TINGKAT METAKOGNISI MAHASISWA PROGRAM ST

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

TINGKAT METAKOGNISI MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD PADA
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI
GAYA BELAJAR INTROVERT-EXTROVERT
Natalia Rosalina Rawa1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan metakognisi mahasiswa program studi PGSD
dengan gaya belajar introvert-extrovert pada pemecahan masalah matematika dan manganalisis
kesulitan-kesulitan mahasiswa dengan gaya introvert-extrovert dalam menyelesaikan masalah
matematika. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi PGSD dengan gaya belajar introvertextrovert. Penelitian ini menggunakan tes gaya belajar introvert-extrovert, lembar tugas pemecahan
masalah matematika, dan rekaman wawancara langsung.Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
metakognisi mahasiswa program studi PGSD STKIP Citra Bakti dengan gaya belajar introvert berada
pada kategori reflective use, dimana penggunaan pemikirannya baik sebelum dan sesudah atau bahkan
selama proses berlangsung mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya,
sehingga mahasiswa dengan gaya belajar ini mampu menyelesaikan masalah matematika dengan
benar. Sedangkan tingkat metakognisi mahasiswa program studi PGSD STKIP Citra Bakti dengan
gaya belajar extrovert berada pada kategori strategic use dan aware use, dimana penggunaan
pemikirannya baik sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses berlangsung kurang
mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya, sehingga ada beberapa masalah

matematika yang tidak tepat hasil perhitungannya. Oleh karena itu dalam kegiatan perkuliahan
dosenperlu mempertimbangkan gaya belajar mahasiswa pada saat memilih metode atau strategi dan
kemampuan metakognisi terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah matematika.
Kata Kunci : Metakognitif, Introvert-Extrovert, Masalah Matematika
Abstract
This research aims to know the knowledge Metacognition of the students program of study learning
style PGSD introvert-extrovert on solving math problems and manganalisis the difficulties students
with style introvert-extrovert in solving math problems. The type of research used in this research is
descriptive qualitative research. The subject is a student of the course learning style PGSD introvertextrovert. This research uses the learning styles test introvert-extrovert, math problem solving task
sheet, and the recording of the live interview. Research results show that the level of Metacognition of
the students program of study PGSD STKIP Citra Bakti with learning style introvert are at categories
reflective use, where the use of his thoughts both before and after or even during the ongoing process
of considering the continuation and improvement of the results of his thoughts, so that students with
learning styles is able to complete math problems correctly. While the level of Metacognition of the
students program of study PGSD STKIP Citra Bakti with learning styles are extr overt category
strategic use and aware use, where the use of his thoughts both before and after or even during a
process lasting less considering the continuation and improvement of the results of his thinking, so
there is some math problems that are not exactly the result calculation. Therefore, in considering the
dosenperlu and associated activities of the learning styles of college students at the time of choosing
the method or strategy and the ability of Metacognition is especially related to mathematical problem

solving.
Keywords: Metacognition, Introvert-Extrovert, Math Proble

1

Natalia Rosalina Rawa, Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Citra Bakti. Email:
nataliarosalinarawa@gmail.com
ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|229

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

penelitian yang dilakukan Sarjiman (2002)

PENDAHULUAN
Mahasiswa Program Studi PGSD

yang menyatakan bahwa mahasiswa program


merupakan mahasiswa yang sedang disiapkan

studi

untuk menjadi guru sekolah dasar, sehingga

kesalahan dalam operasi hitung pada waktu

warna dan wajah dunia pendidikan dasar pada

PPL di sekolah dasar.Dari hasil pengamatan

masa mendatang akan banyak ditentukan oleh

dosen pembimbing PPL, 62% mahasiswa

mereka. Menurut Sarjiman (2002), mahasiswa

program studi PGSD STKIP Citra Bakti masih


program studi PGSD sebagai calon guru

kewalahan dalam menyelesaikan masalah

sekolah dasar sudah seharusnya memiliki

matematika

pengetahuan dan keterampilan pada materi

wawancara dengan dosen pembimbing PPL

sekolah dasar yang siap disajikan kepada

dan dosen pengampu mata kuliah Konsep

siswa sekolah dasar. Kemampuan pengetahuan

Dasar Matematika, hal ini disebabkan oleh


dan

beberapa faktor yaitu pengalaman belajar pada

keterampilan

yang

wajib

dimiliki

PGSD

masih

di

sering


sekolah

melakukan

dasar.Dari

hasil

mahasiswa program studi PGSD sebagai calon

mata

guru sekolah dasar adalah membaca (reading),

optimal.Mahasiswa

menulis

menguasai pengetahuan dasar matematika


(writing)

dan

menghitung

kuliah

(arithmetics).Salah satu kemampuan yang

sehingga

paling

matematika,

essensial

adalah


kemampuan

menghitung (arithmetics) pada mata pelajaran

sulit

yang

belum

sepenuhnya

menyelesaikan
terlebih

belum

soal-soal

pada


soal-soal

pemecahan masalah matematika.

matematika yang paling banyak diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

prasyarat

Kemampuan memecahkan masalah
(problem solving) merupakan salah satu tujuan

Matematika adalah salah satu mata

yang paling penting dalam pembelajaran

pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat

matematika yang berguna untuk meningkatkan


sekolah

perguruan

pengetahuan matematika (Sahar dan Rohani,

tinggi.Matematika merupakan cabang ilmu

2010). Instrumen yang dapat digunakan untuk

pengetahuan eksak dan terorganisir secara

mengembangkan kemampuan memecahkan

matematis (Soedjadi, 2000).Matematika tidak

masalah adalah masalah matematika (Adebola

hanya berperan sebagai instrumen untuk


dan Sakiru, 2012), sehingga siswa perlu

menyesuaikan

dibiasakan

dasar

sampai

perkembangan

kehidupan

untuk

memecahkan

masalah

zaman, yang diaplikasikan dalam kehidupan

matematika. Hal ini sejalan dengan standar

sehari-hari,

proses

tetapi

pengetahuan

dan

yang

diisyaratkan

ada

pada

keterampilan matematika juga sebagai bekal

pembelajaran matematika yang dirumuskan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

oleh NCTM (2000: 52) yaitu pemecahan

tinggi.

masalah matematika(mathematical problem
Kemampuan

mahasiswa

program

solving),

yang

menekankan

bahwa

studi PGSD dalam bidang matematika masih

pembelajaran

tergolong sangat rendah.Hal ini didukung oleh

memungkinkan siswa untuk (1) membangun

ISSN 2355-0066

matematika

harus

Jurnal Tunas Bangsa|230

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

pengetahuan

matematis

baru

melalui

berhubungan dengan bilangan dan perhitungan

pemecahan masalah (problem solving), (2)

sering dituangkan dalam soal matematika yang

menyelesaikan

yang

berbentuk uraian atau cerita Kesulitan soal

muncul dalam matematika dan konteks lain,

cerita berbeda dengan kesulitan soal bentuk

(3) menerapkan dan menyesuaikan berbagai

hitungan

strategi tepat untuk menyelesaikan masalah,

komputasi.

