ASMA BRON Ciale

LAPORAN PENDAHULUAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASMA BRONCHIALE
Konsep Dasar Penyakit
1.PENGERTIAN
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang
luas dan derajatnya dapat berubah- ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (Muttaqin, 2008).
Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan (Mansjoer, 2008).
Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma merupakan
penyempitan jalan napas yang disebabkan karena hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkhial terhadap stimuli tertentu.
Sedangkan Asma Bronkhial merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas
obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus,
reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan
ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Smeltzer &

Bare, 2012).

1

2. Epidemiologi
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia ,sekitar setengah dari kasus terjadi
pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun .Asma dapat
berakibat fatal ,lebih sering lagi asma sangat mengganggu ,mempengaruhi kehadiran
disekolah ,pilihan pekerjaan ,aktivitas fisik,dan banyak aspek kehidupan lainnya.
3.Etiologi
Penyebab

dari

asma

bronchiale

dapat


meliputi

infeksi

virus/bakteri,

imunologik/alergik, dan imunologik. Sedangkan faktor pencetus dari asma bonchiale
meliputi :
a. Alergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain-lain seperti refluks gastro esophagus
4.Patofisiologi
a. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat pemaparan allergen.

Alergen yang masuk tubih melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain
akan ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada
permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil ,makrofag dan trombosit juga
memiliki resepotor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah. Orangyang sudah memiliki

2

sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan
gejala.Orang tersebut sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan allergen yang
sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan
mastofit dan basofil.Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel .Dalam proses
degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah terkandung
dalam granul-granul(preformed ) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologic,yaitu
histamin, Eosinofil Chemotactic Factor A(ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF),
trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh

histamin.
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut ( konstriksi) bila terpapar
dengan bahan/ faktor dengan kadar yang rendah yang pada kebanyakan orang tidak
menimbulkan reaksi apa-apa, misalnya polusi, asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan
lainnya baik yang berupa iritan maupun bukan iritan. Dewasa ini telah diketahui bahwa
hiperaktifitas bronkus disebabakan oleh inflamasi brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi
terutama eosinofil ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien asma
bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas berhubungan dengan derajat
berat penyakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma dianggap secara klinik sebagai
penyakit bronkospasme yang reversible, secara patofisiologik sebagai suatu hiperreaksi
bronkus dan secara patologik sebagai suatu peradangan saluran nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya ,infiltrasi sel radang
terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang menyebabkan getaran silia dan mukus
diatasnya sehingga salah satu daya pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi .
Ditemukan pula pada pasien asma bronchiale adanya penyumbatan saluran nafas oleh mukus
terutama pada cabang-cabang bronkus.
Akibat dari bronkospasme, oedema mukosa dan dinding bronkus serta hipersekresi
mukus maka terjadi penyempitan bronkus dan percabangannya sehingga akan menimbulkan
rasa sesak ,nafas berbunyi (wheezing) dan batuk yang produktif.


3

Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu keadaan stress
yang akan merangsang HPA axis.HPA axis yang terangsang akan meningkatkan adeno
corticotropik hormone (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah akan mensupresi
immunoglobin A (IgA) . Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang
menurun yang direspon tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkus sehingga
menimbulkan asma bronkiale.
b. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)
Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena pemaparan allergen tetapi
terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas ,olah raga atau
kegiatan jasmani yang berat ,serta tekanan jiwa atau stress psikologik. Serangan asma terjadi
akibat ganguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu blockade adrenergic
beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma aktifitas adrenergic
alfa diduga meningkat yang mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak
nafas.
c. Asma bronchiale campuran (mixed)
Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik
Secara singkat patofisilogi asma bronchiale sampai menimbulkan masalah keperawatan dapat

digambarkan sebagai berikut

Penyebab:
-Alergen
-Non allergen/idiopatik:
Common cold,infeksi
traktus
respiratorius,emosi,
latihan, dehidrasi,iritan
non spesifik
-Hipersensitif terhadap
penisilin

