > 7 hari


(5)

4

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

JenisKegiatan Sept. Oktober Nov. Des. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukanjudul

Menetapkanjudul

Menyiapkan proposal

Mengajukansidang

proposal

Sidang proposal

Revisi proposal

UjiValiditas

Ujireliabilitas

Pengumpulan data dananalisa data

Penyusunanlaporan

skripsi

Ujianskripsi

Revisi

Mengumpulkanskri psi


(6)

2

No U UM RM PG PL SM

1 19 2 0 0 0 2

2 19 2 0 0 0 1

3 19 2 0 0 0 1

4 19 2 0 0 0 2

5 18 2 0 0 0 1

6 18 3 0 0 0 1

7 19 2 0 0 0 1

8 19 2 0 0 0 1

9 18 3 0 0 1 1

10 19 3 0 0 0 2

11 19 3 0 0 0 1

12 17 2 0 0 0 1

13 18 2 0 0 0 2

14 18 2 0 0 3 1

15 19 1 0 0 0 1

16 18 2 0 0 0 2

17 18 2 0 0 0 2

18 18 2 0 0 0 1

19 19 2 0 0 0 2

20 19 2 0 0 0 1

21 19 2 0 0 0 1

22 18 1 0 0 1 1

23 19 2 0 0 0 1

24 18 2 0 0 0 1

25 19 3 0 0 0 1

26 18 3 0 0 0 1

27 19 2 0 0 0 1

28 18 2 0 0 0 2

29 19 3 0 0 0 1

30 19 2 0 0 0 2

31 18 2 0 0 0 1

32 17 2 0 0 0 1

33 18 2 0 0 0 1

34 19 3 0 0 0 1

35 19 3 0 0 0 1

36 19 1 0 0 0 1

37 19 2 0 0 0 2


(7)

3

38 18 2 0 0 0 1

39 18 3 0 0 0 1

40 19 2 0 0 0 1

41 18 2 0 0 0 1

42 19 3 0 0 0 1

43 19 3 0 0 0 1

44 18 2 0 0 0 1

45 18 3 0 0 0 1

46 19 3 0 0 0 1

47 19 2 0 0 0 2

48 18 1 0 0 0 2

49 19 3 0 0 0 1

50 19 3 0 0 1 2

51 18 3 0 0 0 1

52 19 2 0 0 0 1

53 19 2 0 0 0 2

54 19 2 0 0 0 2

55 19 3 0 0 0 2

56 18 3 0 0 0 1

57 17 2 0 0 0 2

58 19 3 0 0 0 1

59 19 3 0 0 0 1

60 18 3 0 0 0 2

61 18 3 0 0 0 1

62 19 3 0 0 0 1

63 19 3 0 0 0 2

64 18 2 0 0 0 1

65 19 1 0 0 0 2

66 19 2 0 0 0 1

67 18 2 0 0 0 2

68 19 2 0 0 0 1

69 19 2 0 0 2 1

70 19 2 0 0 0 2

71 18 3 0 0 0 2

72 18 3 0 0 0 1

73 18 3 0 0 0 1

74 19 1 0 0 0 2

75 17 2 0 0 0 1


(8)

4

76 18 2 0 0 0 1

77 19 2 0 0 0 2

78 19 3 0 0 0 1

79 18 2 0 0 0 2

80 19 3 0 0 0 2

81 18 2 0 0 0 2

82 18 2 0 0 0 1

83 19 3 0 0 0 2

84 18 1 0 0 0 2

85 19 3 0 0 0 1

86 19 2 0 0 0 2

87 19 2 0 0 0 2

88 18 1 0 0 0 1

89 18 3 0 0 0 1

90 19 2 0 0 0 1

91 18 3 0 0 0 1

92 19 3 0 0 0 1

93 19 3 0 0 0 1

94 19 2 0 0 0 1

95 19 2 0 0 0 2

96 19 3 0 0 0 1

Kode

Responden BB TB IMT

Kategori IMT Koding

1 1 1 1 underweight 1

2 2 3 1 underweight 1

3 1 1 2 healthy 2

4 3 2 3 overweight 3

5 2 1 2 healthy 2

6 2 3 2 healthy 2

7 1 3 2 healthy 2

8 2 2 2 healthy 2

9 3 1 2 healthy 2

10 3 2 3 overweight 3

11 3 2 4 obese 4

12 2 2 2 healthy 2

13 1 1 1 underweight 1


(9)

5

14 2 2 2 healthy 2

15 1 1 2 healthy 2

16 1 1 1 underweight 1

17 1 1 2 healthy 2

18 1 1 1 underweight 1

19 2 1 3 overweight 3

20 1 1 2 healthy 2

21 3 2 2 healthy 2

22 1 2 2 healthy 2

23 1 1 2 healthy 2

24 2 1 2 healthy 2

25 3 2 3 overweight 3

26 2 3 2 healthy 2

27 1 1 2 healthy 2

28 1 2 1 underweight 1

29 2 2 2 healthy 2

30 1 1 3 overweight 3

31 2 2 2 healthy 2

32 2 1 2 healthy 2

33 1 1 2 healthy 2

34 3 3 2 healthy 2

35 1 2 2 healthy 2

36 3 3 3 overweight 3

37 3 2 4 obese 4

38 1 1 2 healthy 2

39 1 1 2 healthy 2

40 1 2 2 healthy 2

41 3 2 2 healthy 2

42 1 1 3 overweight 3

43 2 1 2 healthy 2

44 3 3 3 overweight 3

45 2 1 2 healthy 2

46 2 2 2 healthy 2

47 3 2 3 overweight 3

48 1 3 1 underweight 1

49 2 2 2 healthy 2

50 3 1 4 obese 4

51 1 1 2 healthy 2


(10)

6

52 2 1 2 healthy 2

53 2 3 1 underweight 1

54 3 1 3 overweight 3

55 2 3 1 underweirght 1

56 1 1 1 underweight 1

57 3 1 3 overweight 3

58 3 2 2 healthy 2

59 1 2 2 healthy 2

60 2 2 2 healthy 2

61 3 1 3 overweight 3

62 1 1 2 healthy 2

63 1 2 1 underweight 1

64 3 2 2 healthy 2

65 1 1 2 healthy 2

66 1 2 1 underweight 1

67 3 3 2 healthy 2

68 3 2 2 healthy 2

69 1 1 2 healthy 2

70 2 2 2 healthy 2

71 1 2 1 underweight 1

72 2 3 2 healthy 2

73 3 2 2 healthy 2

74 3 2 3 overweight 3

75 2 2 2 healthy 2

76 2 2 2 healthy 2

77 3 2 3 overweight 3

78 1 2 2 healthy 2

79 1 2 1 underweight 1

80 3 3 3 overweight 3

81 1 2 1 underweight 1

82 1 2 2 healthy 2

83 2 2 2 healthy 2

84 3 3 3 overweight 3

85 1 2 2 healthy 2

86 3 3 3 overweight 3

87 2 1 3 overweight 3

88 1 2 2 healthy 2

89 2 3 2 healthy 2


(11)

7

90 1 1 2 healthy 2

91 1 1 2 healthy 2

92 2 1 3 overweight 3

93 2 2 2 healthy 2

94 2 2 2 healthy 2

95 3 1 3 overweight 3

96 1 1 2 healthy 2


(12)

