Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Mata (1)

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Menggunakan Metode Problem solving dengan Metode Ceramah Diskusi
di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.
Karyadi Hidayat
( Dosen Pend. Ekonomi Akuntansi UPGRI Palembang )

ABSTRAK
Metode pembelajaran merupakan suatu langkah yang dilakukan sehingga
tujuan tertentu dalam proses belajar dapat tercapai. Terdapat banyak metode
pembelajaran, diantaranya adalah metode problem solving dan metode ceramah
diskusi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan dapat mengetahui metode yang
lebih tepat digunakan dalam belajar ekonomi. Terdapat dua variabel bebas dalam
penelitian ini, dengan simbol variabel X1 dan X2. Metode yang digunakan adalah
eksperimen dan deksriptif komparatif. Teknik analisis data menggunakan
persamaan uji t dengan taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Penelitian ini
memperlihatkan bahwa metode problem solving lebih tepat digunakan dalam
pembelajaran ekonomi, karena hasil belajar yang diperoleh siswa menggunakan
metode ini lebih tinggi dibandingkan metode ceramah diskusi. Begitupun dengan
hasil uji beda rata-rata yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan diantara keduanya.
Kata kunci: metode pembelajaran, problem solving, ceramah diskusi.


1.

Pendahuluan
Pendidikan tidak akan pernah dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial, yang berarti tidak akan mampu hidup tanpa orang lain.
Pendidikan pun mempunyai tujuan yang sangat baik, salah satu tujuan pendidikan
ialah membentuk manusia berkarakter. Akan tetapi, untuk meraih tujuan
pendidikan secara optimal dibutuhkan beberapa faktor pendukung.
Metode pembelajaran adalah salah satu faktor yang dapat mendukung
tercapainya keberhasilan pendidikan, khususnya dalam pendidikan formal seperti
yang dilakukan di sekolah. Metode ceramah yang didampingi dengan diskusi
merupakan metode yang sudah dilakukan dalam proses pembelajaran,
penggunaan metode ini memberikan banyak kontribusi positif terhadap hasil
belajar siswa. Begitu pun dengan metode problem solving (pemecahan masalah),
karena penggunaan metode ini siswa selaku peserta didik diharapkan tidak hanya
mendengar, mencatat, serta menghapal materi pembelajaran, melainkan ikut serta
berfikir aktif, berkomunikasi, mencari, mengolah data serta melakukan
penyimpulan untuk dibuat solusi terhadap masalah yang terjadi.
Studi pendahuluan yang dilakukan memperlihatkan bahwa di SMA

Muhammadiyah 2 Palembang, metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran ekonomi belum variatif karena hanya menggunakan satu metode
saja, sehingga hasil belajar siswa pun tidak optimal. Hal tersebut sesuai dengan
penuturan guru mata pelajaran ekonomi yang mengajar.

Penelitian ini perlu dilakukan karena berhubungan erat dengan proses
pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa. Akibat lainnya adalah
cara berpikir siswa menjadi sempit karena tidak dilatih untuk berpikir kreatif
dalam memecahkan masalah yang terjadi. Hasil akhir yang diharapkan ialah
memberi informasi yang akurat mengenai metode yang cocok digunakan pada
mata pelajaran ekonomi dengan kompetensi dasar kebijakan pemerintah di bidang
moneter.
Pembatasan cakupan penelitian dimaksudkan agar tidak terjadi penafsiran
yang berbeda dengan maksud penelitian. Hasil belajar dimaksudkan adalah hasil
yang diperoleh melalui tes setelah siswa mendapatkan perlakuan pembelajaran
menggunakan metode problem solving atau metode ceramah diskusi. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah diantara metode problem solving dan metode
ceramah diskusi, manakah yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran
ekonomi berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dan analisis uji beda rata-rata?
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk memberikan solusi pada

guru mata pelajaran ekonomi sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dapat
lebih optimal melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Tujuan
lainnya adalah memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran sehingga
tidak monoton, sehingga siswa pun dapat berkreasi untuk memberikan definisi
atau pemikiran kreatif dalam memberikan solusi dari permasalahan-permasalahan
yang diberikan sesuai dengan materi pelajaran.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini secara khusus dirasakan
oleh siswa, karena dapat belajar lebih kreatif dan meningkatkan hasil belajar. Bagi
guru pun bermanfaat untuk mengetahui metode yang lebih tepat digunakan
sehingga siswa termotovasi untuk belajar lebih giat. Peneliti lainnya yang
berkeinginan untuk melanjutkan atau memiliki kesamaan variabel penelitian maka
dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan referensi.

2. Kajian Pustaka
2.1. Hasil Belajar
Proses pembelajaran dilakukan tentunya untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, dalam proses pendidikan sering dikenal dengan istilah hasil belajar.
Hasil Belajar ialah pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi, abilitas dan
keterampilan yang dilengkapi dengan serangkaian pengalaman (Hamalik, 2008,
hal. 31).

