Makalah Bahan Kimia Eksplosif - PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengenalan terhadap bahan kimia merupakan hal yang sangat penting dan suatu keharusan
bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan bahan kimia baik itu di laboratorium maupun di
dalam gudang/penyimpanan bahan kimia, dan atau area yang memiliki kontak langsung dengan
bahan kimia.
Perlu diketahui bahwa ada begitu banyak jenis bahan-bahan kimia dengan berbagai
karakteristik salah satunya mudah meledak (explosive). Bahan kimia dengan karakter ini sangat
peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan). Oleh karena itu, sebelum
memulai bekerja dengan bahan tersebut, sebaiknya kita harus mengetahui apa dan bagaimana
bahan kimia meledak guna menghindari resiko terjadinya kecelakaan kerja.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi bahan kimia mudah meledak.
2. Mengetahui sifat dan kelas-kelas bahan kimia mudah meledak.
3. Mengetahui klasifikasi bahan peledak.
4. Mengetahui dan mengenal simbol bahaya dari bahan eksplosif.
5. Mengetahui cara penanangan dan penyimpanan bahan eksplosif.


1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Bahan kimia mudah meledak (atau campuran) adalah sebuah padatan atau cairan yang
dengan sendirinya mampu bereaksi secara kimia menghasilkan gas pada suhu dan tekanan tertentu
dan dengan kecepatan tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan sekeliling. Zat piroteknik
bahkan termasuk di dalamnya ketika zat tersebut tidak menyusun gas. Zat piroteknik (atau
campuran) dirancang untuk menghasilkan efek panas, cahaya, suara, gas atau asap atau
percampuran zat tersebut sebagai hasil dari bukan peledakan, meledak dengan sendirinya, dan
reaksi kimia yang eksotermis.
Adapun tekanannya, menurut Langerfos dan Kihlstrom (1978) , bisa mencapai lebih dari
100.000 atm. Sedangkan, energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau
5.950.000 kkal/s. energi yang sedemikian besar itu merefleksikan jumlah energi yang memang
tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan
yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2.500-7.500 m/s.


2.2 Sifat dan Kelas-Kelas Bahan Kimia Mudah Meledak
Sifat eksplosif bahan kimia ditentukan oleh sifat reaksinya dengan senyawa-senyawa tertentu,
antara lain:
a. Menimbulkan panas reaksi sangat tinggi
b. Reaksinya disertai ledakan
Contoh reaksi antara gas metana (CH4) dengan oksigen (O2), jika metana dan oksigen berada di
suatu ruangan dengan konsentrasi oksigen lebih tinggi dibandingkan metana, maka adanya api
sedikit saja sudah bisa terbakar dan timbulnya ledakan karena reaksi yang terjadi sangat eksotermis.
Kelas-kelas bahan kimia mudah meledak, terdiri dari:
a. Zat-zat peledak.
b. Benda peledak, kecuali alat-alat yang berisi zat peledak seperti jumlah atau sifat yang tidak
hati-hati atau pembakaran yang disengaja yang seharusnya tidak menyebabkan efek luar
apapun baik dari alat pengerasan, pembakaran, asap, panas atau bunyi yang keras.

2

c. Zat dan benda yang tidak disebutkan pada poin a dan b di atas yang dihasilkan dengan
maksud untuk menghasilkan efek praktis mudah meledak atau piroteknik.

2.3 Klasifikasi Bahan Kimia Mudah Meledak

a. Berdasarkan komposisi senyawa kimia:
1) Bahan peledak senyawa murni (tunggal):
a) Bahan peledak murni (primary explosive): merkuri, fulminate, timbal azida, sianurat
triazia (CTA), diazonitrofenol (DDNP), tetrasen, heksametilendiamin peroksida
(HMTD)
b) Bahan peledak kuat (high explosive): trinitrotoluen (TNT), dinitrobenzene,
dinitrotoluen (DNT), dinitrofenol, ammonium pitrat, trinitro-m-xylen (TMX),
trinitroanisol (TNA), etilen gloikol dinitrat (EGDN), nitroselulosa (NG),
nitrogliserin (NG), ammonium nitrat, dipentaaeritritol (Dipen), dan lain-lain.
2) Bahan Peledak Campuran
a) Bahan peledak kuat (high explosive)
Memiliki kecepatan denotasi antara 1.000-8.500 m/s dan merupakan
campuran yang sering digunakan baik dalam bidang militer maupun sipil dengan
tujuan sebagai penghancur. Misalnya amatol, ammano, amonium nitrat fuel oil
(ANFO), siklotol, dinamit, oktol, pentolik, pikratol, dan bomplastik.
b) Bahan peledak lemah (low explosive)
Memiliki kecepatan detonasi antara 400-800 m/s. Digunakan sebagai bahan
isian pendorong pada amunisi (propelan). Misalnya bubuk hitam (black powder ),
bubuk tak berasap (smokeless powder ), bahan pendorong roket, dan bahan
pendorong cair.

b. Berdasarkan kegunaan
1) Bahan peledak blasting: yaitu bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan.
2) Bahan peledak catridge: digunakan sebagai pembentuk metal projectile yang
berkemampuan tembus atau potong.
3) Bahan peledak propellant: digunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam peluru
senjata atau motor roket.