8 No

Responden

Siklus Menstruasi Jumlah Kategori Koding

p1 p2

1 2 1 3 tidak teratur 2

2 1 1 2 teratur 1

3 1 1 2 teratur 1

4 1 3 4 tidak teratur 2

5 1 1 2 teratur 1

6 1 1 2 teratur 1

7 1 1 2 teratur 1

8 1 1 2 teratur 1

9 1 1 2 teratur 1

10 1 3 4 tidak teratur 2

11 1 1 2 teratur 1

12 1 1 2 teratur 1

13 3 1 4 tidak teratur 2

14 1 1 2 teratur 1

15 1 1 2 teratur 1

16 1 3 4 tidak teratur 2

17 3 1 4 tidak teratur 2

18 1 1 2 teratur 1

19 2 1 3 tidak teratur 2

20 1 1 2 teratur 1

21 1 1 2 teratur 1

22 1 1 2 teratur 1

23 1 1 2 teratur 1

24 1 1 2 teratur 1

25 1 1 2 teratur 1

26 1 1 2 teratur 1

27 1 1 2 teratur 1

28 1 3 4 tidak teratur 2

39 1 1 2 teratur 1

30 3 1 4 tidak teratur 2

31 1 1 2 teratur 1

32 1 1 2 teratur 1

33 1 1 2 teratur 1

34 1 1 2 teratur 1

35 1 1 2 teratur 1

36 1 1 2 teratur 1

37 3 1 4 tidak teratur 2

38 1 1 2 teratur 1

39 1 1 2 teratur 1

40 1 1 2 teratur 1


(13)

9

41 1 1 2 teratur 1

42 1 1 2 teratur 1

43 1 1 2 teratur 1

44 1 1 2 teratur 1

45 1 1 2 teratur 1

46 1 1 2 teratur 1

47 2 1 3 tidak teratur 2

48 1 3 4 tidak teratur 2

49 1 1 2 teratur 1

50 1 3 4 tidak teratur 2

51 1 1 2 teratur 1

52 1 1 2 teratur 1

53 2 1 3 tidak teratur 2

54 1 3 4 tidak teratur 2

55 2 2 4 tidak teratur 2

56 1 1 2 teratur 1

57 3 1 4 tidak teratur 2

58 1 1 2 teratur 1

59 1 1 2 teratur 1

60 1 3 4 tidak teratur 2

61 1 1 2 teratur 1

62 1 1 2 teratur 1

63 3 1 4 tidak teratur 2

64 1 1 2 teratur 1

65 3 3 6 tidak teratur 2

66 1 1 2 teratur 1

67 3 1 4 tidak teratur 2

68 1 1 2 teratur 1

69 1 1 2 teratur 1

70 2 1 3 tidak teratur 2

71 2 2 4 tidak teratur 2

72 1 1 2 teratur 1

73 1 1 2 teratur 1

74 1 3 4 tidak teratur 2

75 1 1 2 teratur 1

76 1 1 2 teratur 1

77 1 3 4 tidak teratur 2

78 1 1 2 teratur 1

79 3 2 5 tidak teratur 2

80 2 1 3 tidak teratur 2

81 3 1 4 tidak teratur 2

82 1 1 2 teratur 1


(14)

10

83 2 1 3 tidak teratur 2

84 1 3 4 tidak teratur 2

85 1 1 2 teratur 1

86 2 1 3 tidak teratur 2

87 3 1 4 tidak teratur 2

88 1 1 2 teratur 1

89 1 1 2 teratur 1

90 1 1 2 teratur 1

91 1 1 2 teratur 1

92 1 1 2 teratur 1

93 1 1 2 teratur 1

94 1 1 2 teratur 1

95 1 3 4 tidak teratur 2

96 1 1 2 teratur 1


(15)

11

`Lampiran 5 HASIL PENELITIAN

Frequency Table

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16-19 96 100.0 100.0 100.0

usiamenarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <12 tahun 8 8.3 8.3 8.3

12-13 tahun 51 53.1 53.1 61.5

>13 tahun 37 38.5 38.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

riwayatmerokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 96 100.0 100.0 100.0

penyakitginekologis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 96 100.0 100.0 100.0


(16)

12 penyakitlain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 91 94.8 94.8 94.8

tifus 3 3.1 3.1 97.9

asma 1 1.0 1.0 99.0

gastritis 1 1.0 1.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

beratbadan tinggibadan

N Valid 96 96

Missing 0 0

Frequency Table

beratbadan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <50 kg 39 40.6 40.6 40.6

50-54 kg 30 31.3 31.3 71.9

>54kg 27 28.1 28.1 100.0

Total 96 100.0 100.0

tinggibadan


(17)

13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <156 cm 38 39.6 39.6 39.6

156-160 cm 42 43.8 43.8 83.3

>160 cm 16 16.7 16.7 100.0

Total 96 100.0 100.0

NEW FILE.

DATASET NAME DataSet3 WINDOW=FRONT. DATASET CLOSE DataSet2.

Statistics

statusgizi

siklusmenstruas i

N Valid 96 96

Missing 0 0

statusgizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <18,5 15 15.6 15.6 15.6

18,5-22,9 58 60.4 60.4 76.0

23-24,9 20 20.8 20.8 96.9

>25 3 3.1 3.1 100.0

Total 96 100.0 100.0


(18)

14 siklusmenstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 63 65.6 65.6 65.6

tidak normal 33 34.4 34.4 100.0

Total 96 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

statusgizi *

siklusmenstruasi 96 100.0% 0 0.0% 96 100.0%

statusgizi * siklusmenstruasi Crosstabulation Count

siklusmenstruasi

Total normal tidak normal

statusgizi <18,5 4 11 15

18,5-22,9 52 6 58

23-24,9 6 14 20

>25 1 2 3

Total 63 33 96

NONPAR CORR

/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG


(19)

15 /MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlation

Correlations

VAR00001 VAR00002

Spearman’s rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 .103

Sig. (2-tailed) . .001

N 96 96

VAR00002 Correlation Coefficient .103 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 96 96


(20)

16

Lampiran 6


(21)

17


(22)

18


(23)

19


(24)

20

Lampiran 9

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sartika Rajagukguk

NIM : 121101134

Tempat, Tanggal Lahir : Dumai, 15 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Rengas No. 5 Sekip, Medan Riwayat Pendidikan :

Tahun 2000-2006 SD Estomihi Dumai Tahun 2006-209 SMP Santo Tarcisius Dumai Tahun 2009-2012 SMAN 2 Dumai

Tahun 2012- sekarang Fakultas Keperawatan USU


(25)

47

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Agrawal, P., Agrawal, S. (2012). Obesity And Reproduction Health Among Indian Women. Journal of Society and Communication Volume 2012: 38-68 Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Arief, Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Medica

Aesculpalus, FK UI.

Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Aryani. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Banudi, La. (2013). Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Basir, A. A., 2012. Peran High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-CRP) Sebagai Penanda Inflamasi, Indeks Massa Tubuh, Dan Lingkat Pinggang Terhadap Derajat Premenstrual Syndrome Pada Wanita Usia Subur. JST KesehatanVol.2 No 9-17.

Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Cakir, Murat et al. (2007). Menstrual pattern and common menstrual disordersamong university students in Turkey. Available from :

2015]

Coad, J. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Surabaya : Erlangga

Cohen, H., (2003). Mcgill Medicine Menstrual Cycle Home Page. Molson Medical Informatics Projects. Diunduh dari : http://221www2007.campus.mcgill. ca:8889/dir/menstrualcycle.html [Diakses 15 November 2015]


(26)

48

Cunningham, F.G. (2005). Obstetri Wiliams Edisi 21. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Dieny, F. (2014). Permasalahan Gizi pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Depkes RI. (2010). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013

Felicia., Hutagaol, E., Kundre, R. (2015).Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di PSIK FK UNSRAT Manado. Retrieved

from

07 Oktober 2015]

Fujiwara, T., Sato, N., Awaji, H., Nakata, R., 2007. Adverse effects of Dietary Habits on Menstrual Disorders in Young Women. The Open Food Science Journal 1: 24-30

Gharrravi. (2009).