Hamalik (2008:3) Hasil belajar mempunyai hubungan yang erat dengan
belajar untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi pada diri seseorang,
baik perubahan tingkah laku dan kecakapan dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil
belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang apektif, kognitif, dan
psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalamannya dalam belajar
(Sudjana, 2010, hal. 3).
Menurut Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dapat dicapai melalui tiga
kategori ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik (Dimyati, 2009, hal. 26).
Beberapa pendapat ahli menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil
yang diperoleh dari suatu kegiatan belajar yang dapat dilihat dari beberapa aspek,
seperti aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik. Dan secara terperinci aspekaspek tersebut memberikan bagian tersendiri dari sebuah penilaian yang harus

dilakukan. Hasil belajar pun dapat dilihat dari proses perubahan karakter atau
tingkah laku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang hasil belajar, maka dapat
peneliti simpulkan bahwa hasil belajar ialah tingkat keberhasilan dalam
pencapaian hasil belajar dalam proses perubahan sikap atau tingkah laku siswa
sebagai peserta didik karena telah mengalami secara langsung pembelajaran
sehingga terdapat pengetahuan baru.
2.2. Mata Pelajaran Ekonomi

Mata pelajaran ekonomi ialah mata pelajaran yang mempelajari tentang
ilmu–ilmu ekonomi atau ilmu tentang prilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya
yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Kata “ekonomi”
berasal dari kata Yunani oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos
ialah peraturan, aturan, hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan
rumah tangga atau manajemen rumah tangga (Wikipidea, 2012:1).
Kurikulum telah memberikan gambaran materi yang harus dipelajari pada
mata pelajaran ekonomi untuk kelas X (sepuluh) pada semester genap. Materimateri tersebut ialah:
Standar Kompetensi : 7. Memahami uang dan perbankan
7.1 Menjelaskan konsep permintaan dan penawaran uang
7.2 Membedakan peran bank umum dan bank sentral
7.3 Mendeskripsikan kebijakan pemerintah di bidang
moneter
Berdasarkan definisi dan uraian dari halaman sebelumnya, peneliti
menyimpulkan bahwa Mata Pelajaran Ekonomi ialah suatu disiplin ilmu yang
mengajarkan tentang bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan yang tidak
terbatas dengan sumber daya yang terbatas, sehingga tidak terjebak pada
permasalahan ekonomi yang lebih komplek.
2.3. Metode Mengajar

2.3.1. Metode Problem solving
Metode problem solving ialah cara mengajar dengan memotivasi siswa
selaku peserta didik berpikir ke depan, serta menganalisa persoalan yang terjadi
dan kemudian berusaha untuk memberikan solusi dari permasalahan yang ada.
problem solving merupakan sebuah metode pembelajaran yang bertujuan agar
siswa lebih aktif dalam berpikir, karena metode ini terfokus pada keterampilan
siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Suryosubroto, 2009, hal.
204).
Dewey menyatakan bahwa terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran
Problem solving yaitu dimulai dari merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan rekomendasi solusi terhadap permasalahan yang terjadi (Nasution,
2008, hal. 171). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dibuat tahapan secara
lengkap yaitu:
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan atau masalah tersebut diberikan oleh guru untuk
diselesaikan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dan dinamis dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan atau solusi sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
6. merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan solusi yang akan dilaksanakan untuk pemecahan masalah.
Semua metode yang dilakukan dalam proses pembelajaran, tentunya
mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Adapun kelebihan dari penerapan
metode problem solving ialah :
1. Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan seharihari
2. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan
memecahkan masalah secara terampil
3. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.
4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya
5. Mendorong siswa untuk berpikir ilmiah, kritis, dinamis serta objektif
menghadapi masalah yang terjadi.

Sedangkan kekurangan dari penerapan metode problem solving ialah :
1. Memerlukan cukup banyak waktu
2. Melibatkan lebih banyak orang
3. Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan
dan menerima informasi dari guru.

2.3.2. Metode Ceramah Diskusi
Metode pengajaran ini adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru
memberikan penjelasan tentang materi pelajaran kemudian dilanjutkan dengan
pemberian pertanyaan oleh guru agar dijawab oleh siswa, dapat juga dari siswa
kepada guru. Bahkan, tidak menutup kemungkinan siswa yang lain dapat
memberikan tanggapan dari siswa yang bertanya, dengan demikian proses
pembelajaran pun akan menjadi semakin menarik. Metode ini dimaksudkan untuk
merangsang berpikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran.
Langkah-langkah penggunaan metode ceramah diskusi:
1. Guru memaparkan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami
terlebih dahulu.
2. Buat kelompok kecil terdiri 3 orang, berikan rangsangan pertanyaan
awalan
3. Beri kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban sebanyakbanyaknya

4. Biarkan antar siswa berargumen mengenai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan

5. guru memberikan kesimpulan dari pelajaran
Kelebihan dari Metode ini, yakni:
1. Guru akan berperan sebagai fasilitator.
2. Situasi kelas akan hidup karena guru melatih anak didik aktif berpikir,
keberanian menyampaikan pendapat dengan berbicara atau menjawab
pertanyaan.
3. Memotivasi siswa untuk mempersiapkan diri dan dan mengikuti
pembelajaran secara efektif.
4. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan memperkaya pemahaman
terhadap materi yang diajarkan.
5. Dapat digunakan sebagai alat motivasi ektrinsik yang akan meningkatkan
semangat belajar.
Metode ini pun mempunyai beberapa kekurangan yaitu:
1. Membutuhkan waktu lama
2. Bisa terjadi penyimpangan perhatian anak didik manakala pertanyaan dan
jawaban tidak sesuai dengan pokok pembicaraan bahan ajar.
3. Siswa tidak dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran. Dan