(4) memonitoring dan merefleksikan proses

menyelesaikan soal cerita dibutuhkan keahlian

penyelesaian masalah secara matematis.

dan strategi (Landi , 2009).

masalah-

masalah

KAJIAN PUSTAKA

dan Shaw (2008), secara umum pembelajaran
matematika direkomendasikan dengan cara
menghubungkan masalah matematika dengan
konsep dunia nyata. Ada banyak permasalahan

pelajaran

yang

matematika

berkaitan
dan

dengan

berguna

bagi

siswa.Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
(SPLDV) merupakan salah satu pelajaran
matematika yang menghubungkan masalah
matematika dengan kehidupan sehari-hari.
SPLDV merupakan suatu sistem yang memuat
dua persamaan berbentuk ax + by + c = 0,
dengan a dan b tidak semuanya nol dan a, b, c
Î R. Persamaan ini adalah kalimat terbuka
dengan x dan y sebagai variabel (peubah), a
dan b sebagai koefisien dan c sebagai
konstanta.Materi

SPLDV

sangat

penting

dikuasai oleh mahasiswa program studi PGSD,
karena

materi

pengetahuan

ini
bagi

merupakan

bekal

mereka

untuk

menyelesaikan masalah matematika khususnya
dalam bentuk soal cerita.Pada umumnya soal
cerita digunakan untuk melatih siswa baik di
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
dalam menyelesaikan masalah.Permasalahan
dalam

kehidupan

ISSN 2355-0066

Oleh

Menurut

Menurut Lamon (1999) dalam Beal

nyata

dapat

dilakukan

karena

itu,

dengan
dalam

2. Pemecahan Masalah Matematika

1. Pembelajaran Matematika

dunia

yang

sehari-hari

yang

Polya

(1973:5-6)

pemecahan masalah memuat empat langkah
penyelesaian,

yaitu

memahami

masalah

(understanding the problem), merencanakan
penyelesaian (devising a plan), menyelesaikan
masalah sesuai rencana (carryng out the plan),
melakukan

pengecekan

kembali

(looking

back). Sedangkan menurut Sahar dan Rohani

(2010),

pemecahan

masalah

matematika

meliputi empat komponen yaitu 1) menilai
penampilan dan mengidentifikasi siswa yang
tepat dalam memecahkan masalah. 2) melihat
secara ekspilisit langkah yang dilakukan siswa
dalam memecahkan masalah matematika, 3)
proses permodelan, 4) mengevaluasi hasil
kerja siswa dengan penekan pada strategi dan
pengembangan. Penelitian ini menggunakan
pemecahan masalah matematika model Polya.
Kemampuan berpikir yang dimiliki
tiap-tiap peserta didik tentu berbeda-beda.
Dalam suatu proses berpikir, untuk menerima
dan mengolah informasi, kemampuan berpikir
yang digunakan oleh peserta didik adalah
kemampuan berpikir kognitif, dimana dalam
dunia pendidikan dikenal dengan istilah
metakognisi. Konsep metakognisi pertama kali
diperkenalkan oleh Flavell (1971) dalam
Jurnal Tunas Bangsa|231

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

Malone (2007: 7) sebagai konsep tentang

dilakukan “kemampuan kognitif” dan apa

struktur kecerdasan dan pemasukan informasi,

yang

memonitor

pengetahuan

kognitifnya “pengalaman kognitif”. Salah satu

tentang suatu informasi.Flavell mendefinisikan

penggunaan metakognisi dapat dilihat saat

metakognisi sebagai pengetahuan tentang

siswa mengerjakan soal.

kecerdasan

dan

objek-objek kognitif, yaitu tentang segala
sesuatu

yang

berhubungan

diketahui

tentang

kemampuan

Setiap peserta didik menggunakan

dengan

metakognisinya, hanya saja ada yang secara

sebagai

sadar menggunakan dan ada yang tanpa sadar

“berpikir tentang berpikir”. Wells (2010: 1)

menggunakannya (Bednarik dan Keinonen,

mengungkapkan bahwa “metacognition is

2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya,

cognition applied to cognition.” Metakognisi

peserta didik dengan metakognisi akan sadar

adalah pikiran yang diaplikasikan untuk

terhadap strategi-strategi dan penampilannya

pikiran. Ozsoy dan Ataman (2009: 68)

akan lebih baik daripada peserta didik yang

mengungkapkan bahwa “metacognition means

tidak sadar akan metakognisi (Schraw dan

an individual’s awareness on his own thinking

Dennison,

process and his ability to control these

kemampuan metakognitif akan dapat memilih

process.”

kesadaraan

dan menggunakan strategi yang tepat dalam

seseorang mengenai proses berpikirnya dan

pembelajaran (Caliskan dan Murat, 2011).

kemampuannya

Peserta didik dengan kemampuan metakognitif

kognisi.Metakognisi

tersebut.

didefinisikan

Metakognisi
untuk

Schneider

berarti

mengontrol
(2010:

55)

proses
juga

dan

1994).

dapat

Peserta

memberikan

didik

dengan

dampak

yang

mengungkapkan bahwa metakognitif adalah

signifikan

pengetahuan seseorang “of their ow

(In’am, Saad, dan Sazeli, 2012).Metakognisi

23 an

dalam

kesuksesan

information-processing skills, as well as to

merupakan

knowledge about the nature of cognitive tasks,

pembelajaran

and about strategies for coping with such

2011).Metakognisi membantu peserta didik

tasks.”Metakognisi mengacu pada kemampuan

menentukan umpan balik atau reaksi pada

seseorang untuk merefleksikan, memahami

progress atau kemajuan dari tugasnya dan

dan mengontrol pembelajarannya (Schraw dan

umpan balik tersebut memberikan kesempatan

Dennison, 1994). Dari beberapa pendapat

untuk mencari kembali tindakan yang lebih

tentang metakognisi di atas maka dapat

tepat dari sebelumnya dalam mengerjakan

disimpulkan

tugas.

