KRITIK BERBASIS TEORI DINAMIKA SPIRAL AT

Abdul Kahar Selmita Paranoan

Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo,

Palu, Sulawesi Tengah. Surel: shelo0709@yahoo.co.id

Abstrak: Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi Sistem Pen-

gendalian Manajemen. Penelitian ini bertujuan mengkonstruksi sebuah model tipologi sistem pengendalian manajemen. Paradigma post-positivistik digunakan untuk mendapatkan pemahaman sistem pengendalian pada perusahaan PT Hadji Kalla. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi adaptasi, internalisasi, dan konvergensi nilai-nilai antara nilai-nilai Hadji Kalla dan Toyota. Nilai-nilai kearifan lokal suku Bugis-Makassar seperti: sipakatau, Getteng, mappakalabbi’, assamaturu, sipatuo-sipatokkong dapat ditemui pada PT Hadji Kalla, sementara nilai-nilai kearifan bangsa Jepang seperti: kaizen, jidoka, heijunka, hoshin, genchi gembutsi dapat diidentiikasi pada Toyota. Internalisasi nilai-nilai kearifan siri na pesse merupakan konstruksi model sistem pengendalian manajemen holistik.

Abstract: Spiral Dynamics Theory-Based Criticism on Management Control

Systems Typology . This study aims to construct a typology model of manage- ment control systems. Post-positivism paradigm was used to ind the meaning of management control system on PT Hadji Kalla (HK). The result shows the adapta- tion, internalization, and convergence between HK’s and Toyota’s values in the

practices. The local values of Bugis-Makassar wisdom such as sipakatau, Getteng, mappakalabbi', assamaturu, sipatuo-sipatokkong can be found in the HK’s values, while the Japanese’s wisdom like: kaizen, jidoka, heijunka, hoshin, genchi gem- butsi can be identiied as Toyota’s. Internalizing the values of siri na pesse wisdom become a holistic management control system construction.

Kata Kunci: Sistem pengendalian manajemen, Teori dinamika spiral, siri na pesse

Pendekatan konstruksi sis- tasi yang tumbuh subur dalam or- tem pengendalian manajemen ganisasi (Irianto 2006). Sehingga selama ini masih didominasi sistem pengendalian manajemen oleh pendekatan sistem ekonomi

semakin menjauhkan manusia kapitalis. Pendekatan ini banyak

dari hakikatnya sebagai makh- memberi warna pada tipologi luk sosial karena sudah dijadikan sistem pengendalian manajemen komoditas. konvensional yang dipraktik-

Tujuan pengendalian mana- kan dewasa ini. Sistem ekonomi

jemen adalah mengendalikan kapitalis menggiring sistem pe-

perilaku anggota organisasi untuk ngendalian manajemen ke arah tercapainya keselarasan tujuan tujuan dan strategi sempit yang ( goal congruence), yaitu kondisi hanya berfokus pada peningkatan

keselarasan di mana antara ke- keunggulan bersaing atau beru-

pentingan organisasi secara ins- saha menjadi pemenang dengan titusi sejalan dengan kepenting-

Jurnal Akuntansi Multiparadigma

menghalalkan segala cara dalam an anggota organisasi sebagai in-

JAMAL Volume 5

arena persaingan bisnis. Strate- dividu (Ouchi 1979). Abernethy

Nomor 1 Halaman 1-169

gi keunggulan bersaing ini sarat

dan Chua (1996) juga menyatakan

Malang, April 2014 ISSN 2086-7603

dengan praktik-praktik alienasi, bahwa sistem pengendalian

e-ISSN 2089-5879

dominasi, hegemoni, dan eksploi- manajemen sebagai kombinasi

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 113-129 mekanisme yang berupaya untuk mening-

menyikapi perubahan yang sama. Bagaima- katkan kesesuaian perilaku anggota dengan

na mengelola orang sebagai individual, or- tujuan organisasi. Deinisi tersebut mem-

ganisasi ataupun masyarakat dalam situasi berikan pemahaman bahwa fokus utama turbulensi dewasa ini. Dengan mengintegra- pengendalian manajemen adalah pengen-

sikan tiga disiplin ilmu yaitu biologi, psikolo- dalian perilaku dengan cara meningkatkan

gi dan sosiologi serta berbagai dimensi spiri- probabilitas kesesuaian antara kepentingan

tual yang menyatu sebagai sistem ( biologi- anggota dengan organisasinya. Kesesuaian cal, psychological, and sosiological and even perilaku anggota organisasi menjadi kendala

spiritual components which together from into terberat dalam menjalankan fungsi sistem these systems) Graves (1960) dalam Bahau- pengendalian manajemen karena anggota din (2007) membangun teori spiral dynamics. organisasi memiliki latar belakang, karak-

Tulisan ini bertujuan mengkonstruksi teristik emosional, dan nilai-nilai budaya sebuah model tipologi sistem pengendali- yang berbeda-beda.

an manajemen sebagai bentuk kritik atas Bagaimana agar model sistem pengen-

model sistem pengendalian manajemen kon- dalian manajemen memiliki tipologi dan vensional. Paradigma post-positivistik dalam dimensi-dimensi yang mencakup pengen-

ranah penelitian rasionalistis yang akan dalian secara holistik, baik dalam lingkup digunakan sebagai metode analisis untuk struktur maupun proses pengendalian? Ho-

mene-mukan makna dari realitas empiris. listik dapat diartikan bahwa tipologi sistem

Makna realitas empiris sistem pengenda- pengendalian manajemen mengakomodasi lian akan digali pemahaman pelaku sistem dimensi-dimensi yang lebih luas dan menye-

pengendalian di organisasi perusahaan luruh dalam mengkonstruksi unsur-unsur yaitu karyawan PT. Hadji Kalla. Tulisan ini pengendalian manajemen. Berangkat dari akan membuat lompatan dalam bidang ilmu masalah tersebut maka penting untuk meng-

akuntansi yang mengaji sistem pengenda- gunakan pendekatan perekayasaan sistem lian manajemen. Lompatan pemahaman pengendalian berbasis teori dinamika spiral

terdiri dari pemahaman atas sistem itu sen- ( spiral dynamics) yang disarikan oleh Bahau-

diri dan konseptualisasi dalam bentuk kons- din (2007). Teori dinamika spiral merupakan

truksi sistem pengendalian yang berbasis suatu cara untuk menjelaskan kompleksitas

pada spiritualitas religius. perubahan atas sifat dunia. Dinamika spi- ral berpendapat bahwa sifat manusia dapat

METODE

berubah bahkan dalam kondisi terpaksa sekalipun manusia akan beradaptasi de-

Metodologi merupakan pola ( pattern) ngan lingkungan mereka dengan memban-

yang digunakan untuk memproduksi ilmu gun keadaan baru, lebih kompleks, model pengetahuan (Triyuwono 2006). Teori-teori konseptual dari dunia baru sehingga ma-

yang dihasilkan sebagai manifestasi ilmu nusia dapat menangani masalah-masalah pengetahuan sangat ditentukan oleh warna baru.

dan bentuk metodologi yang didesain oleh Dekade terakhir turbulensi perubahan

ilmuwan. Pertimbangan ontologis, episte- perilaku individu, kelompok individu mau-

mologi dan metodologis dalam suatu peneli- pun masyarakat cenderung chaotic. Pada ti-

tian yang akan menentukan bentuk dan arah tik inilah teori dinamika spiral memberikan

paradigma yang akan digunakan. Metodolo- suatu kerangka pikir atau konsep untuk me-

gi penelitian merupakan bagian dari ilmu mahami suatu sistem yang kompleks dina-

pengetahuan yang mempelajari bagaimana mis namun memiliki kemampuan beradap-

prosedur kerja dalam mencari kebenaran. tasi ( adaptive complex dinamics system).