guru tidak mudah membuat pertanyaan sesuai dengan aneka ragam tingkat
pemikiran siswa.
2.4. Anggapan Dasar
Angapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
dapat diterima oleh peneliti (Arikunto, 2006, hal. 65). Berdasarkan definisi
tersebut maka peneliti mempunyai anggapan dasar sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa berbeda-beda
2. Metode problem solving dan metode ceramah diskusi dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar ekonomi dengan kompetensi dasar
kebijakan pemerintah di bidang moneter.
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ialah jawaban sementara penelitian yang didasari dari
pertanyaan penelitian (Sugiono, 2008, hal. 96). Berdasarkan pengertian tersebut,
maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar siswa menggunakan metode problem solving
dengan metode ceramah diskusi
2. Metode problem solving lebih tepat digunakan pada mata pelajaran
ekonomi daripada metode ceramah diskusi
3. Metode ceramah diskusi lebih baik digunakan daripada metode problem
solving.

2.6. Kriteria Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus t
dengan taraf signifikan α = 0,05. Dengan kreteria pengujian berikut:
1. Ho ditolak bila t Tabel < t hitung berarti terima Ha
2. Ho diterima bila t Tabel ≥ t hitung berarti tolak Ha

3. Metodologi
3.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ialah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian dan kemudian untuk ditarik kesimpulan (Sugiono, 2008,
hal. 61). Penelitian ini mengkaji hubungan antara dua variabel, yaitu :
X1 : Hasil belajar siswa menggunakan metode Problem solving
X2 : Hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah diskusi.
3.2. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan penjelasan tentang variabel penelitian di atas, maka variabel
peneelitian dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode problem solving ialah
tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar yang diukur dari
hasil tes setelah akhir pertemuan pada mata pelajaran ekonomi dengan
materi pembelajaran kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan
menggunakan metode pembelajaran problem solving (pemecahan
masalah).
2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode ceramah diskusi ialah
tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar yang diukur dari
hasil tes setelah akhir pertemuan pada mata pelajaran ekonomi dengan
materi pembelajaran kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan
menggunakan metode pembelajaran ceramah diskusi.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dapat diartikan keseluruhan dari subjek yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini ialah siswa/i kelas X di SMA Muhammadiyah 2
Palembang yang berjumlah 206 orang dan terdiri dari 6 (enam) kelas.
TABEL 1
RINCIAN JUMLAH SISWA
No
Kelas
Lk
Pr
Jumlah
1
X.1
19
17
36
2
X.2
16
18
34
3
X.3
19
19
38
4
X.4
15
17
32
5
X.5
17
16
33
6
X.6
17
16
33
Jumlah
103
103
206
Sumber : Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Palembang
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari suatu populasi, sampel terdiri atas sejumlah
satuan analisis yang merupakan bagian dari keseluruhan anggota populasi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik acak kelas
(random sampling class). Dalam pengambilan sampel, penulis melakukan
pengambilan secara acak dari kelas populasi yang terdiri dari 6 kelas dengan
asumsi kelas populasi homogen, dan hasilnya terpilih dua kelas yaitu kelas X. 4

dan X. 6. Kelas X. 4 yang diajar melalui metode problem solving dan kelas X. 6
yang diajar melalui metode ceramah diskusi, seperti terlihat pada tabel berikut:
TABEL 2
SAMPEL PENELITIAN
Jumlah
Keterangan
No
Kelas
Lk
Pr
Siswa
Yang Belajar menggunakan
1
X. 4
15
17
32
Metode Problem solving
Yang Belajar melalui Metode
2
X. 6
17
16
33
Ceramah diskusi
Jumlah
32
33
65
3.4. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pendidikan, oleh karenanya metode yang
digunakan pun adalah metode penelitian pendidikan. Metode penelitian
pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan (Sugiono,
2008, hal. 6).
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka metode
yang digunakan adalah metode eksperimen, dan berdasarkan tingkat ekplanasi
penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa,
jumlah guru, dan sarana pembelajaran yang ada di lokasi penelitian.
3.5.2. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan jika penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan gejala-gejala alam.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 4 indikator atau aspek
yang diamati.
Tujuan menggunakan teknik observasi dalam penelitian ini adalah untuk
melihat perbedaan pelaksanaan metode pembelajaran problem solving dengan
ceramah diskusi dan untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Observer akan memberikan tanda check ( √ ) terhadap
indikator yang tampak dan bila tidak tidak tampak tidak diberi tanda check pada
kolom lembar observasi.
TABEL 3
LEMBAR OBSERVASI
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4
No
Nama Siswa
1
2
3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
Indikator 1 : Kegiatan Mendengarkan
Deskriptor:

1. Siswa menyimak permasalahan yang diberikan
2. Siswa menyimak instruksi dari guru
3. Siswa menyimak komentar dari siswa lain / jawaban dari guru
Indikator 2 : Kegiatan Lisan
Deskriptor :
1. Siswa berdiskusi
2. Siswa mengeluarkan pendapat terhadap pertanyaan yang diberikan
oleh guru
3. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi kebijakan
pemerintah di bidang moneter yang belum dimengerti
Indikator 3 : Kegiatan Menulis
Deskriptor :
1. Siswa mengumpulkan bahan untuk mengidentifikasi masalah yang
terjadi
2. Siswa membuat rangkuman dari hasil analisi penyelesaian masalah
3. Siswa mengerjakan tes yang diberikan oleh guru
Indikator 4 : Kegiatan Mental
Deskriptor :
1. Siswa mengingat pengetahuan sebelumnya
2. Siswa dapat menghubungkan konsep pengetahuan dengan yang baru
3. Siswa dapat memecahkan masalah
3.5.3. Tes
Tes adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan
gambaran tentang kejiwaan seseorang atau sekelompok orang. Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa. Tes
diberikan kepada siswa setelah materi diajarkan. Tes yang diberikan kepada siswa
berbentuk soal pilihan ganda. Adapun yang menjadi indikator pada tes yang
diberikan adalah a) Mendeskripsikan tujuan kebijakan pemerintah di bidang
moneter; b) Mendeskripsikan kebijakan dan instrumen kebijakan pemerintah di
bidang moneter.
3.6. Teknik Uji Coba Instrumen
3.6.1. Uji Validitas Butir Tes
Uji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
biserial titik, seperti berikut:
=

Ȳ − Ȳ



(Furqon, 2009, hal. 108)

Dengan kriteria sebagai berikut:
Bila ℎ
>
pada α 0,05; butir soal valid.
Bila ℎ

pada α 0,05; butir soal tidak valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas Butir Tes
Uji reliabilitas soal yang berbentuk pilihan ganda digunakan rumus KR-20
seperti:

r 11 = (

Bila
Bila

11
11

>


) (







)
(Arikunto, 2010, hal. 100)
pada α 0,05; soal reliabel.
pada α 0,05; soal tidak reliabel.

3.6.3. Indeks Tingkat Kesukaran Butir Tes
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar (Arikunto, 2010, hal. 207). Untuk mengukur indeks tingkat kesukaran soal.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
P=
(Arikunto, 2010, hal. 208)
Dimana:
P = indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan kriteria:
Bila hasil ITK di antara 0,15 - 0,85 maka butir soal layak (Nurgiantoro,
2009, hal. 35).
3.6.4. Indeks Daya Beda Butir Tes
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2010, hal. 211). Indeks daya beda butir soal
dilambangkan dengan huruf D, maka rumus untuk menentukan indeks
diskriminasi adalah:
= − = −
Dimana:
J = Jumlah peserta tes
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
= Banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawab benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan kriteria:
Bila hasil IBD ≥ 20 maka butir soal layak (Nurgiantoro, 2009, hal. 361).

3.7. Hasil Uji Coba Instrumen
3.7.1. Validitas butir tes
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh hasil
validitas butir tes seperti terlihat pada tabel 4 sebagai berikut :
TABEL 4
HASIL PERTHITUNGAN VALIDITAS BUTIR TES
No. Item
rhitung
rtabel
Keterangan
1
0,419
0,279
VALID
2
0,404
0,279
VALID
3
0,555
0,279
VALID
4
0,290
0,279
VALID

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

0,489
0,354
0,640
0,413
0,451
0,523
0,626
0,400
0,382
0,488
0,527
0,306
0,398

0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279

VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID

3.7.2. Reliabilitas Tes
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas tes adalah :
 Varians Total
2

2

=



=

6461 −



(∑

( 537)
50

50

)

2

2

= 13,8724

 Reliabilitas dengan Rumus KR.20
r 11 = (

=

17

) (

17−1







)

13,8724 −3,8636
13,8724

= 0,765

r11 = 0,765 > rtabel = 0,279, berarti tes reliabel.
3.7.3. Indeks Tingkat Kesukaran dan Indeks Daya Beda
Hasil perhitungan indeks tingkat kesukaran (ITK) dan indeks daya beda
(IDB) dapat dilihat dalam tabel 5 berikut :
TABEL 5
INDEKS TINGKAT KESUKARAN DAN INDEKS DAYA BEDA
Indeks Tingkat Kesukaran
Indeks Daya Beda
No Item
ITK
Ukuran
Ket.
IDB
Ukuran
Ket.
1
0,58
0,15-0,85
Layak
47
≥ 20
Layak
2
0,78
0,15-0,85
Layak
33
≥ 20
Layak
3
0,72
0,15-0,85
Layak
53
≥ 20
Layak
4
0,74
0,15-0,85
Layak
33
≥ 20
Layak
5
0,48
0,15-0,85
Layak
60
≥ 20
Layak
6
0,62
0,15-0,85
Layak
33
≥ 20
Layak
7
0,64
0,15-0,85
Layak
80
≥ 20
Layak
8
0,58
0,15-0,85
Layak
47
≥ 20
Layak
9
0,60
0,15-0,85
Layak
60
≥ 20
Layak