bahwa

metakognisi

adalah

elemen

yang

belajarnya

(Bednarik

penting
dan

dalam

Keinonen,

pikiran seseorang tentang apa yang dipahami,

Penelitian terdahulu meneliti kaitan

apa yang diketahui dan apa yang diingat

atau hubungan metakognisi dengan variabel

termasuk kesadaran dan kendali atas proses

lainnya. Topcu dan Ubuz (2008) meneliti

kognisi

bagaimana

mencakup

yang

dilakukan.

kesadaran

tentang

Metakognisi
apa

yang

diketahui “ pengetehauan kognitif”, apa yang
ISSN 2355-0066

efek

metakognisi

terhadap

partisipasi mahasiswa dalam forum diskusi
online

dan

hasil

penelitian

tersebut

Jurnal Tunas Bangsa|232

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

menunjukann mahasiswa dengan metakognisi

sehingga dapat memberikan pembelajaran

yang baik mampu berpartisipasi dengan baik

yang bermakna (Topcu dan Ubuz, 2008).

dalam forum diskusi online. Biryukov meneliti

Kaitan

bagaimana

dalam

masalah adalah metakognisi yang tinggi dapat

menyelesaikan soal kombinatorik dan hasil

menyebabkan penampilan yang baik dalam

penelitian menunjukkan bawa metakognisi

memecahkan masalah matematika (Kazemi,

adalah

Reza, dan Sahar, 2010). Metakognisi dalam

aspek

bagian

metakognisi

yang

menyelesaikan

penting

masalah

dalam

matematika.

metakognisi

memecahkan

dengan

masalah

memecahkan

dapat

membantu

Metakognisi juga mengacu pada tindakan

pemecah masalah untuk mengetahui hal apa

untuk mencapai tujuan dalam menyelesaikan

saja

masalah.Selain itu, Caliskan dan Murat (2011)

memecahkan masalah, dan menggunakannya

meneliti

strategi

secara tepat dalam memecahkan masalah, dan

kemampuan

memahami bagaimana menemukan tujuan atau

metakognisi dan prestasi siswa dan hasil

solusi (Kuzle, 2010). Sehingga metakognisi

penelitian

dapat menentukan kesuksesan siswa dalam

bagaimana

pembelajaran

effek

terhadap

menunjukan

dari

bahwa

strategi

pembelajaran dapat meningkat metakognisi

yang

dibutuhkan

dalam

dalam

memecahkan masalah matematika.

siswa. Isaacson dan Fujita (2006) melakukan

Menurut Swartz dan Perkins (dalam

penelitian tentang pemantauan pengetahuan

Laurens, 2009) tingkat metakognisi siswa

metakognisi dan regulasi diri, dan hasil

dalam memecahkan masalah matematika dapat

penelitian menunjukan bahwa mahasiswa yang

dibedakan atas empat kategori, yaitu tacid use

baik

pengetahuan

(penggunaan pemikiran tanpa kesadaran),

metakognisinya akan lebih baik pada post tes

aware use (penggunaan pemikiran dengan

dan akan menjadi lebih baik saat tes yang

kesadaran),

sesungguhnya. Regulasi diri yang baik dapat

pemikiran yang strategis), dan reflective use

dimiliki jika seorang mahasiswa melakukan

(penggunaan pemikiran yang reflektif). Tacit

pemonitoran

use

dalam

pemonitoran

terhadap

pengetahuan

strategic

use

(penggunaan

adalah penggunaan pemikiran tanpa

metakognisinya untuk menuntun dalam proses

kesadaran.Jenis pemikiran yang berkaitan

dan membuat pembenaran terhadap tujuan,

dengan pengambilan keputusan tanpa berpikir

pertimbangan pembelajaran dan diri serta

tentang keputusan tersebut.Dalam hal ini,

pilihan tugas (Isaacson dan Fujuta, 2006).

siswa menerapkan strategi atau keterampilan

Memecahkan masalah matematika

tanpa kesadaran khusus atau melalui coba-

memerlukan kesadaran dan kontrol yang baik

coba dan asal menjawab dalam memecahkan

terhadap

masalah.Aware

proses

kognisi

yang

disebut

use

adalah

penggunaan

metakognisi. Metakognisi menjadi bagian

pemikiran dengan kesadaran. Jenis pemikiran

yang penting dalam

yang

pembelajaran karena

berkaitan

dengan

kesadaran

siswa

pengetahuan metakognisi memiliki peranan

mengenai apa dan mengapa siswa melakukan

yang signifikan untuk keefektifan partisipasi

pemikiran tersebut. Dalam hal ini, siswa

ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|233

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

menyadari bahwa ia harus menggunakan suatu
langkah

penyelesaian

masalah

dengan

memberikan penjelasan mengapa ia memilih
penggunaan langkah tersebut.Strategic use
adalah penggunaan pemikiran yang bersifat

(3) Subjek tidak dapat menjelaskan
masalah dengan jelas (UP3)
b. Merencanakan penyelesaian (devising
a plan)

(1) Subjek merencanakan strategi

strategis. Jenis pemikiran yang berkaitan

penyelesaian melalui coba-coba

dengan pengaturan individu dalam proses

(DP1)

berpikirnya secara sadar dengan menggunakan
strategi-strategi

khusus

yang

dapat

meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam
hal ini, siswa sadar dan mampu menyeleksi
strategi atau

keterampilan

khusus untuk

(2) Subjek tidak dapat merencanakan
penyelesaian (DP2)
c. Menyelesaikan

masalah

rencana (carryng out the plan)
(1) Subjek tidak dapat menerapkan

menyelesaikan masalah.Reflective use adalah

rencana

penggunaan pemikiran yang bersifat reflektif.

masalah (CP1)

Jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi
individu dalam proses berpikirnya sebelum
dan sesudah atau bahkan selama proses
berlangsung

dengan

mempertimbangkan

kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya.
Dalam

hal

ini,

siswa

dalam

penyelesaian

(2) Subjek tidak dapat menyelesaikan
masalah (CP2)
d. Melakukan

pengecekan

kembali

(looking back)
(1) Subjek

melakukan

pengecekan

dan

kembali namun terlihat bingung

memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam

terhadap ketidakjelasan hasil yang

langkah-langkah penyelesaian masalah.

diperoleh (LB1)

Berdasarkan

hal

menyadari

sesuai

tersebut,

maka

(2) Subjek tidak menyadari kesalahan

peneliti menyusun deskriptor metakognisi

konsep dan hasil yang diperoleh

dalam memecahkan masalah matematika yang

(LB2)

mengacu pada langkah-langkah penyelesaian

Subjek

model Polya, seperti yang pada uraian berikut.

pengecekan kembali (LB3)

1) Tacit Use (penggunaan pemikiran tanpa
kesadaran)
Urutan metakognisi pada tahap ini
adalah sebagai berikut.
a. Memahami masalah (understanding
the problem)

(1) Subjek tidak dapat menentukan apa
yang diketahui (UP1)
(2) Subjek tidak dapat menentukan apa

2) Aware

Use

tidak

(penggunaan

melakukan

pemikiran

dengan kesadaran)
Urutan metakognisi pada tahap ini
adalah sebagai berikut.
a. Memahami masalah (understanding
the problem)

Subjek dapat memahami

masalah

namun hanya menjelaskan sebagian dari apa
yang ditulis (UP4)

yang ditanyakan (UP2)
ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|234

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

b. Merencanakan penyelesaian (devising

a.