Sementara kualitas kebenaran yang diper- Konsep ini didasari oleh warna pikiran yang

oleh dalam ilmu pengetahuan sangat tergan- ada pada setiap manusia yang membentuk

tung pada kualitas prosedur kerjanya (Mu- dan tampil dalam perilaku bisnis, kehidupan

hadjir 2000), termasuk ketepatan dalam sehari-hari, pendidikan, bahkan geopolitik menentukan paradigma yang digunakan. sesuai dengan jenjang spiralnya. Dinamika

Menurut Kuhn (1962) paradigma merupakan spiral mendalami dan menjawab pertanyaan

kumpulan hasil-hasil penelitian dalam ben- mengapa manusia berbeda, mengapa seba-

tuk konsep, nilai, teknik, yang digunakan gian berubah dan sebagian lainnya tidak secara bersama-sama dalam suatu komu- berubah. Mengapa reaksi sebagian masyara-

nitas dalam menentukan keabsahan suatu kat berbeda dengan sebagian lainnya dalam

permasalahan serta pemecahan masalah.

Kahar, Paranoan, Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi...115 Triyuwono (2006) memandang para-

digma ( paradigm) sebagai pandangan dunia ( word-view) atau cara pandang yang digu- nakan oleh seseorang untuk melihat atau memahami sesuatu. Burrell dan Morgan (1979) membagi paradigma ke dalam dua di- mensi, yaitu dimensi subjektif-objektif yang digunakan untuk membedakan bentuk ilmu dan dimensi regulasi-perubahan radikal yang digunakan untuk memahami bentuk masyarakat. Sebagai konsekuensi dari pem- bagian dimensi tersebut maka Burrell dan Morgan (1979) juga membagi paradigma ke dalam paradigma fungsionalis, paradigma interpretif, paradigma radikal humanis dan paradigma radikal strukturalis. Keempat pa- radigma ini dianggap dapat mewakili para- digma-paradigma lain yang memiliki perbe- daan sekaligus memiliki persamaan sebagai perspektif mendeinisikan fenomena sosial dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.

Paradigma pos-positivisme merupa- kan upaya untuk memperbaiki kelemahan- kelemahan paradigma positivisme. Muhadjir (2000) membagi pos-positivisme atas pos- positivisme rasionalistis, pos-positivisme fenomenologi interpretif, dan pos-postivisme kritis dengan weltanschuung. Pos-positiv- isme rasionalistis berusaha membuat pa- yung teori yang lebih besar untuk menaun- gi teori-teori spesiik agar dapat dicarikan makna rasional yang lebih luas.

Penelitian ini adalah penelitian di bi- dang akuntansi yang bertujuan mendeskrip- sikan makna fenomena nilai-nilai perusa- haan dalam praktik pengendalian manaje- men pada unit bengkel Toyota Alauddin, dan mengkonstruksi sebuah model sistem

pengendalian manajemen holistik yang ber- basis pada nilai-nilai kearifan siri’ na pesse. Berdasarkan tujuan tersebut maka peneli- tian ini lebih tepat dilakukan dengan meng- gunakan pendekatan kualitatif.

Situs utama dalam penelitian ini adalah karyawan-karyawan yang bekerja pada PT. Hadji Kalla Makassar. Karyawan-karyawan yang dijadikan informan tentunya karyawan yang memiliki fungsi, pengalaman serta pengetahuan yang cukup tentang praktik sistem pengendalian manajemen di perusa- haannya. Informan ini mencakup bagaima- na manajer dan karyawan memahami visi, misi dan tujuan perusahaan serta bagaima- na mereka berperan serta dalam penca- paiannya. Untuk melaksanakan tahapan penelitian fenomenologi maka diterapkan lingkaran prosedur pengumpulan data dari Creswell (1998), sebagai berikut.

Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu wa- wancara formal dan wawancara informal, baik pada kantor pusat dan di kantor ca- bang Alauddin. Data penelitian ini berupa data kualitatif dalam bentuk pernyataan, ge- jala, tindakan nonverbal yang dapat terekam oleh deskripsi kalimat atau oleh gambar, maka terdapat tiga alur kegiatan yang dapat dilakukan secara bersamaan, yaitu: 1) ikhti- sar data, 2) penyajian data, dan 3) analisis dan veriikasi data (Kuswarno 2009). Secara garis besar analisis data dalam penelitian ini, terdiri atas tiga tahapan, yaitu: kategori- sasi data, pendeskripsian dan pemaknaan. Pemaknaan hasil penelitian menggunakan pendekatan post-positivis rasionalistis de- ngan model pemahaman ekstrapolasi.

Gambar 1 Lingkaran Pengumpulan Data (A Data Collection Circle)

Sumber: Creswell (1998:110)

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 113-129 Teori kuantum digunakan sebagai alat

analisis dalam konstruksi sistem pengenda- lian. Teori kuantum berasal dari bidang ilmu isika, namun telah banyak diadopsi dan di metaforakan dalam bidang-bidang ilmu so- sial dan humaniora. Albert Einstein sebagai tokoh yang memperkenalkan teori kuantum pada tahun 1905 dalam bidang ilmu isika telah membuat kekacauan dan krisis pada teori-teori isika klasik. Beberapa fenomena isika yang dikemukakan tidak dapat dijelas- kan oleh isika klasik, diantaranya: Radiasi benda hitam, efek foto listrik, efek compton, hipotesis de Broglie, difraksi elektron, dan teori atom Bohr, (Purwanto 2006:3-24). Kon- sep Einstein menjelaskan kebergantungan fotoelektron pada frekuensi radiasi, dimana radiasi yang sampai pada permukaan akan menjadi “sebungkus” energi yang terloka- lisasi. Energi ini selanjutnya disebut sebagai “kuanta energi” yang mampu menjelaskan fenomena terpancarnya elektron setelah disinari cahaya dengan frekuensi tertentu (Purwanto 2006:109).

Konsep Newton menyatakan bahwa du- nia terdiri dari fenomena isik yang tereduk-

si dalam bentuk partikel-partikel padat dan keras. Kehadiran teori kuantum memaksa teori-teori isika klasik (Newtonian) bahwa objek-objek material padat dan keras lenyap pada level subatomik menjadi gelombang- gelombang (kuanta) mirip pola-pola proba- bilistik. Pola-pola probalistik ini tidak me- nyajikan kemungkinan-kemungkinan mate- rial, melainkan lebih berupa kemungkinan kesaling-hubungan (interkoneksi) (Capra 2002:49).