Gibson, R.S., (2005). Principle of Nutritional and Assesment. Oxford University Press. Newyork : 625

Gudmundsdottir, S. L., Flanders, W. D., Augested, L. B., 2011. A Longitudinal Study Of Physical Activicty And Menstrual Cycle Charactheristics In Healthy Norwegian Women-Thw Nord-Trondelag Health Study. Norsk Epidemiology 20(2):163-171.

Guyton, C.A. & Hall, J.E. (2006). Female Physiology Before Pregnancy and Female Hormones. Textbook of Medical Physiology. 11thed.

Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC

Hossain, M. G., Sabiruzzaman, M., Islam, S., Hisyam, R. Z., Lestrel, P. E., Kamarul, T., 2011. Influence Of Anthropometric Measures And Socio-Demograpic Factors On Menstrual Pain And Irregular Menstrual Cycles Among University Students In Bangladesh. Anthropological Science 119(3), 239-246

Hupitoyo. (2011). Obesitas dan Fertilitas. Jakarta : Bumi Kisara

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika

Llewellyn, D. (2001). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.


(27)

49

Mahbubah, A. (2006). Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Usia 20-29 Tahun di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten

Pacitan. (Skripsi)

Morgan, G. & Carole, H. (2009). Obstetri & Ginekologi : panduan praktik. Jakarta : EGC

Norman, F.G. (2005), Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Patil, M. S., Angadi, M.M., (2013). Menstrual Pattern Among Adolescent Girls In

Rural Area Of Bijapur. Al Ameen J Med Sci 6(1):17-20.

Paath, E. F. (2005). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Polit, D.F., & Hungler, B.P. (2001). Essentials of nursing research: Methods, appraisal, and utilization. Philadelphia: Lippincott

Prawirohardjo. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Primastuti, Hapsari N. (2012). Hubungan Obesitas Dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi. Diunduh dari: http://jurnal.fk.uns.ac.id/ index.php/

Nexus-Biomedika/article/view/56 [Diakses 21 Oktober 2015]

Proverawati, A., Siti, M. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Numed

Rahyani, Ni Komang Yuni. (2004). Kesehatan Reproduksi Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC

Rakhmawati, A. (2013). Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Gangguan Siklus Menstruasi Pada Wanita Dewasa Muda. Journal of Nutrition College 2(1): 264-280.

Sacher, R.A. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Lanoratorium. Jakarta : EGC

Sugondo 2006

Supariasa, I.D.N., Bakri, B dan Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC


(28)

50

Supariasa. (2012). Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suhardjo. (2005). Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara Thang

Waluya, A. (2007). Perubahan Pangan pada Mahasiswi Peserta Program Pemberian Makanan Tambahan di IPB. (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor

Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Wei, S., Schmidt, M. D., Dwyer, T., Norman, R. J., Venn, A. J., 2009. Obesity And Menstrual Irregularity: Associations With SHBG, Testosterone, and Insulin. Obesity Journal 17(5): 1070-1076.

Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wolfenden., Elizabeth M. (2010). Causes of Irregular Menstrual Bleeding.

Available from


(29)

4

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2010). Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan siklus menstruasi pada remaja putri. Penelitian ini mengidentifikasi apakah status gizi dengan berat badan kurang, normal, berat badan lebih dan obesitas dapat mempengaruhi siklus menstruasi.

Pada variabel ini yang merupakan variabel independen adalah status gizi sedangkan variabel dependen yaitu pola siklus menstruasi. Berdasarkan dari uraian diatas maka dibuat kerangka konsep hubungan status gizi dengan pola siklus menstruasi sebagai berikut :

Keterangan :

= hubungan antar variabel = variabel yang diteliti

Skema 1. Kerangka Konsep Status Gizi

- Gizi Kurang - Normal - Gizi Lebih - Obese

Pola Siklus Menstruasi - Teratur - Tidak Teratur


(30)

23

2. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Status Gizi Keadaan seimbang dalam mengkonsumsi makanan oleh remaja putri Keperawatan Universitas Sumatera Utara dimana dapat dinyatakan dengan penilaian status gizi yang dapat diukur dengan melihat indeks massa tubuh. Timbangan berat badan dengan merek GEA dan pengukur tinggi badan

Gizi Kurang (IMT : < 18,50)

Normal (IMT : 18,50 -22,9) Gizi Lebih (IMT : 23,00-24,9) Obese (IMT : ≥25,00)

Ordinal

Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara waktu hari pertama menstruasi dengan hari pertama

menstruasi berikutnya yang dialami oleh remaja putri Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Kuesioner Siklus menstruasi normal yaitu panjang siklus berada pada 21-35 hari dan lama haid berada pada

interval 3-7 hari. Siklus menstruasi tidak normal yaitu jika panjang siklus <21 hari atau >35 hari dan lama haid <3 hari atau >7hari

Ordinal


(31)

4

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2008).

2. Populasi dan sampel 2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti dan mempunyai karasteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah remaja putri di Fakultas Keperawatan. Jumlah remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara terhitung sebanyak 127 orang.

2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang


(32)

4

datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi yang akan diuji pada sampel. Kriteria inklusi yaitu remaja putri dengan batas umur 19 tahun, sudah menstruasi lebih dari 3 tahun saat pengambilan data, dan bersedia menjadi subjek penelitian setelah menandatangani informed concent. Kriteria eksklusi yaitu menderita penyakit reproduksi, menghadapi ujian, merokok, dan subjek tidak hadir pada saat pengambilan data.

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang dengan menggunakan rumus Slovin yaitu :

n = N 1 + N (d)2 n = 127 1 + 127 (0,05)2

n = 127 1,3175

n = 96,39 96 orang Keterangan : N = besarnya populasi n = besarnya sampel

d = derajat ketepatan (0,05)


(33)

26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan antara bahwa di Fakultas Keperawatan belum pernah dilakukan penelitian terkait hubungan indeks massa tubuh dan siklus menstruasi pada remaja putri. Selain itu, remaja putri Fakultas Keperawatan dianggap lebih memahami tentang siklus menstruasi. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari pengajuan judul sampai dengan pengumpulan data dilakukan dari bulan Oktober 2015 sampai Juni 2016.

4. Pertimbangan etik

Etika penelitian merupakan suatu sistem nilai atau norma yang harus dipatuhi oleh peneliti saat melakukan aktivitas (Polit & Hungler, 2001). Penelitian ini memenuhi beberapa prinsip etik yaitu :

4.1. Right to self determination

Responden memiliki hak otonomi untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.

4.2. Informed concent

Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat, dan prosuder penelitian, responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden yang sudah disiapkan peneliti sebelumnya oleh peneliti. Apabila responden setuju, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.


(34)

27

4.3. Right to privacy and dignity

Peneliti melindungi privasi dan martabat responden selama penelitian.

4.4. Right to anonymity and confidentially

Data penelitian yang berasal dari responden tidak disertai dengan identitas responden tetapi hanya dengan kode responden. Data yang diperoleh dari responden hanya diketahui oleh peneliti dan responden yang bersangkutan.

5. Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan pengumpulan data berupa kuesioner yang sudah pernah diteliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, data antropometri dan kuesioner keteraturan pola menstruasi.

5.1. Data demografi meliputi: umur, usia saat menarche, riwayat merokok dan penyakit ginekologis. Data demografi bertujuan untuk mengetahui karasteristik calon responden.

5.2. Variabel indeks massa tubuh diukur melalui antropometri tubuh dengan mengukur berat badan dalam kilogram dan tinggi badan dalam sentimeter. Status gizi diukur dengan rumus indeks massa tubuh


(35)

28

Berat badan (kg) IMT =

Tinggi badan (m)2

Status gizi normal (IMT normal) dengan nilai 18,5-22,9. Status gizi tidak normal (IMT tidak normal) dengan nilai <18,5 atau >22,9.