10
11
12
13
14
15
16
17

0,62
0,64
0,62
0,70
0,66
0,66
0,56
0,54

0,15-0,85
0,15-0,85
0,15-0,85
0,15-0,85
0,15-0,85
0,15-0,85
0,15-0,85
0,15-0,85

Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak

73
67
53
33
73
67
33
47

≥ 20
≥ 20
≥ 20
≥ 20
≥ 20
≥ 20
≥ 20
≥ 20

Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak

3.8. Teknik Analisis Data
3.8.1. Teknik analisis data observasi
Analisis data observasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat persentase
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dalam menganalisa hasil observasi
atau pengamatan dilihat melalui dilaksanakan atau tidaknya aktivitas belajar
tersebut oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi
tersebut selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus:
S
x 100
(Purwanto, 2009, hal. 102)
NA =
SM
Keterangan :
NA : Nilai Akhir
S : Skor Observasi
SM : Skor Maksimal
Dengan kriteria tingkat keaktifan yaitu sebagai berikut:
TABEL 6
KRITERIA KEAKTIFAN SISWA
Presentase %
Keterangan
85 – 100
Sangat Aktif
69 – 84
Aktif
53 – 68
Cukup
37 – 52
Kurang
≥ 36
Sangat Kurang
3.8.2. Teknik analisis data tes
Untuk melihat tercapai atau tidaknya proses belajar mengajar dan
keberhasilan siswa, ada kriteria yang harus dilihat dalam menilai hasil belajar.
TABEL 7
KATEGORI HASIL BELAJAR
Nilai
Keterangan
86-100
Baik sekali
Baik
71-85
56-70
Cukup
Kurang
41-55
 41
Sangat kurang
3.8.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji t dengan melihat
perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang belajar melalui metode
problem solving dengan metode ceramah diskusi.

Rumus yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis dalam
penelitian ini, ialah :

(Sugiono, 2007, hal. 138-139);
=
(Furqon, 2009, hal. 183-184)
+

Rumus t test ini dapat digunakan dengan syarat :
a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen ( 21 = 22 ) ,
untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya dk = n1 + n2 – 2.
b. Bila n1 = n2, varians tidak homogen ( 21 ≠ 22 )
c. Bila n1 ≠ n2 dan varians tidak homogen ( 21 ≠ 22 ) . Harga t sebagai
pengganti harga t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk = n1 –
1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah dengan harga t yang
terkecil.
Atau

(Sugiono, 2007, hal. 138-139);
=
(Furqon, 2009, hal. 183-184)
( − 1) + ( − 1)
1
1
+

−2

+

Rumus t test ini dapat digunakan dengan syarat :
a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen ( 21 = ó22 ) , untuk
mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya dk = n1 + n2 – 2.
b. Bila n1 ≠ n2, varians homogen ( 21 = 22 ) . Besarnya dk = n1 + n2 – 2
c. Bila n1 = n2, varians tidak homogen ( 21 ≠ 22 )

4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Palembang, pertemuan
pertama dilakukan pre test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran. Kemudian untuk pertemuan selanjutnya melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah diskusi untuk kelas X.6 dan
menggunakan metode problem solving untuk kelas X.4. Kelas yang melakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah diskusi dimaksudkan bahwa
guru memberikan materi pembelajaran kemudian bertanya kepada siswa, dan
sebaliknya siswa bertanya kepada guru jika belum memahami materi yang
diajarkan selanjutnya di diskusikan berdasarkan kelompok kecil. Sedangkan kelas
yang menggunakan metode problem solving dimaksudkan bahwa siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan solusi terhadap
permasalahan yang terjadi sesuai dengan materi pembelajaran.
4.1.2. Deskripsi Data Observasi
Dalam penelitian ini selain menggunakan instrumen tes, peneliti juga
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk melihat
keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode
problem solving dan metode ceramah diskusi. Data yang terlampir diambil

melalui lembar observasi dianalisa dengan empat langkah, yaitu: langkah pertama
dengan pemberian tanda (√) untuk deskriptor yang tampak dan bila tidak tampak
tidak diberi tanda check pada tiap deskriptor dilembar observasi, langkah kedua
dengan pemberian skor, langkah ketiga mengkonversikan skor yang telah
diperoleh menjadi nilai keaktifan, dan langkah yang keempat mengkonversikan
nilai keaktifan siswa ke dalam kategori sangkat aktif, aktif, cukup aktif, kurang
aktif, dan sangat kurang aktif.
Hasil pengolahan data observasi diketahui bahwa presentase siswa yang
sangat aktif pada kelas X.4 yang belajar dengan menggunakan metode problem
solving mempunyai presentase sebesar 18,18 % dengan jumlah siswa yang sangat
aktif sebanyak 6 orang, dan yang tergolong dalam ruang lingkup aktif diketahui
sebanyak 27 orang atau sama dengan 81,82% dari jumlah siswa kelas X.4 yang
diobservasi. Begitu pun hasil pengolahan lainnya yang menyajikan rata-rata
keaktifan siswa pada kelas X.6 belajar menggunakan metode ceramah diskusi
diketahui presentasi siswa yang sangat aktif hanya 3 orang atau sebesar 9,09%
dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran, dan yang termasuk dalam
kategori aktif cukup banyak yakni berjumlah 30 orang atau dengan presentase
90,91% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas X.6. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tingkat keaktifan siswa antara penggunaan metode problem
solving dengan metode ceramah diskusi terdapat perbedaan, yakni presentase
siswa yang sangat aktif lebih banyak pada kelas X.4 yang menggunakan metode
problem solving daripada kelas X.6 yang menggunakan metode ceramah diskusi.
4.1.3. Deskripsi Data Tes
Tes telah diberikan kepada sampel penelitian yakni kelas X.4
menggunakan metode problem solving dalam proses pembelajaran dengan jumlah
siswa 33 orang serta X.6 menggunakan metode ceramah diskusi dalam proses
pembelajaran dengan jumlah siswa 33 orang.
Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa jumlah siswa pada kelas X.4 yang
mendapatkan nilai 86-100 berjumlah 7 orang atau 21,22%, siswa yang
mendapatkan nilai 71-85 sebanyak 25 orang atau 75,75%, dan frekuensi siswa
yang memperoleh nilai 56-70 sebanyak 1 orang atau 3,03%. Sedangkan pada
kelas X.6 yang belajar menggunakan metode ceramah diskusi frekuensi siswa
yang mendapatkan nilai 86-100 berjumlah 3 orang atau 9,09%, dan jumlah siswa
yang memperoleh nilai 71-85 sebanyak 16 orang atau 48,48%, siswa yang
memperoleh nilai 56-70 berjumlah 13 orang atau 39,39%, dan yang memperoleh
nilai 41-55 berjumlah 1 orang atau 3,03%. Jadi dari presentase nilai yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode ceramah diskusi untuk kelas X.6 dan menggunakan metode
problem solving untuk kelas X.4.
4.1.4. Analisis Data Observasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi yang dilakukan pada kelas
X.4 dan X.6 maka dapat dibuat perbandingan persentase keaktifan siswa sesuai
dengan rata-rata keaktifan siswa.