Pada diri manusia terdapat energi kuanta yang berfungsi untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran dan pada gilirannya pemikiran ini akan menentukan tindakan manusia. Tentunya kualitas energi kuanta ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan kualitas radiasi yang diterimanya. Seba- gaimana kita ketahui bahwa kualitas radia- si cahaya yang paling tinggi dihasilkan dari pengalaman spiritualitas (intuisi), perasaan (emosi), kemudian logika rasional (akal). Dengan meningkatkan frekuensi pengalam- an spiritual, perasaan, dan logika tentunya akan meningkatkan kualitas energi kuanta yang dapat digunakan untuk mengatur tindakan-tindakan secara lebih baik.

DePorter dan Hernacki (1999) mem- pelopori penerapan teori kuantum dalam proses pembelajaran dengan konsepnya yang terkenal quantum learning. Quantum

learning merupakan suatu metode pembe- lajaran efektif sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan kecepatan cahaya. Quan- tum learning DePorter dan Hernacki (1999) memiliki titik sentral pada memaksimalkan pengelolaan emosional dalam proses pembe- lajaran, dan belum mencapai pemanfaatan energi spiritual, sehingga masih memiliki peluang untuk lebih dikembangkan.

Searah dengan model quantum learn- ing, Nggermanto (2001) memberikan formula

baru dalam mengoptimalkan potensi diri dengan pendekatan quantum. Dalam bu- kunya Quantum Quatient dijelaskan bahwa quantum quatient adalah kecerdasan manu- sia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki secara seimbang, si- nergi, dan komprehenship meliputi kecer- dasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ), serta terbuka menerima untuk menerima ide-ide baru atau hanif.

Dengan mengadopsi teori sistem terbu- ka dan teori kuantum sebagai alat analisis diharapkan sistem pengendalian yang akan dikonstruksikan memiliki nilai holistik yang universal. Prinsip teori sistem terbuka yang menyebutkan bahwa sistem hidup adalah terbuka karena membutuhkan aliran materi dan energi yang berasal dari lingkungan- nya agar dapat bertahan hidup. Prinsip ini mendasari konstruksi model sistem pengen- dalian manajemen dalam suatu perusahaan harus bersifat universal agar kelangsungan atau operasionalisasi perusahaan selain mendapatkan sumber daya (materi dan e- nergi) dari lingkungan internal juga mem- peroleh sumber daya dari lingkungan ekster- nal. Sumber daya manusia sebagai kompo- nen utama dalam perusahaan dalam kons- truksi sistem ini akan mengintegralisasikan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal yang akan meningkatkan kontribusi energi SDM dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Mengacu pada dasar ilosois-teoritis di atas dapat diidentiikasi komponen-kompo- nen sistem yang akan dikonstruksi, terdiri dari, sistem pengendalian diri ( self control system), sistem pengendalian organisasi (or- ganizational control system), sistem pengen- dalian masyarakat ( community control sys- tem) dan sistem pengendalian ekologis (eco- logy control system). Dasar pemikiran teori kuantum dan teori sistem terbuka sebagai alat analisis konstruksi sistem pengendalian dapat diwujudkan dalam bentuk kerangka sistem universal dan memiliki interkoneksi.

Kahar, Paranoan, Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi...117

HASIL DAN PEMBAHASAN

semua yang terlibat dalam kerangka sistem, Fenomena yang tampak secara reali-

selain dapat menghasilkan keteraturan-ke- tas ( artifact) merupakan releksi dari suatu

teraturan dalam diri, organisasi, komunitas, yang tidak tampak. Keunggulan sebuah or-

dan lingkungannya juga secara optimal me- ganisasi bukan semata-mata ditentukan nyalurkan energi positif dalam pencapaian oleh faktor-faktor yang tampak atau faktor-

tujuan organisasi. Dan yang paling diharap- faktor yang dapat diamati ( tangible), seperti,

kan adalah bagaimana agar sistem pengen- kemegahan gedungnya, kelengkapan fasili-

dalian dapat mewujudkan setiap aktivitas tas, gelar akademik sumber daya manusia,

pemilik, manajer dan karyawan dalam me- melainkan ada faktor-faktor yang tidak tam-

ngelola perusahaan memiliki nilai ibadah di pak ( intangible) yang lebih dominan memberi

sisi Tuhan.

peranan yaitu budaya ( culture). Keragaman Spiritualitas dijadikan kata kunci budaya bukan berarti terjadi perpecahan dalam menuntun beberapa perubahan as- atau keterpisahaan antar kemunitas satu pek kehidupan di awal abad 21. Muncul- dengan komunitas lain, sebab baik budaya

nya beberapa pendekatan, paradigma dan maupun komunitasnya adalah bagian dari konsep-konsep baru senantiasa dikaitkan sebuah sistem yang saling berhubungan.

dengan spiritualitas sebagai penggeraknya. Globalisasi datang dan mencoba meng-

Antara lain dikemukakannya new age, il- hilangkan keragaman budaya tersebut, di-

safat perenial, spiritual quotient, spiritual tandai dengan meluasnya penerapan sistem

leadership, spiritual intelectual, merupakan ekonomi kapitalisme, dan sistem pemerin-

bentuk-bentuk perubahan yang mengadopsi tahan demokrasi (demokrasi liberal) yang spiritualitas. Bahkan isu titik temu antara mengarahkan perkembangan tatanan ke-

sains dengan agama kerap dipandang se- masyarakatan pada sebuah sistem yang se-

bagai masa kebangkitan spiritualitas (Adlin makin seragam. Beberapa kritikus budaya

2007:1). Sebagian besar agama dunia kuno menganggap homogenisasi ideologi dan bu-

telah memiliki pemahaman hubungan an- daya sebagai sebuah proses yang mengkha-

tara jiwa dengan Tuhan yang direpresen- wa-tirkan dan penuh dengan ancaman. Pil-

tasikan sebagai kembalinya jiwa pada Tu- iang (2004) dalam pembacaannya, melihat-

han ( spirituality). Kadang konsep hubung- nya sebagai sebuah releksi dari visi koor-

an intim antara manusia dan sifat Ilahiyah porasi budaya untuk melayani kepentingan

datang secara tiba-tiba, sebagai hasil intuisi ekonomi barat, sehingga dapat dikatakan tak terjelaskan atau rekoleksi (pengingatan) telah terjadi imperialisme budaya barat ter-

diri.

hadap budaya-budaya lokal khususnya di Kitab-kitab suci telah menggambarkan negara-negara berkembang.