5.3. Variabel siklus menstruasi dengan menggunakan kuesioner terstruktur terdiri dari dua pertanyaan yaitu panjang siklus menstruasi dan lama menstruasi. Dalam hal ini peneliti akan mengklasifikasi jawaban dari responden menjadi dua kategori yaitu normal dan tidak normal. Siklus menstruasi dikategorikan normal apabila rentang siklus menstruasi 21-35 hari dan lama menstruasi 3-7 hari, menstruasi tidak normal apabila rentang siklus menstruasi kurang dari 21 hari dan lebih dari 35 hari srta lama menstruasi kurang dari 3 hari dan lebih dari 7 hari.

6. Validitas dan reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner untuk siklus menstruasi yang sudah dibakukan sehingga tidak dilakukan uji validitas.

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas menggunakan alpha Cronbach, dimana instrument


(36)

29

penelitian dinyatakan reliabel bila diperoleh nilai alpha minimal 0,60. Pada penelitian ini uji kuesioner sudah baku sehingga tidak diuji reliabilitas.

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: pertama mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kemudian setelah mendapatkan izin barulah peneliti melakukan penelitian dengan menentukan responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan kepada responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi responden untuk ikut serta dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Kemudian peneliti akan mengambil data indeks massa tubuh melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan responden. Pengukuran berat badan dilakukan dengan cara melepaskan alas kaki, menyesuaikan jarum timbangan hingga sejajar angka nol kg, kemudian naik ke atas timbangan dan berdiri ditengah-tengah. Alat ukur yang digunakan yaitu timbangan dengan merek GEA. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara melepas sepatu atau alas kaki, berdiri tegak dan pandangan lurus ke depan, kemudian ukur tinggi badan mulai dari tumit sampai kepala dengan pita meteran. Setelah semua responden ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan, kemudian responden diberi waktu 15 menit untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner, peneliti mendampingi


(37)

30

reponden pada saat mengisi kuesioner agar reponden dapat bertanya langsung kepada peneliti jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Setelah semua kuesioner diisi secara lengkap, maka kuesioner dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan analisa data.

8. Analisa data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberap tahap dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Kemudian data yang terkumpul diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Setelah selesai dilakukan pengkodean, data dimasukkan (entry) dan peneliti melakukan tabulasi (tabulating) yaitu melakukan penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan.

Analisa data dilakukan melalui dengan cara univariat dan bivariat. Analisa univariat menampilkan data demografi, indeks massa tubuh, dan siklus menstruasi remaja putri dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa bivariat untuk mengidentifikasi hubungan indeks massa tubuh dan pola menstruasi menggunakan uji korelasi spearman. Uji korelasi ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi terdiri dari nilai p-value yang akan dibandingkan dengan nilai alpha. Bila nilai p ≤ α maka keput usan Ho ditolak. Bila nilai p > α maka keputusan Ho gagal ditolak. Nilai r (koefisien korelasi) berkisar antar -1 sampai dengan +1 untuk menunjukkan derajat


(38)

31

hubungan antara kedua variabel. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut, digunakan penafsiran korelasi spearman menurut Burn and Groove tahun 1993.

Tabel 2. Penafsiran Korelasi Spearman

Nilai r Penafsiran

Di atas -0,5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interpretasi kuat -0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai -0,1 sampai -0,3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada korelasi atau hubungan

0,1 sampai 0,3 Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0,3 sampai 0,5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai Di atas 0,5 Korelasi positif tinggi

Hubungan positif dengan interpretasi kuat


(39)

32

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada remaja putri Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016, dengan jumlah responden sebanyak 96 orang. Selanjutnya penyajian hasil data penelitian meliputi data karasteristik responden, status gizi dalam indeks massa tubuh, siklus menstruasi, serta hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi.

1.1. Karasteristik Responden

Hasil penelitian terhadap mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menunjukkan gambaran hasil penelitian tentang karasteristik responden yang mencakup usia, usia saat menarche, riwayat merokok, penyakit ginekologis, penyakit lain, berat badan, dan tinggi badan.


(40)

33

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karesteristik Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan (n=96)

Karakteristik f (%)

Usia

10-12 tahun 0 0

13-15 tahun 0 0

16-19 tahun 96 100

Usia Menarche

< 12 tahun 8 8.3

12-13 tahun 51 53.1

> 13 tahun Riwayat Merokok Ada Tidak ada Penyakit Ginekologis Ada Tidak ada Penyakit Lain Ada - Tifus - Asma - gastritis Tidak ada 37 0 96 0 96 3 1 1 91 38.5 0 100 0 100 3,1 1 1 94,8 Berat Badan (Kg)

<50 kg 50-54 kg >54 kg 39 30 27 40,6 31,3 28,1 Tinggi Badan (cm)

<156 cm 156-160cm >160cm 38 42 16 39,6 43,8 16,7

Tabel 3 menunjukkan bahwa semua responden berusia 16-19 tahun yaitu sebanyak 96 orang (100%). Seluruh responden tidak memiliki riwayat merokok dan penyakit ginekologis atau penyakit pada organ reproduksi yaitu sebanyak 96 orang (100%). Sebagian besar responden mendapatkan menstruasi pertama (menarche) usia 12-13 tahun yaitu sebanyak 51 orang (53,1%), Responden yang


(41)

34

memiliki penyakit lain seperti tifus yaitu sebanyak 3 orang (3,1%), asma sebanyak 1 orang (!%), dan gastritis sebanyak 1 orang (1%). Tabel 3 menunujukkan gambaran mayoritas responden dengan berat badan <50 kg sebanyak 39 orang (40,6%) dengan tinggi badan 156-160 cm sebanyak 42 orang (43,8%).

1.2. Indeks Massa Tubuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki indeks massa tubuh yang normal sejumlah 58 orang (60,4%) dan kategori indeks massa tubuh obesitas adalah yang paling sediit yaitu sejumlah 3 orang (3,1%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (n=96)

1.3.Siklus Menstruasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 63 orang (65,6%).

Indeks Massa Tubuh (Kg/m2) f (%)

Kurang 15 15,6

Normal 58 60,4

Lebih 20 20,8

Obese 3 3,1


(42)

35

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi pada Remaja Putri Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (n=96)

1.4. Hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada remaja putri Fakultas ..Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan 15 responden yang mempunyai status gizi kurang sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur yaitu sebanyak 11 responden (73,3%). Sedangkan kelompok responden yang mempunyai status gizi normal sebagian besar mengalami siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 52 responden (91,3%). Sedangkan kelompok responden yang mempunyai status gizi lebih sebagian besar mengalami tidak teratur yaitu sebanyak 14 responden (87,5%). Sedangkan kelompok

Karasteristik f %

Siklus Menstruasi

Teratur 63 65,6

Tidak Teratur 33 34,4

Status Gizi

Siklus Menstruasi

r p

Normal Tidak Normal

Kurang 4 11 0,103 0,001

Normal 52 6

Lebih 2 14

Obese 1 2


(43)

36

responden yang mempunyai status gizi obese sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu sebanyak 2 responden (66,6%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hubungan status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan uji spearman diperoleh nilai p=0,001. Angka ini lebih besar dari α=0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Nilai r (koefiesien korelasi) sebesar 0,103 yang menunjukkan korelasi positif rendah, hubungan positif dengan interpretasi lemah. Hubungan positif disini menandai hubungan yang sifatnya searah, korelasi positif terjadi jika semakin besar nilai satu variabel maka nilai variabel lain semakin besar.