Memahami masalah (understanding

a plan)

the problem)

(1) Subjek mengalami kesulitan dan

(1) Subjek

kebingungan karena memikirkan
konsep

(rumus)

dan

dapat

mengungkapkan

masalah dengan jelas (UP5)

cara

(2) Subjek dapat menjelaskan sebagian

menghitung yang akan digunakan

besar apa yang dituliskannya (UP6)

(DP3)

b. Merencanakan penyelesaian (devising

(2) Subjek

mengalami

keraguan

a plan)

terhadap konsep (rumus) dan cara

Subjek tidak mengalami kesulitan

menghitung yang akan digunakan

dan

(DP4)

konsep (rumus) dan cara menghitung yang

c. Menyelesaikan masalah sesuai

mengalami

dikerjakan (CP3)
pengecekan

kembali

rencana (carryng out the plan)

Subjek
strategi

mampu

yang

menjelaskan

digunakan

untuk

menyelesaikan masalah (CP4)

(looking back)

d. Melakukan
(1) Subjek

menentukan

c. Menyelesaikan masalah sesuai

kebingungan

karena tidak dapat melanjutkan apa yang akan

d. Melakukan

untuk

akan digunakan (DP5)

rencana (carryng out the plan)
Subjek

kebingungan

melakukan

pengecekan

pengecekan

kembali

(looking back)

kembali namun terlihat bingung

(1) Subjek

melakukan

pengecekan

terhadap ketidakjelasan hasil yang

kembali dan menyadari kesalahan

diperoleh (LB4)

konsep

(2) Subjek

melakukan

pengecekan

(2) Subjek

yang diperoleh (LB5)

konsep

menyadari
(rumus)

mampu

kesalahan
kesalahan
dan

dan

cara

menghitung (LB8)

kembali namun tidak yakin hasil

(3) Subjek

(rumus)

pada

memperbaiki
langkah

penyelesaian yang dilakukan (LB9)

cara

(3) Subjek

melakukan

pengecekan

menghitung namun tidak dapat

kembali tetapi tidak selalu pada

memperbaiki (LB6)

setiap langkah yang dilakukannya

(4) Subjek

tidak

melakukan

pengecekan kembali (LB7)
3. Strategic Use (penggunaan pemikiran

(LB10)
4. Reflective Use (penggunaan pemikiran
yang reflektif)

yang strategis)
Urutan metakognisi pada tahap ini
adalah sebagai berikut.

Urutan metakognisi pada tahap ini
adalah sebagai berikut.
a.

Memahami masalah (understanding
the problem)

ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|235

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

(1) Subjek

dapat

mengidentifikasi

menurut MBTI gaya belajar terdiri dari empat

informasi penting dalam masalah

dimensi yaitu introvert-extrovert, sensing-

(UP7)

intuisi,

(2) Subjek dapat menjelaskan apa yang

penelitian

judgment-

ini

peneliti

Merencanakan penyelesaian (devising

extrovert.

a plan)

didasarkan pada teori motivasi dalam Pintrich

Subjek
digunakan

mengetahui

untuk

cara

menyelesaikan

yang
masalah

Pemilihan

gaya

belajar

ini

(2003) yang mengemukan bahwa peserta didik
dengan

motivasi

dapat

berjuang

untuk

mengembangkan pengetahuan dan kognisi

(DP6)
c.

Pada

perceiving.

dan

memfokuskan pada gaya belajar introvert-

dituliskannya (UP8)
b.

feeling-thinking,

Menyelesaikan

masalah

sesuai

dalam

rangka

meningkatkan

prestasi

rencana (carryng out the plan)

akademik. Peserta didik dengan gaya belajar

Subjek mampu menjelaskan strategi

introvert belum memiliki motivasi dari dalam

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

diri sehingga membutuhkan motivasi dari luar

(CP5)

sementara siswa extrovert sudah memiliki

d.

Melakukan pengecekan kembali

motivasi dari dalam tanpa diberikan motivasi

(looking back)

dari

(1) Subjek

melakukan

pengecekan

luar.

Penelitian

menyimpulkan

bahwa

sebelumnya
kebiasaan

juga
belajar

kembali dan menyadari kesalahan

introvert lebih baik karena mereka telah

konsep

mempersiapkan

(rumus)

dan

cara

kemudian

menghitung (LB11)
(2) Subjek

mampu

siri

secara

direfleksikan

mandiri
dalam

dan
tugas,

memperbaiki

sementara extrovert mempersiapkan diri dalam

kesalahan

pada

langkah

aktifitas grup dan komunikasi antar sesama

penyelesaian

yang

dilakukan

(Ganner-O dan Harrison, 2013). Pada proses
pembelajaran di kelas, siswa extrovert lebih

(LB12)
pengecekan

mudah bersosialisasi sehingga dapat dikatakan

kembali terhadap setiap langkah

sebagai pembelajar yang baik sementara

yang dikerjakan dan meyakini hasil

introvert lebih membutuhkan kepercayaan diri

yang diperoleh (LB13)

(Hemmat, Jahandar, dan Khodabandehlou,

(3) Subjek

melakukan

Setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda dan setiap gaya belajar

2014).
Guru

sebagai

fasilitator

juga memiliki karateristik yang berbeda-beda.

pembelajaran

Banyak penelitian terdahulu tentang gaya

karakteristik siswa. Melalui pemahaman yang

belajar yang menghasilkan banyak tipe gaya

baik tentang karakteristik siswa, seorang guru

belajar. Salah satunya Isabel Briggs Myer dan

dapat menentukan model, strategi, dan metode

Katharine C. Briggs yang mengembangkan

pembelajaran yang yang tepat. Pemilihan

Myer Briggs Type Indicator (MBTI) dimana

model, strategi, dan metode pembelajaran

ISSN 2355-0066

seyogyanya

dalam

memahami

Jurnal Tunas Bangsa|236

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

yang tepat tersebut

dapat membantu guru

PGSD angkatan 2015/2016 di STKIPCitra

untuk mengajak siswa untuk belajar sehingga

Bakti Ngada yang dipilih berdasarkan hasil tes

tujuan dari proses pembelajaran dapt tercapai.