Tuhan secara obyektif sebagai yang ideal Piliang (2004:288) menyimpulkan gam-

demikian pula para ilosof yang berusaha se- baran kondisi ini sebagai titik akhir evolusi

cara ilosois untuk menjelaskan kebenaran ideologi umat manusia dan bentuk akhir Tuhan, akan tetapi tetap saja penggambaran pemerintahan manusia serta akhir sejarah

dan penjelasan itu tidak akan pernah mema- ( end of History). Akhir sejarah juga merupa-

dai dan memuaskan bagi manusia. Karena kan gambaran dari akhir keragaman budaya

pemahaman obyektif akan Tuhan yang di- ( end of plurality), dan merupakan awal dari

peroleh tidak akan dapat menjelaskan kese- era keseragaman budaya atau homogenitas

luruhan aspek ke-Tuhan-Nya, namun diper- budaya. Piliang (2004:297-298) memberikan

lukan pemahaman yang didasarkan secara pertimbangan mendalam untuk menyikapi subyektif melalui pengalaman spiritual (To- homogenisasi budaya secara hati-hati, baik

broni 2005:50).

pada tataran ilosois, strategis maupun Makna inti dari spiritualitas ( spiritual- praktis.

ity) adalah bermuara pada kehakikian, ke- Kahar (2012:246) menggambarkan abadian dan ruh, bukan yang sifatnya se- perspektif spiritualitas bersifat paripurna mentara dan tiruan. Spiritualitas sebenar- karena meliputi perancang, maupun pelaku

nya bukan hal asing, karena unsur dasar sistem pengendalian baik dalam konteks se-

manusia terdiri dari unsur material dan bagai hamba Tuhan maupun dalam konteks

spiritual atau unsur jasmani dan unsur ro- sebagai karyawan dalam suatu organisasi. hani. Sedangkan perilaku manusia ditentu- Konstruksi sistem pengendalian yang diwar-

kan oleh kekuatan tarik menarik dari kedua nai dengan perspektif spiritualitas diharap-

energi tersebut, pada kondisi tertentu ter- kan dapat memberikan pencerahan sehingga

jadi energi negatif dimana energi material

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 113-129 (jasmaniah) yang lebih dominan, dan pada

kondisi tertentu energi spiritual (ruhaniah) yang lebih dominan dan menghasilkan e- nergi positif, tergantung bagaimana manu- sia menciptakan atau menumbuhkan energi dalam dirinya. Tabroni (2005;7) menjelas- kan bahwa energi positif itu berupa spiritual dan nilai-nilai etis religius ( tauhid), sedang- kan energi negatif berupa nilai-nilai material ( tahghut). Nilai-nilai spiritual dan etika re- ligius berfungsi sebagai sarana pemurnian, pensucian dan untuk membangkitkan nilai-

nilai kemanusia sejati (nati nurani). Sistem

membutuhkan energi agar dapat meng- gerakkan setiap bagian-bagian yang mem- bentuk sistem itu sendiri. Tentunya sangat penting memikirkan untuk mengelaborasi energi yang bersumber dari tubuh spiritual bersama dengan energi tubuh pisik, emo- sional dan tubuh mental dalam menggerak- kan sistem apa saja, termasuk sistem pen- gendalian dalam organisasi bisnis.

Budaya lokal hanya bagian terkecil yang terdapat dalam suatu komunitas, se-

dangkan sistem yang baik harus mengela-

borasi semua bagian baik secara formal mau- pun secara informal, aspek internal maupun aspek eksternal dari komunitas baik di seki- tas lokasi industrinya maupun komunitas yang menjadi pangsa pasarnya. Konstruksi sistem pada dasarnya terdiri dari dua mo- del, yaitu sistem model tertutup dan sistem model terbuka (Harahap 2004). Sistem mo- del tertutup telah tebukti baik secara iloso- is maupun secara pragmatis memiliki ba- nyak kelemahan karena sistem ini mengarah pada suatu ketidakteraturan atau semakin lama model sistem tertutup akan semakin mengalami kekacauan. Dalam pembahasan Capra (2002) sistem tertutup dianggap tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan atau faktor eksternal.

Burrell and Morgan (1979) menjelas- kan acuan pemahaman sistem dengan “ba- tasan isik konvensional,” baik sistem tertu- tup maupun sistem terbuka. Menurutnya sistem tertutup batasan isik konvensional secara maksimal dijalankan, di mana sistem selalu dianggap berada dalam posisi yang terisolasi dari lingkungannya. Sistem ter- tutup tunduk pada hukum keseimbangan aerodinamis yang menyatakan bahwa sistem harus menghasilkan keseimbangan yang ti- dak tergantung pada waktu, dengan entropi maksimum dan energi minimun, serta ra- sio dalam tahap pembentukannya dianggap berlaku konstan. Argumen ini menyatakan

bahwa sistem tertutup memiliki karakter yang terisolasi dari lingkungan, argumen ini telah mempengaruhi para ilmuwan sosial untuk menghindari pendekatan sistem ter- tutup sebagai acuan konseptual phenomena sosial (Burrell dan Morgan 1979).

Batasan isik konvensional tidak diu- tamakan dalam sistem terbuka, karena sistem terbuka dikarakteristikan dengan adanya pertukaran dengan lingkungannya, atau selalu terdapat transaksi antara sistem dengan lingkungannya. Sistem terbuka dimetaforakan dari organisme hidup yang menjaga kelangsungan hidupnya melalui proses-proses pertukaran dengan lingkung- an. Sistem terbuka dapat berwujud dalam beraneka ragam bentuk sebab tidak ada hu- kum yang menekan agar sistem menghasil- kan kondisi stabil, atau mengarah pada tu- juan yang telah ditetapkan. Sistem terbuka berfokus pada pola hubungan yang men- jadi karakter dari sistem dan mempelajari hubungan antara sistem dengan lingkungan untuk memahami cara sistem dijalankan.

Analogi biologis sebagai wujud orga- nisme sangat kental dalam model sistem terbuka, penerapan analogi biologi dalam membangun model atau kerangka sistem analisis semakin diminati (Burrell and Mor- gan 1979). Analogi biologi sebagai sebuah or- ganisme memiliki karasteristik yang diawali oleh input energi, aliran output, homestatis, entropi negatif, diferensial, dan keseimban- gan akhir.