2. Pembahasan

2.1. Indeks Massa Tubuh

Penilaian antropometri tubuh salah satunya dengan mengukur indeks massa tubuh seseorang, dimana penilaian dengan mengukur berat badan dan tinggi badan (Kusmiran, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki indeks massa tubuh normal yaitu sejumlah 58 orang (60,4%). Hasil penelitian ini memperlihatkan hasil yang sama dengan penelitian Pristina (2014) yang menemukan sebagian besar subjek memiliki indeks massa tubuh normal yaitu sejumlah 44 orang (71,0%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Arisman (2007) bahwa perkembangan perekonomian dan


(44)

37

teknologi menyebabkan perbaikan gizi jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya. Adapun faktor lain yang mempengaruhi indeks massa tubuh seseorang adalah tingkat pengetahuan, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin baik nilai indeks massa tubuh tersebut (Suhardjo, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat remaja putri dengan indeks massa tubuh yaitu sejumlah 15 orang (15,6%), status gizi lebih yaitu sejumlah 20 orang (20,8%), serta obesitas yaitu sejumlah 3 orang (3,1%). Menurut Suhardjo (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi indeks massa tubuh pada dasarnya ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari genetik, asupan makanan, dan penyakit infeksi. Faktor eksternal terdiri dari faktor terdiri dari faktor pertanian, faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan pengetahuan gizi. Selain itu, banyak hal yang turut mempengzruhi keadaan status gizi. Faktor teknologi juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi status gizi remaja.

Gizi kaum remaja yang dicerminkan oleh pola makannya akan sangat menentukan apakah mereka bisa mencapai pertumbuhan fisik yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan fisik remaja akan sangat ditentukan oleh asupan kalori dan protein. Dengan mengkonsumsi kalori dan protein secara cukup maka pertumbuhan badan yang menyangkut pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dapat dicapai dengan baik (Dieny, 2014).


(45)

38

2.2. Siklus Menstruasi

Keteraturan siklus menstruasi merupakan rangkaian siklus menstruasi yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan ketika perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran dan pada saluran reproduksi normal, ovarium berperan penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Gangguan atau kelainan pada organ reproduksi dapat terjadi dari berbagai faktor misalnya genetik, lingkungan dan gaya hidup (Banudi, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 60 responden (62,5%) yang mengalami siklus menstruasi teratur dan 36 responden (37,5%) yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Berbeda dengan penelitian Pristina (2014) yang mendapatkan hasil mayoritas responden mendapatkan siklus menstruasi tidak teratur yaitu sejumlah 54 responden (87,1%) padahal responden di asumsikan dalam tingkatan umur yang sama dengan remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Perbedaan hasil penelitian di atas dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi seperti stress. Pada saat stres peningkatan HPA aksis yang mengakibatkan hipotalamus menyekresikan CRH yang akan merangsang kelenjar adrenal untuk


(46)

39

menyekresikan kortisol. Kortisol menekan pultasil LH sehingga terjadi ketidakseimbangan hormone yang mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur (Guyton, 2006). Faktor lain yang dapat mempengaruhi ketidakterturan siklus menstruasi adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang berat menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH sehingga menurunkan level estrogen yang akan mempengaruhi siklus menstruasi (Ganong, 2008).

Ada pun faktor lain yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi antara yaitu penyakit yang meyebabkan perubahan hormone seperti diabetes mellitus (DM) yang tidak terkontrol, polycystic ovary syndrome (PCOS), kelainan kelenjar tiroid, stress, konsumsi obat tertentu dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin, merokok serta aktivitas fisik yang berlebihan (Proverawati, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah seluruh responden berdasarkan gambaran siklus menstruasi yaitu normal sebanyak 60 orang (62,5%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah (2006) tentang hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi pada remaja putri di Kelurahan Sidoarjo Kecamatan Pacitan juga menunjukkan bahwa mayoritas dari 75 responden memiliki siklus menstruasi yang normal sebanyak 64,9%.

Menurut Wolfenden (2010), faktor yang paling berpengaruh dalam regulitas siklus menstruasi adalah ketidakseimbangan hormon. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pengaturan hormon terganggu, beberapa diantaranya stress, penyakit, perubahan rutinitas, gaya hidup, dan berat badan. Selain itu juga terdapat faktor lainnya yang berpengaruh terhadap siklus


(47)

40

menstruasi yaitu status gizi, kelainan uterus, kondisi fisik, penyakit ginekologi dan umur (Llewellyn, 2001).

Jenis siklus menstruasi yang tidak normal, seperti menstruasi yang terjadi setiap 3 sampai 6 minggu sekali, menstruasi yang terjadi setiap 2 sampai 3 minggu sekali dan menstruasi yang terjadi hanya 2 kali setahun. Siklus menstruasi yang tidak teratur berdampak pada gangguan kesuburan (Llewellyn, 2001)

2.3.Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi

Hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi dengan uji spearman yaitu (r=0,103, p=0,001) yang berarti didapati adanya hubungan antara keduanya. Salah satu hormon yang berperan dalam menstruasi adalah estrogen. Estrogen ini disintetis di ovarium, adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat. Menurut analisis penyebab lebih panjangnya siklus menstruasi diakibatkan jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat meningkatnya jumlah lemak tubuh (Hupitoyo, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian dari 15 responden yang mempunyai status gizi kurang sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur yaitu sebanyak 11 responden (73,3%). Pada wanita yang kekurangan gizi kadar hormon steroid mengalami perubahan. Kolestrol sebagai pembakal (prekursor) steroid disimpan dalam jumlah banyak di sel-sel theka. Di bawah rangsangan LH, steroid yang oleh jaringan perifer diubah menjadi senyawa aktif secara


(48)

41

androgenis (Sacher, 2004). Peningkatan kadar steroid akan berdampak pada perubahan siklus ovulasi dan terganggunya siklus menstruasi (Paath, 2005).

Berat badan kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan menstruasi, tetapi akan membaik jika asupan nutrisinya baik (Banudi, 2013). Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hormon steroid akan mengalami perubahan yang dampak pada terjadinya perubahan siklus ovulasi (Waryana, 2010).

Perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi, penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan (Kusmiran, 2011). Status gizi kurang, lemak yang sedikit, intake kalori yang rendah dan eating disorder diduga mengganggu sekresi pulsatil dari pituitary gonadotropin (Fujiwara et al, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dari 16 responden yang mempunyai status gizi lebih sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur yaitu sebanyak 14 orang (87,5%). Lemak tubuh yang diukur dengan IMT, memiliki pengaruh yang kuat pada siklus memanjang dan tidak teratur. Perempuan dengan status gizi diatas normal memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadi siklus tidak teratur (Rowland et al, 2002). Status gizi lebih cenderung mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi, hal ini sejalan dengan yang


(49)

42

dilakukan Wei et al. (2009) pada wanita Australian yang semakin mendukung adanya hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi.

Perempuan dengan berat badan berlebih memiliki empat sampai lima kali lebih sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Ditemukan juga peningkatan androstendoin dan peningkatan rasio estron atau estradiolsrta penurunan kadar sex hormone binding globuline (SHBG) serum (Basir, 2012). Gangguan siklus menstruasi disebabkan karena adanya gangguan umpan balik dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar FSH tidak pernah mencapai puncak. Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaaan ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi ataupun kehilangan siklus menstruasi (Prawirohardjo, 2010).

Pada perempuan dengan berat badan berlebihan ditemukan produksi androgen suprarenal meningkat, peningkatan pengeluaran 17-ketosteroid dan 17-hidroksisteroid, kadar plasma testoteron meningkat, kadar plasma androstenadion meningkat, rasio estron/stradiol 2,5 serta kadar sex hormone binding globulin (SHBG) yang rendah (Morgan, 2009). Ditambah lagi terjadi kelebihan androgen, estrogen terutama estron. Pada obesitas ditemukan interaksi adipokin dan Hipothalamus Pituitary Gonad (HPG) serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan energi dan reproduksi. Peningkatan metabolisme hormon reproduksi didalam deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadarandrogen dan estrogen dalam plasma yang abnormal yang berakibat pada gangguan pada aksis. Sex Hormone Binding Globuline (SBHG) berperan dalam regulasibioavabilitas kadar hormon (Kyrou, 2010).