gaya

Adapun

dan

penelitian ini adalah empat mahasiswa yang

memahami karakteristik siswa gaya belajar

terdiri dari dua mahasiswa memiliki gaya

adalah sesuatu yang unik dan merupakan

belajar introvert dan dua mahasiswa memiliki

kebiasaan tingkah laku saat memperoleh

gaya

pengetahuan dan kemampuan setiap hari baik

penelitian ditemukan lebih dari dua subjek

dalam

maupun

untuk kedua gaya belajar introvert atau

pengalaman (Garner-O dan Harrison, 2013).

ekstrovert maka akan dipilih dua subjek yang

Garner-O

juga

memiliki skor tertinggi dari kedua gaya belajar

menyatakan bahwa mengetahui gaya belajar

tersebut, atau dengan kata lain subjek yang

menjadi

dengan

memiliki kecenderungan dari masing-masing

dapat

gaya belajar.Instrumen utama dalam penelitian

jumlah

adalah peneliti sendiri. Sedangkan instrumen

pengetahuan yang diperoleh pada suatu waktu.

pendukung pada penelitian ini adalah tes gaya

Berdasarkan latar belakang tersebut,

belajar, lembar soal pemecahan masalah

salah

bentuk

satu

kegiatan

dan

hal

mengetahui

cara

belajar

Harrison

penting
gaya

membantu

mengenal

(2013)

karena

belajar

siswa

mengoptimalkan

maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan

judul

“Tingkat

belajar.

belajar

Banyaknya

extrovert.

subjek

Jika

dalam

pada

saat

matematika, dan pedoman wawancara.

Metakognisi

Tes gaya belajar dalam penelitian ini

Mahasiswa Program Studi PGSD dengan Gaya

menggunakan tes MBTI (Myer Briggs Type



dalam

Indicator ) yang akan memberikan data tentang

Memecahkan Masalah Matematika”.Adapun

gaya belajar siswa. Tes MBTI ini merupakan

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

kontinum yang bergerak antara introvert dan

Belajar

Introvert

1) Mendeskripsikan

Extrovert

tingkat

metakognisi

extrovert,

dimana

setiap

individu

selalu

mahasiswa program studi PGSD STKIP

terletak pada sebuah titik diantaranya. Pada

Citra Bakti dengan gaya belajar introvert.

penelitian ini, peneliti menggunakan tes MBTI

2) Mendeskripsikan

metakognisi

yang telah dikembangkan oleh Nafis Mudrika,

mahasiswa STKIP Citra Bakti dengan

S.Psi yang adalah seorang psikologi fakultas

gaya belajar extrovert.

psikologi Universitas Gajah Mada.Pernyataan

METODE PENELITIAN

dalam tes MBTI ini terdiri dari 15 nomor,

Penelitian

tingkat

ini

menggunakan

masing-masing

nomor

terdiri

dari

dua

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

pernyataan

deskriptif yang mendeskripsikan karakteristik

belakang.Pernyataan yang saling bertolak

tingkat

belakang ini disajikan dalam dua kolom yaitu

metakonisi

mahasiswa

dalam

yang

saling

bertolak

memecahkan masalah matematika ditinjau dari

pernyataan

gaya belajar introvert-extrovert.Subjek dalam

Penilaian

penelitian ini adalah mahasiswa program studi

dilakukan dengan menganalisis isian “1”.

ISSN 2355-0066

kanan
gaya

dan

belajar

pernyataan
pada

tes

kiri.
MBTI

Jurnal Tunas Bangsa|237

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

apabila

subjek

disusun

pada

nomor

matematika materi SPLDV. Instrumen lembar

2,3,8,11,14,15 pada pernyataan kanan dan

soal pemecahan masalah masalah ini akan

memberikan

nomor

divalidasi oleh ahli, yang terdiri atas 2 orang

kiri.

dosen pendidikan matematika.Lembar soal

Sebaliknya, gaya belajar extrovert apabila

pemecahan masalah dalam penelitian ini

subjek memberikan isian “1” pada nomor

berupa

1,4,5,6,7,9,10,12, 13 pada pernyataan kanan

diberikan sebagai sarana untuk melaksanakan

dan memberikan isian “1” pada nomor

wawancara untuk mengetahui metakognisi

2,3,8,11,14,15

kiri.

mahasiswa. Alasan soal yang diberikan dalam

Selanjutnya nilai dari isian-isian tersebut

bentuk essay/uraian, hal ini karena soal

dijumlahkan untuk mengetahui tipe gaya

essay/uraian menuntut penyelesaian yang rinci

belajar seseorang. Tipe gaya belajar

selalu

sehingga peneliti dapat melihat langkah-

terletak pada sebuah titik diantara introvert

langkah siswa saat menyelesaikan soal. Selain

dan extrovert. Nilai maksimum untuk masing-

itu dari soal essay / uraian dapat melihat

masing gaya belajar introvert dan gaya belajar

bentuk-bentuk respon yang diberikan oleh

Gaya

belajar

memberikan

introvert

isian
isian

1,4,5,6,7,10,12,13

extrovert

“1”
“1”
pada

pada

adalah

pada
pernyataan

pernyataan

15,

sedangkan

nilai

berdasarkan

soal

subjek

kompetensi

pemecahan

penelitian

dasar

masalah.

(Creswell,

Soal

2012:

218).Adapun soal pemecahan masalah dalam

minimumnya adalah 0.
Lembar soal pemecahan masalah

penelitian

ini

adalah

sebagai

berikut.

dalam penelitian ini terdiri dari dua soal

1. Diketahui harga 1 lusin piring tiga kali harga 1 lusin gelas. Jika Maya membeli 2 lusin
piring dan 5 lusin gelas maka Maya harus membayar Rp 38.500,00. Jika Sinta ingin
membeli 3 lusin piring dan 4 lusin gelas, berapakah yang harus dibayar Sinta?
2. Umur Nino 25 tahun lebih muda dari umur Ibunya. Tujuh tahun kemudian, jumlah umur
keduanya 45 tahun. Berapa umur Ibu dan Nino sekarang?