Beberapa peneliti telah menggunakan analogi biologi dalam penelitiannya, antara lain; Parsons (1951) yang mengkaji sistem sosial, Katz dan Kahn (1966) dalam meng- kaji sosiologi tradisional dalam penyelesaian masalah sosial, dan Miller dan Rice (1967) dalam menjalankan analisis studi organi- sasi. Burrell dan Morgan (1979) mengiden- tiikasi prinsip-prinsip dari analogi biologi dalam teori sistem terbuka, yaitu : 1) sistem dapat diidentiikasi dari beberapa batasan yang memisahkan dari lingkungannya, 2) sistem pada hakekatnya adalah suatu pro- ses, 3) Proses dalam sistem dapat dikon- septualisasikan dalam bentuk model dasar yang berfokus pada input, througput, output dan feedback, 4) Operasionalisasi sistem dapat diukur dari tingkat pemenuhan kebu- tuhan agar sistem dapat bertahan atau men- capai kondisi homeostatis, 5) sistem terdiri dari sub-sistem yang dapat mengupayakan pemenuhan kebutuhan dari sistem secara keseluruhan, 6) sub-sistem berada dalam

Kahar, Paranoan, Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi...119 hubungan yang saling menguntungkan,

jauh dari kehidupan kita, bah- baik secara internal dengan sub-sistem lain

kan kurang menyentuh kehidu- maupun dengan lingkungannya, 7) Opera-

pan kita sehari-hari dibandingkan sional sistem dapat diketahui dari perilaku

dengan bulan. Padahal lapisan sub-sistemnya, dan 8) Aktivitas penting

ozon merupakan saringan vital dalam sistem adalah aktivitas yang melibat-

yang meredakan energi dan caha- kan transaksi terbatas.

ya ultra violet dari matahari, dan Capra (1997) menjelaskan bahwa telah

merupakan salah satu alasan kita ada terobosan pertama yang sangat pen-

semua masih bisa bertahan hidup ting dengan menyatakan bahwa organisne

di muka bumi sampai sekarang hidup adalah sistem-sistem terbuka yang

ini. Melalui sejumlah tindakan tak dapat dideskripsikan oleh teori termodi-

yang tidak disadari tetapi saling namika klasik.

ketergantungan merupakan usa- Organisme bukanlah sebuah

ha menggali lubang kubur kita sistem tertutup yang statis ter-

dan anak cucu kita sendiri. Keti- hadap dunia luar dan senantiasa

ka para ilmuwan menemukan zat memuat komponen-komponen

kimia chloroluorocarbons (CFCs) yang identik; ia merupakan sistem

yang dapat mengikis habis mole- terbuka dalam suatu keadaan

kul-molekul oksigen dari lapisan mantap (yang semu)…di mana

atmosfer, barulah kita sadar dan aliran materi dan energi terus

mengubah kebiasaan-kebiasaan menerus masuk dari, dan keluar

dengan membatasi pelepasan menuju, lingkungan sekitarnya

CFCs ke atmosfer, seperti: mem- (Capra 1997:78).

batasi pembangunan rumah kaca, membatasi penggunaan

Lebih lanjut disebutkan bahwa sistem bahan bakar dan lainnya (Dolan hidup adalah terbuka karena membutuhkan

aliran materi dan energi yang berasal dari Pengalaman Dolan (2004) sebagai pe- lingkungannya agar dapat bertahan hidup. milik perusahaan anggur terbesar di Ameri- Selain energi dari materi tentunya ada e- ka Serikat dengan label “Fetzer” menunjuk- nergi-energi lain berperan dalam memper- kan bahwa hal di atas juga berlaku di dalam tahankan hidupnya, seperti misalnya energi mengelola perusahaan. Kesadaran bahwa spiritual. Wacana yang dibangun oleh Ber- bisnis yang dibangun besar maupun kecil talanffy berdasarkan pengamatannya bahwa adalah bagian dari sebuah sistem yang lebih konsep-konsep dan prinsip-prinsip sistemik besar, sehingga apapun tindakan baik itu dapat diterapkan dalam berbagai bidang personal maupun korporasi akan memberi studi yang berbeda-beda (Capra 1997). dampak pada individu, perusahaan, negara, Bagian dari sebuah buku berjudul True to Our Roots yang di tulis oleh Dolan bahkan bumi ini. Sehingga dengan kesada-

ran ini, mereka (Fetzer) mencanangkan 3 (2004), membahas tentang bisnis sebagai (tiga) aspek yang harus senantiasa disadari, bagian dari sebuah sistem yang lebih besar yaitu: 1) Kami tidak sendiri, setiap orang dan dan luas yang identik dengan prinsip-prin- setiap bisnis menempati bagian dari sistem sip sistem model terbuka. Dijelaskan bahwa yang lebih besar yang sama. Tidak seorang apapun yang ada di dalam planet ini meng- pun di antara personal berada di luarnya anut prinsip saling ketergantungan berikut atau disisihkan dari kenyataan-kenyataan- gambaran Dolan (2004) tentang prinsip sa- nya, 2) Kami tidak terpisah, segala tindakan ling ketergantungan: sebagai sebuah perusahaan dan sebagai

...tidak seorangpun di bumi ini, pribadi memengaruhi sistem yang lebih be- menurut saya, yang sengaja ingin

sar, sama seperti kesehatan dan kesejahter- menciptakan lubang di lapisan

aan karyawan yang meme-ngaruhi peru- ozon. Namun, kita bersama-sa-

sahaan. Segala sesuatu yang ada di dalam ma telah menciptakan lubang

sistem yang lebih besar ini sa-ling berkaitan itu. Sebuah lapisan molekul yang

dan saling bergantung, dan 3) kami mampu terdiri dari atom-atom oksigen,

membuat perbedaan, pilihan-pilihan yang mengapung ribuan mil di lapisan

dibuat adalah dapat mengubah saling keter- atmosfer, kelihatannya seperti

gantungan menjadi sebuah tuas yang cukup

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 113-129 panjang untuk menggerakkan dunia, dan

memengaruhi sistem yang lebih besar secara positif baik di dalam perusahaan, asosiasi industri, maupun di dalam masyarakat.

Kata corporation berasal dari bahasa latin corpus yang artinya tubuh. Konsep ini berkembang menjadi sekelompok orang yang terorganisasi sebagai sebuah perusahaan. Dolan (2004) menyatakan bahwa sebagai tu- buh maka perusahaan harus memiliki jiwa dan hati, dan hal ini hampir tidak pernah menjadi ciri khas perusahaan-perusahaan besar. Sejarah bisnis senantiasa menunjuk- kan bahwa hati dan jiwa tidak diperlukan untuk menjalankan sebuah bisnis dam mo- ralitas sama sekali hanya menjadi halangan untuk mencapai kinerja yang tinggi, namun beberapa skandal besar yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dianggap sebagai lemahnya sistem pengendalian. Sedangkan sistem pengendalian itu sendiri adalah ba- gian tak terpisahkan dari korporasi yang seharusnya juga memiliki jiwa dan hati. Apabila dianalogikan dengan kutipan dari Dolan (2004) di atas, maka tentunya ekse- kutif yang membuat skandal di perusahaan- nya tidak memiliki kesadaran akan dampak dari perilakunya terhadap bagian-bagian lain dari perusahaan, seperti: pemegang sa- ham, karyawan, konsumen, pemasok, serta bagian eksternal seperti masyarakat, peme- rintah daerah, negaranya, bahkan dunia ini juga merasakan dampak dari skandal yang mereka perbuat.