Angka
85 - 100
69 - 84
53 - 68
37 - 52
≤ 36
Jumlah

TABEL 8
PRESENTASE KEAKTIFAN SISWA
Kelas X.4
Kelas X.6
Kriteria
F
F
%
%
6
18,18
3
9,09
Sangat Aktif
27
81,82
30
90.91
Aktif
0
0
0
0
Cukup Aktif
0
0
0
0
Kurang Aktif
0
0
0
0
Sangat Kurang Aktif
33
100
33
100

Berdasarkan tabel 11 yang menyajikan persentase keaktifan siswa pada
kelas X.4 yang belajar menggunakan metode problem solving dan kelas X.6 yang
belajar menggunakan metode ceramah diskusi, maka dapat diketahui bahwa 18,18
% siswa dikelas X.4 tergolong sangat aktif yakni 6 siswa, dan yang tergolong
dalam ruang lingkup aktif diketahui sebanyak 27 siswa atau sama dengan 81,82%
dari jumlah siswa kelas X.4 yang diobservasi. Sedangkan pada kelas X.6 yang
belajar menggunakan metode ceramah diskusi diketahui presentasi siswa yang
sangat aktif hanya 3 orang atau sebesar 9,09% dari jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran, dan yang termasuk dalam kategori aktif cukup banyak yakni
berjumlah 30 orang atau dengan presentase 90,91% dari jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran di kelas X.6. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat
keaktifan siswa antara penggunaan metode problem solving dengan metode
ceramah diskusi terdapat perbedaan, yakni presentase siswa yang sangat aktif
lebih banyak pada kelas X.4 yang menggunakan metode problem solving daripada
kelas X.6 yang menggunakan metode ceramah diskusi.
4.1.5. Analisis Data Tes
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada kelas X.4
dan X.6 maka dapat disusun presentase hasil belajar siswa seperti terlihat pada
tabel berikut ini:
TABEL 9
HASIL BELAJAR KELAS X.4 DAN KELAS X.6
MATERI KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG MONETER
Kelas X.4
Kelas X.6
Angka
Kriteria
F
F
%
%
86 - 100
7
21,22
3
9,09
Baik Sekali
71 – 85
25
75,75
16
48,48
Baik
56 – 70
1
3,03
13
39,39
Cukup Baik
41 – 55
1
3,03
Kurang Baik
≤ 41
Sangat Kurang Baik
Jumlah
33
100
33
100
Berdasarkan tabel 9 yang menyajikan presentase hasil belajar siswa
menggunakan metode ceramah diskusi dan metode problem solving, maka dapat
diketahui bahwa pada kelas X.4 jumlah siswa yang memperoleh nilai antara 86 100 berjumlah 7 orang dengan presentase 21,22% dan termasuk dalam kategori
baik sekali. Siswa yang memperoleh nilai antara 71 – 85 berjumlah 25 orang

dengan presentase 75,75% dan termasuk dalam kategori baik. Serta siswa yang
memperoleh nilai antara 56 – 70 berjumlah 1 orang dengan presentase 3,03% dan
termasuk dalam kategori cukup baik. Jadi dari perbandingan yang telah dilakukan
antara hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah diskusi dengan metode
problem solving dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa
serta penggunaan metode problem solving lebih baik digunakan pada materi
kebijakan pemerintah di bidang moneter daripada metode ceramah diskusi.
4.1.6. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk menjawab permasalahan pada
penelitian, dalam melakukan pengujian hipotesis ini menggunakan uji beda ratarata dengan persamaan uji t. Langkah dalam melakukan pengujian hipotesis pada
penelitian ini yaitu:
1)
Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 ; Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi yang belajar menggunakan metode
problem solving dengan metode ceramah diskusi di SMA
Muhammadiyah 2 Palembang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Ha : µ1 = µ2 ; Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi yang belajar menggunakan metode problem
solving dengan metode ceramah diskusi di SMA
Muhammadiyah 2 Palembang Tahun Pelajaran 2011/2012.
2)
Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho ditolak bila t Tabel < t hitung berarti terima Ha
Ho diterima bila t Tabel ≥ t hitung berarti tolak Ha
3)
Menentukan taraf uji signifikan dan nilai-nilai ttabel
Taraf uji signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 menggunakan uji 2
pihak dengan dk = n1 + n2 – 2 yaitu dk = 33 + 33 – 2 = 64 diperoleh nilai
ttabel sebesar 1,9900.
4)
Menentukan nilai thitung
Nilai thitung diperoleh dari proses perhitungan dengan persamaan sebagai
berikut:

=

(

− 1)

+ (

+

− 1)

−2

1

+

1

Berdasarkan lampiran 20 diketahui angka-angka sebagai berikut :
∑ X1 = 2.755
∑ X2 = 2.445
2
∑ X22 = 183.625
∑ X1 = 231.325
X1
= 83,48
X2
= 74,09
n1
= 33
n2
= 33
Dari data di atas, maka dapat dihitung komponen persamaan uji t, yaitu :
a) Perhitungan nilai varian atau simpangan baku tiap variabel atau S12 dan S22
Untuk menghitung S12 adalah :
2
2
33( 231.325) − 27552
1∑ 1 − ( ∑ 1 )
2
=
=
1
33 ( 33 − 1)
1 ( 1 − 1)

2
1
2
1

7.633.725 − 7.590.025 7.633.725 − 7.590.025
=
1.056
33 ( 32)
43.700
=
= 41,38
1.056

=

Untuk menghitung S22 adalah :
2
2
2
33( 183.625) − 2.445
2∑ 2 − ( ∑ 2 )
2
=
2 =
33 ( 33 − 1)
2 ( 2 − 1)
6.059.625

5.978.025
6.059.625
− 5.978.025
2
=
2 =
33 ( 32)
1.056
2
2

=

81.600
= 77,27
1.056

Jadi dapat diketahui bahwa S12 = 41,38 dan S22 = 77,27

b) Dari hasil perhitungan di atas, kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan
uji t yaitu :

=

(

− 1)

− 1)

1

− 1) + ( − 1)
+
−2

1

+ (

+

−2

+

Maka t hitung adalah sebagai berikut :


1

=

(

=

=

+

1

83,48 − 74,09

( 33 − 1 ) 41,38 + ( 33 − 1 ) 77,27 1
1
+
33 + 33 − 2
33 33
9,39

1.324,16 + 2.472,64 2
33

64

=

9,39

=

9,39

3.796,8 2
59,32 [ 0,06]
64
33
9,39
9,39
=
= 4,9682
=
√3,55,95 1,89

Dari perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai t hitung adalah
4,9682.
c)

Kesimpulan Pengujian
Setelah diperoleh nilai t hitung dalam proses penelitian, kemudian
membandingkan antara thitung dengan ttabel. Adapun perbandingan yang terlihat
adalah thitung = 4,9682 dan ttabel = 1,9900. Dan diketahui bahwa ttabel lebih kecil dari
thitung, berdasarkan kriteria pengujian yang telah ditetapkan maka kriteria
pengujian yang telah dibuktikan adalah tolak Ho dan terima Ha, yang berarti ada
perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi menggunakan metode

problem solving dengan metode ceramah diskusi di SMA Muhammadiyah 2
Palembang Tahun Pelajaran 2011/2012.
4.2. Pembahasan
Dari hasil analisis data yang di atas, maka dapat dijelaskan hasil penelitian
yaitu mengenai data hasil observasi dan data hasil belajar ekonomi siswa dengan
materi kebijakan pemerintah di bidang moneter yang menggunakan metode
problem solving dan metode ceramah diskusi. Lembar observasi digunakan untuk
melihat keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
metode problem solving dan metode ceramah diskusi.
Presentase keaktifan pada kelas X.4 yang belajar dengan menggunakan
metode problem solving mempunyai presentase sebesar 18,18 % dengan jumlah
siswa yang sangat aktif sebanyak 6 orang, dan yang tergolong dalam ruang
lingkup aktif diketahui sebanyak 27 orang atau sama dengan 81,82% dari jumlah
siswa kelas X.4 yang diobservasi. Sedangkan pada kelas X.6 yang belajar
menggunakan metode ceramah diskusi diketahui presentasi siswa yang sangat
aktif hanya 3 orang atau sebesar 9,09% dari jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran, dan yang termasuk dalam kategori aktif cukup banyak yakni
berjumlah 30 orang atau dengan presentase 90,91% dari jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran di kelas X.6. Jadi dari perbandingan yang terlihat dari
presentase keaktifan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keaktifan
siswa antara penggunaan metode problem solving dengan metode ceramah diskusi
terdapat perbedaan, yakni presentase siswa yang sangat aktif lebih banyak pada
kelas X.4 yang menggunakan metode problem solving daripada kelas X.6 yang
menggunakan metode ceramah diskusi. Hal ini memperlihatkan bahwa metode
problem solving lebih tepat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa dibandingkan dengan metode ceramah diskusi.
Hasil tes diketahui bahwa jumlah siswa pada kelas X.4 yang mendapatkan
nilai 86-100 berjumlah 7 orang atau 21,22% dan termasuk dalam kategori baik
sekali, siswa yang mendapatkan nilai 71-85 sebanyak 25 orang atau 75,75% dan
termasuk dalam kategori baik, dan frekuensi siswa yang memperoleh nilai 56-70
sebanyak 1 orang atau 3,03% termasuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan
pada kelas X.6 yang belajar menggunakan metode ceramah diskusi frekuensi
siswa yang mendapatkan nilai 86-100 berjumlah 3 orang atau 9,09% termasuk
dalam kategori sangat baik, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai 71-85
sebanyak 16 orang atau 48,48% termasuk dalam kategori baik, siswa yang
memperoleh nilai 56-70 berjumlah 13 orang atau 39,39% termasuk dalam
kategori cukup baik, dan yang memperoleh nilai 41-55 berjumlah 1 orang atau
3,03% termasuk dalam kategori kurang baik. Jadi dari presentase nilai yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode ceramah diskusi untuk kelas X.6 dan menggunakan metode
problem solving untuk kelas X.4. hal ini juga memperkuat bahwa metode problem
solving lebih cocok digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran
ekonomi daripada metode ceramah diskusi.
Berdasarkan perbandingan dari metode problem solving dengan metode
ceramah diskusi diketahui perbandingan yang terlihat adalah thitung = 4,9682 lebih
besar dari ttabel = 1,9900. Data-data yang diperoleh berdasarkan pengujian uji beda
rata-rata, hasil belajar dan keaktifan siswa sudah memperlihatkan bahwa metode