Kurang informasi

Kontak terhadap tubuh
Pembentukan antibody(IgE)
Ikatan antigen & antibody
Menyerang sel-sel mast dalam paru


4

Pelepasan mediator (histamine, bradikinin,

Kurang
pengetahuan

Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)
Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan nafas

Pembengkakan membrane

Bronkospasme

Pembentukan mukus

mukosa

yang banyak
Bersihan

jalan nafas
tidak efektif

Resiko
tinggi
infeksi

Penyempitan jalan nafas
Sesak nafas

Expirasi lebih panjang

Ketidaksamaan ventilasi

dari inspirasi
usah makan
Resti
perubahan
nutrisi
kurang dari

kebutuhan
tubuh

Gangguan
istirahat
dan tidur

dan perfusi

Pola nafas
tidak efektif

Kerusakan
pertukaran gas

Usaha nafas meningkat
Cemas
Pemakaian energi meningkat
Kelemahan fisik
Intoleransi

aktivitas

Dari pohon masalah diatas masalah keperawatan yang mungkin muncul :

5

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi mukus yang meningkat
2. Pola nafas tidak efektif b/d bronkospasme
3. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
4. Cemas b/d ancaman kematian
5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
6. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas
7. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d sesak nafas
8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
9. Resiko tinggi infeksi b/d produksi mukus yang meningkat
5. Klasifikasi
a.

Klasifikasi derajat asma


DERAJAT ASMA
GEJALA
INTERMITEN
-Gejala 80%

diluar

serangan
-Serangan singkat
-Fungsi paru asimtomatik
PERSISTEN
RINGAN
Mingguan

dan normal luar serangan
-Gejala >1x minggu tapi > 2 kali seminggu
80 %
Normal

-Serangan

dapat

mengganggu

aktivitas

dan tidur
PERSISTEN

-Gejala harian

SEDANG

-Menggunakan obat setiap

Harian

> sekali seminggu

80 %

hari
-Serangan

APE >60 % tetapi <
Normal

mengganggu

aktivitas dan tidur
-Serangan 2x / minggu,
PERSISTEN

bisa berhari-hari
-Gejala terus menerus

Sering

APE < 80%

6

BERAT

-Aktivitas fisik terbatas

Kontinu

-Sering serangan

Normal

b.Klasifikasi berdasarkan penyebab / pencetus
1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrinsik)
3 .Asma bronchiale campuran
6. Gejala klinis











Batuk berdahak .
Dispnea – pernafasan labored
Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang yang sering menjadi
pertanda bahaya gagal nafas.
Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
Berkeringat
Takikardia.
Pelebaran tekanan nadi
Pembesaran vena leher.
Auskultasi suara nafas : wheezing (+)

7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pernafasan cuping hidung, sianois perifer dan sentral,pembesaran vena leher,retraksi
otot-otot bantu pernafasan,
pasien lebih senang dalam posisi duduk, pasien tampak gelisah dan batuk
berdahak kental.
b. Palpasi
Turgor kulit lembab berkeringat , pembesaran vena leher
c. Perkusi
Tidak ada kelainan
d. Auskultasi
Terdapat suara wheezing (+)
8. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
-Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis (15.000 – 40.000/mm3 )
-Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi
CO2.
-darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)

7

-sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –Leyden).
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks
: Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus.
3. Lain –Lain
- Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan luas beratnya
penyakit , mendiagnosis keadaan .
- Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
9. Diagnosis
Diagnosis Status Asmatikus atau Asma berdasarkan :
1.Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit ,faktor- faktor yang berpengaruh
asma, riwayat keluarga,riwayat alergi,serta gejala klinis.
2.Pemeriksaan fisik.
3.Pemeriksaan laboratorium :darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)
sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –Leyden).
4.Tes fungsi paru dengan spirometri untuk menentukan adanya obstruksi jalan
nafas.
10. Therapy
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
 Saatnya serangan
 Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya)
2. Pemberian obat bronchodilator
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5. Setelah serangan mereda :
 Cari faktor penyebab
 Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

OBAT-OBATAN
1. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau
parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka
sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka
sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adreno
reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat
lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan
bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)

8







Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping
sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan
dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen
metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak
ada perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin intravena.
Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi,
penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit
hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml
larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan
(1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.
Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak,
disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg
BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.

2. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan
dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg
BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg prednison atau dengan
dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi
secara bertahap.
3. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialirkan melalui
air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat dapat juga
digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup,
sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

9

B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian

10

A. AIRWAY
1. Jalan Nafas Tidak paten
2. Terdapat Obstruksi jalan nafas ( Cairan, benda asing)
3. Suara Nafas ( Snoring, Gargling, Stridor)
4. Terdapat dahak, sputum/sekret yang sulit dikeluarkan
B. BREATHING
1. Pergerakan dada simetris
2. Irama nafas cepat
3. Pola nafas tidak teratur
4. Terdapat Retraksi otot dada
5. Terdapat Pernafasan cuping hidung
6. Sesak nafas
7. Terdapat suara mengi saat ekpirasi
8. Terdapat suara wheezing
C. CIRCULASI
1. Sianosis
2. Takikardi
3. pulse paradoksus
4. CRT , 2 detik
5. Perdarahan
6. Kelemahan fisik
D. DISSABILITY
1. Respon pasien
2. Kesadaran pasien
3. GCS pasien
4. Reflek pupil terhadap cahaya
5. Lateralisasi
E. EXPOSURE

11

1. Deformitas
2. Contusio
3. Abrasi
4. Penetrasi
5. Laserasi
6. Edema
2.Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1.Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus yang ditandai dengan
os mengatakan batuk dan dahak sulit keluar,sputum warna putih kental, os gelisah
2.Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi yang ditandai dengan
os mengatakan nafas sesak , tampak retraksi otot bantu pernafasan,RR > 20 kali
/menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa CO2 > 40 mmHg, os tampak sianosis
3.Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai os mengatakan sesak nafas, os
gelisah, terdengar suara wheezing (+), tampak pembesaran vena leher,

takikardi,

berkeringat.
4.Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai dengan os mengatakan badan
lemah, os mengatakan nafas sesak,berkeringat
5.Cemas b/d takut ancaman kematian yang ditandai os gelisah, os mengatakan tidak bisa
bernafas,suara wheezing (+)
6.Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d susah makan
7.Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas yang ditandai dengan os tampak payah, os
mengatakan sesak nafas, os mengatakan tidak bisa tidur ,retraksi otot dada (+)
8.Kurang pengetahuan b/d kurang informasi yang ditandai dengan os mengatakan tidak
tahu faktor penyebab penyakit dan kekambuhan
9 Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan produksi mukus

3. Rencana Tindakan

12

Diagnosa

Tujuan

Rencana tindakan

Rasionalisasi

keperawatan
1.Bersihan jalan

Setelah diberi

- Auskultasi bunyi

-Mengetahui

nafas tak efektif b/d

tindakan perawatan

nafas ,catat adanya

luasnya obstruksi

peningkatan

selama ........... jalan

bunyi mengi, ronkhi

oleh mukus

produksi mukus

nafas pasien

yang ditandai os

efektif ,dengan KE:

-Pantau frekuensi

-Mengetahui tanda

batuk dan dahak

-Bunyi jalan nafas

pernafasan.catat rasio

stress pernafasan

sulit keluar, sputum

bersih/jelas

inspirasi/ expirasi

warna putih

-Pasien bisa batuk

kental,os gelisah

efektif dan

-Beri posisi nyaman,

-Sekresi bergerak

mengeluarkan

misal:peninggian

sesuai gaya gravitasi

sekret

kepala tempat

akibat perubahan

tidur,duduk pada

posisi dan

sandaran tempat tidur

meningkatkan
kepala tempat tidur
akan memindahkan
isi perut menjauhi
diafragma sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi

-Beri pasien 6-8
gelas /hari kecuali ada

-Mengencerkan

indikasi lain

sekret.