Pedoman
untuk

wawancara

membimbing

peneliti

digunakan

tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan peneliti

dalam

dan jawaban subjek dalam menyelesaikan soal

mengungkap metakognisi subjek ketika subjek

yang diberikan.

memecahkan masalah matematika. Pedoman

Prosedur pengumpulan data dalam

wawancara juga berguna untuk membimbing

penelitian ini dimulai dari peneliti memberikan

peneliti agar peneliti tetap

soal pemecahan masalah matematika materi

permasalahan
pelaksanaannya

yang

fokus pada

diungkap.
peneliti

Dalam
dapat

SPLDV

kepada

kesempatan

subjek.Peneliti

kepada

subjek

memberi
untuk

mengembangkan sesuai dengan kondisi yang

menyelesaikan

sedang dialami saat itu, tetapi masih tetap

tersebut.Kemudian,

mengacu pada pedoman wawancara. Transkrip

wawancara untuk mengungkap metakognisi

ISSN 2355-0066

lembar

soal

Peneliti

melakukan

Jurnal Tunas Bangsa|238

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

subjek

dalam

memecahkan

pernyataan yang paling sesuai dengan subyek

masalah.Wawancara ini dilakukan untuk setiap

dari dua pernyataan yang saling bertolak

nomor soal pada lembar soal pemecahan

belakang.Selanjutnya nilai dari isian-isian

masalah. Teknik analisis data yang digunakan

tersebut dijumlahkan untuk mengetahui tipe

untuk

metakognisi

gaya belajar seseorang. Tipe gaya belajar

mahasiswa sesuai gaya belajarnya dalam

selalu terletak pada sebuah titik diantara

menyelesaikan

introvert dan extrovert. Analisis dari tes gaya

mengidentifikasi

soal

matematika

materi

SPLDV adalah statistik deskriptif.

belajar

HASIL DAN PEMBAHASAN

program studi PGSD sebanyak 36 orang

Deskripsi gaya belajar mahasiswa

yang

diketahui

diberikan

bahwa24

pada

orang

mahasiswa

mempunyai

disimpulkan berdasarkan tes gaya belajar yang

kecenderungan gaya belajar introvertdan 12

diberikan kepada mahasiswa. Tes gaya belajar

orang mempunyai kecenderungan gaya belajar

dalam penelitian ini menggunakan tes MBTI

extrovert. Berikut ini disajikan hasil analisis

(Myer Briggs Type Indicator ). Dalam tes

tes gaya belajar mahasiswa program studi

MBTI subjek akan diminta memilih salah satu

PGSD STKIP Citra Bakti Ngada.

Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi PGSD
STKIP Citra Bakti Ngada

33%
Ekstrovert

67%

Introvert

Diagram 1: Analisis Hasil Tes Gaya Belajar

Tabel 1: Data Mahasiswa Program Studi PGSD dan Gaya Belajar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
ISSN 2355-0066

Nama
Mahasiswa
ASS
AA
AM
DBW
FSH
ESW
FT
FB
FGI
FWA
GW

Skor pada Aspek

Skor pada Aspek

Introvert

Extrovert

9
8
6
12
10
11
5
9
12
10
11

6
7
9
3
5
4
10
6
3
5
4

Gaya
Belajar
Introvert
Introvert
Extrovert
Introvert
Introvert
Introvert
Extrovert
Introvert
Introvert
Introvert
Introvert
Jurnal Tunas Bangsa|239

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

IN
IM
LL
MDDB
MEP
MHW
MIE
MPW
MS
MVKR
MYE
MG
MD
MB
PDR
PL
PD
RYW
RL
TDD
TD
VD
YIT
YMO
YYD

9
8
6
4
5
12
10
11
4
13
5
9
7
9
8
10
6
8
9
8
1
2
13
5
8

Berdasarkan hasil tes gaya belajar,

6
7
9
11
10
3
5
4
11
2
10
6
8
6
7
5
9
7
6
7
14
13
2
10
7

Introvert
Introvert
Extrovert
Extrovert
Extrovert
Introvert
Introvert
Introvert
Extrovert
Introvert
Extrovert
Introvert
Extrovert
Introvert
Introvert
Introvert
Extrovert
Introvert
Introvert
Introvert
Extrovert
Extrovert
Introvert
Extrovert
Introvert

Masalah 2: UP7, UP6, DP6, LB13
Berdasarkan

dipilih 2 subjek dari masing-masing gaya

langkah-langkah

belajar dengan perolehan skor tertinggi yaitu

penyelesaian masalah 1 dan masalah 2, subjek

subjek YIT dan MVKR dengan gaya belajar

YIT

introvert,

belajar

metakognisi “reflective use”. Hal tersebut

dan

VD.

dikarenakan subjek dapat mengidentifikasi

mengerjakan

soal

informasi penting dalam masalah, subjek dapat

materi

menjelaskan apa yang dituliskannya, subjek

sedangkan

extrovertdipilih

subjek

Selanjutnya

subjek

pemecahan

masalah

gaya
TD

matematika

SPLDV.

dapat

mengetahui
Dari hasil analisis pekerjaan subjek

digolongkan

cara

menyelesaikan

yang

masalah,

pada

tingkat

digunakan
subjek

untuk
mampu

dalam menyelesaikan lembar penyelesaian

menjelaskan strategi yang digunakan untuk

soal yang diberikan dalam penelitian ini, ada

menyelesaikan masalah dan subjek melakukan

beberapa aktivitas metakognisi yang berbeda

pengecekan kembali terhadap setiap langkah

dari

Aktivitas

yang dikerjakannya dan meyakini hasil yang

metakognisi subjek introvert dan extrovert

diperoleh.Subjek YIT mampu menyelesaikan

dapat dijabar sebagai berikut.

masalah 1 dan masalah 2 dengan benar.

masing-masing

subjek.

1) YIT (Subjek Introvert I)
Masalah 1: UP7, UP8, DP6, CP5, LB13
ISSN 2355-0066

2) MVKR (Subjek Introvert II)
Masalah 1: UP7, UP8, DP6, CP5, LB13
Jurnal Tunas Bangsa|240

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

Masalah 2:UP7, UP6, DP6, LB11, LB12
Berdasarkan

untuk memisalkan harga satu lusin piring (x)

langkah-langkah

dan harga satu lusin gelas (y). Subjek mampu

penyelesaian masalah 1 dan masalah 2, subjek

menjelaskan strategi yang digunakan untuk

MVKR

tingkat

menyelesaikan masalah karena subjek mampu

use”.Hal

tersebut

menentukan metode penyelesaiannya yaitu

MVKR

mampu

metode

dapat

digolongkan

metakognisi

“reflective

dikarenakan

subjek

pada

eliminasi.