(50)

43

Berdasarkan hasil penelitian dari 3 responden yang mempunyai indeks massa tubuh obese sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu sebanyak 2 orang (66,6%). Agrawal (2012) pada penelitiannya mendapati siklus memanjang (>35 hari) pada indeks massa tubuh obesitas sebesar 10%, 6% indeks massa tubuh lebih, dan 2% dari indeks massa tubuh normal mengalami siklus memendek (>21 hari). Hasil penelitian ini sejalan dengan Prismatuti (2012) mendapati obese memiliki resiko 3,5 kali lipat.

Persen lemak tubuh tinggi menyebabkan peningkatan produksi androstenedoin yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai precursor hormon reproduksi. Sehingga, semakin banyak persentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula esterogen yang terbentuk yang kemudian dapat mengganggu keseimbangan hormon (Rakhmawati, 2012).

Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi estrogen (Waryana, 2010). Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi akan mengakibatkan pertambahan berat badan pada perempuan remaja. Kolestrol yang terdapat pada lemak tubuh yang berlebihan merupakan prekorsur dari esterogen sehingga produksi esterogen cenderung berlebihan. Dengan begitu, kadar estrogen dalam darah akan meningkat akibat kolestrol tinggi (Wiknjosastro, 2009).

Perempuan dengan berat badan berlebih dan memiliki gangguan siklus menstruasi dapat melakukan program penurunan berat badan untuk menormalkan siklus menstruasinya. Penurunan berat badan ±10% menunjukkan adanya perbaikan profil hormon yang dapat menurunkan resiko


(51)

44

gangguan siklus menstruasi (Norman, 2012). Sedangkan perempuan dengan berat badan kurang dianjurkan untuk melakukan program peningkatan berat badan sampai mencapai ideal. Selain itu memperbaiki kualitas dan kuantitas asupan makanan merupakan tindakan untuk meningkatkan fungsi reproduksi kedepannya (Paath et al, 2005).

3. Keterbatasan Penelitian

1. Kuesioner penelitian untuk siklus menstruasi tidak dilakukan pemantauan siklus menstruasi secara berturut serta pada kuesioner tidak dilampirkan pertanyaan mengenai jumlah darah yang seharusnya menjadi indikator keteraturan siklus menstruasi.

2. Frekuensi status gizi pada sampel penelitian tidak proporsional antara status gizi normal dan tidak normal

3. Alat ukur untuk tinggi badan pada penelitian menggunakan pita meteran, seharusnya alat pengukur tinggi badan yang digunakan yaitu microtoise


(52)

45

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan dari seluruh reponden sebagian besar memiliki indeks massa tubuh normal dan siklus menstruasi teratur. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Saran

2.1.Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan dan masukan bagi pendidikan keperawatan terkait masalah indeks massa tubuh remaja dan khususnya keperawatan maternitas terkait dengan kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan yang dapat terjadi seperti ketidakteraturan siklus menstruasi.

2.2. Pelayanan Keperawatan

Perawat dapat memberi edukasi pada remaja putri tentang gejala dan gangguan yang mungkin terjadi saat menstruasi, selain itu perawat harus mengevaluasi dan secara efektif menangani remaja putri yang mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi.

2.3. Penelitian selanjutnya

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada remaja putri perlu dilakukan lagi untuk mengetahui faktor-faktor yang benar-benar berpengaruh terhadap siklus


(53)

46

menstruasi sehingga dapat mengurangi dampak dari permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Faktor-faktor selain indeks massa tubuh seperti stress, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dll. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan jumlah populasi untuk status gizi yang proporsional sehingga populasi dapat terdistribusi merata secara normal

2.4. Remaja Putri

Kejadian siklus menstruasi tidak teratur yang tinggi di kalangan remaja putri perlu menjadi perhatian bagi kaum perempuan karena hal ini bisa menjadi faktor resiko gangguan reproduksi di kemudian hari. Selain itu remaja putri dengan gangguan siklus menstruasi dianjurkan untuk memperbaiki indeks massa tubuh.


(54)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Status Gizi

1.1. Definisi Status Gizi

Zat Gizi (nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh (Almatsier, 2010).

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2010). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Banudi, 2013).

1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Suhardjo, 2005) a. Faktor Langsung

1) Konsumsi makanan

Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini tergantung pula


(55)

8

pada pendapatan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat bersangkutan.

2) Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya. Yang penting adalah efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terhadap infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.

b. Faktor tidak langsung

1) Kesediaan pangan ditingkat rumah tangga

Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan makanan dalam jumlah yang cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat rumah tangga.

2) Daya beli keluarga yang kurang untu memenuhi kebutuhan bahan makanan bagi seluruh anggota keluarga

Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata pencaharian atau penghasilan suatu keluarga. Apabila penghasilan keluarga tidak cukup untuk membeli bahan makanan yang cukup

3) Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang gizi dan kesehatan Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan beranekaragam dan bergizi setiap hari bagi keluarganya.


(56)

9

1.3. Kebutuhan Gizi pada Remaja

Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang unik apabila ditinjau dari sudut pandang biologi, psikologi, dan dari sudut pandang sosial. Secara biologis kebutuhan nutrisi mereka selaras dengan aktivitas mereka. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum mengalami pubertas (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Kelompok usia ini sangat disibukkan dengan berbagai macam aktivitas fisik. Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut, kebutuhan kalori, protein, dan mikronutrien pada kelompok usia ini perlu diutamakan. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kuantitatif maunpun kualitatif, akan menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolism tubuh, yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit. Demikian sebaliknya, apabila mengonsumsi makananberlebih, tanpa diimbangi suatu kegiatan fisik yang cukup, gangguan tubuh juga akan muncul (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri didasarkan pada table RDA (Recommended Daily Allowances), secara garis besar memuncak pada usia 12 tahun sebesar 2.550 kkal kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 19 tahun. Asupan lemak untuk wanita usia


(57)

10

13-15 tahun adalah 26 gram/hari. Sedangkan kebutuhan akan protein sebesar 0,27-0,29 g/cm tinggi badan (Arisman, 2004).

1.4. Klasifikasi Status Gizi

Status gizi menurut Almatsier (2010), dibagi menjadi 4 macam, yaitu : a. Gizi Kurang

Keadaan dimana masukan nutrisi yang tidak cukup jumlah atau macamnya, disebabkan asupan kurang, gangguan pencernaan atau absorbsi

b. Gizi Baik atau Gizi Optimal

Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja daan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

c. Gizi Lebih (Overweight)

Penimbunan lemak berlebihan pada jaringan subkutan atau jaringan lainnya

d. Obesitas

Penimunan lemak yang berlebihan secara merata pada seluruh jaringan. Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh dan biasnaya disertai kurangnya aktivitas jasmani.


(58)

11

1.5. Penilaian Status Gizi

Menurut Waryana (2010), status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Metode penilaian status gizi terdiri dari dua metode yaitu, metode langsung dan metode tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi metode biokimia, antropometri, klinik dan biofisik. Sedangkan metode tidak langsung adalah metode konsumsi makanan, statistik vital dan faktor-faktor ekologi. Metode penilaian status gizi yang banyak digunakan yaitu antropometri (Supariasa, 2007).