-Ajarkan dan berikan

-Mengeluarkan

dorongan penggunaan

sekret dan

teknik pernafasan

meningkatkan

diafragma dan batuk

patensi jalan nafas

-Lakukan drainage

-Merontokkan

13

postural dengan

sekret agar mudah

perkusi dan fibrasi

dikeluarkan

pada pagi dan malam
sesuai yang
diharuskan
-Instruksikan pasien

- Tidak merangsang

menghindari iritan

pembentukan mukus

seperti asap , asap

lagi

rokok, aerosol, cuaca
dingin
-Beri bronkodilator

-Memfasilitasi

sesuai therapi

pergerakan sekret.

2.Kerusakan

Setelah diberi

-Observasi frekuensi,

-Mengetahui

pertukaran gas b/d

tindakan perawatan

kedalaman

adekuatnya jalan

ketidaksamaan

selama ..........

pernafasan,catat

nafas dan

ventilasi dan perfusi

terjadi perbaikan

penggunaan otot

meningkatnya kerja

yang ditandai

dalam pertukaran

bantu nafas,nafas

pernafasan

dengan os

gas dengan KE:

bibir,ketidakmampuan

mengatakan nafas

-GDA dalam

bicara/ berbincang

sesak , tampak

rentang normal

retraksi otot bantu

-Gejala disstres

-Observasi tingkat

-Mengetahui

pernafasan,RR > 20

pernafasan tidak

kesadaran

indikasi hipoksia

kali /menit,PaO2 <

ada

60 mmHg, Pa CO2

-Tanda –tanda vital

-Monitor AGD

-Menentukan

> 40 mmHg, os

dalam batas normal

keseimbangan asam

tampak sianosis

-Gelisah tidak ada

basa ,dan kebutuhan
oksigen
-Atur pemberian

-Menambah suplai

14

oksigen

O2 sehingga
meningkatkan
pertukaran gas

-Beri posisi

-Mengoptimalkan

duduk(fowler)

kontraksi diafragma

-Dorong nafas dalam

-Memfasilitasi

perlahan atau nafas

pernafasan yang

bibir sesuai

dalam sehingga O2

kemampuan

yang masuk lebih
banyak

-Beri bronkodilator

-Meningkatkan

sesuai therapy

diameter jalan nafas
sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui
dan warna membrane

adekuatnya suplai

mukosa kulit

O2 ke paru-paru dan
jaringan

-Kolaboratif tindakan

-Mempertahankan

intubasi dan ventilasi

suplai O2 saat

mekanik bila perlu

terjadi gagal nafas

3.Pola nafas tidak

Setelah diberi

-Observasi perubahan

-Menentukan

efektif b/d

tindakan perawatan

pada RR dan

adekuatnya pola

bronkospasme

selama....... pola

dalamnya pernafasan

nafas yang berefek

yangditandai os

nafas pasien efektif,

pada suplai O2 yang

15

mengatakan sesak

dengan KE:

nafas, os gelisah,

-Tanda-tanda vital

terdengar suara

dalam batas normal

-Atur pemberian

-Suplai O2 yang

wheezing (+),

-Tidak terjadi

oksigen

cukup akan

tampak pembesaran

sianosis dan tanda

mengurangi kerja

vena leher,

hipoksia

pernafasan

takikardi,

-Bunyi nafas bersih

berkeringat.