Suyanto (2007:21) mengidentiikasi pengendalian organisasi kedalam 3 (tiga) jenis, yaitu pengendalian strategi, pengen- dalian manajemen dan pengendalian ope- rasional. Pengendalian strategi merupakan proses dari evaluasi strategi baik setelah strategi dirumuskan maupun setelah strate- gi itu diimplementasikan. Merchant (1998) membedakan pengendalian strategi ( strate- gic control) dengan pengendalian manajemen ( management control), pengendalian strategi adalah payung bagi pengendalian manaje- men agar aktivitas operasional terhubung dengan strategi bisnis sedangkan pengenda- lian manajemen adalah suatu proses dima- na manajemen menggerakkan seluruh in- dividu dalam organisasi untuk memastikan bahwa mereka memahami dan telah bertin- dak sesuai dengan strategi perusahaan dan penjabarannya.

Sebelum Balanced Scorecard dikemu- kakan oleh Kaplan dan Norton (1996) dalam sebuah artikel berjudul “ Balanced Scorecard

Measures that Drive Performance” antara strategi perusahaan dan sistem pengenda- lian masih memiliki gap yang begitu lebar. Mempertegas peranan BSC sebagai suatu sistem pengendalian manajemen, Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan bagaimana BSC memiliki hubungan erat dengan visi, misi dan strategi perusahaan. Scorecard se- bagai media BSC mampu mengkomunikasi- kan suatu strategi perusahaan dan unit bis- nisnya, dengan menyatakan sebagai berikut:

The scorecard describes the orga- nization’s vision of the future to the entire organization, it creates shared understanding; The score- card creates a holistic model of strategy that allow all employee to see how they contribute to organi- zational succes. Without such ling- kage, individuals and departmens can optimize their local perfor- mance but not contribute to achiev- ing strategic objectives; The score- card focuses change efforts, if the right objectives and measures are identiied, succesful implementa- tion will likely occur. If not, invest- ments and initiatives will be wast-

ed. (Kaplan dan Norton 1996: 147)

Prinsip-prinsip yang digunakan untuk menghubungkan BSC dengan strategi peru- sahaan adalah prinsip cause and effect re- lationships, prinsip performance drivers, dan prinsip lingkage to inancial. Prinsip-prinsip ini akan di implementasikan dalam em- pat komponen sistem pengendalian strategi BSC, sebagai berikut: Sistem pengendalian manajemen strategik tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa BSC memiliki komponen yang dapat memformulasikan dan men- transformasikan visi dan strategi perusa- haan, di mana strategi adalah merupakan titik tolak atau referensi bagi seluruh proses manajemen, dan shared vision adalah fon- dasi bagi pembelajaran strategis.

Pengendalian merupakan perangkat- perangkat yang digunakan agar tujuan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) elemen-elemen pengendalian terdiri dari: 1) pelacak ( detector) merupakan sensor yang mampu mengukur apa saja yang sesung- guhnya yang telah terjadi dalam proses yang dikendalikan. 2) Penilai ( assesor) adalah per- angkat yang dapat menentukan tingkat sig- niikansi dari suatu peristiwa, dengan mem-

Kahar, Paranoan, Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi...121

Gambar 2. Sistem Pengendalian Manajemen dengan Implementasi Strategi

Sumber: Kaplan dan Norton (1996 197)

bandingkan antara standar atau ekspektasi Manajemen merupakan suatu hierarki dari apa yang seharusnya terjadi, 3) Um-

pimpinan organisasi, di antaranya chief ex- pan balik ( Effector), adalah perangkat yang

ecutive oficer (CEO), para manajer, kepala memberi sinyal untuk mengubah perilaku departemen, kepala bagian dan unit dan apabila terdapat indikasi akan pentingnya sub-unit lainnya. Sehingga dapat dikatakan melakukan tindakan, 4) Jaringan komuni-

bahwa pengendalian manajemen adalah se- kasi merupakan perangkat yang melakukan

buah proses di mana seluruh pimpinan yang penyebaran informasi pada setiap bagian berada dalam hierarki perusahaan memas- yang membutuhkan atau saling terkait.

tikan bahwa semua orang yang berada di Keterkaitan dari elemen-elemen pe-

bawah pengendaliannya mengimplementasi- ngendalian tersebut digambarkan sebagai kan strategi yang telah ditetapkan. berikut: Keempat elemen dasar sistem pe-

Pengendalian manajemen merupakan ngendalian tersebut dicontohkan pada fung-

manifestasi dari sebuah strategi yang telah si thermostat, elemen-elemen thermostat

disusun sebelumnya. Pengendalian mana- terdiri dari termometer sebagai detector

jemen memiliki perbedaan dengan model- yang mengukur suhu ruangan, kemudian model pengendalian lain seperti: pengenda- assessor yang membandingkan suhu ruang-

lian yang dilakukan oleh perangkat keras an dengan standar suhu yang diterima, lalu

( thermostat), pengendalian mobil, maupun effector yang mendorong pemanas untuk pengendalian lingkungan. Pengendalian memancarkan panas apabila hasil perban-

manajemen berada di antara formulasi dingan menunjukkan suhu aktual lebih ren-

strategi dan pengendalian tugas. Menurut dah dari suhu standar, atau mengaktifkan

Anthony dan Govindarajan (2005) pengen- pendingin apabila kondisi sebaliknya terjadi

dalian manajemen adalah merupakan suatu dan akan mematikan alat ini apabila suhu

proses yang dimanfaatkan oleh para mana- telah sesuai dengan suhu standar. Sistem jer untuk memengaruhi anggota organisasi

ini berjalan dengan jaringan komunikasi lainnya untuk mengimplementasikan strate- yang berfungsi meneruskan informasi dari gi organisasi. Namun pengendalian manaje- termometer ke assessor dan dari assessor

men tidak berarti harus senantiasa mengha- ke elemen pemanas atau pendingin, (Antho-

ruskan semua tindakan sesuai dengan ren- ny dan Govindarajan 2005:4). Model sistem

cana yang telah ditentukan. pengendalian seperti ini masuk dalam ka-

Dolan (2004) menggambarkan bahwa tegori sistem tertutup yang tunduk pada sebuah sistem pengendalian manajemen se-

hukum aerodinamis untuk menghasilkan baiknya diarahkan untuk memegang teguh keseimbangan.

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 113-129

Gambar 3. Elemen-Elemen Sistem Pengendalian

Sumber: Anthony dan Govindarajan (2005: 3)

prinsip responsibility, dan mengembalikan merancang visi, misi, dan strategi perusa- hati dan jiwa ke dalam korporasi, sebab bis-

haan serta menciptakan sebuah sistem pe- nis akan sustainable apabila korporasi yang

ngendalian manajemen yang lebih holistik, menjalankannya utuh sebagaimana halnya

namun apabila kita simak pada aspek-aspek dengan tubuh kita ini yang tetap harus me-

penetapan tujuan dan pengukuran kinerja, miliki harga diri dan pusat moral. Keutuh-

perusahaan ini juga masih terbelenggu oleh an sebuah bisnis sangat ditentukan oleh prinsip-prinsip ekonomi kapitalisme karena model sistem pengendalian yang dijalankan,

masih berorientasi untuk menguntungkan sehingga baik unsur manajemen maupun para pemegang saham secara sepihak, dan karyawan secara serempak menjadi struk-

masih mengkultuskan capaian-capaian ki- tur perusahaan dan sekaligus bagian dari nerja keuangan tanpa dibarengi dengan struktur dunia luar dengan mengangkat pengukuran aspek non inansial. tema “Kita tidak dapat memandang ling-