2

4) Bahan peledak fuse: bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk panas, gas,
warna dan sebagainya.
5) Bahan peledak pyrotechnic: bahan peledak yang digunakan sebagai pemula suatu
rangkaian proses peledakan.
c. Berdasarkan lingkungan penggunaan
1) Bahan peledak militer
2) Bahan peledak komersial

2.4 Label Atau Simbol Bahan Kimia Mudah Meledak
Penandaan dan pemberian label terhadap bahan kimia dengan karakter mudah meledak
diperlukan agar kita mengenal dan mengetahui sifat tersebut guna dalam penanganannya serta

penyimpanannya.
Bahan kimia dengan notasi bahaya mudah meledak (explosive) ditandai dengan benturan,
gesekan, pemanasan, api, dan sumber nyala lain. Ledakan dapat dipicu oleh suatu reaksi keras dari
bahan tersebut. Energi tinggi yang dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak
dengan sangat cepat. Apabila bekerja dengan bahan mudah meledak jumlah pemakaian usahakan
sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan. Frase “R” untuk bahan tersebut yaitu
R1, R2, R3, R4, R5, R6, R9, R16, R18, dan R19.

Gambar 2.1 Exploding Bomb Symbol (GHS Pictogram)

2

Gambar 2.2 Exploding Symbol (GHS Pictogram)

Tabel 2.1 Explosives

Tabel 2.2 Label elements for explosives

2.5 Cara Penanganan dan Penyimpanan Bahan Eksplosif
Penanganan bahan-bahan tidak stabil (seperti asetilen, diazo, nitroso, oksim, n-halogen,

hipohalida, perkloril, dan peroksida) harus berhati-hati, karena ada beberapa faktor yang amat
berpengaruh pada proses terjadinya ledakan, yakni:

2

a. Suhu penyimpanan: semakin tinggi suhu, semakin mudah terjadi reaksi eksplosif.
b. Benturan, gesekan mekanik: dapat menimbulkan pemanasan lokal yang eksplosif. Hal ini
dapat terjadi saat proses pencampuran, penggerusan, dan pengangkutan.
c. Kelembaban: kelembaban yang tinggi dalam penyimpanan akan menyebabkan adsorpsi air
yang memudahkan reaksi kimia terjadi. Dengan sendirinya tempat penyimpan harus bebas
dari atap yang bocor di waktu hujan.
d. Listrik: yang mungkin dapat memberikan pemanasan dan atau loncatan api.
e. Pengaruh bahan kimia lain dalam penyimpanan: bahan kimia reduktor akan berbahaya bila
dicampur atau berdekatan dengan bahan oksidator yang tidak stabil.
Adanya kemungkinan terjadinya ledakan di area dengan bahan-bahan yang mudah meledak,
maka dalam penyimpanannya beberapa hal perlu diperhatikan, seperti:
a. Ruangan dingin dan berventilasi.
b. Jauhkan dari panas dan api.
c. Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.
d. Berjarak minimal 60 meter dari sumber tenaga, terowongan, dll.

e. Ruang penyimpanan berupa bangunan kokoh dan tahan api.
f. Lantai terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api.
g. Sirkulasi udara yang baik.
h. Penerangan dari alam/lampu listrik yang dapat dibawa/bersumber dari luar penyimpanan.
i. Bangunan tidak boleh dekat dengan oli, bensin, sisa zat yang terbakar, api.
j. Bebas rumput kering, sampah/material yang mudah terbakar.

2

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Bahan kimia mudah meledak adalah zat berupa padatan, cairan, atau campuran yang mampu
oleh reaksi kimia menghasilkan gas pada suhu dan tekanan tertentu dan dengan kecepatan
tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan sekeliling.
2) Sifat bahan kimia mudah meledak ditentukan oleh sifat reaksinya terhadap senyawa tertentu.
Contohnya, perbandingan antara konsentrasi oksigen yang lebih besar daripada gas metana,
jika diberi api sedikit saja maka akan menimbulkan nyala api dan ledakan akibat reaksi yang
eksotrmis.

3) Klasifikasi bahan kimia mudah meledak, terdiri dari:
a) Berdasarkan komposisi senyawa kimia.
b) Berdasarkan kegunaannya.
c) Berdasarkan lingkungan penggunaanya.
4) Bahan kimia mudah meledak ditandai dengan notasi/gambar ledakan (exploding bomb)
diikuti dengan jenis bahayanya (hazard statement). Frase “R” untuk bahan eksplosif yaitu R1,
R2, R3, R4, R5, R6, R9, R16, R18, dan R19.
5) Bahan kimia mudah meledak disimpan dalam kondisi:
a) Ruangan dingin dan berventilasi.
b) Jauhkan dari panas dan api.
c) Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.
d) Berjarak minimal 60 meter dari sumber tenaga, terowongan, dll.
e) Ruang penyimpanan berupa bangunan kokoh dan tahan api.
f) Lantai terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api.
g) Sirkulasi udara yang baik.
h) Penerangan dari alam/lampu listrik yang dapat dibawa/bersumber dari luar penyimpanan.
i) Bangunan tidak boleh dekat dengan oli, bensin, sisa zat yang terbakar, api.
j) Bebas rumput kering, sampah/material yang mudah terbakar.

2


DAFTAR PUSTAKA

GHS. 2011. Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals (GHS).
Edisi Revisi ke-4. United Nations.
Imamkhasani, S. 1990. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia. Gramedia. Jakarta.
NOHSC. 2004. Approved Criteria for Classifying Hazardous Substance [1008:2004] . Edisi ke-3.
NOHSC. Canberra.
OSHA. 2006. A Guide to the Globally Harmonized System of Classification and Labelling of
Chemicals (GHS). United Nations.

2

Lampiran 1. Kategori Bahaya Bahan Kimia Mudah Meledak Tidak Stabil

2

Lampiran 2. Kategori Bahan Bahan Kimia Mudah Meledak Bagian 1.1; 1.2; 1.3

2


Lampiran 3. Kategori Bahaya Bahan Kimia Mudah Meledak Bagian 1.4

2

Lampiran 4. Kategori Bahaya Bahan Kimia Mudah Meledak Bagian 1.5

2