masuk

-Dorong nafas dalam

-Memfasilitasi

perlahan atau nafas

pernafasan yang

bibir sesuai

dalam sehingga O2

kemampuan

yang masuk lebih
banyak

-Beri

bronkodilator -Meningkatkan

sesuai therapy

diameter jalan nafas
sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui
dan warna membrane

adekuatnya suplai

mukosa kulit

O2 ke paru-paru dan
jaringan

-Beri posisi

-Mengoptimalkan

duduk(fowler)

kontraksi diafragma

4.Intoleransi

Setelah diberi

-Evaluasi respon

-Menentukan

aktivitas b/d

tindakan perawatan

pasien terhadap

kemampuan pasien

kelemahan fisik

selama .... jam

aktivitas

dalam melakukan

yang ditandai

pasien

dengan os

menunjukkan

aktivitas

16

mengatakan badan

peningkatan

-Catat adanya

-Menentukan

lemah, os

toleransi terhadap

dispnea, peningkatan

periode istirahat

mengatakan nafas

aktivitas, dengan

kelelahan dan

pasien dan aktivitas

sesak,berkeringat

KE:

perubahan tanda vital

yang menimbulkan

-Pasien dapat dan

selama dan setelah

kelelahan pasien.

mau melakukan

aktivitas.

aktivitas sesuai
kemampuannya

-Berikan kepada

-Memenuhi

-Tanda tanda vital

pasien aktivitas sesuai

kebutuhan pasien

dalam batas normal

kemampuannya

tanpa menimbulkan
kelelahan

-Pertahankan obyek

-Memudahkan

yang digunakan

pasien dalam

pasien agar mudah

penggunaan

terjangkau

sehingga
mengurangi
penggunaan O2

-Bantu pasien

-Semua kebutuhan

melakukan aktivitas

pasien dapat

dengan melibatkan

terpenuhi

keluarga
-Observasi vital sign

-Tanda vital yang
normal mendukung
pasien untuk
beraktivitas

5. .Cemas b/d takut

Setelah diberi

-Kaji tingkat cemas

-Petunjuk intervensi

ancaman kematian

tindakan perawatan

pasien(ringan ,sedang, yang terapeutik

yang ditandai os

selama ..... rasa

berat,panik)

gelisah, os

cemas pasien

17

mengatakan tidak

berkurang dengan,

-Bantu pasien

-Bisa

bisa bernafas,suara

KE :

menggunakan koping

menghilangkan

wheezing (+)

-Pasien mengatakan

yang efektif

cemas ,membantu

sudah bisa bernafas

pasien

-Pasien mengatakan

menggunakan

merasa nyaman

pikiran yang sehat

-Pasien tidak

kedepan.

gelisah dan merasa
aman

-Berikan informasi

-Pengetahuan

tentang tindakan dan

meningkat akan

prosedur therapy yang

mengurangi cemas

dilakukan
-Tetap disamping

-Pasien merasa

pasien selama fase

aman dan

akut

mengurangi
ketakutan

-Batasi pengunjung

-Membantu

bila perlu

mengurangi rasa
cemas

6.Resiko tinggi

Setelah diberikan

-Lakukan prosedur

-Sesak dan produksi

perubahan nutrisi

tindakan perawatan

terapi sesuai advis

mukus berkurang

kurang dari

selama .... pasien

kebutuhan tubuh b/d tidak mengalami

-Beri informasi

-Pasien termotivasi

susah makan

perubahan nutrisi

tentang pentingnya

untuk mau makan

kurang dari

nutrisi untuk

kebutuhan tubuh

pemulihan

dengan KE:
-Pasien mau makan

-Anjurkan keluarga

-Kebutuhan pasien

18

-Sesak nafas dan

untuk membantu

akan nutrisi

batuk berkurang

pasien makan

terpenuhi

-Pasien tahu
pentingnya nutrisi

-Beri diet lunak TKTP -Makanan mudah

untuk pemulihan

dicerna dan
kebutuhan kalori
terpenuhi

7. Gangguan

Setelah diberikan

-Ciptakan lingkungan

-Suasana tenang dan

istirahat dan tidur

tindakan perawatan

yang nyaman dan

pemakaian O2

batasi pengunjung

ruangan tidak

b/d sesak nafas yang selama .....
ditandai dengan os

kebutuhan istirahat

berbagi sehingga os

tampak payah, os

dan tidur pasien

bisa istirahat

mengatakan sesak

terpenuhi dengan

nafas, os

KE :