Subjek

melakukan

menyelesaikan masalah 1 dengan benar.

pengecekan kembali dan menyadari kesalahan

Dengan

urutan

langkah

penyelesaiannya

cara menghitung dimana hasil eliminasi

adalah

subjek

dapat

mengidentifikasi

seharusnya menghasilkan bilangan positif

informasi penting dalam masalah, subjek dapat

bukan negatif, subjek mampu memperbaiki

menjelaskan apa yang dituliskannya, subjek

kesalahannya.

mengetahui

cara

menyelesaikan

yang

digunakan

masalah,

subjek

untuk

Sedangkan

langkah-langkah

mampu

penyelesaian pada masalah 2, subjek TD

menjelaskan strategi yang digunakan untuk

mampu mengungkapkan masalah dengan jelas

menyelesaikan masalah dan subjek melakukan

dan dapat menjelaskan apa yang dituliskan

pengecekan kembali terhadap setiap langkah

karena

yang dikerjakannya dan meyakini hasil yang

informasi yang diketahui dan yang akan dicari.

diperoleh. Sedangkan pada masalah 2, terdapat

Subjek

kekeliruan dalam langkah penyelesaiannya.

kebingungan

Namun, subjek menyadari kesalahan konsep

(rumus) dan cara menghitung yang akan

(rumus) dan cara menghitung. Selanjutnya

digunakan karena subjek mampu menuliskan

subjek dapat memperbaiki kesalahan pada

model

langkah penyelesaian yang dilakukan.

variabel/peubah

subjek

tidak

dapat

mengalami
untuk

matematika

mengungkapkan

kesulitan

menentukan

dengan

dan

konsep

menggunakan

x dan y untuk memisalkan

umur Nino (x) dan umur Ibu (y).Subjek

3) TD (Subjek Extrovert I)
Masalah 1: UP5, UP6, DP5, CP4, LB8, LB9

mampu menjelaskan strategi yang digunakan

Masalah 2: UP5, UP8, DP5, CP4, LB10

untuk menyelesaikan masalah karena subjek

penyelesaian

mampu menentukan metode penyelesaiannya

masalah 1, subjek TD mampu mengungkapkan

yaitu metode eliminasi.Subjek melakukan

masalah dengan jelas dan dapat menjelaskan

pengecekan kembali tetapi tidak selalu pada

sebagian besar apa yang dituliskankarena

setiap langkah yang dilakukannya.

Pada

langkah-langkah

subjek dapat mengungkapkan informasi yang

Berdasarkan

langkah-langkah

diketahui dan yang akan dicari. Subjek tidak

penyelesain pada masalah 1 dan 2, subjek TD

mengalami kesulitan dan kebingungan untuk

dapat digolongkan pada tingkat metakognisi

menentukan

“strategic use”.

konsep

(rumus)

dan

menghitung yang akan digunakan

cara
karena

4) VD (Subjek Extrovert II)

subjek mampu menuliskan model matematika

Masalah 1: UP6, DP5, CP3, LB4, LB9

dengan menggunakan variabel/peubah x dan y

Masalah 2: UP4, DP4, CP3, LB4, LB6

ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|241

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

Pada

langkah-langkah

penyelesaian

pemikirannya baik sebelum dan sesudah atau

masalah 1, subjek VD dapat menjelaskan

bahkan

sebagian besar apa yang dituliskannya. Subjek

mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan

tidak mengalami kesulitan dan kebingungan

hasil

untuk menentukan konsep (rumus) dan cara

dengan gaya belajar ini mampu menyelesaikan

menghitung yang akan digunakan. Subjek

masalah matematika dengan benar. Sedangkan

mengalami kebingungan karena tidak dapat

tingkat metakognisi mahasiswa program studi

melanjutkan apa yang akan dikerjakan. Subjek

PGSD STKIP Citra Bakti dengan gaya belajar

melakukan

extrovert berada pada kategori strategic use

pengecekan

kembali

namun

selama

proses

pemikirannya,

sehingga

berlangsung

mahasiswa

terlihat bingung terhadap ketidakjelasan hasil

dan

yang diperoleh.Subjek mampu memperbaiki

pemikirannya baik sebelum dan sesudah atau

kesalahan pada langkah penyelesaian yang

bahkan selama proses berlangsung kurang

dilakukan.

mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan

Sedangkan

aware

use,

dimana

penggunaan

langkah-langkah

hasil pemikirannya, sehingga ada beberapa

penyelesaian pada masalah 2, Subjek VD

masalah matematika yang tidak tepat hasil

dapat menjelaskan sebagian besar apa yang

perhitungannya.

dituliskannya.

mengalami

Dengan demikian dapat dikatakan

keraguan terhadap konsep (rumus), hal ini

kesuksesan pemecahan masalah matematika

terlihat dari kesalahan konsep yang digunakan

padasubjek dengan gaya belajar introvert lebih

subjek dalam membuat model matematika,

baik dari gaya belajar extrovert.Hal ini

dan

proses

Namun

subjek

pun

tidak

didukung dengan tingkatan metakognisi dalam

waktu

pada

menyelesaikan masalah matematika, subjek

masalah yang diberikan. Akibatnya subjek

introvert berada pada kategori reflective use,

mengalami

tidak

sedangkan subjek extrovert berada pada

melanjutkan pekerjaannya.Selanjutnya subjek

kategori strategicuse dan aware use. Menurut

melakukan pengecekan kembali da menyadari

Garner-O dan Harrison (2013) Gaya belajar

kesalahannya

introvert dapat belajar lebih baik karena

memperhatikan

perhitungannya
keterangan

kebingungan

dan

namun subjek tidak dapat

memperbaikinya.Berdasarkan

langkah-

biasanya mereka menyiapkan terlebih dahulu

langkah penyelesaian masalah 1 dan masalah

(belajar sendiri) dan merefleksikannya pada

2, subjek VD cenderung berada pada tingkat

pekerjaan. Dornyei (2005) berpendapat bahwa

metakognisi “aware use”

bahwa

introvert

kemampuan
Dari hasil pekerjaan subjek introvert

pembelajaran,

lebih
untuk

baik

dalam

hal

mengembangkan

mereka

memiliki

sedikit

dan extrovert, tingkat metakognisi mahasiswa

kebingungan dan lebih baik dalam hal

program studi PGSD STKIP Citra Bakti

kebiasaan yang dapat menolong mereka untuk

dengan gaya belajar introvert berada pada

mendapatkan hasil terbaik dalam pembelajaran

kategori reflective use, dimana penggunaan

daripada extrovert. Sehingga gaya belajar

ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|242

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …
introvert lebih mudah mencapai kesuksesan

pemikirannya

belajar daripada gaya belajar extrovert.

sesudah atau bahkan selama proses

KESIMPULAN DAN SARAN

berlangsung

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
dismpulkan sebagai berikut.