Spiral dalam teori dinamika spiral kungan dalam keterbatasan”. Sehingga adalah spiral kehidupan yang memiliki prinsip responsibility yang akan terbangun ekspansif, terbuka, berkelanjutan ( conti- adalah holistic responsibility di mana dengan

nous), dinamis dan adaptis. Setiap ling- semua pihak dalam organisasi memiliki rasa

karan spiral ini hidup secara bersamaan di tanggung jawab baik kepada teman sejawat,

mana ada core intellegence-nya yang mam- pimpinan, kelompok kerja, perusahaan, pu menggerakkan dan menentukan arah lingkungan maupun masyarakat dan alam pergerakan spiral tersebut. Spiral-spiral semesta.

tersebut hidup, mereka merupakan sesuatu Akhirnya “Fetzer” menemukan sebuah

yang bagaikan bersifat magis, mempunyai komitmen dan identitas baru yang mereka

kekuatan yang luar biasa dan multidimensi. sebut tim ketahanan ( sustainable team),

Spiral-spiral ini bisa merusak dan menakut- dengan prinsip-prinsip hasil akhir ekonomi

kan serta dahsyat, yang merusak bagaikan ( Economic), kominten terhadap lingkungan angin topan, atau bencana alam, ataupun ( Environment), dan sebuah keinginan be-

dapat bersifat membangun dan merangsang sar adanya dunia yang berkeadilan ( Equity).

ke arah yang positif terhadap manusia. Bila Identitas ini pula yang menciptakan budaya

kita mengabaikan spiral-spiral yang ada

pada diri seseorang, organisasi ataupun ma- prinsip ini mereka jabarkan ke dalam ben-

perusahaan baru yaitu budaya E 3. Prinsip-

syarakat kita akan harus membayar biaya tuk konkrit untuk bertindak; menguntung-

yang mahal karena kekeliruan kita. Imple- kan orang-orang dengan siapa kami bekerja,

mentasi teori dinamika spiral dalam pe- mendukung masyarakat tempat kami men-

rekayasaan konstruksi konsep atau tipologi jalankan bisnis, melindungi dan memper-

sistem pengendalian manajemen sangat di- tahankan lingkungan, dan mencapai hasil-

mungkinkan karena memiliki energi kendali hasil inansial yang luar biasa.

yang besar untuk melakukan pengendalian Gambaran “Fetzer” di atas menunjuk-

perilaku individu, kelompok individu mau- kan sebuah organisasi yang telah berhasil pun masyarakat.

Kahar, Paranoan, Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi...123 Model sistem pengendalian manajemen

Secara konsepsional pengendalian spi- sebaiknya diarahkan untuk menegakkan ritual juga dikenal dalam pranata sistem so- prinsip responsibility dan mengembalikan sial pangngadereng, yaitu pada tipologi sara’ hati dan jiwa ke dalam korporasi. Organisasi

(Kahar 2012:247). Sara’ adalah suatu sistem bisnis akan sustainable apabila korporasi yang mengatur seorang raja harus bersan- dijalankan dan dipelihara bagaikan manu-

dar kepada Dewata (Tuhan Yang Maha Esa) sia menjaga harga diri dan pusat moral yang

dalam menjalankan roda pemerintahannya, memiliki secara utuh (Dolan 2004). Keutu-

atau menggunakan hukum syariat yang ber- han sebuah bisnis sangat ditentukan oleh sumber dari kitab Al-Quran dan As-Sunnah. model sistem pengendalian yang dijalankan,

Sara’ diwujudkan dalam manifestasi siaria- sehingga baik unsur manajemen maupun wong untuk menyatakan adanya perlakuan karyawan secara serempak menjadi struk-

yang sama, mendidik setiap orang untuk tur perusahaan dan sekaligus bagian dari mengetahui yang benar dan yang salah me- struktur dunia luar dengan mengangkat

lalui aturan syariat Islam yang menjadi un- tema “Kita tidak dapat memandang ling-

sur pangngadereng.

kungan dalam keterbatasan”. Sehingga Unsur Pengendalian Diri (Self Control), prinsip responsibility yang akan terbangun Pengendalian diri merupakan unsur pengen- adalah holistic responsibility di mana ber-

dalian yang bersumber dari dalam diri ma- sama semua pihak dalam organisasi memi-

nusia, dalam konteks pengendalian manaje- liki rasa tanggung jawab baik kepada teman

men bersifat pengendalian informal. Adap- sejawat, pimpinan, kelompok kerja, perusa-

tasi nilai kerja keras dan kaizen memben- haan, lingkungan maupun masyarakat dan

tuk sikap dan perilaku karyawan maupun alam semesta.

pimpinan Bengkel Toyota Alauddin menjadi Hasil pengamatan dalam penelitian ini

pribadi yang memiliki karakter dan komit- menemukan fenomena-fenomena sebagai men menunjukkan adanya unsur pengen- berikut: 1) Penganggaran partisipatif dan dalian diri ( self control). Hal ini tersirat dari negosiasi konlik anggaran pada tahap ak-

ungkapan Bapak C bahwa: tivitas perencanaan, 2) Motivasi spiritualis-

“...Setiap pelanggaran memang tik, kepemimpinan bijaksana, dan integritas

ada sanksinya baik ringan mau- pemecah masalah pada tahap daily manage- ment, 3) Keadilan dalam kemitraan dan ke- pun berat. Tapi saya juga tidak

tahu bagamana bentuknya kare- seimbangan kesejahteraan pada tahap work improvement. Setiap fenomena menggambar- na selama ini belum ada karya-

wan yang diberi sanksi. Sepenge- kan perpaduan nilai-nilai perusahaan, dapat

diidentiikansi secara utuh ke dalam unsur- tahuan saya tidak ada karyawan yang melakukan pelanggaran

unsur sistem pengendalian holistik. Unsur- unsur pengendalian yang dapat diidentiika- aturan secara sengaja...Paling- paling teknisi yang magang dari

si dalam praktik pengendalian manajemen bengkel lain....itupun kalo sudah pada Bengkel Toyota Alauddin akan dijelas-

ditegur, tidak diulangi lagi...Kalo kan alam kajian-kajian di bawah ini.

standar kerja teknis, teknisi di

sini terkenal disiplinnya, mereka tual control), dapat ditemui pada pemben-

Unsur Pengendalian Spiritual (spiri-

tidak pernah melakukan pelang- tukan motivasi spiritual karyawan yang di-

garan standar teknis karena me- dasari nilai-nilai keikhlasan. Seperti yang

reka tahu risikonya bagi pelang- diungkapkan oleh Bapak A:

gan, bagi perusahaan dan bagi “.....persoalan norma di sini masih

diri mereka sendiri....kalaupun sangat kental, Pak. Kita senantia-

ada masalah yang muncul anta- sa dibekali bahwa bekerja di sini

ra karyawan biasanya langsung atas dasar ibadah, sehingga ter-

disampaikan, jadi masalahnya kadang memang ada hal-hal yang

bisa diketahui, jadi bisa dicarikan kurang memuaskan hati, tapi

solusinya supaya tidak mengham- setelah diingat-ingat kalau peker-

bat suasana kerja.... jaan ini adalah ibadah, perasaaan

Ikhtisar eidetik dalam proses pemak- jadi tenang, ikhlas saja, jadi ber-

naan menunjukkan bahwa fakta-fakta terse- pikir positif sajalah.....”