Metode antropometri merupakan ilmu yang mempelajari secara khusus tentang pengukuran tubuh manusia untuk merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2002)

Salah satu indeks antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) (Supariasa, 2002). Menurut Hartono (2006), IMT digunakan untuk


(59)

12

mengukur status gizi karena dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimate tetapi lebih akurat daripada berat badan saja. Menurut Permaisih dalam Waryana (2010), IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson, 2005)

Berat badan (kg) IMT =

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Berikut ini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT (kg/m2)

Berat badan kurang <18,5

Normal 18,5 – 22,9

Berat Badan Lebih 23,00 – 24.9

Obese ≥25,00 Sumber : Depkes dalam Waryana, 2010

Menurut supariasa (2002), kelebihan penelitian status gizi dengan teknik Antropometri antara lain adalah prosedur sederhana, aman dan


(60)

13

dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Kedua, relative tidak menggunakan tenaga ahli, cukup tenaga terlatih. Ketiga, alat murah, tahan lama, mudah dibawa, dapat dipesan dan dapat dibuat di daerah setempat. Keempat, metode ini tepat dan akurat, karena dibakukan. Kelima, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. Keenam, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi baik, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.

Sedangkan kelemahan teknik antropometri menurut Supariasa (2002), antara lain pertama adalah tidak dapat mendeteksi status gizi tertentu seperti zinc dan Fe. Kedua, faktor diluar gizi (penyakit, genetic dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. Ketiga, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Keempat, kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis, dan asumsi yang keliru. Kelima, sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak tertera dan kesulitan pengukuran.

2. Siklus Menstruasi

2.1. Definisi Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus (Wiknjosastro, 2009). Siklus


(61)

14

mentruasi dikatakan teratur apabila berlangsung selama 21-35 hari, dengan rata-rata panjang siklus 28 hari (Cohen, 2003).

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2009). Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. (Kusmiran, 2011)

2.2. Fisiologi Siklus Menstruasi

Menurut Misaroh dan Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran waktu tiapsiklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu :

2.2.1. Fase Menstruasi

Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek, dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon esterogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada. Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari.

2.2.2. Fase Proliferasi

Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi menurunnya hormon progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH (folikel


(62)

15

stimulating hormone) dan merangang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon esterogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormone esterogen yang merangsang keluarnya LH (leutining hormone) dari hipofisis. Esterogen dapat menghambat sekresi FSH (folikel stimulating hormone) tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.

2.2.3. Fase Ovulasi atau fase Luteal

Fase ovulasi ditandai dengan sekresi LH (leutining hormone) yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi. Sel ovum yag matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerutdan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebaldinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

2.2.4. Fase Premenstruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil atau menghilang dan berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon esterogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (leutining hormone). Sekresi progesteron yang terhenti menyebabkan penebalan dinding


(63)

16

endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek, maka terjadi fase perdarahan atau menstruasi

2.3. Keteraturan Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi yang berikutnya (Wiknjosastro, 2009). Pada definisi klinik, menstruasi dinilai berdasarkan tiga hal. Pertama, siklus menstruasi yaitu jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi berikutnya. Kedua, lama menstruasi, yaitu jarak dari hari pertama menstruasi sampai pendarahan menstruasi berhenti, dan ketiga jumlah darah yang keluar selama satu kali menstruasi. Menstruasi dikatakan normal apabila didapatkan siklus menstruasi tidak kurang dari 21 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama menstruasi 3-7 hari, dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung tidak melebihhi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali perhari (Anwar, 2011).

Keteraturan siklus menstruasi disebabkan karena adanya ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama menstruasi yang akan datang. Untuk dapat mengetahui keteraturan siklus menstruasi, maka seorang wanita setidaknya mempunyai catatan tentang siklus menstruasinya selama 6 bulan (Wiknjosastro, 2009).

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Siklus Menstruasi Kusmiran (2011) adalah sebagai berikut:


(64)

17

a. Berat badan

Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi siklus menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.

b. Aktivitas fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki faktor risiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estragon.

c. Stress

Stress menyebabkan perubahan iskemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubhana prolaktin yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone LH yang menyebabkan amenorrhea.

d. Diet

Diet dapat memengaruhi funsgsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respon hormone pituitari, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10kali/tahun). Diet


(65)

18

rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorea.

e. Paparan lingkungan dan kondisi kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan beban kerja yang ringan atau sedang. Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi/meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksis) merangsang gagalnya proses

di ovarium termasuk hilangnya folikel-folikel, anovulasi, oligomenorrhea, dan amenorrhea. Tembakau pada rokok berhubungan dengan gangguan pada metabolisme estrogen sehingga terjadi elevasi pada fase plasma estrogen dan progesteron. Faktor tersebut menyebabkan infertilitas dan menopause yang lebih cepat.

f. Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon insulin dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.


(66)

19

3. Hubungan Status Gizi terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi

Menarke adalah menstruasi yang pertama terjadi, merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat. Status gizi remaja wanita sangat memegaruhi terjadinya menarke, baik dari faktor usia terjadinya menarke, adanya keluhan selama menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis, wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman dan mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi pada beberapa remaja keluhan tersebut tidak dirasakan. Kondisi ini dipengaruhi oleh status gizi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur (Banudi, 2013).

Status gizi memiliki peranan penting dalam siklus menstruasi. Diperlukan paling tidak 22% lemak dan indeks massa tubuh yang lebih besar dari 19kg/m2 agar siklus ovulatorik dapat terpelihara dengan normal. Hal ini dikarenakan sel-sel lemak melepaskan esterogen yang membantu ovulasi dan siklus menstruasi (Coad, 2007).

Menurut Banudi (2013), gangguan menstruasi pada dasarnya berhubungan erat dengan adanya gangguan hormon terutama yang berhubungan dengan hormon seksual pada perempuan yaitu progesteron, estrogen, LH dan FSH. Adanya gangguan dari kerja sistem hormonal ini terkait dengan status gizi. Dimana status gizi akan mempengaruhi metabolisme hormon progesteron pada sistem reproduksi wanita. Hormon progesteron berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontaksi selama siklus menstruasi.


(67)

20

Kemampuan reproduksi ada di bawah kontrol hipotalamus dengan sinkronisasi oleh susunan saraf pusat yang dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme. Kecepatan metabolisme sendiri tergantung pada keadaan gizi. Penambahan lemak memberi kontrol terhadap sekresi hormon gonadotropin, sehingga jaringan lemak merupakan sumber estrogen di luar gonad (hipofisis). Dengan demikian ekskresi esterogen juga dipengaruhi oleh berat badan atau lemak tubuh (Proverawati, 2009).

Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa akan mengakibatkan menstruasi tidak teratur. Secara khusus jumlah wanita yang mengalami anovulasi akan meningkat bila berat badan meningkat. Namun seberapa gemuk yang akan menyebabkan siklus anovulasi tidak diketahui dengan pasti, yang jelas diet dan berat badan sangat mempengaruhi siklus menstruasi (Paath, 2005).

Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi estrogen (Waryana, 2010). Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi akan mengakibatkan pertambahan berat badan pada perempuan remaja. Kolestrol yang terdapat pada lemak tubuh yang berlebihan merupakan prekorsur dari esterogen sehingga produksi esterogen cenderung berlebihan. Dengan begitu, kadar estrogen dalam darah akan meningkat akibat kolestrol tinggi (Wiknjosastro, 2005).

Gizi kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ, juga akan menyebabkan terganggunyafungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan menstruasi, tetapi akan membaik jika asupan


(68)

21

nutrisinya baik (Banudi, 2013). Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hormon steroid akan mengalami perubahan yang dampak pada terjadinya perubahan siklus ovulasi (Waryana, 2010).

Kehilangan berat badan secara besar-besaran dapat menyebabkan penurunan hormone gonadotropin untuk pengeluaran LH dan FSH yang mengakibatkan kadar estrogen akan turun sehingga berdampak negatif pada siklus menstruasi dan ovulasi (Paath, 2005). Coad (2007) mengatakan bahwa sekresi LH yang teganggu akibat penurunan berat badan dapat menyebabkan pemendekan fase luteal.

Remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik dengan cara mengonsumsi makanan yang seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat menstruasi, terbukti pada saat menstruasi tersebut, terutama pada fase luteal, akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan, dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus menstruasi. (Banudi, 2013)


(69)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. Batasan usia remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah 10 sampai 19 tahun (Kusmiran, 2011). Setiap remaja khususnya wanita normal selalu mengalami masa pubertas dengan ciri-ciri pertumbuhan yang cepat dan timbulnya ciri-ciri kelompok sekunder, salah satunya adalah menstruasi (Arief et al, 2007).

Menstruasi didefinisikan sebagai perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Timbulnya menstruasi ini karena berfungsinya organ hipotalamus, hipofise, ovarium dan uterus secara terkoordinasi. (Wiknjosastro, 2009). Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akan membentuk siklus menstruasi (Cunningham, 2005).

Tujuh puluh lima persen wanita pada tahap remaja akhir mengalami gangguan yang terkait dengan menstruasi (Patil et al., 2009). Di Indonesia perempuan berusia 17-23 tahun yang memiliki siklus menstruasi teratur sebesar 76,7% dan yang tidak teratur 14,4% sedangkan di Provinsi Sumatera Utara didapatkan 68,3% siklus yang teratur dan 11,6% perempuan dengan siklus tidak teratur (Depkes RI, 2010). Adanya perubahan dan gangguan siklus menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai macam


(70)

2

penyakit, seperti kanker rahim dan payudara, gangguan kardiovaskular, infertilitas, dan fraktur tulang (Gudmundsdottir et al., 2011). Gangguan organ dan fungsi reproduksi seperti anovulasi menyebabkan infertilitas pada wanita sekitar 20-40% (Rahyani, 2009).

Cakir M et al pada tahun 2007, dalam penelitiannya di beberapa universitas di Turki tentang gangguan siklus menstruasi dengan prevelansi terbesar adalah dismenorea (89,5%) diikuti ketidakteraturan siklus menstruasi (31,2%), dan perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Perbedaan panjangnya pola menstruasi antar wanita biasanya disebabkan karena tidak seimbangnya hormon estrogen, progesteron, LH dan FSH karena suatu penyakit, status gizi maupun stress. Status gizi sangat mempengaruhi fungsi menstruasi, hal ini berhubungan dengan perubahan kadar hormon steroid yang merupakan faktor dalam proses pengaturan siklus menstruasi (Devirahma dalam Felicia, 2012).

Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan hormonal, status gizi, tinggi atau rendahnya IMT, stress, usia, penyakit metabolic seperti diabetes mellitus, pemakaian kontrasepsi, tumor pada ovarium, dan kelainan pada sistem saraf pusat hipotalamus hipofisis (Gharrravi, 2009). World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa indeks massa tubuh yang berada diatas maupun dibawah batas normal dihubungkan dengan siklus yang tidak teratur.

Persentase indeks massa tubuh remaja putri umur 16-19 tahun di Indonesia, didapati IMT kurus 18%, normal 68,45%, berat badan lebih 6,5%, dan


(71)

3

obesitas 7,1%. Di Sumatera Utara didapati kurus 8,9%, normal 60,8%, berat badan lebih 12,8%, dan obesitas 17,4% (Depkes RI, 2010)

Pada wanita dengan keadaan overweight atau obesitas, biasanya mengalami anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis. Hal ini dikarenakan pada keadaan overweight, jumlah sel-sel lemak cenderung berlebih sehingga produksi estrogen akan meningkat. Sedangkan pada keadaan underweight, yaitu keadaan kurangnya berat badan, juga berpengaruh terhadap sel-sel lemak tubuh untuk memproduksi estrogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakseimbangan hormone estrogen dapat mengakibatkan siklus menstruasi yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2007).

Penelitan di Australia menunjukkan adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi tidak teratur dan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar pada wanita yang obesitas daripada wanita normal (Wei et al., 2009). Hossain et al. (2011) melakukan penelitian pada mahasiswi di Bangladesh dan didapati semakin besar IMT seseorang semakin besar kemungkinan dia mengalami siklus menstruasi tidak teratur.

Penelitian Primastuti (2012) pada orang obesitas menunjukkan bahwa ada hubungan wanita obesitas dengan ketidakteraturan siklus menstruasi. Persen lemak tubuh yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi androgen yang berperan dalam memproduksi estrogen. Proses aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak. Sehingga, jumlah persentase jaringan lemak tubuh berperan dalam keseimbangan hormon estrogen di tubuh (Rakhmawati, 2013)


(72)

4

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi, mengingat status gizi merupakan masalah global yang memberikan berbagai dampak bagi kesehatan manusia, terutama bagi kesehatan reproduksi wanita.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara?

4. Tujuan Penelitian

4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4.2. Tujuan Khusus

4.2.1. Untuk mengetahui gambaran status gizi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Untuk mengetahui gambaran siklus menstruasi remaja putri di

………Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya yang luar biasa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selama proses penyelesaian skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dukungan serta doa dari berbagai pihak, oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta, Ayah saya, Hitler Rajagukguk, Ibu saya, Nurmince Hutahaean, seluruh keluarga besar yang telah memberikan bantuan, dukungan material dan moral serta doa demi kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan. Dikesempatan ini, peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D sebagai Dekan fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, sebagai Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat sebagai wakil dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen pembimbing yeng telah banyak membimbing penulis selama menjalani program akademik.


(2)

6. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatian dengan penuh kesabaran dalam memberikan masukan, arahan, dukungan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini

7. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp., M. Biomed dan Ibu Rosina Tarigan S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan membangun dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik saya, Gelora, Vania, dan Artha yang memberikan duoa dan dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini.

10.Serta semua pihak yang telah membantu saya dalam menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan peneliti juga menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang lebih baik. Akhir kata peneliti sampaikan terimakasih.

Medan, 26 Juli 2016


(3)

Daftar Isi

Halaman

Halaman judul ... i

Halaman pengesahan……… ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah ... 4

3. Tujuan penelitian ... 5

4. Manfaat penelitian ... 5

5. Hipotesa ... 6

Bab 2. Tinjauan pustaka ... 7

1. Status gizi ... 7

1.1.Defenisi status gizi ... 7

1.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ... 7

1.3.Kebutuhan gizi pada remaja ... 9

1.4.Klasifikasi status gizi ... 10

1.5.Penilaian status gizi ... 11

2. Siklus menstruasi ... 13

2.1. Defenisi siklus menstruasi ... 13

2.2. Fisiologi siklus menstruasi ... 14

2.3. Keteraturan siklus menstruasi ... 16

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi ... 16


(4)

2. Defenisi operasional ... 23

Bab 4. Metodologi penelitian ... 24

1. Desain penelitian ... 24

2. Populasi dan sampel ... 25

2.1.Populasi ... 25

2.2.Sampel ... 25

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 26

4. Pertimbangan etik ... 26

5. Instrumen penelitian ... 27

6. Validitas dan reliabilitas ... 28

7. Pengumpulan data ... 29

8. Analisa data ... 29

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 32

1. Hasil Penelitian ... 32

2. Pembahasan ... 36

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 44

1. Kesimpulan dan Saran ... 44 Daftar Pustaka.…….……….... 45

Lampiran 1. Informed consent Lampiran 2. Instrumen Penelitian Lampiran 3. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 4. Master Tabel

Lampiran 5. Hasil Penelitian Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Lampiran 7. Surat Etik Penelitian Lampiran 8. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 9. Riwayat Hidup


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 23

Tabel 2. Penafsiran Korelasi Spearman ... 31

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karasteristik Remaja Putri ... 33

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Gizi Remaja Putri ... 34

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi Remaja Putri... 35


(6)

DAFTAR SKEMA