-Beri KIE pentingnya

-Os mau untuk

mengatakan tidak

-Os mengatakan

tidur untuk pemulihan

istirahat dan tidur

bisa tidur ,retraksi

sudah dapat tidur

otot dada (+)

-Os mengatakan

-Delegatif pemberian

-Melonggarkan

sesak berkurang

teraphy sesuai dosis

jalan nafas dan

-Retraksi otot dada

sesak berkurang

berkurang
-RR 16- 24 x/ menit

-Delegatif pemberian

-Suplai O2

O2

meningkat sehingga
sesak berkurang

-Libatkan satu

-Os merasa aman

anggota keluarga

sehingga bisa

untuk menemani

istirahat dengan
tenang

8.Kurang

Setelah diberikan

-Beri KIE tentang

-Os tahu tentang

pengetahuan b/d

tindakan perawatan

pengertian dan

sakitnya dan tahu

kurang informasi

selama ....

penyebab / pencetus

faktor penyebab /

19

yang ditandai

pengetahuan pasien

dari penyakit

pencetus penyakit

dengan os

bertambah dengan

mengatakan tidak

KE :

-Beri KIE cara

- Os tahu dan bisa

tahu faktor

-Os tahu tentang

menghindari

menghindari faktor

penyebab penyakit

penyakitnya

kekambuhan seperti:

pencetus kambuh

dan kekambuhan

-Os tahu penyebab/

menghindari cuaca

pencetus penyakit

dingin dan debu,

-Os tahu cara

memakai baju

menghindari

penghangat dan

kekambuhan

masker hidung,
mengurangi aktivitas /
latihan berlebih.
-Beri KIE untuk

-Os tahu

kontrol ulang

perkembangan

penyakitnya

penyakit sehingga
 resiko kambuh
berkurang

9 Resiko tinggi

Setelah diberi

-Kaji batuk dan

-Mengetahui

infeksi b/d

tindakan perawatan

pengeluaran dahak

pengurangan

peningkatan

selama ..... pasien

selama 24 jam

produksi mukus

produksi mukus

tidak mengalami
infeksi dengan KE:

-Observasi perubahan

-Dahak purulen

-Batuk dan dahak

warna dahak

tanda infeksi

-Cek vital sign

-Mengetahui tanda-

berkurang
-Tidak ada dahak
purulen

tanda infeksi

- Vital sign dalam
batas normal

-Anjurkan minum air

- Dahak encer

putih 2-3 liter/ hari

sehingga mudah
keluar

20

-Delegatif pemberian

-Kuman penyakit

antibiotika

tidak bisa
berkembang biak
sehingga tidak
terjadi infeksi.

4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai intervensi keperawatan.
5 .Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai

keberhasilan

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Serelah melaksanakan tindakan
keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu:
1.Bersihan jalan nafas pasien efektif
2.Pasien mengalami perbaikan dalam pertukaran gas
3.Pola nafas pasien efektif
4.Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
5.Rasa cemas pasien berkurang.
6.Pasien tidak mengalamiperubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
7.Kebutuhan istirahat dan tidur pasien terpenuhi
8.Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah
9.Pasien tidak mengalami infeksi

Daftar Pustaka
Mansjoer Arif ,dkk (2008) . Kapita Selekta Kedokteran
Aesculapius.

Ed.3 Jilid 1.Jakarta : Media

21

Lynda Juall Carpenito ,(1998). Diagnosa Keperawatan Ed. 6. Jakarta : EGC
Pierce ,(2012) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8. Jakarta : EGC
Bidang Pelayanan Keperawatan
Penyakit Dalam .

RSUP Sanglah (2007) .Standar Asuhan Keperawatan

Muttaqin, A (2008). Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. EGC
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 2, edisi 8. EGC

22