but terbentuk karena adanya konvergensi nilai-nilai perusahaan yang begitu kuat

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 113-129 mengendalikan perilaku karyawan. Konver-

“…di sini, taat standar kerja harga gensi nilai-nilai kearifan lokal assamaturu

mati, sebab tidak mungkin bisa (Seiya-sekata) dan mappakalabbi’ (menghar-

memperbaiki standar kalau tim gai), dengan nilai kekeluargaan akan mem-

kerja belum menguasai standar… bentuk energi kendali diri yang tinggi.

nah bagaimana dia bias mengua- Assamaturu dan mappakalabbi’ meru-

sai kalau tidak menaati dulu?.. pakan spektrum dari nilai sipakatau, dalam

kami tidak akan menugaskan budaya Bugis-Makassar nilai-nilai sipakatau

pada tim kerja yang tidak me- memposisikan manusia sebagai makhluk

nguasai standar…”

ciptaan Tuhan yang mulia. Nilai-nilai sipa- Pengamatan aktivitas daily manage- katau (saling menghargai) diimplementasi-

ment pada Bengkel Toyota Alauddin meng- kan dalam hubungan sosial yang harmonis, gambarkan bahwa aturan dan kebijakan ditandai dengan adanya hubungan intersub- Toyota untuk menanamkan nilai-nilai To- yektif dan saling menghargai antara sesama yota (menghargai orang) disosialisasikan me- pegawai, dan antara pegawai dengan atasan lalui standar-standar kerja. Dalam konteks dalam penyelenggaraan pemerintahan yang nilai kearifan siri’ na pesse, nilai menghargai berwibawa. Mattulada (1991) memandang identik dengan nilai mappakalabbi’ yang ma-

konsep sipakatau sebagai konsep keterbu- suk dalam ranah spektrum nilai sipakatau kaan yang sangat esensial dalam kehidupan

(memanusiakan). Nilai-nilai menghargai kekerabatan atau interaksi sosial yang lebih

dalam konteks penciptaan loyalitas pelang- luas. Sipakatau memandang manusia seba- gan dikonseptualisasikan melalui panduan

gai sosok tubuh yang punya perasaan, di pelayanan konsumen dalam bentuk deskrip- samping akal yang perlu dihormati.

tif pembagian tugas maupun dalam bentuk Unsur pengendalian Organisasi (Or- ganizational Control). Ouchi (1979) meng- visualisasi proses kerja pada setiap tahapan

proses produksi (layanan) bengkel. Sikap gunakan istilah pengendalian birokrasi ( bu- reaucracies control). Pengendalian birokrasi dan perilaku harus dijaga sebaik mungkin

sesuai prosedur pelayanan agar konsumen merupakan tipe pengendalian manajemen dapat merasa nyaman dan puas atas pela-

yang dilakukan melalui struktur dan proses

yanan bengkel.

pengendalian secara langsung kepada indi- Kompensasi yang berlaku di bengkel vidu dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

Toyota Alauddin sebagai bagian dari aktivi- Tahapan perencanaan dalam praktik tas work improvement didasarkan pada ni-

pengendalian manajemen pada Bengkel To- lai keseimbangan kesejahteraan antara pe- yota Alauddin diwarnai oleh nilai-nilai Toyo-

rusahaan dengan karyawan dalam jangka ta seperti tantangan dan kerjasama tim yang

panjang. Nilai keseimbangan kesejahteraan disosialisasikan melalui program-program merupakan hasil konvergensi nilai-nilai, yai-

Toyota dalam perbaikan standar dan peru- tu nilai-nilai kekeluargaan dalam kebijakan bahan sistem. Dalam praktik perbaikan kesepahaman antara asosiasi tenaga kerja

standar dan perubahan sistem di Bengkel dengan perusahaan, dan nilai-nilai meng- Toyota Alauddin, nilai-nilai Toyota mengala-

hargai orang yang tergambar dalam KPI yang mi konvergensi nilai dengan nilai kearifan lo-

dikembangkan oleh Toyota. Hal ini tergam- kal siri’ na pesse, spektrum nilai getteng (in- bar dari pernyataan Bapak B:

tegritas), dalam versi Makassar sering diisti- lahkan “ akkontutojeng” (berketetapan hati).

“…di Haji Kalla salah satu yang di- Salah satu ciri khas yang melekat bagi orang

pertimbangkan dalam penetapan Bugis Makassar adalah prinsip taro ada taro

gaji karyawan adalah tingkat gaji gau (satunya kata dengan perbuatan). Orang

pada perusahaan lain di Makas- Bugis-Makassar akan selalu membuktikan

sar…selalu diusahakan di atas apa yang diucapkannya, dan mereka adalah

rata-rata tingkat gaji perusahaan orang yang kata-katanya sama dengan yang

lain…karena HK dikenal besar di dikerjakannya. Nilai getteng atau akkontuto-

Makassar.. selain itu, HK peduli jeng dalam konteks pengendalian manaje-

terhadap keseimbangan kese- men diartikan bahwa aturan, standar dan

jahteraan antara Pemilik, Mana- kebijakan apapun yang telah disepakati

jer, dan Karyawan, intinya selama maka tidak ada alasan yang dapat dibenar-

HK masih berdiri, kesejahteraan kan untuk melanggarnya. Hal ini tersirat

kita semua menjadi prioritas” dari ungkapan Bapak A:

Kahar, Paranoan, Kritik Berbasis Teori Dinamika Spiral atas Tipologi...125 Dalam perspektif kearifan siri’ na pesse

dan memantaskan sesuatu, 3) Merendahkan pemberian kompensasi berdasarkan pada diri selaras dengan harga dirinya, 4) dapat keseimbangan merupakan wujud dari spek-

mengucapkan kata yang tegas dan yang le- trum nilai lempu’ (Kejujuran) dalam ranah

mah lembut.

tanggung jawab. Salah satu pappaseng yang Kaizen, genchi gembutsu, kanawa- mengandung unsur nilai tanggung jawab nawaE, dan acca adalah merupakan nilai- dalam konteks Pangngadereng adalah “on-

nilai kearifan lokal, baik yang berasal dari roang gau’misa naseng ade’e onro. Aga’ pettui

kearifan orang Jepang maupun kearifan ade’e makkeraddae iya bicarae de’ bulun’na

orang Bugis-Makassar, konvergensi nilai-ni- de’lompo’na de’ riawa de’ riwawi,” artinya