problem solving adalah metode yang lebih baik digunakan pada mata pelajaran
ekonomi dibandingkan dengan metode ceramah diskusi, karena metode problem
solving mengajarkan siswa untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang
terjadi secara langsung, hal ini juga didukung karena ekonomi merupakan suatu
kegiatan yang telah dilakukan dan dilihat dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa.
Khususnya pelajaran ekonomi dengan materi kebijakan pemerintah di
bidang moneter sebaiknya guru menggunakan metode problem solving dalam
proses pembelajaran, karena berdasarkan penelitian yang telah dilakukan metode
problem solving memberikan tingkat keaktifan belajar lebih baik daripada metode
ceramah diskusi, serta hasil belajar siswa yang menggunakan metode problem
solving lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan metode ceramah
diskusi.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah terletak pada sampel penelitian.
Karena sampel yang diteliti dalam penelitian ini hanya terdiri dari 1 (satu) kelas
yang menggunakan metode problem solving dan 1 (satu) kelas menggunakan
metode ceramah diskusi, sehingga hasil yang diperoleh seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan prediksi peneliti, hasil yang diperoleh
mungkin akan lebih baik dan mewakili populasi jika sampel yang diteliti lebih
banyak.
5.

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang lebih tepat
digunakan dalam proses pembelajaran ekonomi. Hasil dari pengujian dan
pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa diantara metode problem solving dan
metode ceramah diskusi, yang lebih tepat digunakan adalah metode problem
solving. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan siswa dalam belajar jika
menggunakan metode problem solving setiap pertemuan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan metode ceramah diskusi. Oleh karenanya, peneliti
menyarankan kepada guru mata pelajaran ekonomi untuk melakukan
pembelajaran menggunakan metode problem solving.
Selanjutnya, hasil belajar siswa pun memperlihatkan perbedaan yang
signifikan antara siswa yang belajar menggunakan metode problem solving
dengan siswa yang belajar menggunakan metode ceramah diskusi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa metode problem solving pun lebih tepat digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, faktor lain karena
mata pelajaran ekonomi merupakan suatu kegiatan yang sudah akrab di kehidupan
siswa.
Oleh karenanya, peneliti menyatakan bahwa metode problem solving
merupakan metode yang cocok untuk perkembangan belajar anak khususnya pada
mata pelajaran ekonomi.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu model praktik ed. revisi. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Dimyati. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Furqon. (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Jakarta: CV. Alfabeta.
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nasution. (2008). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Nurgiantoro, B. (2009). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University
Press.
Purwanto. (2009). Prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiono. (2007). Statistika untuk penelitian. Jakarta: CV. Alfabeta.
Sugiono. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryosubroto. (2009). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Bahan Bacaan:
Asyah. (2011). Problem Based Learning dan Problem Solving (Online).
(http://www.susantojk.co.cc/2011/07/problem-based-learning-danproblem.html diakses 17 Februari 2012).
Feryanto, Agung. (2010). Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Intan
Pariwara.
Muhfida. (2011). Model Pembelajaran – BSE Download (Online).
(http://www.muhfida.com//artikel/problemsolving.html
diakses
17
Februari 2012).
Mulyani, Endang. (2007). Pengetahuan Sosial Ekonomi X. Jakarta : Bumi Aksara.
Ridwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya. (2011). Pengertian Problem Solving (Online). (Error! Hyperlink
reference not valid. diakses 17 Februari 2012).
Wikipedia. (2012). Definisi Ekonomi (Online).
wiki/Ekonomi# diakses 07 Maret 2012).

(http://id.wikipedia.org/

Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45