perbaikan
sehingga

metakognisi

mahasiswa

program studi PGSD STKIP Citra
Bakti dengan gaya belajar introvert
berada pada kategori reflective use,

sebelum

dan

kurang

mempertimbangkan

1. Kesimpulan

1) Tingkat

baik

kelanjutan

hasil
ada

dan

pemikirannya,

beberapa

masalah

matematika yang tidak tepat hasil
perhitungannya.
2. Saran
1) Untuk

melatih

kemampuan

dimanapenggunaan pemikirannya baik

penggunaan

sebelum dan sesudah atau bahkan

mahasiswa sebaiknya dosen

sering

selama

meminta

selalu

proses

mempertimbangkan
perbaikan

berlangsung
kelanjutan

hasil

pemikirannya,

setiap langkah-langkah penyelesaian

masalah matematika dengan benar.
mahasiswa

masalah matematika.
2) Dosen perlu memilih metode atau
strategi lebih mempertinbangkan gaya
belajar mahasiswa dan kemampuan

program studi PGSD STKIP Citra

metakognisi

Bakti dengan gaya belajar extrovert

berhubungan

berada pada kategori strategic use dan

masalah matematika.

aware

ISSN 2355-0066

use,

dimana

untuk

melakukan pengecekan kembali di

belajar ini mampu menyelesaikan

metakognisi

mahasiswa

metakognisi

dan

sehingga mahasiswa dengan gaya

2) Tingkat

fungsi

terutama
dengan

yang
pemecahan

penggunaan

Jurnal Tunas Bangsa|243

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

DAFTAR PUSTAKA

Adebola,S& Sakiru, I. 2012. A Problem Solving Model as a Strategy for Improving Secondary School
Students’ Achievement and Retention in Further Mathematics.ARPN Journal of Science and
Technology, 2 (2): 122-130.
Beal, Carol R. & Erin Shaw. 2008. Working Memory and Math Problem Solving by Blind
Middle and High School Students: Implications for universal access. Proceedings of the19th
International Conference of Society for Information Technology and TeacherEducation, Las
Vegas, in Press.(Online)
Bednarik, K.& Keinonen,T. 2011. Sixth Graders’ Understanding of Their Own Learning: A Case
Study in Environmental Education Course. International Journal of Environmenral & Science
Education, 1 (6) : 59-78.
Caliskan, M. & Murat, A. 201.The effect of Learning Strategies Instruction on Metacognitive
Knowledge, Using Metacognitive Skills and Academic Achievement (Primary Education Sixth
Grade Turkish Course Sample).Educational Sciences:Theory and Practic,1(11) : 148-153.
Creswell, Jhon W.2012. Educational Research “Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research”.Amerika : Pearson.
Dornyei, Z. 2005. The Psycology of the language Learner: Individual Difference in Second Language
Acquisition. Lawrence Erlbaum Associates, Mahwah.
Flavell, J.1971. First discussant’s comments: What is memory development the development of?
Human Development, 14 p. 277.
Flavell, J 1979. Metacognition and Cognitive Monitoring, A new area of Cognitive-Develoopmental
Inqury.Stanfor University.
Garner-O, L. & Harrison, S . 2013. An Investigation of the Leaarning Style and Study Habit of
Chemistry Undergraduate in Barbados and their Effect ad Predictors of Academic Achiment in
Chemical Group Theory. Journal of Education and Social Research, 2 (3) : 107-122.
Hemmat, S.; Jahandar, S. & Khodabandehlou, M. 2014.The Impact of Extroversion VS Introversion
on Iranian EFL Learners’ Writing Ability.IndianJournal of Fundamental and Applied Life
Sciences, 1 (4) : 119-128.
In’am, A.; Saad, N.& Sazeli, A. 2012. A Metacognitive Approach to Solving Algebra
Problems.International Journal of Independent Research and Studies-IJIRS, 4 (1) : 162-173.
Isaacson, R. & Fujita, F.2006. Metacognitive Knowledge Monitoring and Self-Regulated Learning :
Academic Succes and Reflections on Learning. Journal of the Scholarship of Teaching and
Learning, 1 (6) : 39-55.
Kazemi, F.; Reza, M.& Sahar, B. 2010. A Subtle View to Metacognitive Aspect of Mathematical
Problem Solving. International Conference on Mathematics Education Research, 8 : 420-426.
Kuzle, A. 2010. Pattern of Metacognitive Behavior During Mathematics Problem-Solving in a
Dynamic Geometry Enviroment. International Electronic Journal of Mathematics Education, 1
(8) : 20-40.
Landi, M.A.G. (2009). Helping Students with Learning Disabilities Make Sense of Word Problems .
Intervention in School and Clinic, 37(1), 13 – 18.
ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|244

Natalia Rosalina Rawa, Tingkat Metakognisi Mahasiswa …

Laurens, T. 2009. PenjenjanganMetakognisi Siswa . Disertasi Pascasarjana Program Studi Pendidikan
Matematika UNESA: Tidak dipublikasikan.
Malone, L.K. 2007. The Convergence of Knowledge Organization, Problem-Solving Behavior, and
Metacognition Research with The Modeling Method of Physics Instruction Part II. Journal
Physics Teacher Education.
NCTM. 2000. Principle and Standard for school Mathematics. Reston: The National Council of
Tecaher Mathematics.
Ozsoy, G.& Ataman, A. 2009.The Effect of Metacognitive Strategy Training on Mathematical
Problem Solving Achievement. International Electronic Journal of Elementary Education, 2 (1)
: 67-82.
Polya, G. 1973. How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.
Sajirman, P. 2002. Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Menyelesaikan Soal-soal Matematika
SD.Jurnal Cakrawala Pendidikan, 21(3): 357 -376.
Sahar, B. & Rohani, A. 2010.Assessing Cognitive and Metacognitive Strategies during Algebra
Problem Solving Among University Students.International Conference on Mathematics
Education Research, 8 : 403-410.
Schneidher, W. (2010).Metacognition, Strategic Use & Instruction. Dalam H.S. Waters & W.
Schneidher (Eds), Metacognition and Memory Development in Childhold and Adolescence (pp.
54 – 81). New York, NY: The Guilford Press.
Schraw, G & Dennison, R. S. 1994.Assesing Metacognitive Awareness.Contempory Educational
Psychology, 19: 460 475.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatatsi Keadaan Masa Kini Menuju
Harapan Masa Depan). Jakarta: PPTA, DJPT.
Topcu , A. & Ubuz, B. 2008. The Effects Of Metakognitie Knowledge On The Pre-Service Teachers,
Participation In The Asynchronous Online Forum. Educational Technology & Society.
Wells, Adrian. 2010. Metacognitive Therapy for Anxiety and Depression. Cognitive Behavioral
Therapy Book Reviews, 6 (1): 1–3.

ISSN 2355-0066

Jurnal Tunas Bangsa|245